Sei sulla pagina 1di 11

Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01.

Maret 2016

VOLUME : 18 NOMOR : 01 MARET 2016

ANALISIS HUBUNGAN REGULASI DAN SUMBER DAYA APARATUR PENGAWAS TERHADAP


PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Arum Ardianingsih
Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan
Email: arumbundavina@gmail.com

Amalia Ilmiani
Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan

ABSTRACT

Financial management a necessity in the era of regional autonomy. Supervision in the financial
management of local government conducted by Inspectorate City. Government Regulation (PP) No. 60
of 2008 states that the role of the Inspectorate is to conduct internal oversight, ie the whole process of
audit, review, evaluation, monitoring and supervisory activities other against the implementation of
tasks and functions of the organization in order to provide reasonable assurance to users of financia l
statements area. The purpose of this study is to provide empirical evidence that the regulatory and
supervisory personnel resources affect the supervision of financial management. This study used
validity and reliability, the classic assumption test and multiple linear regression analysis. Engineering
samples using purposive sampling with 45 respondents government's internal auditor. The results
showed that the Regulation and Supervisory Apparatus Resources significant influence on the
supervision of financial management.

Keywords: regulation, supervisory personnel resources, supervision of financial management.

P ENDAHULUAN sebagai pemicu dari reformasi keuangan dalam


akuntansi pemerintahan. Otonomi daerah
Reformasi tahun 1998 membawa membawa implikasi bahwa pemerintah daerah
perubahan terhadap pengelolaan instansi dapat mengelola keuangannya secara mandiri.
pemerintah yang sebelumnya tersentralisasi di Otonomi daerah mensyaratkan adanya
pemerintah pusat menjadi terdesentralisasi pada akuntabilitas dan transparansi dibidang
masing-masing pemerintah daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Dengan kata lain
otonomi daerah tahun 1999 sering disebut-sebut akuntabilitas dari sebuah laporan keuangan

21
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

sangat penting bagi instansi Pemerintah. 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Menurut (Ter Bogt, Budding & Helden, 2010 Inspektorat daerah dipimpin oleh Inspektur yang
dalam Harun, 2010) menyatakan bahwa peranan dalam melaksanakan tugas dan wewenang
laporan keuangan sebagai media akuntabilitas bertanggungjawab langsung kepada
lebih menonjol pada sektor Pemerintah Walikota/Bupati dan secara teknis mendapat
dibandingkan dengan sektor swasta. pembinaan dari Sekretaris Daerah, serta
Kepercayaan masyarakat meningkat jika bertugas untuk melakukan pengawasan
Pemerintah secara konsisten memberikan terhadap pengelolaan urusan pemerintahan.
informasi akuntabilitas keuangan yang Peran Inspektorat berdasarkan Peraturan
transparan dan akuntabel. Bagi instansi Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 adalah
Pemerintah, laporan keuangan menggambarkan melakukan pengawasan intern, yaitu seluruh
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan proses kegiatan audit, review, evaluasi,
daerah. Laporan keuangan digunakan oleh pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
Pemerintah untuk memenuhi ekspetasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
masyarakat untuk mengungkapkan posisi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan
keuangan dan kinerjanya dalam memberikan yang memadai bahwa kegiatan telah
jasa kepada publik (Munawir, 2002). dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
Akuntabilitas keuangan pemerintah bisa telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
tercapai apabila didukung oleh sumber daya Inspektorat sebagai auditor internal pemerintah
aparatur pemerintah yang kompeten. Karena daerah diharapkan membantu pemerintah
aparatur pemerintah dituntut untuk daerah dalam menyiapkan laporan keuangan
menjalankan tugas, wewenang dan fungsi sesuai yang berkualitas dan andal. Inspektorat sebagai
dengan ketentuan undang-undang maupun pengawas keuangan daerah seharusnya mampu
peraturan lain yang berlaku. Penyimpangan yang mengurangi kesempatan tindakan
sering terjadi dikalangan aparat pemerintah penyimpangan oleh pemerintah daerah.
daerah disebabkan pelaksanaan pengawasan Penyimpangan yang sering terjadi dalam
keuangan yang kurang efektif. Walaupun dalam bidang keuangan antara lain belanja pemerintah
tubuh instansi tersebut telah dibentuk badan yang melebihi jumlah anggaran, akan tetapi
yang melakukan kegiatan pengawasan terkadang tidak diikuti dengan pemberian sanksi
pengelolaan keuangan daerah. tegas. Regulasi atau aturan norma terperinci
Pengelolaan keuangan daerah yang baik mengatur setiap perilaku orang-orang yang
harus didukung oleh pengawas dan audit sektor berada pada sebuah organisasi pemerintah.
publik yang berkualitas. Apabila kualitas audit Regulasi seharusnya dilengkapi dengan sanksi
sektor publik rendah maka memberikan dan penegakan sanksi bagi yang melanggar.
kelonggaran terhadap lembaga Pemerintah Regulasi yang fleksibel dan mengikat akan
untuk melakukan penyimpangan penggunaan meningkatkan produktifitas aparatur
keuangan daerah. Reformasi keuangan di pemerintah. Hal ini tentu saja akan mendukung
Indonesia dilakukan secara bertahap mulai tahun terciptanya pengawasan pengelolaan keuangan
1998 karena mengingat masih terdapat daerah yang baik. Berdasarkan uraian diatas
beberapa faktor hambatan dalam penerapan maka rumusan masalah pada penelitian ini
peraturan, seperti kurangnya kesiapan sumber adalah (1) Bagaimana pengaruh regulasi
daya di Pemerintah daerah ketika diberikan terhadap pengawasan pengelolaan keuangan
tanggungjawab masing-masing setelah daerah?, (2) Bagaimana pengaruh sumber daya
sebelumnya sifat Pemerintahan Indonesia aparatur pengawas terhadap pengawasan
adalah tersentralisasi. Karena itu maka pengelolaan keuangan daerah?. Sementara itu
pengawasan dalam pengelolaan pemerintahan tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti
daerah dilaksanakan oleh Inspektorat empiris bahwa regulasi dan sumber daya
Kabupaten/Kota, sesuai dengan PP No.41 Tahun

22
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

aparatur pengawas berpengaruh terhadap b. Pemeriksaan terhadap penyelenggaraan


pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Pemerintahan Daerah
c. Pengusutan atas kebenaran laporan atas
pengaduan terhadap Penyimpangan /
KAJIAN P USTAKA penyalahgunaan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah d. Pelayanan teknis administratif dan
Pengawasan secara umum diartikan fungsional
sebagai cara suatu organisasi mewujudkan Fakta dilapangan, pelaksanaan fungsi
kinerja yang efektif dan efisien, serta pengawasan belum dilakukan secara efektif. Ada
mendukung terwujudnya visi dan misi beberapa alasan yang mendasari yaitu pertama
organisasi. Pengawasan adalah Proses untuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja pemerintahan
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan selama ini belum sesuai dengan yang
manajemen tercapai. direncanakan karena kurangnya tanggung jawab
Abdul Halim mengemukakan, dari aparatur yang bertindak sebagai auditor dan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah pemeriksaan belum sesuai dengan kewenangan
merupakan bagian integral dari pengelolaan yang tercantum dalam peraturan peraturan
keuangan daerah (2004:41). Pengawasan yang menunjang kinerja auditor. Kedua proses
pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh pengembangan dan peningkatan sumber daya
inspektorat melalui audit. Sukrisno Agoes, manusia dari Inspektorat baik secara kualitas
2012:4 audit adalah suatu pemeriksaan yang maupun kuantitas perlu diperhatikan. Karena
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak jumlah aparat pengawas yang melakukan fungsi
yang independen terhadap laporan keuangan pengawasan masih kurang dan minim tidak
yang telah disusun oleh manajemen beserta sebanding dengan jumlah objek yang akan
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti diawasi dilingkungan Pemerintahan (SKPD).
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran Hubungan regulasi terhadap pengawasan
laporan keuangan tersebut. Pengawasan pengelolaan keuangan daerah
keuangan daerah pada dasarnya mencakup Regulasi menurut kamus besar bahasa
segala tindakan untuk menjamin agar Indonesia adalah mengendalikan perilaku
pengelolaan keuangan daerah berjalan sesuai manusia atau masyarakat dengan aturan atau
dengan rencana, ketentuan dan Undang-Undang pembatasan. Regulasi dapat dilakukan dengan
yang berlaku (Baswir, 2000). Sedangkan berdasar berbagai bentuk, seperti: pembatasan hukum
objeknya maka pengawasan keuangan daerah oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan
meliputi baik pengawasan keuangan anggaran diri oleh suatu industri melalui asosiasi
pendapatan belanja daerah (APBD), pengawasan perdagangan, regulasi sosial (misalnya norma)
badan usaha milik daerah (BUMD), maupun dan pasar. Seseorang dapat mempertimbangkan
pengawasan barang-barang milik daerah lainnya. regulasi dalam tindakan penyimpangan perilaku
Pengawasan dilakukan oleh seorang atau lebih misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda)
yang disebut sebagai pengawas. Pengawasan atas pelanggaran yang dilakukan. Tindakan
pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh hukum administrasi atau menerapkan regulasi
badan inspektorat. Sementara itu Inspektorat hukum dapat dikontraskan dengan hukum
Daerah mempunyai beberapa fungsi sebagai undang-undang atau kasus.
berikut : Menurut Scott (2009) dalam Suseno
a. Pembinaan pelaksanaan tugas (2010) ada dua teori regulasi yaitu public interest
Pemerintahan Daerah di bidang theory dan interest group theory. Public interest
pengawasan theory menyatakan bahwa regulasi seharusnya
dapat memaksimalkan kesejahteraan sosial dan

23
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

lebih memihak pada kepentingan publik dan untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan
memaksimalkan kesejahteraan sosial sedang dan berhak memperoleh kompensasi yang
menurut interest group theory maka regulasi besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu
adalah hasil lobi dari beberapa individu atau (sesuai perjanjian). Menurut Nawawi dalam
kelompok yang mempertahankan dan Aldiani (2010) ada tiga pengertian sumber daya
menyampaikan kepentingan kepada pemerintah. manusia, yaitu:
Dalam hal ini maka regulasi yang dihasilkan akan 1. Sumber daya manusia adalah manusia yang
berpihak pada individu (kelompok) yang berhasil bekerja di lingkungan suatu organisasi
melobi pemerintah. (disebut juga personil, tenaga kerja,
Regulasi berisi petunjuk dan instruksi pekerja, atau karyawan).
mengenai apa yang harus dilakukan dan tidak 2. Sumber daya manusia merupakan aset dan
boleh dilakukan serta sanksi yang didapat berfungsi sebagai modal dalam organisasi
apabila seseorang melakukan kesalahan. bisnis yang dapat mewujudkan menjadi
Regulasi seharusnya memuat secara terperinci, potensi nyata secara fisik dan non fisik
jelas dan mengikat bagi semua orang yang dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
terlibat dalam kegiatan pengawasan pengelolaan 3. Sumber daya manusia adalah potensi
keuangan daerah. Dilain pihak, regulasi yang manusiawi sebagai penggerak organisasi
terlalu longar memberikan celah bagi seseorang dalam mewujudkan eksistensinya.
untuk melakukan tindakan menyimpang. Nawawi (2003:37) membagi pengertian
Menurut penelitian yang dilakukan oleh SDM menjadi dua, yaitu pengertian secara
Jefri Mokodompit, dkk (2011) Optimalisasi makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro
Fungsi Inspektorat Kota Ternate Dalam adalah semua manusia sebagai penduduk atau
Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Di warga negara suatu negara atau dalam batas
Kota Ternate menyatakan bahwa regulasi, wilayah tertentu yang sudah memasuki usia
sarana dan prasarana, tindak lanjut pengawasan angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum
dan penegakan sanksi temuan pengawasan memperoleh pekerjaan (lapangan kerja).
mempengaruhi optimalisasi pelaksanaan fungsi Pengertian SDM dalam arti mikro secara
Inspektorat Daerah dalam melakukan sederhana adalah manusia atau orang yang
pengawasan pengelolaan keuangan daerah. bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi
Berdasar uraian diatas maka peneliti yang disebut personil, pegawai, karyawan,
mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut: pekerja, tenaga kerja dan lainnya. Jadi, sumber
daya manusia (SDM) adalah semua orang yang
H1 : Regulasi berpengaruh signifikan terhadap terlibat yang bekerja untuk mencapai tujuan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah. perusahaan.
Ardiansyah (2013) mengemukakan
Hubungan sumber daya aparatur pengawas bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM)
terhadap pengawasan pengelolaan keuangan adalah salah satu faktor penting yang
daerah. mempengaruhi kesiapan penerapan standar
Manusia merupakan sumber daya akuntansi pemerintah (SAP) berbasis akrual.
potensial yang dibutuhkan oleh Kualitas SDM memegang peranan penting dalam
perusahaan/organisasi. Hasibuan (2002:12) sebuah organisasi oleh karena itu pemerintah
membagi komponen SDM menjadi pengusaha pusat dan daerah perlu secara serius menyusun
dan karyawan. Pengusaha yaitu setiap orang perencanaan dan penempatan SDM dibidang
yang menginvestasikan modalnya untuk akuntansi pemerintahan. Sumber Daya Manusia
memperoleh pendapatan dan besarnya merupakan pilar penyangga utama sekaligus
pendapatan itu tidak menentu tergantung pada penggerak roda organisasi dalam usaha
laba yang dicapai perusahaan tersebut. mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari
Karyawan ialah penjual jasa (pikiran dan tenaga) organisasi. Kegagalan sumber daya manusia

24
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

Pemerintah Daerah dalam memahami dan menegaskan bahwa semua organisasi pemeriksa
menerapkan logika akuntansi akan berdampak bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para
dan ketidaksesuaian laporan dengan standar pemeriksa yang secara kolektif memiliki
yang ditetapkan pemerintah. pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang
Menurut Sonny Sumarsono (2003) dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.
dalam Suseno (2010) Sumber Daya Manusia atau Dalam hal ini organisasi pemeriksa harus
human recources mengandung dua pengertian. memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,
Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas
dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam pemeriksa untuk membantu organisasi
hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa
diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu yang memiliki kompetensi yang memadai.
untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian Audit harus dilaksanakan oleh
kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
tersebut. Mampu bekerja berarti mampu Auditor harus memiliki dan meningkatkan
melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan pengetahuan mengenai metode dan teknik audit
ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut serta segala hal yang menyangkut pemerintahan
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan
kebutuhan masyarakat. Usaha peningkatan pemerintahan (BPKP, 1998) dalam Suseno
Profesionalisme Aparatur Pengawas untuk (2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan Jefri Mokodompit, dkk (2011) Optimalisasi
menetapkan 2 (dua) sasaran strategis yaitu Fungsi Inspektorat Kota Ternate Dalam
peningkatan kompetensi SDM pengawasan dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Di
peningkatan integritas SDM Pengawas. Kota Ternate didapatkan bukti bahwa
Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa Pengawasan pengelolaan keuangan daerah yang
dan Aparatur Pengawas dilakukan dengan dilaksanakan oleh Inspektorat Daerah belum
kegiatan meliputi : optimal, hal tersebut terlihat dari realisasi
1. Pelatihan pengembangan tenaga pemeriksa pengawasan pada setiap tahun jauh di bawah
dan aparatur pengawas target yang ditetapkan dalam rencana strategis
2. Pemetaan SPIP (renstra) Inspektorat Daerah. Beberapa faktor
3. Sosialisasi paket regulasi tentang APIP antara ain : regulasi, sarana dan prasarana,
4. Bimtek implementasi peraturan perundang- tindak lanjut pengawasan dan penegakan sanksi
undangan temuan pengawasan mempengaruhi
optimalisasi pelaksanaan fungsi Inspektorat
Menurut Peraturan Menteri Negara Daerah dalam melakukan pengawasan
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor pengelolaan keuangan daerah. Sementara
PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas penelitian Andika Ardiansyah (2010) yang
audit atas laporan keuangan, khususnya yang berjudul Pengaruh Pengawasan Fungsional
dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Pada
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Inspektorat Provinsi Jawa Barat) berhasil
yang tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa membuktikan bahwa terdapat pengaruh
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun pengawasan fungsional terhadap kinerja
2007. Pernyataan standar umum pertama SPKN pemerintah daerah.. Berdasarkan uraian diatas
adalah: Pemeriksa secara kolektif harus maka penulis mengajukan hipotesis ketiga
memiliki kecakapan profesional yang memadai sebagai berikut:
untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
Pernyataan Standar Pemeriksaan ini

25
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

H2 : Sumber daya aparatur pengawas


berpengaruh signifikan terhadap pengawasan
pengelolaan keuangan daerah.

Uraian pengembangan hipotesis diatas dapat


dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Regulasi H1
Pengawasan
pengelolaan
keuangan daerah

Sumber daya
aparatur pengawas
H2

METODE P ENELITIAN Inspektorat Daerah selaku pengawas


pemerintahan.
Jenis Penelitian dan Obyek Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini terdiri
Jenis penelitian ini adalah penelitian dari:
kausal, yaitu penelitian yang memiliki tujuan a. Regulasi. Variabel independen pertama ini
utama membuktikan hubungan sebab akibat diukur dengan menggunakan skala likert
atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dengan indikator (1) adanya sosialisasi
dari variabelvariabel yang diteliti (Sekaran, peraturan dan kebijakan yang terkait
2006). Objek penelitian adalah Kantor dengan tugas dan tanggung jawab kerja, (2)
Inspektorat Daerah Kota Pekalongan dan pegawai mengetahui peraturan atau
Kabupaten Batang. prosedur baku dalam melaksankan semua
tugas kerjanya, (3) terdapat kesesuaian
Operasional Variabel antara penerapan peraturan kerja dengan
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sarana yang mendukung pekerjaan.
pengwasan pengelolaan keuangan daerah yang b. Sumber daya aparatur pengawas. Variabel
diukur dengan menggunakan skala likert. ini diukur dengan menggunakan skala likert
Indikator yang digunakan dalam pengukuran dengan indikator meningkatkan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah profesionalisme aparatur pengawasan,
adalah (a) kesesuaian pengawasan dengan meningkatkan komitmen aparatur
standar operasional yang berlaku serta pengawas untuk memelihara dan mentaati
kepatuhan terhadap peraturan perundang- kode etik, aturan perilaku, integritas dan
undangan dalam rangka perbaikan dan atau kompetensi dalam melaksanakan tugas.
peningkatan kinerja pengawasan Inspektorat, (b)
sistem pengendalian manajemen, efisien dan Populasi, sampel dan teknik sampel
efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang

26
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

akan diteliti. Sementara sampel adalah sejumlah terhadap pengawasan pengelolaan keuangan
anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, daerah (Y). Analisis regresi linear berganda dapat
2006). Teknik pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan menggunakan persamaan
dengan pendekatan purposive sampling untuk statistik sebagai berikut:
menentukan sampel dari populasi yang
Y = + 1X1 + 2X2 + e
memenuhi kriteria tertentu sesuai yang penulis
kehendaki, yaitu : Keterangan :
1. Pegawai memiliki pendidikan minimal D3 Y = pengawasan pengelolaan keuangan daerah
2. Pegawai sudah pernah mengikuti pelatihan = Konstanta
(diklat) X1 = Regulasi Pelaksanaan Pengawasan
3. Pegawai Inspektorat yang memiliki masa X2 = Sumber Daya Aparatur Pengawasan
kerja minimal 1 tahun. 1 = Koefisien Regresi Regulasi
2 = Koefisien Regresi Sumber Daya Aparatur
Teknik analisis e = Error
Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas ditujukan untuk mengukur Uji Hipotesis
seberapa nyata suatu pernyataan atau Uji Parsial (Uji t)
instrumen yang juga digunakan untuk mengukur Uji t digunakan untuk mengetahui
sah atau validnya suatu kuesioner. Uji validitas pengaruh variabel X (regulasi dan sumber daya
digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya aparatur pengawas) secara parsial terhadap
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan variabel Y (pengawasan pengelolaan keuangan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu daerah). Uji t dapat dilihat dari besarnya
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur untuk probabilitas value (p value) dibandingkan dengan
kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2013). Uji 0,05 (Taraf signifikansi = 5%).
signifikasi dilakukan dengan membandingkan Uji Simultan (Uji F)
nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika r hitung Uji F ini digunakan untuk mengetahui
lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama
butir pernyataan dikatakan valid. (simultan) variabel-variabel independen (bebas)
Uji reliabilitas diperlukan guna terhadap variabel dependen (terikat). Uji F dapat
mengetahui sejauh mana suatu hasil pengukuran dilihat dari besarnya probabilitas value (p value)
relatif konsisten jika dilakukan pengujian ulang dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi =
beberapa kali. Suatu kuesioner dikatakan reliabel 5%).
atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Instrumen dikatakan reliabel HASIL DAN P EMBAHASAN
jika memiliki koefisien cronbach alpha > 0,70
(Imam Ghozali, 2013). Penelitian ini menggunakan sampel
Uji Asumsi Klasik pegawai inspektorat kota Pekalongan dan
Uji asumsi klasik dilakukan agar data kabupaten Batang. Berdasarkan teknik
penelitian terbebas dari BLUE. Uji asumsi klasik pengambilan sampling maka didapatkan jumlah
dilakukan dengan uji normalitas, uji responden sebanyak 45 pegawai inspektorat.
heterokedastisitas dan uji multikolinieritas. Data kemudian diolah dengan menggunakan
Regresi linear berganda program SPSS versi 18 untuk dilakukan uji
Analisis ini digunakan untuk mengetahui validitas, uji realibilitas, uji asumsi klasik dan
pengaruh variabel bebas (independen) terhadap regresi linear berganda.
variabel terikat (dependen), yaitu pengaruh Uji Validitas
regulasi pelaksanaan pengawasan (X1) dan Uji validitas dilakukan dengan
sumber daya aparatur pengawasan (X2) menggunakan program SPSS versi 18 yang

27
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

ringkasannya ditampilkan dalam tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1
Hasil Pengujian Validitas

Item pernyataan R hitung R tabel Ket


Regulasi (X1)
Pernyataan No. 1 0,816 0,2656 Valid
Pernyataan No. 2 0,849 0,2656 Valid
Pernyataan No. 3 0,771 0,2656 Valid
Pernyataan No. 4 0,629 0,2656 Valid
Pernyataan No. 5 0,788 0,2656 Valid
Pernyataan No. 6 0,787 0,2656 Valid
Pernyataan No. 7 0,771 0,2656 Valid
Sumber Daya Aparatur Pengawasan (X2)
Pernyataan No. 1 0,816 0,2656 Valid
Pernyataan No. 2 0,695 0,2656 Valid
Pernyataan No. 3 0,569 0,2656 Valid
Pernyataan No. 4 0,786 0,2656 Valid
Pernyataan No. 5 0,697 0,2656 Valid
Pernyataan No. 6 0,794 0,2656 Valid
Pernyataan No. 7 0,688 0,2656 Valid
Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Daerah (Y) 0,783 0,2656 Valid
Pernyataan No. 1
Pernyataan No. 2 0,756 0,2656 Valid
Pernyataan No. 3 0,790 0,2656 Valid
Pernyataan No. 4 0,688 0,2656 Valid
Pernyataan No. 5 0,742 0,2656 Valid
Pernyataan No. 6 0,785 0,2656 Valid
Pernyataan No. 7 0,789 0,2656 Valid
Data Primer diolah 2015.
crobanchs alpha > 0.07 untuk semua variabel
Berdasarkan hasil pengujian yang penelitian yang terdiri dari variabel regulasi
dilakukan dengan program SPSS versi 18 memiliki crobanchs alpha 0,885, variabel
terhadap 45 responden didapat nilai r hitung > r sumber daya aparatur pengawas memiliki
tabel, sehingga disimpulkan bahwa semua crobanchs alpha 0,845, variabel pengawasan
instrumen pernyataan dinyatakan valid dan pengelolaan keuangan daerah memiliki
dapat digunakan untuk mengumpulkan data di crobanchs alpha 0,875. Sehingga dapat
lapangan. disimpulkan keseluruhan variabel adalah
realibel.
Uji realibilitas
Pengujian realibilitas ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan komputer Uji asumsi klasik
menggunakan SPSS versi 18.00. Dalam Uji asumsi klasik dilakukan dengan
peneliltian ini pengujian realibilitas dilakukan melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas
terhadap 45 responden dan didapat nilai dan uji heterokedasitas. Uji normalitas dalam

28
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji proses pengawasan pengelolaan keuangan
kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan nilai sig daerah secara efektif dan efisien.
sebesar 0,452 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa data terdistribusi normal. Uji bahwa Sumber Daya Aparatur Pengawas (X2)
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai berpengaruh positif signifikan terhadap
VIF. Apabila nilai VIF > 10 maka dapat Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah (Y),
disimpulkan bahwa tidak terjadi dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Artinya
multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel Sumber Daya Aparatur pengawas mencerminkan
Regulasi (X1) adalah sebesar 1,893, variabel kualitas usaha dan kemampuan untuk bekerja
Sumber Daya Aparatur Pengawas (X2) sebesar seseorang dalam waktu tertentu untuk
2,2609. Artinya seluruh bebas pada penelitian ini menghasilkan barang dan jasa. Aparatur
terjadi gejala multikolinieritas. Sementara uji pengawas harus memiliki kompetensi dan
heterokedasitas dilakukan dengan uji glejser. integritas yang cukup sehingga mereka mampu
Hasil pengolahan data dengan menggunakan melakukan proses pengawasan pengelolaan
program SPSS versi 18 didapatkan nilai signifikan keuangan daerah. Kompetensi dari aparatur
variabel regulasi sebesar 0,188 dan variabel pengawas terlihat salah satunya dari pendidikan
sumber daya aparatur pengawas sebesar 0,686. tinggi dari pegawai inspektorat rata-rata adalah
Karena probabilitas signifikan semua variabel S1 akuntansi dan mengkantongi sertifikasi
diatas 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagai pemeriksa intern. Seorang aparatur
ketiga variabel independen tersebut tidak terjadi pengawas yang kompeten harus mengikuti dan
gejala heterokesdasitas. lulus uji sertifikasi. Kualitas aparatur pengawas
juga dibuktikan dengan terjaganya integritas
Regresi linear berganda mereka dengan bersikap jujur dan
Y = 0,787 + 0,236 . X1 + 0,165 . X2 + e bertanggungjawab dalam menjalankan tugas
dan wewenang yang dimilikinya. Dengan sumber
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan daya aparatur pengawas berkualitas maka
bahwa Regulasi (X1) berpengaruh positif pengawasan pengelolaan keuangan daerah bisa
signifikan terhadap Pengawasan Pengelolaan berjalan dengan baik.
Keuangan Daerah (Y). Dengan nilai signifikansi
sebesar 0,019. Artinya regulasi merupakan
petunjuk dan instruksi mengenai apa yang harus KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta sanksi
apabila seseorang melakukan kesalahan. Penelitian ini dilakukan menggunakan
Regulasi seharusnya memuat secara terperinci, data primer berupa kuesioner yang diolah
jelas dan mengikat bagi semua orang yang dengan mempergunakan program SPSS versi 18.
terlibat dalam kegiatan pengawasan pengelolaan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
keuangan daerah. Penetapan regulasi kesimpulan sebagai berikut :
merupakan seperangkat kebijakan atau 1. Regulasi berpengaruh signifikan terhadap
peraturan, pengarahan, dan prosedur yang Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
ditetapkan oleh pemerintah untuk dengan nilai sig. 0,019 < 0,05. Regulasi yang
melaksanakan aktivitas kerja yang juga bersifat rinci dan jelas dengan disertai
digunakan sebagai petunjuk bagi semua pegawai sanksi atau punishment menjadikan
dalam melaksanakan tugasnya dengan benar. pengawasan pengelolaan keuangan daerah
Dengan regulasi terinci dan jelas maka akan menjadi lebih baik dan bertanggungjawab.
memberikan arahan dan gambaran bagi pegawai 2. Sumber Daya Aparatur Pengawas
inspektorat sebagai pengawas pengelolaan berpengaruh signifikan terhadap
keuangan daerah tentang bagaimana melakukan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. Sumber daya

29
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

aparatur pengawas yang kompeten akan


membuat pengawasan pengelolaan
keuangan daerah berjalan dengan baik,
efektif dan efisien.

Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Aparatur Pengawas Keuangan Daerah
Hendaknya meningkatkan kinerja
pengawasan pengelolaan keuangan daerah
guna peningkatan kinerja pemerintahan
daerah secara umum. Juga perlu
ditingkatkan pula faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pengawasan
pengelolaan keuangan daerah seperti
memperketat regulasi, peningkatan sarana
prasarana dan peningkatan SDM aparatur
pengawas melalui pelatihan-pelatihan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hendaknya penelitian selanjutnya
memperluas cakupan sampel penelitian ini
maupun memperbanyak variabel-variabel
yang diduga berpengaruh terhadap
pengawasan keuangan daerah seperti
variabel pola kepemimpinan.

30
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 18. Nomor 01. Maret 2016

DAFTAR P USTAKA Jefri Mokodompit, Achmad Ruslan dan Marthen


Arie. 2011. Optimalisasi Fungsi Inspektorat
Abdul, Halim. 2004. Pengelolaan Keuangan Kota Ternate Dalam Pengawasan
Daerah. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Pengelolaan,http://118.97.33.150/jurnal/f
YPKN. Yogyakarta. iles/732063df0e55d31e5ac037130368f42
Agung, Suseno. 2010. Eksistensi BPKP Dalam 6.pdf. diakses pada tanggal 20 April 2014.
Pengawasan Keuangan Dan Munawir, S, 2002. Analisis Laporan Keuangan,
Pembangunan. Jurnal Ilmu Administrasi Edisi kedua, YKPN, Yogyakarta.
dan Organisasi, JanApr 2010, hlm. 15-
30. Precilia Prima, Queena. 2012. Analisis Faktor-
Agoes, Sukrisno , 2012. Auditing. Petunjuk Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Audit Aparat Inspektorat
Akuntan Publik, Salemba Empat. Buku 1 Kota/Kabupaten Di Jawa
dan 2. Jakarta Tengah.http://download.portalgaruda.or
Aldiani, Sulani. (2010). Faktor-Faktor Pendukung g/article.php?article=75268&val=4728.
Keberhasilan Penerapan Peraturan diakses pada tanggal 1 Agustus 2015.
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada Revrisond, Baswir. 2000. Kendala Akuntan
Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. Pemerintah Dalam Pengawasan
Jurnal Akuntansi 12, Departemen Keuangan Negara dengan Daerah.
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Makalah. Jakarta.
Sumatera Utara.Universitas Sumatra Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang
Utara. Nomor 17 tahun 2003 Tentang
Andika, Ardiansyah. 2010. Pengaruh Keuangan Negara. Jakarta.
Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang
Pemerintah Daerah (Studi Pada Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Inspektorat Provinsi Jawa Barat), Pemerintah Daerah. Jakarta.
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/13/jb Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk
ptunpaspp-gdl-andhikaard-650-1- Bisnis.Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
skripsi.pdf. diakses pada tanggal 15 www.pekalongankota.go.id, diakses tanggal 21
Agustus 2015. Maret 2014.
Ardiansyah. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kesiapan Penerapan PP
No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Studi Kasus pada
Satuan Kerjadi Wilayah Kerja KPPN
Malang). Skripsi. Malang. Universitas
Brawijaya.
Harun, 2010. Evaluasi Empiris Terhadap
Kapasitas Suatu Pemerintah Daerah
dalam Implementasi Standar Akuntansi
Berbasis Akrual. Jurnal Akuntansi dan
Bisnis Vol. 8. Jakarta.
Hasibuan. 2002. Organisasi dan Motivasi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Imam, Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis
Multivariat Dengan Program
SPSS.Semarang: Badan Peneliti Universitas
Diponegoro.

31

Potrebbero piacerti anche