Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
2)
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
3)
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
DAS Mede Ds merupakan salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Halmahera
Utara, yang diyakini telah mengalami degradasi lahan akibat pemanfaatan lahan
tidak didasarkan pada kemampuan lahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini pada
prinsipnya adalah untuk mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds dan mengetahui
dampak penggunaan lahan terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds.Teknik
pengolahan dan analisis data dilakukan melalui : (1) Kajian karakteristik lahan, (2)
Erosi dan Degradasi lahan. Hasil analisis menunjukan bahwa lahan DAS Mede Ds
didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai berat, lereng bertopografi agak curam,
permeabilitas agak lambat dan jenis tanah yang agak peka sampai sangat peka terhadap
erosi. Luas lahan DAS Mede Ds yang terdegradasi yaitu 7.173,10 Ha (58,41%).
Kata kunci : DAS, karakteristik lahan, penggunaan lahan, erosi, degradasi lahan.
ABSTRACT
kemampuan lahan yang ada.Dasar pemilihan digunakan dalam penelitian ini adalah : Komputer
ini terkait dengan konversi lahan hutan yang Analisis berbasis Geographic Information System
terjadi sangat cepat pada DAS Mede Ds dan (GIS) dengan perangkat lunak : ArcGIS 10.0,
adanya aktivitas lain di dalam kawasan hutan ER-Mapper 6.4, ENVI 4.5, Software LCLP
(seperti berkebun dan berburu), yang berdampak dan MS Excel. Global Positioning System
pada pembukaan vegetasi penutup tanah dan (GPS). Peralatan lapangan untuk pengambilan
pembukaan akses ke hutan, termasuk pada hutan sampel, dan Kamera digital. Aspek kajian dalam
lindung. Gambaran wilayah DAS Mede Ds saat penelitian ini meliputi : karakteristik biogeofisik
ini yaitu terdapat kota yang merupakan ibu kota DAS dan gambaran erosi lahan; degradasi lahan
kabupaten, dengan arah pengembangannya lebih berdasarkan indeks bahaya erosi (IBE).
mengarah ke hutan, memiliki dataran rendah
Cara Perolehan Data
50%, terjadinyapengurangan luas hutan, dan
kerusakan lingkungan di dalam kawasan DAS Dalam memperoleh data penenlitian,
sehingga diduga mengalami erosi dan degradasi maka proses yang dilakukan adalah :
lahan. Tahap Persiapan, meliputi :Studi atau
Dari gambaran diatas, maka masalah telaah pustaka dan orientasi lapangan untuk
yang dapat dirumuskan terkait dengan penelitian mempelajari secara umum daerah penelitian.
ini adalah : 1) Bagaimanakah karakteristik Membuat peta-peta tematik yang akan digunakan
kawasanDAS Mede Ds; 2) Bagaimana dampak dalam proses penelitian, meliputi :Peta
penggunaan lahan terhadap degradasi lahan di penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta
DAS Mede Ds; Berdasarkan rumusan masalah tanah, merupakan data sekunder yang diperoleh
penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah dari instansi terkait dan peta curah hujan wilayah
1) Mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds penelitian, yang diperoleh melalui pengolahan
dan 2) Mengetahui dampak penggunaan lahan data curah hujan, peta Satuan Lahan, peta jaringan
terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds. sungai, merupakan data sekunder yang dilengkapi
dengan pembuatan sistem hidrologi dari citra
METODOLOGI SRTM 25m menggunakan software ArcGIS 10.
Penentuan titik sampel penelitian lapangan
Lokasi Penelitian
pada peta satuan lahan dengan mempertimbangkan
Penelitian dilakukan di DAS Mede Ds luas satuan lahan, keterwakilan penggunaan
yang merupakan salah satu kawasan DAS di lahan, tanah, maupun lereng.
Kabupaten Halmahera Utara dengan luas
Tahap Pekerjaan Penelitian Lapangan,
12.280,40 Ha, dan dan secara administratif
meliputi :melakukan koreksi terhadap peta
terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Tobelo Utara,
tentatif satuan lahan sesuai kondisi di lapangan,
Tobelo dan Tobelo Tengah. Batas DAS Mede Ds
mengumpulkan data primer, melakukan
ditentukan dengan menggunakan citra SRTM
pengamatan dan pengukuran terhadap parameter-
dengan bentuk 3 dimensi dan peta kontur. DAS
parameter kemampuan lahan, pengambilan sampel
Mede Ds terletak di sebelah timur Kabupaten
tanah sebagai bahan analisis laboratorium.
Halmahera Barat, antara 104130LU-104833LU
dan 12705235BT-12800145BT. Tahap Pekerjaan Pasca Penelitian
Lapangan, meliputi :Analisis sifat fisik-kimia
Bahan yang digunakan dalam penelitian
tanah meliputi : Uji penetapan tekstur tanah, bahan
ini adalah : Citra Landsat 8 tahun 2013 dan Citra
organik, permeabilitas tanah; Re-interpretasi dan
SRTM 25m tahun 2009 Kabupaten Halmahera
revisi peta satuan lahan; Pengolahan data spasial
Utara. Peta RBI Maluku dan Maluku Utara skala
untuk pembuatan peta-peta pendukung analisis
1:9.000.000. Data sekunder yang terdiri dari
data dengan menggunakan software ArcGIS
data curah hujan bulanan Kabupaten Halmahera
10 diantaranya; peta erosivitas hujan, peta
Utara yang diambil dari BMKG Galela, dan peta
erodibilitas, peta faktor kelerengan, peta faktor
tanah yang merupakan bagian dari produk RTRW
CP, peta tingkat erosi, peta indeks bahaya erosi.
Kabupaten Halmahera Utara. Sedangkan alat yang
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Tabel 4. Data Curah Hujan Bulanan DAS Mede Ds Tabel 5. Jaringan Sungai DAS Mede Ds dan
Selama 3 Tahun Panjangnya
Jumlah Hari per Bulanan (3 tahun) Rata-
No Jaringan Sungai Posisi di Hulu
rata HH
Bulan 2007 2008 2011 Bulanan
1 Mede 43.15 G. Api Dukono
Januari 20 21 24 22
Februari 12 15 22 16 2 Kalipitu 28.28 G. Karianga
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Gambar 5. Peta Sebaran Permeabilitas Gambar 6. Peta Sebaran Struktur
Tanah DAS Mede Ds Tanah DAS Mede Ds
Struktur tanah (s)di kawasan penelitian
terdiri dari granular sangat halus yang terdapat
pada lahan dengan tanah-tanah Latosol serta
Gleisol,dan struktur tanah granular halus yang
terdapat pada tanah-tanah Brown Forest Soil,
Andosol dan Regosol. Luas lahan dengan struktur
tanah granular sangat halus yaitu 2.164,50 Ha,
sedangkan struktur tanah granular halus yaitu
10.115,87 Ha. Sebaran kelas struktur tanah
ditunjukan pada gambar 6.
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai
kepekaan erosi tanah dari masing-masing satuan
lahan DAS termasuk dalam klasifikasi sangat Gambar 7. Peta Kepekaan Erosi Tanah DAS Mede
rendah ( 0,1) sampai tinggi (>0,43-0,55). Kelas Ds
kepekaan erosi dan luasannya dapat dilihat pada Kedalaman tanah pada area penelitian
tabel 8. tergolong dalam kelas kedalaman sedang
Tabel8. Kelas Kepekaan Erosi dan Luasannya di DAS (60-90 cm) dan dalam (> 90 cm). Kelas kedalaman
Mede Ds sedang terdapat pada tanah-tanah Gleisol, Brown
Nilai Kelas Forest, Andosol dan Regosol. Sedangkan untuk
No Luas (Ha) kelas kedalaman tanahtergolong dalam terdapat
Kepekaan Kepekaan
1 0,00 0,10 Sangat 1.073,94 pada tanah Latosol.
Rendah Erosi yang terjadi di DAS Mede Ds
2 >0,10 0,20 Rendah 1.696,99 berkisar dari nilai erosi yang tergolong kelas
3 >0,20 0,32 Sedang 6.492,19
erosi rendah sampai dengan tinggi. Kelas erosi
4 >0,32 0,43 Agak Tinggi 2.101,03
ringan dengan luas 2.515,33Ha, kelas erosi
5 >0,43 0,55 Tinggi 916,25
sedang dengan luas 6.625,91 Ha, kelas erosi agak
Total Luas 12.280,40
Kelas kepekaan erosi dan sebarannya di berat dengan luas 2.284,30 Ha, dan kelas erosi
DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 7. sangat beratdengan luas 854,87. Kelas erosi dan
luasannya pada kawasan DAS Mede dapat dilihat
pada tabel 9.
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Degradasi Lahan pada DAS Mede Ds Tabel12.Nilai T Tanah di DAS Mede Ds dan
Luasannya
Penggunaan lahan pada masing-masing
Nilai
kemampuan lahan memberikan pengaruh yang Jenis Taksonomi
Nilai
No Tanah (Sub de (mm) T (ton/
berbeda terhadap nilai erosi, yang pada akhirnya Tanah Order) fd
ha/thn)
berdampak pada kemungkinan terjadinya 1 Gleisol Tropepts 600 0,95 37,05
degradasi lahan. Degradasi lahan terjadi jika 2 Latosol Humoxs 900 1,00 58,50
nilai erosi aktual (A) melebihi nilai erosi 3 Brown Tropepts 600 1,00 39,00
yang ditoleransi (T). Pada DAS Mede Ds, Forest
Soil
memiliki nilai erosi yang ditoleransi berbeda-beda
4 Andosol Andepts 600 1,00 39,00
tergantung jenis tanah. Berdasarkan taksonomi
5 Regosol Orthents 600 1,00 39,00
tanah, tanah gleisol termasuk dalam sub order
Hasil dari pengolahan data ini
Aquepts dengan nilai faktor kedalaman tanah
menghasilkan nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE),
(fd)=0,95. Tanah brown forest termasuk dalam
dengan membandingkan nilai erosi aktual (A)
sub-order Tropepts dengan nilai faktor kedalaman
dengan nilai erosi yang ditoleransi (T) dan
tanah (fd)=1,00. Tanah latosol termasuk sub order
diperoleh hasil klasifikasi terdiri dari kelas AT
Humoks dengan nilai fd=1,00. Tanah andosol
dan A>T. Jika nilai AT, maka terindikasi tidak
termasuk dalam sub order Andepts dengan nilai
terjadi degradasi lahan dan tingkat IBE tergolong
fd=1,00. Tanah regosol termasuk dalam sub order
rendah, namun jika nilai A>T, maka terindikasi
Orthents dengan nilai fd=1,00. Untuk menentukan
bahwa lahan mengalami degradasi dan tingkat
kepadatan partikel tanah, menurut Foth(1994),
IBE bervariasi dari sedang sampai sangat tinggi
pertimbangan hanya diberikan untuk partikel
tergantung nilai IBE. Sebaran nilai IBE dan
yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel
luasannya disajikan pada tabel 4.12, dan secara
setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak
spasial ditunjukan pada gambar 13.
bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal
Tabel13. Kelas Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS Mede
ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume
Ds dan Luasannya
partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam
Nilai
gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral No A:T Indikasi
IBE
Tingkat Luas
kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/ 1 AT Tidak 1,0 Rendah 5.107,30
cm3. Hanafiah(2006), kerapatan partikel (bobot terjadi
partikel) adalah bobot massa partikel padat degradasi
2 A>T Terjadi >1,0 Sedang 6.270,04
persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki degradasi 4,0
kerapatan partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel 3 A>T Terjadi >4,0 Tinggi 48,19
erat hubungannya dengan kerapatan massa. degradasi 10,0
Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan 4 A>T Terjadi > 10 Sangat 854,87
degradasi Tinggi
massa dapat menentukan pori-pori pada tanah. Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa
Dengan demikian, nilai kerapatan tanah (Bd) luas lahan yang terdegradasi di DAS Mede Ds
yang akan digunakan dalam perhitungan nilai yaitu 7.173,11 Ha, dan yang tidak terdegradasi
T yaitu Bd=2,6 gr/cm3 atau setara dengan 260 seluas 5.107,30 Ha.
ton/ha.Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan Hammer (1981), KESIMPULAN
diketahui pada jenis tanah gleisol memiliki nilai
T=37,05 ton/ha/thn. Jenis tanah brown forest, Berdasarkan pada hasil penelitian
andosol dan regosol memiliki nilai T=39 ton/ha/ yang telah dilakukan di DAS Mede Ds, dapat
thn. Jenis tanah latosol memiliki nilai T=58,5 disimpulkan bahwa :
ton/ha/thn. Sebaran nilai T berdasarkan jenis Karakteristik lahan DAS Mede yang
tanah disajikan pada tabel 12. didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai
agak berat dengan luas 8.910,21 Ha (72,56%),
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
DAFTAR PUSTAKA
Asdakh, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Biswas A. K., 2010. Watershed Management. International Water Resources Association, Oxford,
UK.
Mustafa M., Ahmad A, Ansar M, Syafiuddin M., 2012. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Hassanudin
Makasar.
Potschin M., 2009. CatchmentplanningandtheEcosystemsApproach (Progresstowardsapplication).
Centre for Environmental Management School of Geography, University of
Nottingham.
Purwadhi, S.H dan Sanjoto T. B., 2007. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN.
Jakarta.
Rusnam., Ekaputra E.G., Sitanggang E.M., 2013. Analisis Spasial Besaran Tingkat Erosi Pada Tiap
Satuan Lahan Di Sub Das Batang Kandis. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND.
Senawi, 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan. Fakultas Kehutanan UGM.
Senawi, 2007. Permodelan Spasial Ekologis Untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan Daerah Alira
Sungai (Kasus Di DAS Solo Hulu). Fakultas Kehutanan UGM-Yogyakarta.
Sitanggang, G. 1998, Pengenalan Teknologi Penginderaan Jauh dan Aplikasinya, LAPAN. Jakarta.
Suharsimi A, 1998. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh Jilid I dan II (cetakan kedua). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.