Sei sulla pagina 1di 9

ISSN : 1907-7556

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN EROSI LAHAN


DAS MEDE Ds KABUPATEN HALMAHERA UTARA

Philipus Y. Kastanya1), Senawi2), Ambar Kusumandari3)


Dosen Politeknik Perdamaian Halmahera Tobelo
1)

2)
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
3)
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

DAS Mede Ds merupakan salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Halmahera
Utara, yang diyakini telah mengalami degradasi lahan akibat pemanfaatan lahan
tidak didasarkan pada kemampuan lahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini pada
prinsipnya adalah untuk mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds dan mengetahui
dampak penggunaan lahan terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds.Teknik
pengolahan dan analisis data dilakukan melalui : (1) Kajian karakteristik lahan, (2)
Erosi dan Degradasi lahan. Hasil analisis menunjukan bahwa lahan DAS Mede Ds
didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai berat, lereng bertopografi agak curam,
permeabilitas agak lambat dan jenis tanah yang agak peka sampai sangat peka terhadap
erosi. Luas lahan DAS Mede Ds yang terdegradasi yaitu 7.173,10 Ha (58,41%).
Kata kunci : DAS, karakteristik lahan, penggunaan lahan, erosi, degradasi lahan.

ABSTRACT

Mede Ds watershed is one of the watershed located in North Halmahera, which is


believed to have suffered degradation due to land use is not based on the ability of the
existing land. The purpose of this study is to examine the principle land characteristics
and determine the impact of land use on land degradation in the Mede Ds watershed.
Processing techniques and data analysis was done through: (1) study the characteristics
of the land, (2)Erosion and the land degradation. The results of the analysis showed
that the watershed lands dominated by Mede Ds: moderate to severe erosion class, the
topography is rather steep slope, permeability is rather slow and the type of soil that
is somewhat sensitive to very sensitive to erosion. The land area is degraded Mede Ds
watershed is 7173.10 ha (58.41%).
Keywords:Watershed, lands characteristics, land use, erosion, land degradation.
PENDAHULUAN perlindungan terhadap fungsi hidrologi. Asdak
K a w a s a n D a e r a h A l i r a n S u n g a i (2007) menjelaskan bahwa kawasan hulu dari
(DAS) di dalam pengelolaannyabertujuan suatu DAS memiliki fungsi yang sangat penting,
untuk mengaturhubungan timbal balik antara yaitu mempunyai fungsi terhadap seluruh bagian
sumberdaya alam denganmanusia di dalam DAS DAS, antara lain dari segi fungsi tata air. Aktivitas
dan segala aktivitasnya, agarterwujud kelestarian perubahan lanskap termasuk perubahan tata
dan keserasian ekosistem sertameningkatnya guna lahan di daerah hulu DAS, tidak hanya
kemanfaatan sumberdaya alam bagimanusia memberikan dampak di daerah dimana kegiatan
secara berkelanjutan. Ekosistem DAS terbagi tersebut berlangsung (hulu DAS), tetapi juga akan
ke dalam tiga bagian yaitu hulu, tengah dan menimbulkan dampak di daerah hilir .
hilir. Ekosistem DAS khususnya bagian hulu, Kondisi DAS Mede Dsdi Halmahera
merupakan bagian penting karena berfungsi Utara saat ini cukup memprihatinkan, karena
sebagai daerah tangkapan air (water catchment penggunaan lahan dan pengelolaannya yang
area) yang diarahkan sebagai kawasan untuk terus berkembang belum didasarkan pada kondisi
 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

kemampuan lahan yang ada.Dasar pemilihan digunakan dalam penelitian ini adalah : Komputer
ini terkait dengan konversi lahan hutan yang Analisis berbasis Geographic Information System
terjadi sangat cepat pada DAS Mede Ds dan (GIS) dengan perangkat lunak : ArcGIS 10.0,
adanya aktivitas lain di dalam kawasan hutan ER-Mapper 6.4, ENVI 4.5, Software LCLP
(seperti berkebun dan berburu), yang berdampak dan MS Excel. Global Positioning System
pada pembukaan vegetasi penutup tanah dan (GPS). Peralatan lapangan untuk pengambilan
pembukaan akses ke hutan, termasuk pada hutan sampel, dan Kamera digital. Aspek kajian dalam
lindung. Gambaran wilayah DAS Mede Ds saat penelitian ini meliputi : karakteristik biogeofisik
ini yaitu terdapat kota yang merupakan ibu kota DAS dan gambaran erosi lahan; degradasi lahan
kabupaten, dengan arah pengembangannya lebih berdasarkan indeks bahaya erosi (IBE).
mengarah ke hutan, memiliki dataran rendah
Cara Perolehan Data
50%, terjadinyapengurangan luas hutan, dan
kerusakan lingkungan di dalam kawasan DAS Dalam memperoleh data penenlitian,
sehingga diduga mengalami erosi dan degradasi maka proses yang dilakukan adalah :
lahan. Tahap Persiapan, meliputi :Studi atau
Dari gambaran diatas, maka masalah telaah pustaka dan orientasi lapangan untuk
yang dapat dirumuskan terkait dengan penelitian mempelajari secara umum daerah penelitian.
ini adalah : 1) Bagaimanakah karakteristik Membuat peta-peta tematik yang akan digunakan
kawasanDAS Mede Ds; 2) Bagaimana dampak dalam proses penelitian, meliputi :Peta
penggunaan lahan terhadap degradasi lahan di penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta
DAS Mede Ds; Berdasarkan rumusan masalah tanah, merupakan data sekunder yang diperoleh
penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah dari instansi terkait dan peta curah hujan wilayah
1) Mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds penelitian, yang diperoleh melalui pengolahan
dan 2) Mengetahui dampak penggunaan lahan data curah hujan, peta Satuan Lahan, peta jaringan
terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds. sungai, merupakan data sekunder yang dilengkapi
dengan pembuatan sistem hidrologi dari citra
METODOLOGI SRTM 25m menggunakan software ArcGIS 10.
Penentuan titik sampel penelitian lapangan
Lokasi Penelitian
pada peta satuan lahan dengan mempertimbangkan
Penelitian dilakukan di DAS Mede Ds luas satuan lahan, keterwakilan penggunaan
yang merupakan salah satu kawasan DAS di lahan, tanah, maupun lereng.
Kabupaten Halmahera Utara dengan luas
Tahap Pekerjaan Penelitian Lapangan,
12.280,40 Ha, dan dan secara administratif
meliputi :melakukan koreksi terhadap peta
terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Tobelo Utara,
tentatif satuan lahan sesuai kondisi di lapangan,
Tobelo dan Tobelo Tengah. Batas DAS Mede Ds
mengumpulkan data primer, melakukan
ditentukan dengan menggunakan citra SRTM
pengamatan dan pengukuran terhadap parameter-
dengan bentuk 3 dimensi dan peta kontur. DAS
parameter kemampuan lahan, pengambilan sampel
Mede Ds terletak di sebelah timur Kabupaten
tanah sebagai bahan analisis laboratorium.
Halmahera Barat, antara 104130LU-104833LU
dan 12705235BT-12800145BT. Tahap Pekerjaan Pasca Penelitian
Lapangan, meliputi :Analisis sifat fisik-kimia
Bahan yang digunakan dalam penelitian
tanah meliputi : Uji penetapan tekstur tanah, bahan
ini adalah : Citra Landsat 8 tahun 2013 dan Citra
organik, permeabilitas tanah; Re-interpretasi dan
SRTM 25m tahun 2009 Kabupaten Halmahera
revisi peta satuan lahan; Pengolahan data spasial
Utara. Peta RBI Maluku dan Maluku Utara skala
untuk pembuatan peta-peta pendukung analisis
1:9.000.000. Data sekunder yang terdiri dari
data dengan menggunakan software ArcGIS
data curah hujan bulanan Kabupaten Halmahera
10 diantaranya; peta erosivitas hujan, peta
Utara yang diambil dari BMKG Galela, dan peta
erodibilitas, peta faktor kelerengan, peta faktor
tanah yang merupakan bagian dari produk RTRW
CP, peta tingkat erosi, peta indeks bahaya erosi.
Kabupaten Halmahera Utara. Sedangkan alat yang

Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 

Analisis Data jenis tanah dan curah hujan, dengan menggunakan


Pemetaan satuan lahan dilakukan dengan perangkat lunak ArcGIS 10. Berdasarkan hasil
melakukan integrasi atau tumpang tindih peta-peta integrasi, diperoleh 39 kelas satuan lahan.
tematik kemiringan lereng, penggunaan lahan,

Gambar1. Peta Satuan Lahan DAS Mede Ds


Analisis laju erosi aktual dilakukan Indeks bahaya erosi dilakukan analisis
menggunakan metode USLE yang dikembangkan perbandingan antara laju erosi aktual dengan
oleh Wischmeier dan Scmith (1978) : A = R erosi yang diperbolehkan dengan menggunakan
K LS C P. Klasifikasi kelas erosi berdasarkan persamaan sebagai berikut (Hammer, 1981 dalam
solum tanah ditentukan sesuai Peraturan arsyad 2006).
DIRJEN BPDAS dan Perhutanan Sosial No. P. Indeks Bahaya Erosi =
Jumlah Tanah yang Tererosi (ton / ha / th )
4/V-SET/2013.Penghitungan erosi yang dapat Jumlah Erosi yang Diperbolehkan (ton / ha / th )

dibiarkan (tolerable erosion) dilakukan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mengetahui laju erosi standar yang terjadi pada
lahan. Nilai erosi yang diperbolehkan (nilai Karakteristik Lahan DAS Mede Ds
T) dihitung menggunakan persamaan hammer Curah Hujan dan Hidrologi. Data curah
(1981). hujan3tahunan (2007-2008 dan2012), dengan
hasil perhitungan intensitas curah hujan per hari
hujan (mm/hari hujan) yaitu berdasarkan SK
de x df Mentan Nomor 37/Kpts/Um/11/1980 tentang
T x Bd kriteria dan tata cara penentapan hutan lindung,
W diketahui intensitas hujan yang berlaku di wilayah
Dimana : penelitian termasuk di dalam intensitas hujan
de = Kedalaman tanah efektif (mm) kelas1, yaitu sangat rendah dengan intensitas
fd = Faktor kedalaman tanah curah hujan 11,68 mm/hari.
W = umur guna tanah (400 tahun)
Bd = Kerapatan masa tanah

Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari


 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

Tabel 4. Data Curah Hujan Bulanan DAS Mede Ds Tabel 5. Jaringan Sungai DAS Mede Ds dan
Selama 3 Tahun Panjangnya
Jumlah Hari per Bulanan (3 tahun) Rata-
No Jaringan Sungai Posisi di Hulu
rata HH
Bulan 2007 2008 2011 Bulanan
1 Mede 43.15 G. Api Dukono
Januari 20 21 24 22
Februari 12 15 22 16 2 Kalipitu 28.28 G. Karianga

Maret 16 18 25 20 3 Ruko 23.89 G. Api Dukono


April 14 22 25 20
4 Wari 21.93 G. Karianga
Mei 18 18 16 17
Juni 22 17 17 19 5 Popilo 20.75 G. Karianga

Juli 18 25 17 20 6 MKCM 14.09 Kaki G. Karianga


Agustus 24 26 17 22
7 Gamsungi 5.11 Ds. Gamsungi
September 19 19 19 19
Oktober 16 23 19 19 8 Gosoma 3.58 Ds. Gosoma
Nopember 19 25 19 21 9
9 sungai kecil sekitar
31.47 G. Mamuya
Desember 17 22 22 20 desa Ruko
1 sungai Kecil sekitar
242 236 10 3,75 Ds. Popilo
Jumlah 215 251 desa Popilo
Kapasitas CH Bulanan (mm) Rata- Rerata Jumlah 196,00 -
rata CH Int. CH
2007 2008 2011
Bulanan Harian Kelas kemiringan lereng yang tersebar
151.3 172.8 128.2 150.77 6.96 di DAS Mede Ds yaitu 5 kelas, meliputi
175.2 247.3 459.2 293.90 17.99 lereng dengan topografi datar (0-8%) sampai
193.3 118.5 553.6 288.47 14.67 dengan sangat curam (>40%). DAS Mede
36.3 257.6 209.2 167.70 8.25 Ds pada umumnya di dominasi oleh lereng
372.5 270.3 144.8 262.53 15.15 dengan topografi datar dengan luas 4.664,04 Ha
211.6 294.7 3.6 169.97 9.11 (Tabel6).
161.1 327.1 12.3 166.83 8.34 Tabel6. Tabel Luas Lahan Berdasarkan Topografi dan
251.1 266.4 133.6 217.03 9.72 Kemiringan Lereng
134 241.3 225.1 200.13 10.53
Kemiringan
271.9 163.7 225.1 220.23 11.39 No Topografi Luas (Ha)
Lereng (%)
202.1 400.2 207.7 270.00 12.86
1 Datar 08 4.664,04
147.3 280.2 500 309.17 15.20
2 Landai >8 15 1.472,56
2308 3040 2802 2716.73 11.68 3 Agak Curam >15 25 3.658,21
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten 4 Curam >25 40 1.432,00
Halmahera Utara (2008-2009 dan 2012 5 Sangat >40 1.053,59
Dengan menggunakan rumus Lenvain Curam
(1975), diketahui bahwa nilai erosivitas hujan Total Luas 12.280,40
di DAS Mede Ds yaitu 1.871,73.Dari aspek Gambaran sebaran lahan berdasarkan
Hidrologi, pada DAS Mede Ds mengalir 8 topografi dan kemiringan lereng dapat dilihat
jaringan sungai besar dengan panjang total pada gambar 2.
161,09 km. Jaringan sungai terbesar adalah sungai
Mede dengan panjang seluruh aliran sungai
yaitu 43,15 km, dan panjang sungai utama
9,68 km.

Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 

Kepekaan erosi atau eredobilitas tanah


menunjukan tingkat kepekaan tanah terhadap
daya rusak hujan. Kepekaan erosi dipengaruhi
oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik
tanah, permeabilitas danstruktur tanah.
Tekstur (t) tanah pada lokasi penelitian
terdiri atas tekstur geluh pasiran (liat berpasir),
geluh (liat) dan geluh debuan (liat berdebu).
Sebaran kelas tekstur tanah di kawasan penelitian
ditunjukan pada gambar 4. Secara keseluruhan,
luas lahan dengan tekstur geluh 304,49 Ha, tekstur
Gambar2. Peta Kemiringan Lereng DAS Mede Ds geluh debuan 54,88 Ha dan tekstur geluh pasiran
Tanah. Berdasarkan peta tanah, pada 11.921,01 Ha.
DAS Mede Ds tersebar 5 jenis tanah yaitu :Gleisol
Humic, Brown Forest Soil, Latosol, Andosol dan
Regosol (sumber : RTRWP Halmahera Utara
2006).
Tabel7. Jenis Tanah di DAS Mede Ds dan Luasannya
Taksonomi Kepekaan
Jenis
No Tanah (Sub Terhadap Luas (Ha)
Tanah
Order) Erosi
1 Gleisol Aquepts Tidak 1.860,01
Peka
2 Latosol Humoxs Agak 304,49
Peka
3 Brown Tropepts Kurang 5.372,08 Gambar 4. Peta Sebaran Tekstur Tanah DAS Mede
Forest peka Ds
Soil Sebaran bahan organik (BO) pada lahan
4 Andosol Andepts Peka 4.109,04 di kawasan DAS Mede Ds bervariasi tergantung
5 Regosol Orthents Sangat 634,78 keberadaan vegetasi penutup tanah maupun
Peka seresah, dan jenis penggunaan lahan. Satuan lahan
Total Luas
yang memiliki kandungan bahan organik lebih
tinggi (12,63%) terdapat pada lahan dengan jenis
tanah Andosol dan penggunaan lahannya berupa
kebun campur. Selain itu, pada lahan dengan
jenis tanah brown forest soil dengan penggunaan
lahan semak juga memiliki bahan organik cukup
tinggi (9,17%).
Sebaran kelas permeabilitas (p)di kawasan
penelitian bervariasi, mulai dari permeabilitas
lambat sampai dengan agak cepat. Luas lahan
yang memiliki kelas permeabilitas lambat yaitu
3.684,79 Ha, kelas permeabilitas agak lambat
yaitu 8.220,20 Ha dan kelas permeabilitas sedang
Gambar3. Peta Tanah pada Kawasan DAS Mede Ds yaitu 314,86 Ha. Sebaran kelas permeabilitas
Berdasarkan tabel 7. dan gambar 3., DAS ditunjukan pada gambar 5.
Mede Ds di dominasi oleh lahan dengan jenis
tanah Brown Forest Soil dengan luas 5.372,08
Ha, dan jenis tanah Andosol dengan luas 4.109,04
Ha.

Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari


 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015


Gambar 5. Peta Sebaran Permeabilitas Gambar 6. Peta Sebaran Struktur
Tanah DAS Mede Ds Tanah DAS Mede Ds
Struktur tanah (s)di kawasan penelitian
terdiri dari granular sangat halus yang terdapat
pada lahan dengan tanah-tanah Latosol serta
Gleisol,dan struktur tanah granular halus yang
terdapat pada tanah-tanah Brown Forest Soil,
Andosol dan Regosol. Luas lahan dengan struktur
tanah granular sangat halus yaitu 2.164,50 Ha,
sedangkan struktur tanah granular halus yaitu
10.115,87 Ha. Sebaran kelas struktur tanah
ditunjukan pada gambar 6.
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai
kepekaan erosi tanah dari masing-masing satuan
lahan DAS termasuk dalam klasifikasi sangat Gambar 7. Peta Kepekaan Erosi Tanah DAS Mede
rendah ( 0,1) sampai tinggi (>0,43-0,55). Kelas Ds
kepekaan erosi dan luasannya dapat dilihat pada Kedalaman tanah pada area penelitian
tabel 8. tergolong dalam kelas kedalaman sedang
Tabel8. Kelas Kepekaan Erosi dan Luasannya di DAS (60-90 cm) dan dalam (> 90 cm). Kelas kedalaman
Mede Ds sedang terdapat pada tanah-tanah Gleisol, Brown
Nilai Kelas Forest, Andosol dan Regosol. Sedangkan untuk
No Luas (Ha) kelas kedalaman tanahtergolong dalam terdapat
Kepekaan Kepekaan
1 0,00 0,10 Sangat 1.073,94 pada tanah Latosol.
Rendah Erosi yang terjadi di DAS Mede Ds
2 >0,10 0,20 Rendah 1.696,99 berkisar dari nilai erosi yang tergolong kelas
3 >0,20 0,32 Sedang 6.492,19
erosi rendah sampai dengan tinggi. Kelas erosi
4 >0,32 0,43 Agak Tinggi 2.101,03
ringan dengan luas 2.515,33Ha, kelas erosi
5 >0,43 0,55 Tinggi 916,25
sedang dengan luas 6.625,91 Ha, kelas erosi agak
Total Luas 12.280,40
Kelas kepekaan erosi dan sebarannya di berat dengan luas 2.284,30 Ha, dan kelas erosi
DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 7. sangat beratdengan luas 854,87. Kelas erosi dan
luasannya pada kawasan DAS Mede dapat dilihat
pada tabel 9.

Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 

Tabel 9. Kelas Erosi dan Luasannya di Kawasan DAS


Mede Ds
Luas
Nilai Erosi
Kode Kelas Erosi
(Ton/Ha/Thn) Ha %

e1 Ringan >0 15 20,48


e2 Sedang >15 60 53,96
e3 Agak Berat >60 180 18,60
e5 Sangat Berat > 480 6,96
Jumlah 100
Sebaran kelas erosi lahan pada kawasan
DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 8.

Gambar10. Peta Penggunaan Lahan DAS Mede Ds


Kerikil batuan tiap satuan lahan di DAS
Mede Dshampir tidak ditemukan. Namun pada
alur sungai, banyak ditemukan kerikil hingga
batuan lepas. Keberadaan kerikil dan batuan-
batuan ini diperkirakan berasal dari hulu sungai di
lahan hutan. Berdasarkan kelas prosentase kerikil
batuan, maka kelas prosentase tergolong kelas
tanpa sampai sedikit (b0), yaitu persentasenya
terhadap volume tanah antara 0-15%.
Spasial KarakteristikLahan Kawasan DAS
Gambar 8. Peta Sebaran Kelas Erosi DAS Mede Ds
Mede Ds
Penggunaan lahan yang tersebar di DAS
Mede Ds terbagi atas 6 kelas, yaitu :Hutan di DAS Spasial karakteristik lahan DAS dalam
Mede Dstersebar pada daerah hulu, dan memiliki penelitian ini diperlukan untuk menyederhanakan
luas 2.346,50 Ha, kebun campuranseluas7.337,76 karakteristik biofisik lahan DAS terkait dengan
Ha, kelas tanaman panganseluas376,04 Ha, kemampuan lahan, agar mudah diidentifikasi
kelas permukiman seluas1.343,46 Ha, kelas dan jelas secara spasial. Spasial karakteristik
semak seluas21,79 Ha, dan kelas lahan terbuka lahan DAS Mede disajikan pada lampiran 5.
seluas854,86 Ha.Jenis penggunaan lahan dan Berdasarkan karakteristik lahan, menunjukan
luasannya dilihat pada tabel 10. bahwa DAS Mede Ds memiliki tingkat curah
Tabel 10. Kelas Penggunaan Lahan Kawasan DAS
hujan dan erosivitas yang tergolong rendah
Mede Ds dan Luasannya (11,68 mm/hari dan R=1.871,73), memiliki lahan
Luas
yang mudah untuk diolah atau ditanam karena
Penggunaan Faktor hampir atau sedikit memiliki kerikil/batuan.
No
Lahan CP Ha %
Namun, dengan didominasi oleh : kelas lereng
1 Hutan 0,01 2.346,50 19.11 bertopografi agak curam-sangat curam (6.143,80
2 Kebun Campuran 0,02 7.337,76 59.75
atau >50%), jenis tanah yang tergolong agak
3 Tanaman Pangan 0,08 376,04 3.06
4 Permukiman 0,00 1.343,46 10.95
peka sampai sangat peka erosi (brown forest,
5 Semak 0,20 21,79 0.17 andosol, regosol), dan nilai kelas kepekaan tanah
6 Lahan Terbuka 1,00 854,86 6.96 sedang , menjadi potensi untuk terjadinya erosi.
Jumlah 12.280,40 100 Berdasarkan hasil penelitian, kelas erosi di DAS
Sebaran jenis penggunaan lahan di DAS Mede Ds didominasi oleh kelas sedang sampai
Mede Ds ditunjukan pada gambar 10. agak berat dengan luas 8.910,21 Ha (72,56%).

Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari


 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

Degradasi Lahan pada DAS Mede Ds Tabel12.Nilai T Tanah di DAS Mede Ds dan
Luasannya
Penggunaan lahan pada masing-masing
Nilai
kemampuan lahan memberikan pengaruh yang Jenis Taksonomi
Nilai
No Tanah (Sub de (mm) T (ton/
berbeda terhadap nilai erosi, yang pada akhirnya Tanah Order) fd
ha/thn)
berdampak pada kemungkinan terjadinya 1 Gleisol Tropepts 600 0,95 37,05
degradasi lahan. Degradasi lahan terjadi jika 2 Latosol Humoxs 900 1,00 58,50
nilai erosi aktual (A) melebihi nilai erosi 3 Brown Tropepts 600 1,00 39,00
yang ditoleransi (T). Pada DAS Mede Ds, Forest
Soil
memiliki nilai erosi yang ditoleransi berbeda-beda
4 Andosol Andepts 600 1,00 39,00
tergantung jenis tanah. Berdasarkan taksonomi
5 Regosol Orthents 600 1,00 39,00
tanah, tanah gleisol termasuk dalam sub order
Hasil dari pengolahan data ini
Aquepts dengan nilai faktor kedalaman tanah
menghasilkan nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE),
(fd)=0,95. Tanah brown forest termasuk dalam
dengan membandingkan nilai erosi aktual (A)
sub-order Tropepts dengan nilai faktor kedalaman
dengan nilai erosi yang ditoleransi (T) dan
tanah (fd)=1,00. Tanah latosol termasuk sub order
diperoleh hasil klasifikasi terdiri dari kelas AT
Humoks dengan nilai fd=1,00. Tanah andosol
dan A>T. Jika nilai AT, maka terindikasi tidak
termasuk dalam sub order Andepts dengan nilai
terjadi degradasi lahan dan tingkat IBE tergolong
fd=1,00. Tanah regosol termasuk dalam sub order
rendah, namun jika nilai A>T, maka terindikasi
Orthents dengan nilai fd=1,00. Untuk menentukan
bahwa lahan mengalami degradasi dan tingkat
kepadatan partikel tanah, menurut Foth(1994),
IBE bervariasi dari sedang sampai sangat tinggi
pertimbangan hanya diberikan untuk partikel
tergantung nilai IBE. Sebaran nilai IBE dan
yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel
luasannya disajikan pada tabel 4.12, dan secara
setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak
spasial ditunjukan pada gambar 13.
bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal
Tabel13. Kelas Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS Mede
ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume
Ds dan Luasannya
partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam
Nilai
gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral No A:T Indikasi
IBE
Tingkat Luas

kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/ 1 AT Tidak 1,0 Rendah 5.107,30
cm3. Hanafiah(2006), kerapatan partikel (bobot terjadi
partikel) adalah bobot massa partikel padat degradasi
2 A>T Terjadi >1,0 Sedang 6.270,04
persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki degradasi 4,0
kerapatan partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel 3 A>T Terjadi >4,0 Tinggi 48,19
erat hubungannya dengan kerapatan massa. degradasi 10,0
Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan 4 A>T Terjadi > 10 Sangat 854,87
degradasi Tinggi
massa dapat menentukan pori-pori pada tanah. Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa
Dengan demikian, nilai kerapatan tanah (Bd) luas lahan yang terdegradasi di DAS Mede Ds
yang akan digunakan dalam perhitungan nilai yaitu 7.173,11 Ha, dan yang tidak terdegradasi
T yaitu Bd=2,6 gr/cm3 atau setara dengan 260 seluas 5.107,30 Ha.
ton/ha.Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan Hammer (1981), KESIMPULAN
diketahui pada jenis tanah gleisol memiliki nilai
T=37,05 ton/ha/thn. Jenis tanah brown forest, Berdasarkan pada hasil penelitian
andosol dan regosol memiliki nilai T=39 ton/ha/ yang telah dilakukan di DAS Mede Ds, dapat
thn. Jenis tanah latosol memiliki nilai T=58,5 disimpulkan bahwa :
ton/ha/thn. Sebaran nilai T berdasarkan jenis Karakteristik lahan DAS Mede yang
tanah disajikan pada tabel 12. didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai
agak berat dengan luas 8.910,21 Ha (72,56%),

Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 

permeabilitas agak lambat (8.220,20 Ha atau


66,93%), kelas lereng bertopografi agak curam-
sangat curam (6.143,80 Ha atau >50%), jenis
tanah yang tergolong agak peka sampai sangat
peka erosi (brown forest, andosol, regosol),
menggambarkan bahwa DAS Mede Ds merupakan
kawasan DAS yang rentan terhadap degradasi
lahan.
Penggunaan lahan memiliki dampak
terhadap degradasi. Lahan terdegradasi terluas
(sesuai IBE) yaitu tingkat sedang seluas 6.270,04
Ha (51,06%). Gambar 13. Peta Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS
Mede Ds

DAFTAR PUSTAKA

Asdakh, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Biswas A. K., 2010. Watershed Management. International Water Resources Association, Oxford,
UK.
Mustafa M., Ahmad A, Ansar M, Syafiuddin M., 2012. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Hassanudin
Makasar.
Potschin M., 2009. CatchmentplanningandtheEcosystemsApproach (Progresstowardsapplication).
Centre for Environmental Management School of Geography, University of
Nottingham.
Purwadhi, S.H dan Sanjoto T. B., 2007. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN.
Jakarta.
Rusnam., Ekaputra E.G., Sitanggang E.M., 2013. Analisis Spasial Besaran Tingkat Erosi Pada Tiap
Satuan Lahan Di Sub Das Batang Kandis. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND.
Senawi, 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan. Fakultas Kehutanan UGM.
Senawi, 2007. Permodelan Spasial Ekologis Untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan Daerah Alira
Sungai (Kasus Di DAS Solo Hulu). Fakultas Kehutanan UGM-Yogyakarta.
Sitanggang, G. 1998, Pengenalan Teknologi Penginderaan Jauh dan Aplikasinya, LAPAN. Jakarta.
Suharsimi A, 1998. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh Jilid I dan II (cetakan kedua). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari

Potrebbero piacerti anche