Sei sulla pagina 1di 18

Drs.

Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

6
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

IMPLIKASI KONSTRUKTIVIS TERHADAP PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Drs. Bajongga Silaban, M.Pd


Dosen Kopertis Wilayah I dpk STKIP Teladan Medan
Abstract

Constructivism realize that our knowledge is a construction of us that we know


something. Student not only learn to imitated or reflect what was tought, but to
create understanding. Knowledge or understanding is formed by student actively,
not only passively received from the teacher. According to constructivist principle,
teacher acts as a mediator and fasilitator who helps the process of learning process
well. Emphasis is on the student who learn and not on the discipline or on the
teacher.
In appling constructivism cooperative learning, student must be work
cooperatively, work in this team and actively in their team to solve the problem
that has been decided. Moreover this learning model can motivates students to
increase the outcomes of their affective, cognitive and psychomotor and able to
complete individually or classically. To support the process of implementing
learning model needed school management system, curriculum, teacher, students,
headmaster, evaluate, facility, society, parents, etc managed by constructivist
principles so as to gain a maximal outcomes.
In this learning process, teacher do not have monopolize all the learning activities
from beginning until the end of learning process but emphasis on the approaching
constructivist and democracy, so that it will not be boring to the students.
Therefore teacher role more as a mediator, facilitator and motivator and ready to
complete all the answer the question delivered by the group to the other groups.

7
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

PENDAHULUAN
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi
digunakan dalam pendidikan sains IPA. siswa dan (6) guru adalah fasilitator.
Secara umum prinsip-prinsip itu berperan
Sebagai referensi, sekelompok guru
sebagai referensi dan alat refleksi kritis
mengambil prinsip konstruktivisme untuk
terhadap praktik, pembaruan dan perencanaan
menyusun metode mengajar yang lebih
pendidikan sains IPA. Prinsip-prinsip yang
menekankan keaktifan siswa baik belajar
sering diambil dari konstruktivisme antara
sendiri maupun bersama dalam kelompok.
lain (1) pengetahuan dibangun oleh siswa
Guru-guru mencari cara untuk lebih mengerti
secara aktif (2) tekanan dalam proses belajar
apa yang dipikirkan dan dialami siswa dalam
terletak pada siswa, (3) mengajar adalah
proses belajar. Mereka mimikirkan beberapa
membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam
kegiatan dan aktivitas yang dapat merangsang
proses belajar lebih pada proses bukan pada

siswa berpikir. Interaksi antar siswa di kelas mengungkapkan gagasan dan pemikiran
dihidupkan, siswa diberi kebebasan mereka sendiri.

Berbicara masalah kemampuan guru dalam Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan
menyampaiakan materi kepada siswa tidak dikelompokkan dalam constructivist theories
terlepas dari strategi yang dipilih guru. Pada of learning yang menyatakan bahwa siswa
dasarnya strategi itu merupakan rumusan harus menemukan sendiri dan mentrans-
petunjuk ke mana dan bagaimana upaya dan formasikan informasi kompleks, mengecek
perbuatan harus diarahkan agar tujuan yang informasi baru dengan aturan-aturan lama
dimaksud dapat terwujud. Selanjutnya dann merevisinya apabila aturan-atauran itu
maksud utama dari strategi pembelajaran tidak lagi sesuai. Belajar itu jauh lebih banyak
terletak pada pemilihan cara-cara daripada mengingat. Bagi siswa agar benar-
pembelajaran yang paling efektif dan efisien benar memahami dan dapat menerapkan
dalam memberikan pengalaman belajar yang pengetahuan, mereka harus bekerja
diperlukan siswa untuk mencapai tujuan memecahkan masalah, menemukan segala
pembelajaran yang telah ditetapkan (Suparno, sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah
1997: 11). payah dengan ide-ide.

Pengertian Konstruktivis

8
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting yang lebih tinggi, dengan catatan siswa
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa sendiri yang harus memanjat anak tangga
guru tidak dapat hanya sekedar memberikan tersebut.
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus aktif
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
membangun sendiri pengetahuan dalam
dimana harus siswa itu sendiri yang
benaknya. Guru dapat memberikan
menemukan dan mentransformasikan
kemudahan untuk proses ini, dengan
informasi kompleks apabila mereka
memberikan siswa kesempatan untuk
diharuskan menjadi informasi itu sebagai
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
miliknya.
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar
dan secara sadar menggunakan strategi Konstruktivis dalam pembelajaran lebih
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat menekankan pemrosesan yang bersifat top-
memberi siswa anak tangga yang berdiri down yang berarti bahwa siswa belajar yang
untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak dimulai dari masalah kompleks untuk
tangga yang membawa siswa ke pemahaman dipecahkan dan kemudian memecahkan atau
menemukan keterampilan-keterampilan dasar

yang diperlukan. Pemrosesan yang bersifat Constructivist approach to teaching typically


make extensive use of cooperative learning,
top-down ini bertentangan dengan
on the theory that students will more easily
pemrosesan yang bersifat bottom-up discover and comprehend difficult concept if
they can talk with each other about the
tradisional yang mana keterampilan-
problem. Students routinely work in pair or
keterampilan dasar secara tahap demi tahap group of four to help each other solve
complex problems.
dibangun menjadi keterampilan yang lebih
kompleks. Fungsi dan Peran Guru dalam
Konstruktivis
Kostruktivis dengan menerapkan pembelaja- 1. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
ran kooperatif secara ekstensif akan dapat Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru
membantu siswa untuk menemukan dan berperan sebagai mediator dan fasilitator yang
memahami konsep-konsep yang sulit aapabila memebantu agar prosesbelajar siswa berjalan
mereka dapat saling mendiskusikan masalah- dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang
masalah itu dengan teman lainnya. Hal ini belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru
senada dengan yang dikemukakan oleh Slavin yang mengajar. Berikut akan dijabarkan
(1994: 227) bahwa:

9
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

fungsi mediator dan fasilitator dalam siswa. Guru harus memotivasi siswa dan
beberapa tugas. menyediakan pengalaman konflik.
d. Memonitor, mengevaluasi, dan
a. Menyediakan pengalaman belajar
menunjuk-kan apakah pemikiran siswa jalan
yang memungkinkan siswa bertanggung
atau tidak. Guru menunjukkan dan memper-
jawab dalam membuat rancangan, proses,
tanyakan apakah pengetahuan siswa itu
dan penelitian. Oleh karena itu jelas
berlaku untuk menghadapi persoalan baru
berceramah bukanlah tugas utama seorang
yang berkaitan. Guru membantu menge-
guru.
valuasi hipotesis dan kesimpulan siswa.
b. Menyediakan atau memberikan
Agar peran dan tugas tersbut berjalan dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang
optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang
keingintahuan siswa dan membuat mereka
perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran
untuk mengekspresikan gagasan-
yang perlu disadari oleh guru.
gagasannya dan mengkomunikasikan ide
ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan
merangsang siswa berpikir secara produktif. siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah
c.Menyediakan kesempatan dan pengalaman mereka ketahui dan pikirkan.
yang paling mendukung proses belajar
b. Tujuan dan apa yang dibuat di kelas kadang siswa berpikir berdasarkan
sebaiknya dibicarakan bersama sehingga pengandaian yang tidak diterima guru.
siswa sungguh terlibat. Karena siswa harus membangun sendiri
c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar pengetahuan mereka, maka seorang guru
mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan harus melihat mereka bukan sebagai lembaran
siswa. Ini dapat dilakukan dengan kertas putih kosong atau tabula rasa. Mereka
berpartisipasi sebagai siswa di tengah sudah membawa pengetahuan awal.
siswa lainnya. Pengetahuan yang mereka miliki adalah dasar
d. Diperlukan keterlibatann dengan siswa untuk membangun pengetahuan selanjutnya.
yang sedang aberjuang dan kepercayaan Karena itu, guru perlu mengerti pada taraf
terhadap siswa bahwa mereka dapat manakah pengetahuan mereka.
belajar.
Apapun yang dikatakan seorang siswa dalam
e. Guru perlu memiliki pemikiran yang
menjawab suatu persoalan adalah jawaban
fleksibel untuk dapat mengerti dan
yang masuk akal abagi mereka pada saat itu.
menghargai pemikiran siswa, karena
Jawaban yang diberikan aperlu ditanggapi

10
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

serius, apapun salah mereaka seperti yang jalan untuk menjelaskan mengapa suatu
dilihat guru. Bagi siswa, dinilai salah jawaban tidak aberlaku untuk keaadaan itu.
merupakan suatu yang mengecewakan dan
Guru konstruktivis tidak pernah akan
mengganggu. Guru harus memberikan jalan
membenarkan ajarannya dengan mengklaim
untuk menginterpretasikan pertanyaan.
bahwa ini satu-satunya yang benar. Di
Dengan demikian, diharapkan jawabannya
dalam sains, guru tidak dapat berkata lebih
akan lebih baik di kemudian hari.
daripada ini adalah jalan terbak untuk
Seorang guru tidak boleh beranggapan bahwa situasi ini, ini adalah jalan yang terefektif
cara berpikir siswa sederhana. Guru perlu untuk soal ini sekarang.
belajar, mengerti cara berpikir mereka
Guru perlu menciptakan suasana yang
sehingga dapat membantu mereka
membuat siswa antusias terhadap persoalan
memodifikasinya. Dan akan lebih baik
yang ada sehingga mereka mau mencoba
apabila langsung ditanyakan kepada mereka
memecahkan persoalannya. Selain itu guru
bagaimana cara mendapatkan jawaban
perlu membantu mengaktifkan siswa untuk
tersebut. Cara ini akan lebih baik untuk
berpikir. Hal ini dilakukan dengan
menemukan pemikiran mereka dan membuka
membiarkan mereka berjuang dengan
persoalan yang ada dan membantu mereka

hanya sejauh bertanya dan minta tolong. Guru berarti menyalahi sejarah perkembangan
dapat memberikan orientasi dan arah tetapi sains yang juga dimulai dari kesalahan-
tidak boleh memaksakan arah itu namun kesalahan.
siswa itu sendiri yang menemukan
Sangat penting bahwa guru tidak mengajukan
pemecahannya.
jawaban satu-satunya sebagai yang benar,
Guru perlu membiarkan siswa menemukan terlebih dalam persoalan yang berdasarkan
cara yang paling menyenangkan dalam suatu pengalaman. Dalam sejarah sains kita
memecahkan suatu persoalan. Dan tidak akan melihat bahwa teori-teori yang lama tidaklah
menarik bila setiap kali guru menyuruh siswa salah dalam perkembangannya, tetapi lebih
memakai satu cara saja. Siswa kadang suka dikatakan sebagai tidak dapat menjawab
mengambil jalan yang tidak disangka atau persoalan-persoalan baru. Teori-teori itu tetap
yang tidak konvensional untuk memecahkan dapat menjawab persoalan lama yang
suatu soal. Bila seorang guru tidak dihadapinya pada waktu menemukannya.
menghargai cara penemuan tersebut, ini Salah satu contoh dalam Fisika yaitu tentang

11
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

teori Newton tentang gerak tidaklah salah mempunyai pandangan yang sanagt luas
tetapi tidak mencukupi lagi untuk menjawab mengenai pengetahuan tentang bahan yang
gerak dalam dimensi mikro. Lalu ditemukan akan diajarkan. Pengetahuan yang luas dan
teori baru yang dapat menjawabnya. Namun, mendalam memungkinkan seorang guru
sampai sekarang pun teori Newton tetap dapat menerima pandangan dan gagasan yang
digunakan untuk menjawab persoalan- berbeda dari siswa dan juga memungkinkan
persoalan dalam dunia makro. untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan
atau tidak.
Guru perlu mengerti sifat kesalahan siswa.
Perkembangan intelektual dann matematis Dari pengalaman mengajar cukup jelas bahwa
penuh dengan kesalahan dan kekeliruan. Hal ada beberapa yang menjadi diktator dengan
ini merupakan bagian dari konstruksi semua mengklaim bahwa jalan yang dia berikan
bidang yang tidak boleh dihindarkan. Guru adalah satu-satunya yang benar. Akibatnya,
perlu melihat kesalahan sebagai suatu sumber mereka menganggap salah semua pemikiran
informasi tentang penalaran dan sifat skemata dan jalan yang digunakan siswa bila tidak
anak. cocok dengan pemecahan guru. Cara tersebut
akan mematikan kreativitas dan pemikiran
2. Penguasaan Bahan
siswa dan ini tentu berlawanan dengan prinsip
Peran guru sangat menuntut penguasaan
bahan yang luas dan mendalam. Guru perlu

konstruktivisme. Sangat perlu bahwa seorang yang diperlukan oleh siswa dalam
guru, selain menguasai bahan juga mengerti memperkembangkan pengetahuan mereka.
konteks bahan itu. Seorang guru, misalnya
Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivis
guru Fisika, perlu menyertai bagaimanana
suatu teori Fisika berkembang dalam sejarah. Menurut Driver dan Oldham dalam Matthews
Pemahaman historis ini akan meletakkan (1994) menjabarkan beberapa ciri pendekatan
suatu pengetahuan dalam konteks yang lebih konstruktivis sebagai berikut:
mudah dipahami daripada bila terlepas begitu
1. Orientasi
saja.
Siswa diberi kesempatan untuk mengembang-
Guru konstruktivis diharapkan juga mengerti
kan motivasi dalam mempelajari suatu topik.
proses belajar yang baik. Mereka perlu
Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan
mengerti proses asimilasi dan akomodasi
observasi terhadap topik yang hendak
dipelajari.
12
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

2. Elisitasi dengan ide lain atau idenya tidak dapat


Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
secara jelas dengan berdiskusi, menulis, diajukan teman-teman.
membuat poster, dan lain-lain. Siswa diberi c. Mengevaluasi ide barunya dengan
kesempatan untuk mendiskusikan apa yang eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada
diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, baiknya bila gagasan yang baru dibentuk
ataupun poster. itu diuji dengan sesuatu percobaan atau
persoalan baru.
3. Restrukturisasi ide
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi
a. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk
ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi
oleh siswa perlu diaplikasikan pada
maupun lewat pengumpulan ide.
bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal
Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang
ini akan membuat pengetahuan murid lebih
dapat terangsang untuk merekonstruksi
lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala
gagasannya kalau tidak cocok atau
macam pengecualiannya.
sebaliknya, menjadi lebih yakin bila
5. Review, bagaimana ide itu berubah
gagasannya cocok.
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi
b. Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi
dalam diskusi itu idenya bertentangan
sehari-hari, seseorang perlu merevisi
gagasannya entah dengan menambahkan demikian dalam pembelajaran kooperatif
suatu keterangan ataupun mungkin dengan menekankan kerjasama antar anggota dalam
mengubahnya menjadi lebih lengkap. kelompok supaya dapat memecahkan masalah
Pengertian Pembelajaran Kooperatif dengan benar. Skema skematik model
pembelajaran kooperatif ditampilkan seperti
Pembelajaran Kooperatif merupakan salah
pada Gambar 1.
satu bentuk pembelajaran dengan
mengelompokkan siswa-siswanya dalam Tujuan Umum Pembelajaran Kooperatif
beberapa kelompok untuk memecahkan suatu
Semua model mengajar ditandai dengan
masalah. Menurut Lie (1999), cooperative
adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan
learning adalah sistem pengajaran yang
struktur penghargaan (reward). Struktur tugas
memberi kesempatan kepada anak didik untuk
mengaju kepada dua hal, yaitu pada cara
bekerjasama dengan sesama siswa dalam
pembelajaran yang diorganisasikan dan jenis
tugas-tugas yang terstruktur. Dengan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam

13
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran


Penjabaran
klasikal maupun pengajaran dengan Motivasi keterangan-
Belajar keterangan
kelompok kecil. Struktur tujuan suatu teman
sekelompok
pelajaran adalah sejumlah kebutan yang ingin Keberhasilan
Kelompok Motivasi untuk Teman
dicapai oleh siswa dan guru pada akhir mendorong kelompok
didasarkan semangat sebagai contoh
pelajaran atau pada saat siswa menyelesaikan pada masing- teman agar
masing anggota belajar
pekerjaannya. Terdapat tiga macam struktur kelompok
tujuan yang telah berhasil didentifikasi. Motivasi
untuk Penjabaran
Struktur tujuan individualistik jika tujuan membantu Kognitif
yang dicapai oleh seorang siswa individual teman
supaya
tidak memiliki konsekwensi terhadap belajar
Berlatih
pencapaian tujuan siswa lainnya. Struktur bersama teman
Meningkatakan
kelompok
tujuan kompetitif terjadi jika seorang siswa Pembelajaran

dapat mencapai tujuan tersebut tiaptiap


Menguji dan
individu ikut andil menyumbang pencapaian mengoreksi
hasil kerja
tujuan. Siswa yakin bahwa tujuan mereka teman
kelompok
akan tercapai jika dan hanya jika siswa Gambar 1. Model Pembelajaran Kooperatif
lainnya juga mencapai tujuan tersebut.
(Slavin, 1995: 45)

Untuk berbagai macam model pembelajaran, dan mereka harus mengkoordinasikan


struktur penghargaan ini juga bervarisasi. usahanya untuk menyelesaikan tugas. Dalam
Struktur penghargaan individualististik terjadi penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau
bila suatu penghargaan itu dapat dicapai oleh lebih individu saling bergantung satu sama
siswa manapun. Struktur penghargaan lain untuk mencapai satu penghargaan
kompetitif terjadi bila penghargaan itu bersama. Mereka akan berbagi penghargaan
diperoleh untuk individu tetapi melalui tersebut seandainya mereka berhasil sebagai
persaingan dengan siswa lain. Pembelajaran kelompok. Model pembelajaran kooperatif
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, dikembangkan untuk mencapai setidak
tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa tidaknya tiga tujuan instrksional penting.
bekerja dalam situsasi semangat pembelajaran Yaitu kemampuan akademik, penerimaan
kooperatif meliputi dan atau membutuhkan terhadap perbedaan individu, dan
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama

14
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

pengembangan keterampilan sosial. bersama. Mereka akan berbagi penghargaan


(Arends, 1997 : 111 113). tersebut seandainya mereka berhasil sebagai
kelompok. Model pembelajaran kooperatif
Untuk berbagai macam model pembelajaran,
dikembangkan untuk mencapai setidak
struktur penghargaan ini juga bervarisasi.
tidaknya tiga tujuan instrksional penting,
Struktur penghargaan individualististik terjadi
yaitu kemampuan akademik, penerimaan
bila suatu penghargaan itu dapat dicapai oleh
terhadap perbedaan individu, dan
siswa manapun. Struktur penghargaan
pengembangan keterampilan sosial.
kompetitif terjadi bila penghargaan itu
(Arends, 1997 : 111 113).
diperoleh untuk individu tetapi melalui
persaingan dengan siswa lain. Pembelajaran 1. Kemampuan Akademik (Academic
Achievement)
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas,
tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa Meskipun pembelajaran kooperatif mencakup

bekerja dalam situsasi semangat pembelajaran bermacam-macam objek-objek sosial, namun

kooperatif meliputi dan atau membutuhkan juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa

kerja sama untuk mencapai tujuan bersama pada tugas-tugas akademik yang penting. Dan

dan mereka harus mengkoordinasikan selanjutnya pembelajaran kooperatif dapat

usahanya untuk menyelesaikan tugas. Dalam bermanfaat bagi siswa yang berprestasi tinggi

penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau maupun rendah yang bekerjasama dalam

lebih individu saling bergantung satu sama tugas-tugas akademik . Hal ini dapat terjadi

lain untuk mencapai satu penghargaan karena siswa yang prestasinya tinggi harus

membantu yang rendah, sehingga siswa yang berprestasi rendah. Oleh karena itu akan
berprestasi tinggi akan selalu berpikir untuk terjadi hubungan sosial di antaranya.
menjelaskan kepada temannya yang

2. Penerimaan Perbedaan (Acceptance Of 3. Perkembangan Keterampilan Sosial


Diversity) (Social Skill Development)
Maksudnya adalah penerimaan terhadap Tujuannya adalah untuk mengajar
orang yang berbeda baik ras, kebudayaan, keterampilan kerja sama siswa dalam
kelas sosial, maupun kemampuan. lingkungan sosial dan lingkungan yang banyk
Pembelajaran kooperatif memberikan perbedaan budaya.
kesempatan pada siswa dengan bermacam-
Teori Yang Melandasi Konstruktivis dan
macam latar belakang dan keadaan untuk Implikasinya Terhadap Pembelajaran
mengerjakan tugas bersama-sama. Kooperatif

15
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

1.David Ausubel penting dari guru ialah merumuskan kembali


bahwa yang bersifat teknik kedalam bahasa
Salah satu teori yang mendasari pendekatan
yang mudah di pahami oleh siswa. Ausubel
konstruktivis yang berpendapat bahwa
berpendapat bahwa sebagian besar
pengetahuan yang dimiliki oleh anak
pengetahuan kita peroleh melalui bahasa dan
merupakan elemen pendidikan yang penting.
bukan melalui manipulasi materi atau benda.
Hal yang sangat penting diketahui oleh guru
Pendapat Ausubel tersebut tidaak mendapat
pada awal pembelajaran ialah apa yang telah
dukungan dari para constructivist Inggris
diketahui oleh setiap siswa. Bertitik tolak dari
dalam bidang matematika dan bidang sains
pengetahual awal siswa (Entry Behaviour =
mereka berpendapat sebaliknya , yaitu siswa
EB) dan strategi belajarnya, guru dapat
belajar terutama melalui pengalaman
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
pengalaman praktis. Tetapi Brown dan Denvir
Ausubel berpendapat bahwa siswa (1985) mengingatkan bahwa pengalaman
memerlukan bimbingan, agar dapat belajar pengalaman praktis jangan sampai menjadi
dengan efektif. Ausubel mempertahankan tujuan akhirnya. Artinya, semua hal karena
pendapatnya yang disebut meaningful verbal diperoleh melalui pengalaman langsung.
learning. Dengan cara ini, kepada siswa
Meaningful verbal learning, menurut Ausubel,
diberikan konsep-konsep penting oleh guru
perlu dibedakan dengan mempelajari materi
dalam bentuk informasi yang mudah
secra verbal tanpa diikuti oleh perubahan
diasimilasi oleh siswa oleh sebab itu siswa
struktur kognitif pada diri
tidak perlu menemukannya sendiri. Fungsi

siswa. Ausubel berpendapat bahwa informasi Pelopor konstruktivis yang lain yaitu Piaget
baru perlu diintegrasikan dengan pengetahuan yang berpendapat bahwa anak membangun
yang sudah ada. Jika tidak, informasi baru sendiri skematanya dari pengalamannya
tersebut tidak akan bermakna bagi siswa. sendiri dengan lingkungannya. Tetapi,
Ausubel berasumsi bahwa semua anak belajar menurut pakar tertentu, Piaget berbeda
dengan cara yang sama, terlepas dari dengan para konstruktivist masa kini karena
lingkungan fisik dan sosialnya. Sebaliknya, menekankan pentingnya peran kemampuan
kebanyakan para konstruktivis berpendapat anak sebagai faktor genetik. Di samping itu,
bahwa lingkungan belajar anak mempunyai banyak diantara para konstruktivist yang tidak
peran penting dalam pemahaman. dapat menerima teori Piaget tentang adanya
tahap-tahap perkembangan kognitif. Mereka
2. Piaget

16
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

berpendapat bahwa perkembangan kognitif Para konstruktivis bahkan lebih menekankan


adalah proses pemodifikasian konsep-konsep pentingnya pengalaman siswa diluar
yang telah ada yang berlangsung secara sekolah,terutama dalam periode lima tahun
berangsur-angsur. Sama halnya dengan pertama sejak anak dilahirkan. Banyak
Piaget, para konstruk-tivis beranggapan konsep-konsep dasar tentang bahasa , hewan,
bahwa anak-anak membangun konsep- tumbuhan, menghitung dan lingkungan hidup
konsepnya melalui pengalamannya. Meskipun di sekitanrnya diperoleh selama periode lima
demikian, para konstruktivist menganggapnya tahun pertama. Konsep-konsep awal tersebut
hanya sebagai respon terhadap tidak mudah diubah oleh guru. Strategi
lingkungannya, dan tidak banyak dipengaruhi kognitif yang telah diperoleh anak dalam
oleh faktor genetik. Persamaan anatara Piaget periode lima tahun pertama juga sulit
dengan konstruktivist lainnya terletak pada dipengaruhi oleh guru.
peran guru sebagai fasilitator dan buka
3. Jerome Bruner
sebagai pemberi informasi. Guru perlu
menciptakan lingkungan belajar yang Discovery learning menurut Jerome Bruner
kondusif bagi siswa-siswanya. Tetapi, yang adalah model pengajaran yang dikembangkan
menganut faham konstruktivist lebih berdasarkan pada pandangan kognitif tentang
memperhatikan pengeta-huan awal-awal pelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Di
siswanya. Idealnya, guru perlu mengetahui dalam discovery learning siswa didorong
dengan pasti tingkah laku awal dalam strategi untuk belajar sendiri. Siswa belajar melalui
belajar yang dimiliki oleh setiap siswanya.

keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan beroikir, karena mereka harus menganalisa
prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa dan memanipulasi sejumlah informasi.
untuk mendapatkan pengalaman dan
4.Vygotsky
melakukan eksperimen yang memungkinkan
Sumbangan terpenting dari teori vygotsky
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
adalah penekanan pada hakekat sosiokultual
mereka sendiri. Discovery learning memiliki
pembelajaran. Dia yakin bahwa pembelajaran
beberapa keuntungan. Pembelajaran ini
terjadi saat siswa bekerja dalam zona
membangkitkan keingintahuan mereka untuk
perkembangan proximal. Tugas dalam zona
bekerja sampai mereka menemukan
perkembangan proximal adalah yang tidak
jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan
boleh dilakukan sendiri oleh anak, namun
masalah secara mandiri dan keterampilan
boleh dilakukan sengan bantuan guru atau

17
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

teman. Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa individu) menciptakan struktur penghargaan
pemungsian mental lebih tinggi dalam antar perorangan di dalam suatu kelompok
percakapan dan kerjasama antara individu sedemikian rupa sehingga anggota-anggota
sebelum ada pada diri individu tersebut. kelompok itu akan saling memberkan
penguatan sosial (seperti pujian dan
5.Teori Motivasi
dorongan) sebagai respons terhadap upaya-
Menurut pandangan teori motivasi,struktur upaya berorientasi tugas teman kelompoknya.
tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi Kritik teori motivasi terhadap
dimana satu-satunya cara agar anggota pengorganisasian kelas secara tradisional
kelompok dapat mencapai tujuan pribadi adalah bahwa pemberian rangking prestasi
mereka sendiri hanya apabila kelompok itu belajar yang kompetitif dan sistem
berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai penghargaan yang tidak formal terhadap kelas
tujuan pribadi mereka, anggota kelompok menciptakan norma kelas yang memperlemah
harus membantu teman kelompoknya dengan upaya-upaya akademik. Karena keberhasilan
cara melakukan apa saja yang dapat sebagai seorang siswa mengurangi
membantu kelompok itu berhasil, dan kemungkinan siswa lain akan berhasil, siswa
barangkali yang lebih penting adalah cenderung menerapkan norma bahwa siapa
mendorong teman kelompoknya untuk yang berhasil mencapai prestasi belajar tinggi
melakukan upaya maksimum. Dengan kata menjadi kesayangan guru. Namun apabila
lain, memberikan penghargaan kepada siswa bekerja bersama-sama menuju suatu
kelompok berdasarkan kepada penampilan tujuan bersama, seperti yang mereka
kelompok (atau gabungan dari penampilan

lakukan pada saat struktur penghargaan Di dalam kelas kooperatif, seorang siswa
kooperatif diterapkan, upaya-upaya belajar yang bekerja keras, rajin hadir di kelas, dan
mereka justru membantu teman kelompok membantu yang lain untuk belajar dihargai
mereka berhasil. Oleh karena itu siswa saling dan didorong oleh teman-teman kelompok-
mendorong untuk belajar, saling memperkuat nya, jauh berbeda atau amat kontars
upaya-upaya alademik, dan menerapkan dibandingkan dengan situasi dalam kelas
norma yang menunjang pencapaian hasil tradisional. Ringkasnya dapat dikatakan
belajar yang tinggi. bahwa tujuan kooperatif menciptakan norma-

18
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

norma pro akademik itu memiliki pengaruh Teori elaborasi kognitif.


penting terhadap hasil belajar. Pandangan teori elaborasi kognitif amat
berbeda dengan teori perkembangan.
6.Teori Kognitif
Penelitian dalam psikologi kognitif telah
Sementara teori motivasi tentang menemukan bahwa apabila informasi harus
pembelajaran kooperatif menekankan pada tinggal dalam memori, siswa harus terlibat
seberapa jauh tujuan-tujuan kooperatif dalam beberapa macam kegiatan restruktur
berpengaruh terhadap motivasi siswa atau elaborasi kognitif atas suatu materi.
melakukan kerja akademik, teori-teori Sebagai missal, membuat ikhtisar atau outline
kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam dari suatu kuliah merupakan kegiatan belajar
suasana kebersamaan di dalam kelompok itu yang lebih baik daripada sekedar membuat
sendiri (apakah kelompok mencoba suatu catatan, karena ikhtisat atau outline
tujuan kelompok atau tidak). Teori-teori menghendaki siswa mengorganisasi materi
kognitif dapat dikelompokkan dalam dua dan memilih materi yang penting. Salah satu
kategori sebagai berikut ini. cara elaborasi yang paling efektif adalah
menjelaskan materi itu kepada orang lain.

Keterampilan Kooperatif
Teori perkembangan.

Keterampilan kooperatif adalah suatu


Asumsi dasar teori perkembangan adalah
keterampilan yang dilakukan siswa dalam
bahwa interaksi antar siswa di sekitar tugas-
pembelajaran kooperatif. Hal ini berarti dalam
tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan
pembelajaran kooperatif tersebut, siswa selain
mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.
mempelajari materi yang diberikan juga harus
Vygotsky mendefinisikan zone of proximal
mempelajari keterampilan-keterampilan
development sebagai jarak jarak antara
kooperatif. Selanjutnya jika siswa yang
tingkat perkembangan sesungguhnya yang
berada dalam kelompok belajar kooperatif
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
tersebut menggunakan keterampilan-
masalah secara mandiri dan tingkat
keterampilan kooperatif yang dilatihkan,
perkembangan potensial yang didefinisikan
maka dapat memperlancar proses belajar yang
sebagai kemampuan pemecahan masalah di
berlangsung dalam kelompok tersebut.
bawah bimbingan orang dewasa atau melalui
Adapun keterampilan-keterampilan kooperatif
kerjasama dengan teman sejawat yang lebih
tersebut antara lain dijelaskan oleh Lungdren
mampu.
(1995: 22-26) sebagai berikut.

19
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

1. Keterampilan kooperatif tingkat c. Bilamana mungkin, kelompok terdiri dari


awal, meliputi menggunakan bermacam-macam suku, kebudayaan, dan
kesdepakatan, menghargai kontribusi, jenius kelamin.
d. Sistem penghargaan lebih menekankan
mengambil giliran dan berbagi tugas,
kelompok daripada individu.
berada dalam kelompok, berada dalam
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
tugas, mendorong partisipasi,
disimpulkan bahwa model pembelajaran
menyelesaiakan tugas pada waktunya,
kooperatif memerlukan kerjasama antar siswa
dan menghormati perbedaan individu.
dan saling ketergantungan dalam struktur
2. Keterampilan kooperatif tingkat pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
Perlu diketahui bahwa unsur-unsur kelompok
menengah, meliputi menunjukkan
dalam pembelajaran kooperatif (Linda
penghargaan dan simpati,
Lundgren, 1945: 5) adalah sebagai berikut.
mengungkapkan ketidaksetujuan a. Kepemimpinan bersama.
dengan cara yang dapat diterima, b. Saling ketergantungan positif.
c. Keanggotaan yang heterogen.
mendengarkan dengan aktif, bertanya d. Pengajar mempelajari keterampilan
membuat ringkasan, menafsirkan kooperatif.
ketepatan, menerima tanggung jawab, e. Tanggung jawab terhadap hasil belajar
dan mengurangi ketegangan. seluruh anggota kelompok.
3. Keterampilan kooperatif tingkat f. Menekankan pada tugas dan hubungan
mahir, meliputi mengelaborasi, kooperatif.
g. Didukung oleh guru
memeriksa dengan cermat, menuntut h. Satu hasil kelompok
kebenaran, menetapkan tujuan, dan i. Evaluasi kelompok
Peran Guru dan Siswa dalam
berkompromi. Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif 1. Peran Guru


Peran guru dalam menggunakan pembelajaran
Menurut Arends (1997: 111), ciri-ciri dari kooperatif adalah sebagai berikut:
pembelajaran kooperatif adalah sebagai a. Mendukung
b. Melemparkan pertanyaan
berikut. c. Mengajar keterampilan sosial
d. Mengelola konflik
a. Para siswa bekerja secara kooperatif dalam e. Struktur saling ketergantungan
kelompok untuk mendapatkan bahan- f. Membantu siswa menilai kerja kelompok
g. Struktur kontroversi atau perdebatan
bahan akademik (pelajaran). h. Menyediakan sumber. Lundgren (1994: 9)
b. Kelompok terdiri dari siswa pandai, 2. Peran Siswa
sedang, dan rendah

20
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

Lundgren (1994: 5) menjelaskan tentang mitra yang bersama-sama membangun


peran siswa dalam pembelajaran kooperatif pengetahuan yang merupakan salah satu
sebagai berikut. implikasi konstruktvis terhadap pembelajaran
a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa
kooperatif.
mereka tenggelam atau berenang
bersama (sink or swim together).
Simpulan
b. Siswa harus memiliki tanggung jawab
1. Konstruktivis memiliki implikasi yang
terhadap tiap siswa lain dalam
memiliki yang kuat terhadap proses
kelompoknya, di samping tanggung jawab
pembelajaran kooperatif yang bertujuan
terhadap dirinya sendiri, dalam
untuk memberhasilkan masing-masing
mempelajari materi yang dihadapi.
individu kelompok terutama siswa yang
c. Siswa harus berpandangan bahwa mereka
memiliki kemampuan yang rendah.
semuanya memiliki tujuan yang sama
2. Konstruktivis menuntut guru yang
d. Siswa harus membagi tugas dan berbagi
berpikiran luas dan mendalam serta sabar
tanggung jawab sama besar di antara para
dan peka terhadap gagasan-gagasan yang
anggota kelompok.
e. Siswa akan diberi satu evaluasi atau berbeda dari siswa. Hal ini sesuai dengan
penghargaan yang akan ikut berpengaruh tuntutan pembelajaran kooperatif dimana
terhadap evaluasi seluruh anggota siswa harus bekerja keras untuk
kelompok menemukan pemecahan terhadap suatu
f. Siswa berbagi kepemimpinan sementara
permasalahan dan guru harus siap untuk
sehingga mereka memperoleh
menjawab pertanyan yang diajukan siswa.
keterampilan bekerjasama selama belajar. 3. Dalam sistem belajar konstruktivis, guru
g. Siswa akan diminta mempertanggung
diberi kebebasan untuk mengembangkan
jawabkan secara individual materi yang
kelasnya berdasarkan situai perkembangan
ditangani dalam kelompok kooperatif.
berpikir siswa itu sendiri. Hal ini relevan
Dari berbagai uraian-uraian diatas ternyata
dengan pembelajaran kooperatif dimana
guru bukanlah seseorang yang maha tahu dan
siswa suatu saat jika diperlukan dapat
siswa bukanlah yang belum tahu dan karena
berpindah dari satu kelompok ke kelompok
itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar
yang lain.
siswa aktif mencari tahu dengan membentuk
4. Sistem belajar konstruktivis baru akan
pengetahuannya, sedangkan guru membantu
berhasil dengan sempurna bila seluruh
agar pencarian itu beralasan baik. Dalam
sistem persekolahan disesuaikan dengan
banyak hal guru dan siswa bersama-sama
prinsip konstruktivis. Ini berarti bahwa
membangun pengetahuan. Dalam artian inilah
baik sistem pengaturan sekolah,
hubungan guru dengan siswa lebih sebagai

21
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

kurikulum, guru, siswa, kepala sekolah, tetapi menunjukkan apakah gagasan, ide,
evaluasi, prasarana, masyarakat, orang tua, dan interpretasi siswa tersebut sungguh
dan lain-lain diatur menurut prinsip-prinsip berjalan dan berlaku.
konstruktivis. Dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
kooperatif seluruh sistem ini sangat
Arends. 1997. Classroom Instruction and
diperlukan, jika tidak maka hasil yang
Management .USA: Mc Graw Hill.
dicapai pasti kurang memuaskan dan
Hasan S. dan Echol J.M. 1987. Kamus
tatkala pembelajaran akan mengalami Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
kegagalan. Lundgren, Linda. 1994. Cooperative
5. Akhirnya konstruktivisme dengan Learning in The Science Classroom.
menerapkannya pada pembelajaran New York: Glencou/McGraw-Hill.
kooperatif merupakan suatu tawaran bagi Lie, Anita. 1995. Peranan Sistem
kita, apakah kita dapat menggunakannya Pengajaran Gotong Royong Dalam
Era Globalisasi. Surabaya: Surabaya
atau tidak terserah pada kita. Namun Post.
kiranya, meskipun sulit menjalankan Matthews. 1994. Science Teaching. New
secara penuh, akan tetap berguna dan dapat York: Routledge.
membantu kemajuan siswa di kemudian Ossont, Dave. 1993. Science Scope: How I
hari, apabila para guru dapat membantu Use Cooperative Learning: New York.

agar siswa sungguh belajar Slavin, Robert E. 1994. Education


Psychology Theory And Practice.
mengkonstruksi pengetahuan mereka Second Edition. Boston: Allyn and
selama di bangku sekolah. Biarkanlah Bacon.
mereka untuk berpikir kritis terhadap Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
Learning: Theory, Research, And
bahan yang mereka pelajari dan
Practice. Second Edition. Boston:
mengungkapkan gagasan dan ide serta Allyn and Bacon.
interpretasi mereka terhadap apapun yang Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme
mereka pelajari. Dan kepada guru diajak dalam Pendidikan. Yogjakarta:
Kanisius.
agar tidak mematikan kreativitas siswa,

22
Drs. Bajongga Silaban, MPd JURNAL UDA

23

Potrebbero piacerti anche