Sei sulla pagina 1di 12

PERBANDINGAN HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM

TERHADAP PATI JAGUNG MANIS (Zea mays L.)


DALAM PEMBUATAN GULA CAIR
RTM Sutamihardja1), Mia Azizah2), Bekti Dwisepti Mafiana1)*
1)
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa Bangsa Bogor
2)
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Nusa Bangsa Bogor
Jl. KH Sholeh Iskandar KM 4 Cimanggu Tanah Sareal, Bogor 16166
*email : bektimaff@gmail.com

ABSTRACT

Comparison Hydrolisis of Enzymatic and Acid of Sweet Corn Starch


(Zea mays L.) in Liquid Sugar Production

Sweet corn starch (Zea mays L.) contains high carbohydrate that can be
used for food and industrial purposes. Sweet corn starch can be used for liquid
sugar as alternative sweetener by enzymatic or acid hydrolysis. The enzymatic
hydrolysis was performed by treating the starch with alpha amylase for
liquefaction and glucoamylase for saccharification, while acid hydrolysis was
performed by mixing the starch with 1,0 N hydrochloric acid. According to the
results, the yield of enzymatic hydrolysis is higher than acid hydrolysis. The
highest yield of liquid sugar is 91,73% produced by enzymatic hydrolysis using
alpha amylase 42L and glucoamylase 42L and 59,40% of reducing sugar. The
yield of liquid sugar produced by acid hydrolysis using HCl 1,0 N is 78,55% and
31,48% of reducing sugar.

Key words : Zea mays, starch, liquid sugar, hydrolisis of hydrochloric acid,
hydrolisis of alpha amylase, hydrolisis of glucoamylase

ABSTRAK

Pati jagung manis (Zea mays L.) mengandung karbohidrat cukup tinggi
yang dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan dan industri. Pati jagung manis
dapat diolah menjadi gula cair dan digunakan sebagai pemanis alternatif melalui
hidrolisis pati baik secara enzimatis atau asam. Hidrolisis enzimatis melalui tahap
likuifikasi menggunakan alfa amilase dan tahap sakarifikasi menggunakan
glukoamilase. Hidrolisis asam dilakukan menggunakan asam klorida 0,1 N. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gula cair hasil hidrolisis enzimatis menghasilkan
rendemen lebih tinggi dibandingkan hidrolisis asam. Rendemen gula cair paling
tinggi dihasilkan pada proses hidrolisis enzimatis menggunakan alfa amilase 42L
dan glukoamilase 42L sebesar 91,73% dengan nilai gula pereduksi sebesar
59,40%. Rendemen gula cair hidrolisis asam menggunakan HCl 1,0 N sebesar
78,55% dengan nilai gula pereduksi sebesar 31,48%.

Kata kunci : Zea mays, pati, gula cair, hidrolisis HCl, hidrolisis enzim alfa-
amilase, hidrolisis enzim glukoamilase
PENDAHULUAN Gula cair dapat diperoleh dari
pati dengan cara hidrolisis dengan
Gula tebu merupakan salah katalis asam atau katalis enzim. Pada
satu kebutuhan pokok masyarakat penelitian Fitriana (2016), gula cair
Indonesia, terutama perannya dihasilkan dari hidrolisis pati jagung
sebagai pemanis. Kebutuhan gula secara asam. Namun, menurut
tebu sebagai bahan pemanis Triyono (2009) pembuatan gula cair
makanan maupun minuman semakin dari hidrolisis pati secara enzimatis
meningkat setiap tahunnya. Menurut dapat menghasilkan rendemen dan
Badan Pusat Statistik, pada tahun mutu gula cair yang lebih tinggi jika
2011 Indonesia mengimpor sebanyak dibandingkan dengan cara hidrolisis
2.371.250 ton gula tebu. Tahun 2012 asam. Oleh karena itu, maka perlu
angka impor gula tebu naik menjadi dilakukan penelitian perbandingan
2.743.778 ton, dan di tahun 2013 hidrolisis enzimatis dan asam dalam
kenaikan semakin meningkat pembuatan gula cair serta perlakuan
menjadi 3.343.803 ton.. variasi konsentrasi enzim alfa
Kekurangan bahan pemanis amilase dan glukoamilase dalam
alam (gula tebu) mendorong pembuatan gula cair secara enzimatis
masyarakat untuk mengkonsumsi untuk membuktikan apakah hasil
gula sintetis (buatan) seperti sakarin rendemen gula cair secara enzimatis
(biang gula) dan natrium siklamat lebih banyak dibandingkan dengan
(bibit gula). Akan tetapi, bahan hidrolisis asam.
pemanis buatan tidak bisa Bahan baku utama yang
sepenuhnya menggantikan bahan digunakan adalah jagung, hal ini
pemanis alam karena kadar dikarenakan data dari Badan Pusat
penggunaannya dibatasi oleh Statistik (2015) yang menyebutkan
peraturan kesehatan di banyak produksi jagung di tahun 2015
Negara termasuk di Indonesia, yaitu sebanyak 20,67 juta ton atau
sesuai dengan Peraturan Menteri mengalami kenaikan sebanyak 1,66
Kesehatan Republik Indonesia No : juta ton (8,72%) dibandingkan tahun
722/MENKES/PER/IX/1988 tentang 2014. Peningkatan produksi terjadi
Bahan Tambahan Makanan. karena kenaikan luas area panen
Bahan pemanis lain selain gula seluas 160,48 ribu hektar (4,18%)
tebu atau sukrosa (gula yang kita dan kenaikan produktivitas sebesar
kenal sehari-hari) perlu 2,16 kuintal/hektar (4,36%).
dikembangkan untuk mengatasi Tujuan penelitian ini untuk
masalah tersebut. Pemanis lain membuat gula cair dari pati jagung
tersebut yaitu gula cair. Gula cair manis secara hidrolisis enzimatis dan
diperoleh dari hasil hidrolisis pati. secara hidrolisis asam, untuk
Pati yang diolah bisa dari pati sagu, mengetahui kadar rendemen gula
padi, jagung, umbi-umbian (talas, ubi cair yang dihasilkan dari hasil
jalar, kimpul, singkong). Contoh hidrolisis enzimatis dan hidrolisis
gula cair dari hasil hidrolisis pati asam, serta mencari konsentrasi
yaitu glukosa, fruktosa, maupun enzim optimum dalam pembuatan
maltosa (Mahreni dan Sulistyowati, gula cair dari pati jagung manis.
2004).
BAHAN DAN METODE lagi beberapa saat. Pati yang
diperoleh selanjutnya dikeringkan
Bahan dengan sinar matahari, setelah itu
dilanjutkan pengeringan dengan
menggunakan oven pada suhu 800C
Jagung manis, air suling, alfa
(Risnoyatiningsih, 2011)
amilase dari Sigma (aktivitas enzim
20000-60000 U/mL), glukoamilase
2. Pembuatan Gula Cair
dari Sigma, HCl, NaOH, Na2CO3,
arang aktif dari tempurung kelapa, Pembuatan gula cair dilakukan
resin kation anion, NaOH, HCl, menggunakan dua metode hidrolisis.
H2SO4, heksana, larutan Luff Metode pertama yaitu pembuatan
schoorl, KI 20%, lugol, indikator gula cair secara hidrolisis enzimatis
BCG:MM, asam borat, Pb asetat 5%, dengan variasi volume alfa amilase
(NH4)2HPO4 10%, Na2S2O3 0,1N, dan glukoamilase. Metode kedua
kanji. yaitu pembuatan gula cair secara
hidrolisis asam menggunakan HCl
Alat
1,0 N.
Wadah penampung tepung,
kain saring, loyang, oven, blender, a. Hidrolisis Enzimatis
mikro pipet, autoclave, spatula, Pembuatan gula cair secara
termometer, pemanas listrik, neraca hidrolisis enzimatis terdiri atas dua
analitik, penangas air, kolom, botol tahap. Pertama adalah tahap
timbang, cawan porselen, oven, likuifikasi. Pati jagung manis
tanur, desikator, labu ukur, pipet ditimbang sebanyak 30 gram lalu
volumetri, corong, tabung reaksi, alat dilarutkan dalam 200 mL air dan
soxhlet, pH meter, buret, gelas ukur, diaduk rata, pH diatur 5-7. Sampel
kertas lakmus, pendingin tegak, alat dipanaskan pada suhu 900C dan
destilasi, pemanas listrik. ditambahkan enzim alfa amilase (1;
1,2 dan 1,4 mL/kg pati) yang setara
Metode dengan (30; 36 dan 42 L) sambil
diaduk rata. Proses ini berlangsung
1. Pembuatan Pati dari Jagung selama 60 menit. Setelah itu
Manis dianalisis kadar gula pereduksinya.
Proses pembuatan pati dari Hasil optimum likuifikasi
jagung manis dimulai dengan cara diteruskan ke tahap sakarifikasi.
memisahkan biji jagung dari Sampel didinginkan sampai 600C,
tongkolnya dan membersihkannya, pH diatur 4-4,6 lalu ditambahkan
kemudian jagung yang sudah bersih enzim glukoamilase (1; 1,2 dan 1,4
ditambah air lalu diblender (5:2). mL/kg pati) yang setara dengan (30;
Larutan hasil pemblenderan diperas 36 dan 42 L). Proses ini
dan disaring dengan kain saring. berlangsung selama 72 jam.
Proses berikutnya dari hasil Gula cair dinetralkan
penyaringan didiamkan selama 24 menggunakan Na2CO3 dan
jam untuk mengendapkan patinya, ditambahkan 0,5 gram arang akif lalu
selanjutnya air pada bagian atas dipanaskan pada suhu 800C dan
dibuang sedangkan endapan pati pengadukan selama 30 menit.
dicuci dengan air dan diendapkan Larutan didiamkan selama 1 jam dan
disaring. Setelah itu larutan dialirkan
ke dalam kolom resin ion lalu sampel 4. Analisis Hasil : Uji Kimia
diuapkan pada suhu 600C.
Analisis kadar air, abu, lemak,
b. Hidrolisis Asam protein dan karbohidrat
Pembuatan gula cair secara menggunakan SNI 01-2891-1992.
hidrolisis asam tediri atas dua tahap
yaitu tahap gelatinisasi dan 5. Kadar Gula Pereduksi Metode
hidrolisis. Pati jagung manis Luff Schoorl
ditimbang sebanyak 30 gram ke
dalam erlenmeyer lalu ditambahkan Sampel ditimbang sebanyak 2
air panas sebanyak 200 mL. Setelah gram dan dimasukkan ke dalam labu
itu sampel dipanaskan di atas ukur 250 mL lalu ditambahkan 50
penangas dengan suhu 60-700C mL air suling, 5 mL Pb asetat 5%
hingga terbentuk gel. Sampel dan 1 tetes (NH4)2HPO4 10%.
kemudian ditambahkan HCl 1,0 N Apabila timbul endapan putih, maka
sebanyak 30 mL, lalu dimasukkan ke penambahan Pb asetat sudah cukup.
dalam autoclave pada suhu 1210C Larutan sampel ditambahkan 15 mL
selama 90 menit. (NH4)2HPO4 10%. Larutan
Gula cair dinetralkan ditambahkan air suling sampai tanda
menggunakan Na2CO3 dan batas tera. Larutan dikocok,
ditambahkan 0,5 gram arang akif lalu didiamkan selama 30 menit dan
dipanaskan pada suhu 800C dan disaring. Hasil saringan dipipet 10
pengadukan selama 30 menit. mL ke erlenmeyer lalu ditambahkan
Larutan didiamkan selama 1 jam dan 15 mL air suling dan 25 mL Luff
disaring. Setelah itu larutan dialirkan Schoorl serta beberapa butir batu
ke dalam kolom resin ion lalu sampel didih. Erlenmeyer dihubungkan
diuapkan pada suhu 900C. dengan pendingin tegak lalu
dipanaskan di atas penangas listrik
3. Analisis Hasil : Uji Fisik dan dididihkan selama 10 menit
kemudian diangkat dan didinginkan.
Parameter fisik yang dianalisis Setelah dingin, larutan ditambahkan
meliputi rasa, bau, warna dan nilai 10 mL KI 20% dan 25 mL H2SO4
rendemen. Untuk analisis bau, rasa 25%. Larutan dititar menggunakan
dan warna menggunakan indra Na2S2O3 0,1 N dengan indikator
penciuman, pengecap dan kanji 0,5%. Penetapan blanko
penglihatan. Nilai rendemen gula dilakukan dengan 25 mL air dan 25
cair dihitung menggunakan rumus : mL Luff Schoorl seperti cara
Rendemen (%) = sebelumnya.


W1 = mg tabel Luff Schoorl +
Keterangan: ((Vkoreksi - Vtio tabel Luff Schoorl) x
Bs : berat gula cair selisih)
Bk : total padatan gula cair
Bp : berat pati yang digunakan
Ka : kadar air pati Keterangan :
W1 : mg setara tabel Luff School manis berjenis Zea mays L., suku
fp : faktor pengenceran Poaceae.
W : bobot sampel (mg) Komposisi utama jagung manis
adalah pati, yaitu sekitar 70 % dari
6. Analisis Kandungan Pati bobot biji (Prambudi, 2008). Bahan
Kualitatif utama pembuatan gula cair dari
jagung manis adalah pati jagung
Sampel gula cair dipipet manis. Jagung manis yang digunakan
sebanyak 5-10 tetes ke dalam tabung sekitar 6,25 kg. Jagung manis
reaksi lalu ditambahkan sedikit air dikupas dan dibersihkan dengan
untuk memudahkan pengamatan. tujuan untuk menghilangkan rambut-
Sampel ditambahkan 2 tetes larutan rambut halus yang menempel pada
lugol ke dalam tabung reaksi. bijinya. Jagung manis diblender
Perubahan warna diamati. Apabila untuk diambil sarinya. Biji jagung
warna berubah menjadi biru atau manis sebanyak 6,25 kg
ungu, maka dalam sampel positif menghasilkan tepung pati sebanyak
mengandung pati. 1,21 kg atau sebanyak 19,36 %.
Pati jagung manis yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibuat lalu dilakukan uji proksimat.
Uji proksimat ini bertujuan untuk
Jagung manis yang mengetahui kualitas dari pati yang
dideterminasi adalah jagung manis digunakan untuk proses hidrolisis
yang berumur 3,5 bulan dan berasal menjadi gula cair. Hasil dari uji
dari daerah Lampung. Hasil proksimat pati jagung manis dapat
determinasi tanaman jagung manis dilihat pada Tabel 1.
didapatkan hasil berupa jagung

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Pati Jagung Manis


Pati Jagung Pati Jagung Manis SNI Tepung
Parameter
Manis (Fitriana, 2016) Jagung

Air (%) 3,94 8,28 10,00


Abu (%) 1.12 0,86 1,00
Protein (%) 9,46 8,70 -
Lemak (%) 1,18 1,07 -
Karbohidrat(%) 63,89 - -
Kandungan gula pereduksi
menentukan kualitas gula cair yang
dihasilkan dari proses hidrolisis pati.
Penentuan kadar gula pereduksi pada
proses hidrolisis enzimatis dilakukan
pada tahap likuifikasi dan
sakarifikasi. Tahap likuifikasi
dilakukan dengan variasi volume alfa
amilase (30; 36 dan 42 L). Hasil
kadar gula pereduksi tahap
likuifikasi dapat dilihat pada Gambar
1. Gambar 1. Gula Pereduksi Likuifikasi
Berdasarkan Gambar 1, kadar
gula pereduksi tertinggi pada tahap
likuifikasi sebesar 10,7 % pada
volume enzim alfa-amilase 42 L.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar volume enzim
yang ditambahkan, maka akan
semakin besar kadar gula pereduksi
yang dihasilkan dan masih ada
kemungkinan kadar gula pereduksi
Gambar 2. Gula Pereduksi Sakarifikasi
naik apabila volume enzim
ditingkatkan atau akan berubah Berdasarkan Gambar 2, kadar
konstan pada batas-batas volume gula pereduksi tertinggi pada tahap
tertentu (Rahmawati et al., 2015). sakarifikasi sebesar 59,40 % pada
Hasil tahap likuifikasi dengan enzim volume enzim glukoamilase 42 L.
alfa-amilase menunjukkan bahwa Hasil tahap sakarifikasi (Gambar 2)
kadar gula pereduksi masih rendah. menunjukkan terjadi peningkatan
Kadar gula pereduksi pada tahap kadar gula pereduksi, jika
likuifikasi belum dapat dibandingkan dibandingkan dengan hasil kadar
dengan kadar gula pereduksi pada gula pereduksi pada tahap likuifikasi
SNI, karena pada tahap likuifikasi (Gambar 1). Adanya peningkatan
pati belum terhidrolisis sempurna kadar gula pereduksi ini disebabkan
menjadi glukosa. Rendahnya kadar pada saat likuifikasi pati diubah
gula pereduksi ini disebabkan enzim menjadi maltosa, dekstrin dan
alfaamilase ini memecah ikatan - glukosa oleh alfa-amilase. Pada saat
(1,4) glikosidik pada substrat dan tahap sakarifikasi terjadi proses
menghasilkan gula reduksi dan hidrolisis maltosa dan dekstrin
dekstrin dengan glukosa dalam menjadi glukosa oleh enzim
jumlah kecil (Rahmawati et al., glukoamilase yang tidak hanya
2015). Berdasarkan reaksi tesebut, mampu memutuskan ikatan - ( 1,4)
kemudian dilanjutkan tahap glikosidik tetapi juga mampu
sakarifikasi dengan menjadikan menghidrolisis ikatan -(1,6)
volume enzim alfa-amilase 42 L glikosidik, sehingga proses
sebagai volume untuk menghidrolisis hidrolisis berlangsung maksimal
pati menjadi gula cair yang paling (Risnoyatiningsih, 2011).
baik dalam tahap likuifikasi. Gula cair dapat dibuat melalui
Tahap sakarifikasi dilakukan hidrolisis pati secara enzimatis atau
menggunakan enzim glukoamilase asam. Asam yang digunakan adalah
dengan variasi volume glukoamilase HCl dengan konsentrasi 1,0 N
(30; 36 dan 42 L).. Hasil kadar gula (Fitriana, 2016). Kadar gula
pereduksi tahap sakarifikasi dapat pereduksi hasil hidrolisis enzimatis
dilihat pada Gambar 2. dibandingkan dengan gula cair asam
dan hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 3.
glukoamilase memecah ikatan
(1,4) glikosidik dan - ( 1,6 )
glikosidik pada pati. Sedangkan pada
hidrolisis pati secara asam, pati akan
dipecah secara acak
(Mahmudatussaadah, 2014).
Pati jagung manis dihidrolisis
menggunakan enzim dan asam
menjadi gula cair. Parameter fisik
gula cair yang diuji adalah rasa, bau,
warna dan rendemen. Hasil uji fisik
Gambar 3. Gula Pereduksi Sampel gula cair dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, gula cair
Kadar gula pereduksi gula cair hasil hidrolisis pati secara enzimatis
secara enzimatis yaitu sebesar 59,40 dan asam memiliki rasa manis dan
% lebih besar bila dibandingkan memenuhi persyaratan SNI 01-2978-
dengan kadar gula pereduksi gula 1992. Untuk parameter bau dan
cair secara asam yaitu sebesar 31,48 warna belum memenuhi persyaratan.
%. Jika dibandingkan dengan kadar Sampel gula cair memiliki bau yang
gula pereduksi SNI, kedua kadar khas yaitu bau jagung manis yang
gula pereduksi tersebut masih berasal dari bahan baku yang
memenuhi standar, batas terendah digunakan yaitu jagung manis. Gula
nilai gula pereduksi SNI sebesar 30 cair hasil hidrolisis enzimatis dan
%. Kadar gula pereduksi enzimatis asam berwarna kuning. Hal ini
lebih besar bila dibandingkan dengan disebabkan karena adanya proses
kadar gula pereduksi asam, hal ini pencoklatan.
disebabkan enzim bekerja spesifik.
Enzim alfa-amilase bekerja memutus
ikatan - (1,4) glikosidik, dan enzim

Tabel 2. Hasil Uji Parameter Fisik Gula Cair


Volume Parameter
Sampel Gula
Glukoamilase Rasa Bau Warna

Enzim 30 L Manis Khas Kuning


(alfa amilase 42 L) 36 L Manis Khas Kuning
42 L Manis Khas Kuning
Asam Klorida 1,0 N Manis Khas Kuning
SNI 01-2978-1992 Manis Tak berbau Tak berwarna

Pati jagung manis yang telah Pada uji ini, gula cair dibuat
dihidrolisis akan menghasilkan gula melalui hidrolisis enzimatis
cair. Banyaknya jumlah gula cair menggunakan alfa amilase dan
dari hasil hidrolisis dapat diketahui glukoamilase, sedangkan cara
dengan menghitung rendemen yang hidrolisis asam menggunakan
dihasilkan. konsentrasi asam optimum dari
penelitian Fitriana (2016) yaitu HCl
1,0 N. Hasil rendemen gula cair dari dipecah secara acak
hidrolisis enzimatis dan asam dapat (Mahmudatussaadah, 2014).
dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, semakin
besar jumlah enzim yang
ditambahkan maka semakin besar
jumlah rendemen gula cair yang
dihasilkan (Rahmawati et al., 2015).
Uji kualitatif pati dilakukan
untuk mengetahui adanya kandungan
pati dalam sampel gula cair
menggunakan larutan lugol. Hasil uji
ini dapat dilihat pada Gambar 5.

HCl
30 36 42
1N
L L L
Gambar 4. Rendemen Gula Cair

Rendemen tertinggi hasil


hidrolisis pati ubi jalar kuning
sebesar 91,73 % pada volume enzim
42 L. Rendemen gula cair hasil
hidrolisis asam sebesar 78,55 %.
Konsentrasi asam yang dipakai
adalah konsentrasi asam optimum
Gambar 5. Uji lugol Gula Cair secara
dalam pembuatan gula cair pada
Enzimatis dan Asam
penelitian Fitriana (2016). Rendemen
gula cair yang dihasilkan dari hasil
Berdasarkan Gambar 5, hasil
hidrolisis pati jagung manis secara
negatif diperoleh pada uji kualitatif
enzimatis, lebih besar bila
pati pada gula cair berbahan baku
dibandingkan dengan gula cair hasil
pati jagung manis. Hal ini
hidrolisis pati jagung manis secara
menunjukkan bahwa semua pati
asam. Hal ini sesuai dengan
telah terhidrolisis dengan sempurna.
pernyataan Risnoyatiningsih (2011),
Sampel akan menunjukkan hasil
bahwa pembuatan gula cair dengan
positif apabila masih ada pati yang
hidrolisis secara asam menghasilkan
belum terhidrolisis. Hal ini dapat
rendemen gula yang lebih rendah
diamati dari perubahan warna yang
bila dibandingkan hidrolisis pati
terjadi, apabila terbentuk warna biru
secara enzimatis. Pada hidrolisis pati
tua atau ungu maka sampel gula cair
secara enzimatis, enzim bekerja
tersebut positif mengandung pati.
spesifik. Enzim alfa-amilase bekerja
Gula cair hasil hidrolisis enzim
memutus ikatan -(1,4) glikosidik
optimum dan gula cair hidrolisis
dan enzim glukoamilase memecah
asam selanjutnya dilakukan uji kimia
ikatan -(1,4) glikosidik dan -(1,6)
yaitu analisis proksimat dan
glikosidik pada pati. Sedangkan pada
dibandingkan dengan SNI 01-2978-
hidrolisis pati secara asam, pati akan
1992. Hasil analisis proksimat gula penambahan gula, dan penambahan
cair dapat dilihat pada Tabel 3. garam yang bersifat higroskopis
Semakin rendah kadar air gula adalah beberapa cara untuk
cair, maka kualitas gula cair tersebut menurunkan nilai aktivitas air
semakin baik karena nilai (Buckle, 1987). Dalam hal produk
viskositasnya tinggi sehingga gula yang dihasilkan yaitu gula cair, maka
cair tersebut semakin kental. Selain pengeringan merupakan metode yang
itu kadar air yang rendah akan pas untuk mengurangi kadar air
mengurangi bahaya pertumbuhan dengan suhu tinggi (penguapan)
mikroba. Jadi kadar air memegang yang bertujuan untuk mengawetkan
peranan penting dalam proses bahan. Proses utama yang terjadi
pembusukan dan ketengikan. selama pengeringan adalah transfer
Berdasarkan hasil analisis kadar air panas dan transfer massa.
gula cair dari kedua perlakuan Kadar abu gula cair hidrolisis
hidrolisis baik asam maupun enzim enzimatis hasil penelitian adalah 0,09
kemudian dibandingkan dengan SNI % dan kadar abu gula cair hidrolisis
01-2978-1992 maka kedua jenis gula asam adalah 1,03 %. Peningkatan
cair tersebut belum memenuhi syarat kadar abu dipengaruhi oleh
keberterimaan. Oleh karena itu, terlarutnya garam-garam mineral
diperlukan metode tertentu untuk yang terkandung dalam pati sumber
menurunkan nilai kadar air yang gula cair (Yuniarti, 2004).
diperoleh. Proses pengeringan,

Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat Gula Cair


Gula Cair Gula Cair Pati Jagung
Parameter
Enzim Asam manis
Air (%) 58,88 34,36 3,94
Abu (%) 0,09 1,03 1,12
Protein (%) 0,31 0,75 9,46
Lemak (%) 0,19 0,10 1,18
Karbohidrat (%) 42,01 52,99 63,89

Persyaratan SNI 01-2978-1992 kadar abu, sehingga kadar abu dalam


untuk kadar abu gula cair adalah gula cair secara asam lebih tinggi
maksimal 1%. Kadar abu gula cair dibandingkan secara enzimatis
hidrolisis asam tidak memenuhi (Saputra, 2015).
syarat. Nilai kadar abu gula cair Kadar protein pada gula cair
secara asam lebih tinggi, dibanding secara enzim didapatkan sebesar
gula cair secara enzimatis karena 0,31%, sedangkan pada gula cair
pada saat dilakukan penetralan gula secara asam 0,75%. Kadar protein
cair secara asam penambahan untuk gula cair belum mempunyai
Na2CO3 jauh lebih banyak SNI, sehingga nilai kadar protein
dibandingkan penambahan pada gula masih belum bisa dibandingkan
cair secara enzimatis. Na2CO3 akan dengan standar mutu. Kadar protein
bereaksi dengan HCl membentuk kedua gula cair bila dibandingkan
NaCl yang merupakan garam dengan kadar protein pati jagung
anorganik yang dapat mempengaruhi manis lebih kecil.
Kadar lemak pada gula cair Perbedaan pada kandungan energi
secara enzimatis yaitu sebesar 0,186 kedua gula cair karena kadar protein,
% dan secara asam yaitu sebesar kadar lemak dan kadar karbohidrat
0,101 %. Berdasarkan hasil tersebut, yang berbeda pula.
gula cair mengandung lemak yang
kecil, sehingga ketika dikonsumsi
berlebihan tidak akan SIMPULAN DAN SARAN
membahayakan bagi kesehatan.
Selain itu, kandungan lemak yang Berdasarkan hasil penelitian
tinggi tidak menguntungkan dalam dan pembahasan, maka dapat
penyimpanan gula cair, karena akan disimpulkan bahwa rendemen gula
menyebabkan ketengikan pada gula cair hasil hidrolisis pati jagung manis
cair. secara enzimatis lebih besar
Kadar karbohidrat pada gula dibandingkan dengan rendemen gula
cair secara enzimatis diperoleh cair hasil hidrolisis pati jagung manis
sebesar 42,01 %, sedangkan secara secara asam. Rendemen gula cair
asam diperoleh sebesar 52,99 %. hasil hidrolisis secara enzimatis
Nilai kadar karbohidrat pada gula tertinggi sebesar 91,73 % pada
cair secara enzim maupun secara volume enzim 42 L, sedangkan
asam lebih rendah dibandingkan rendemen gula cair hasil hidrolisis
dengan nilai kadar karbohidrat pada secara asam sebesar 78,55 % pada
pati jagung manis yaitu sebesar konsentrasi HCl 1,0 N. Gula cair
63,89 %. Penurunan kadar hasil hidrolisis secara enzimatis
karbohidrat dapat terjadi karena memiliki kualitas yang lebih baik
karbohidrat pada pati jagung manis dibandingkan dengan gula cair hasil
telah dihidrolisis menjadi gula cair hidrolisis secara asam dilihat dari
sehingga kandungan karbohidratnya parameter kadar air, kadar abu, kadar
berkurang. Gula dapat dikatakan gula pereduksi dan kandungan
sebagai salah satu sumber energi, hal energinya.
ini karena kandungan karbohidrat Perlu dilakukan uji determinasi
dalam gula cair termasuk tinggi. sampai varietas agar hasil hidrolisis
Karbohidrat merupakan bagian dengan varietas yang berbeda dapat
terpenting dalam bahan pangan. dibandingkan. Perlu dilakukan
Karbohidrat dapat memengaruhi isolasi enzim alfa-amilase dan
karakteristik bahan makanan, glukoamilase agar dapat
misalnya warna, rasa, aroma, dan memproduksi enzim secara mandiri.
tekstur (Winarno, 2002). Perlu penelitian lanjutan dengan
Kandungan energi dalam memodifikasi kedua metode
makanan dapat dihitung dengan pembuatan gula cair agar warna dan
rumus (9 x kadar lemak) + (4 x kadar bau kedua gula cair dan kadar abu
protein) + (4 x kadar karbohidrat). gula cair hidrolisis secara asam
Kandungan energi gula cair hasil memenuhi syarat SNI 01-2978-1992.
hidrolisis enzim sebesar 170,95 Perlu penambahan parameter uji
kkal/100g sedangkan gula cair hasil mikroba yang berpengaruh terhadap
hidrolisis asam sebesar 215,77 daya simpan gula cair dan uji
kkal/100g. Kandungan energi ini kandungan logam pada gula cair
mencakup karbohidrat, protein dan hasil hidrolisis pati jagung manis
lemak yang terdapat dalam gula cair. sesuai SNI 01-2978-1992.

DAFTAR PUSTAKA Koswara, S. 2013. Pengolahan Ubi


Jalar. Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan dan Seafast
Arnata, I.W., B.H. Admadi, dan E.
Center IPB. Institut Pertanian
Pardede. 2013. Produksi Gula
Bogor. Bogor.
Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui
Proses Likuifikasi dan
Laelasari, H. 2016. Hidrolisis Pati
Sakarifikasi Secara Enzimatis.
Ubi Jalar Putih Menjadi Gula
Fakultas Teknologi Industri
Cair Secara Asam. Skripsi.
Pertanian. Universitas Udayana.
Program Studi Kimia. Fakultas
Bali.
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Badan Standardisasi Nasional. 1992.
Nusa Bangsa.
SNI 01-2891-1992 Cara Uji
Makanan dan Minuman. Jakarta.
Mahmudatussadah, A. dan E.
Mulyana. 2013. Optimasi
Badan Standardisasi Nasional. 1992.
Produksi Gula Cair dari Pati
SNI 01-2978-1992 Sirup
dan Bubur Ubi Jalar Cilembu
Glukosa. Jakarta.
Secara Enzimatis dengan Teknik
Direct Continous
Badan Standardisasi Nasional. 1995.
Saccharification. Penelitian.
SNI 01-3727-1995 Tepung
Fakultas Pendidikan Teknologi
Jagung. Jakarta.
dan Kejuruan. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.
Mahmudatussadah, A. 2014.
Komposisi Kimia Ubi Jalar
Devita, C. 2013. Perbandingan
(Ipomoea batatas L.) Cilembu
Metode Analisis Menggunakan
pada Berbagai Waktu Simpan
Enzim Amilase dan Asam dalam
sebagai Bahan Baku Gula Cair.
Pembuatan Sirup Glukosa dari
Artikel PANGAN Vol. 23 (1):
Pati Ubi Jalar Ungu. Skripsi.
53-64.
Fakultas MIPA. Universitas
Negeri Semarang.
Nugraha, R.A. 2016. http: //
swasembada. net/
Fitriana.2016. Variasi Konsentrasi
2016/03/18/tahun-2016-
Asam klorida dan Lama
produksi-gula-menurun-tahun-
Hidrolisis Pati Jagung Manis
2017-impor-menggila/. Tahun
(Zea mays L.) dalam Pembuatan
2016 Produksi Gula Menurun
Gula Cair. Skripsi. Fakultas
Tahun 2017 Impor Menggila.
Matematika dan Ilmu
Diakses tanggal 13 September
Pengetahuan Alam, Universitas
2016.
Nusa Bangsa. Bogor
Nugraha, R.A. 2016. http: //
Koswara, S. 2009. Ubi Jalar dan
swasembada. net/
Hasil Olahannya (Teori dan
2016/05.11.2016-tahun-berat-
Praktek). Pustaka Sinar
bagi-industri-gula-nasional/.
Harapan. Jakarta.
2016. Tahun Berat Bagi Industri

Gula Nasional. Diakses tanggal Triyono, A. 2009. Komposisi Gula


13 September 2016. Glukosa dari Hasil Hidrolisis
Pati Ubi Jalar (Ipomea batatas,
Rachmawati, A. dan Yunianta. 2015.
L) dalam Upaya Pemanfaatan
Hidrolisis Pati Jahe Emprit
dengan Enzim Alfa Amilase. Pati Umbi-umbian. Balai Besar
Jurnal Pangan dan Pengembangan Teknologi
Agroindustri. Vol 3 (3): 1252- TepatGuna-LIPI, Subang.
1262.

Richana, N., P. Lestari, N. Utiarahman, G. 2014. Karakteristik


Chilmijati, dan S. Widowati. Kimia dan Organoleptik Nugget
1999. Karakterisasi Bahan Ikan Layang (Decapterus sp.)
Berpati (Tapioka, Garut, dan yang Disubtitusi dengan Tepung
Sagu ) dan Pemanfaatannya Ubi jalar Putih (Ipomea batatas
Menjadi Glukosa Cair. L.). Thesis. Universitas Negeri
Prosiding. PATPI. Gorontalo.

Richana, N. 2006. Gula Singkong


Dapat Diproduksi Di
Pedesaan. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Balai Besar Penelitian
Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Bogor.

Richana, N. dan Suarni. 2008.


Teknologi Pengolahan
Jagung. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian
Balai Besar Penelitian
Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Bogor.

Risnoyatiningsih, S. 2011.
Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning
Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia.
Vol. 5 (2): 417-424.

Triyono, A. 2007. Peningkatan


Fungsional Pati dari Ubi Jalar
(Ipomea batatas L.) dengan
Enzim -Amilase (Bacillus
subtilis) sebagai Bahan Subtitusi
Pengolahan Pangan. Jurnal
Sains MIPA. Vol. 13 (1): 60-66.

Potrebbero piacerti anche