Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
BLOK 8 SKENARIO 2
KARDIOVASA
Oleh kelompok D:
Dita Suci Permata Sari (102010101063)
Yulia Puspitasari (122010101006)
Izzatul Mufidah M. (122010101015)
Rinda Yanuarisa (122010101024)
M. Avin Zamroni (122010101027)
Farmitalia Nisa T. (122010101037)
Fawziah Putri Maulida (122010101041)
Dimes Atika Permanasari (122010101045)
Asyirah Mujahidah F. (122010101047)
Aulia Suri A. (122010101052)
Laily Rahmawati (122010101054)
Mochamad Fatchi (122010101061)
Aditya Widya P. (122010101073)
Abdurrozaq (122010101086)
Silvi Ahmada Chasya (122010101095)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
HIPERTENSI
Pak Sutarjo usia 48 tahun datang memeriksakan diri ke Puskesmas, atas anjuran
rekannya bahwa pada usia di atas 40 tahun sebiknya sering melakukan check-up. Pak
Sutarjo memiliki riwayat merokok sejak masih remaja. Pada hasil pemeriksaan
didapatkan tinggi badan 170 cm berat badan 80kg,tekanan darahnya 180/100 mm Hg.
Hasil pemeriksaan fisik dicurigai tanda-tanda pelebaran batas jantung. Dokter
memutuskan untuk melakukan pemriksaan penunjang. Pak Sutarjo adalah seorang
pelatih sepak bola di sebuah klub.
TUJUAN BELAJAR
Definisi
Etiologi Dan Faktor Resiko
Patofisiologi Hipertensi
Fisiologi Cardiac Output
Klasifikasi
Gejala Dan Diagnosis
Tata Laksana
Komplikasi Dan Prognosis
Fisiologi Jantung Atlet
1. DEFINISI
Seseorang dikatakan hipertensi bila :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg
2. Melakukan pemeriksaan 1-5 kali, minimal 2 kali
3. Setiap pemeriksaan dilakukan cek sebanyak 2 kali
3. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Pengaturan tekanan darah dipengaruhi oleh kontrol curah jantung dan resistensi perifer
Hal yang mendasari pengaturan tekanan darah memang curah jantung dan
resistensi perifer, tapi kedua hal ini juga dipengaruhi oleh banyak factor.
Tubuh sendiri juga mempunyai sistem penyesuaian jika ada perubahan
tekanan darah. Dua penyesuian itu adalah
1. Penyesuaian jangka pendek ( dalam beberapa detik )
-mengubah curah jantung dan resistensi perifer
-dipengaruhi oleh baroreseptor, sistem saraf otonom, arteri dan vena
Baroreseptor yang berperan ada 2 yaitu baroreseptor lengkung aorta dan
baroreseptor sinus karotikus :
Dua alat dasar yang digunakan untuk mengatur CARDIAC OUTPUT yang
dipompakan oleh jantung adalah,
1. Pengaturan Intrinsik Pompa Jantung (Mekanisme Frank Starling) Volume
Sekuncup
Ketika volume yang masuk ke atrium kiri melalui vena cava besar, maka
volume darah yang memasuki ventrikel kiri pun akan besar. Ketika volume
darah yang masuk ke ventrikel kiri besar, maka otot-otot jantung akan meregang
lebih daripada biasanya, sehingga curah jantun yang dipompa oleh ventrikel kiri
pun akan besar.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi besar volum sekuncup yaitu :
a. Beban Awal
Adalah derajat peregangan serabut miokardium segera sebelum kontraksi.
Derajat peregangan ini bergantung pada volum darah yang meregangkan
ventrikel pada akhir diastol.
Mekanisme ini dinyatakan dalan mekanisme Frank Starling, yang
menyatakan bahwa semakin besar kekuatan kontraksi saat dastolik maka
semakin besar kekuatan kontraksi saat sistol. Sehingga meningkatkan volume
sekuncup.
b. Beban Akhir
Adalah tegangan serabut miokardium yang harus terbentuk untuk kontraksi
dan pemompaan darah.
Faktor yang mempengaruhi dijelaskan dalam versi sederhana persamaan
Laplace = tegangan dinding sebanding dengan tekanan intraventrikel dan
ukuran ventrikel dan berbanding terbalik dengan ketebalan dinding ventrikel
c. Kontraktilas
Adalah perubahan kekuatan kontraksi yang terbentuk, yang terjadi tanpa
perubahan panjang serabut miokardium. Peningkatan kontraktilitas
merupakan hasil intensifikasi hubungan jembatan penghubung pada sarkomer
yang berkaitan dengan konsentrasi ion Ca 2+.Konsentrasi miokardium secara
langsung sebanding dengan jumlah kalsium intrasel. Peningkatan denyut
jantung dapat meningkatkan kekuatan kontraksi. Bila jantung berdenyut lebih
sering, kalsium akan tertimbun lebih banyak dalam sel jantung sehingga
terjadi peningkatan kekuatan kontraksi. Kekuatan kontraksi ini akan
meningkatkan volume sekuncup dan cardiac output.
2. Hipertensi Sekunder
a. Hipertensi Renovaskular
Hipertensi renovaskular adalah salah satu bentuk hipertensi sekunder.
Prevalensi yang pasti belum diketahui, diperkirakan sekitar 5% dari seluruh
populasi hipertensi dan merupakan penyebab terbanyak dari hipertensi sekunder.
Menurut Maxwell dan Prozan pada 1976, hipertensi renovaskular adalah hipertensi
yang disebabkan oleh obstruksi satu atau kedua arteri renalis utama atau cabangnya,
yang dapat sembuh dengan operasi rekronstruksi vaskular atau nefrektomi.
a. Etiologi
1. Kongenital
a. Hiperplasia fibromuskular
b. Stenosis aorta abdominalis
c. Aneurisma a. renalis
d. Fistula arteriovenosa ginjal
2. Didapat
a. Arteriosklerosis: a. renalis dan aorta (dengan trombus)
b. Trombosis atau emboli a. renalis (dengan atau tanpa infark)
c. Arteritis a. renalis
d. Trauma arteri renalis (dengan trombosis, hematom perirenal, fistula
arteriovenosa, dan penyumbatan oleh benda asing)
e. Tumor atau fibromatosis a. renalis
b. Patofisiologi
Peranan sistem renin angiotensin, Penelitian terhadap binatang percobaan
menunjukkan hipertensi renovaskular secara khas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
yang tergantung pada renin (renin dependency) dan yang tergantung pada volume
(volume dependency). Penelitian terhadap manusia juga menunjukkan hal yang
sama. Pertama, aktivitas renin plasma biasanya normal atau tinggi, tetapi tidak
pernah menjadi rendah pada pasien hipertensi renovaskular. Kedua, gambaran
sekresi renin dari ginjal yang iskemik dan kontralateral mirip seperti apa yang
ditemukan secara eksperimental pada hipertensi Goldblat, yang terjadi hipersekresi
pada ginjal unilateral dan supresi pada ginjal kontralateral. Ketiga, pada pasien
dengan stenosis arteri renalis, bila dilakukan operasi untuk menghilangkan stenosis
atau pengobatan dengan penghambat Angiotensin Converting Enzim (ACE) maka
tekanan darah akan terkendali mendekati nilai normal. Keempat, curah jantung
(cardiac output) akan meningkat pada pasien dengan stenosis a. renalis bilateral
atau unilateral.
c. Gambaran Klinis
Butuh anamnesis yang jelas dan evaluasi yang baik untuk membedakan mana
yang lebih dulu hipertensi atau penyakit renovaskulernya. Gejala dari hipertensi
renovaskuler :
Nyeri perut dan pinggang disertai timbulnya hipertensi
Hipertensi mendadak pada penderita di bawah 30 tahun
Tidak ada riwayat hipertensi pada keluarga
Ada riwayat merokok
Pemeriksaan fisik : Terdengar bising vaskuler (bruit) di daerah perut atau
kostovetebral.
d. Penatalaksanaan
Pembedahan yaitu rekostruksi arteri
Medikamentosa untuk memperlambat progresivitas arteri renalis dan
mengurangi efek hemodinamik, penghambat ACE.
b. Hipertensi Endokrin
Hipertensi akibat gangguan endokrin, yakni
1. Kelainan kelenjar tiroid atau hipertiroidisme,
2. Adanya tumor pada adrenal,
3. Tingginya kortisol.
Pengobatan Medikamentosa
a. Simpatolitik Sentral
Contoh : Metildopa dan klonidin dipakai pada kasus ringan, efek samping
sering terjadi.
b. Penyekat reseptor beta
Contoh :
- Oxprenolol cukup aman, dapat dipakai bersama prazosin dan hidralazin.
- Atenolol untuk kasus ringan dan berat ; mencegah preeklampsia, sedikit
efek samping dan aman ; menyebabkan bradikardi pada janin.
- Pindonolol sangat berguna pada kasus ringan dan berat ; tidak
menimbulkan bradikardi pada janin.
- Metroprolol pengalaman terbatas, tetapi cukup aman dan efektif.
- Sotalol pada kasus aritmia
- Acebutolol dan propanolol menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. \
c. Penyekat reseptor alfa
Contoh : prazosin dipakai bila tidak dapat memakai penyekat reseptor beta.
d. Penyekat alfa dan beta
Contoh : labetolol cukup aman, bisa diberikan intravena pada hipertensi
berat.
e. Vasodilator perifer
Contoh : hidralazin dan nifedipin.
2. Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi merupakan penyebab tersering terjadinya hipertensi
sekunder. Walaupun derajat hipertensinya ringan, biasanya menetap bila
penggunaan obat ini dihentikan. Pada pemakai pil kontrasepsi, kekerapan hipertensi
selama 5 tahun adalah 5%. Bila pil dihentikan tekanan darah akan kembali normal
pada setengah kasus dalam 3 sampai 6 bulan. Kemungkinan hipertensi ialah akibat
volume ekspansi karena system renal-aldosteron. Penggunaan kombinasi diuretic
dan spironolakton dapat dipertimbangkan jika tekanan darah tidak kembali normal
setelah penghentian obat.
3. Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal adalah peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang
menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload
ventrikel kanan. Pasien dengan HTP berkepanjangan mempunyai morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi dari pada kondisi kausatif yang menyebabkan HTP itu
sendiri.
a. Etiologi
Penyebab tersering dari hipertensi pulmonal adalah gagal jantung kiri. Hal ini
disebabkan karena gangguan pada bilik kiri jantung akibat gangguan katup
jantung seperti regurgitasi (aliran balik) dan stenosis (penyempitan) katup
mitral. Manifestasi dari keadaan ini biasanya adalah terjadinya edema paru
(penumpukan cairan pada paru).
Penyebab lain hipertensi pulmonal antara lain adalah : HIV, penyakit autoimun,
sirosis hati, anemia sel sabit, penyakit bawaan dan penyakit tiroid. Penyakit
pada paru yang dapat menurunkan kadar oksigen juga dapat menjadi penyebab
penyakit ini misalnya : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit paru
interstitial dan sleep apnea, yaitu henti nafas sesaat pada saat tidur.
b. Klasifikasi :
- Hipertensi pulmonal primer atau Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik adalah
hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi pulmonal
primer yang sekarang dikenal dengan hipertensi arteri pulmonal idiopatik
(IPAH) adalah hipertensi arteri pulmonal (HAP) yang secara histopatologi
ditandai dengan lesi angioproliferatif fleksiform sel-sel endotel, muskularis
arteriol-arteriol prekapiler, proliferasi sel-sel intima dan penebalan tunika media
yang menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos vaskuler. Sehingga
meningkatkan tekanan darah pada cabang-cabang arteri kecil dan meningkatkan
tahanan vaskuler dari aliran darah di paru.
- Hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh
kondisi medis lain.
c. Patologi
Arteri pulmonalis normal merupakan suatu struktur complaint dengan sedikit
serat otot, yang memungkinkan fungsi pulmonary vaskuler bed sebagai sirkuit
yang low pressure dan high flow. Progresif dan penipisan arteri pulmonalis
akibat tekanan yang meningkat, yang secara gradual meningkatkan tahanan
pulmonal yang pada akhirnya menyebabkan strain dan gagal ventrikel kanan.
d. Manifestasi Klinis
Gejala HTP yang paling sering adalah dispneu saat aktifitas, fatique dan sinkop
merupakan refleksi ketidakmampuan menaikkan curah jantung selama aktifitas.
Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal tetapi nyeri
dada disebabkan oleh karena peregangan arteri pulmonal atau iskemia ventrikel
kanan.
Gejala Tanda
Edema pulmonal
Pasien HTP dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan dengan gambaran
kongesti vena sistemik, efusi pleura dan asites. Hal inilah yang menyebabkan
menurunnya tekanan arteri sistemik dan hipotensi intradialisis.
b. Hipertensi krisis
Hipertensi krisis adalah keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah
yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Pada umumnya
krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan obat
antihipertensi.
a. Klasifikasi
Berdasarkan prioritas pengobatan :
1. Hipertensi emergensi / emergency hipertension (darurat) ditandai dengan TD
Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang bersifat
progresif yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Tekanan
darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit sampai jam), keterlambatan
pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau kematian. Penderita
perlu dirawat di ruangan intensive care unit.
2. Hipertensi urgensi / urgency hipertension (mendesak), TD diastolik > 120
mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran,
sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
b. Komplikasi
- Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis hipertensi. Pada
umumnya terjadi eksudat, perdarahan, dan papil bentung yang bisa
menyebabkan kebutaan.
- Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik dari
nefron. Hal ini disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan proliferasi
sel-sel intima pada arteri interlobular. Akibatnya ialah menurunnya GFR dan
aliran darah ginjal.
- Ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang berat. Gejala-gejala
ensefalopati seperti nyeri kepala hebat, muntah, konvulsi, stupor, dan koma
disebabkan karena spasme pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat
pula dilatasi arteri-arteri otak dan nekrosis fibrinoid dari arteriol yang luas.
Dilatasi arteri ini disebabkan gagalnya sistem autoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema otak.
- Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh karena tekanan darah yang tinggi
dan disertai adanya mikroaneurisma pembuluh darah otak.
- Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada ventrikel
kiri, sehingga terjadi payah jantung sering dalam bentuk edema paru.
- Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan sirkulasi
koroner, maka peningkatan tekanan darah dapat menyebakan insufisiensi
koroner akut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya preload
menyebabkan kebutuhan oksigen oleh miokard meningkat, sehingga terjadi
iskemia miokard akut.
- Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang berperan
penting dalam timbulnya kerusakan target organ. Penyulit berbahaya yang
terjadi pada aorta adalah diseksi aorta. Di sini terjadi robekan pada intima
aorta yang disertai masuknya darah ke dalam dinding aorta sehingga intima
terlepas dari dindingnya.
6. Hipertensi Resisten
Hipertensi yang sudah tidak dapat diobati dengan obat-obatan hipertensi
biasanya.
7. White Coat Hipertensi
Dikarenakan factor psikologis pasien yang tekanan darahnya tiba-tiba meninggi
ketika berada di rumah sakit atau bertemu dengan tenaga kesehatan. Pada
dasarnya tipe hipertensi ini tidak perlu diobati.
8. Hipertensi Maligna
Hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera (dalam hitungan
menit-jam) untuk menghindari kelainan organ target yang menetap seperti
enselopati, perdarahan intracranial, edema paru, dan kebutaan.
GEJALA
o Sakit kepala, namun tidak selalu
o Mudah lelah (fatigue)
o Penurunan toleransi aktifitas
o Palpitasi
o Angina
o Dispnea
o Epistaksis
o Insomnia
o Asimptomatis; gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi
Pada tahap awal seperti hipertensi pada umumnya. Kebanyakan tidak ada keluhan. Bila
simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy) dan impoten.
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada
(iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak pada kedua kaki atau perut.
Gangguan vascular lainnya seperti epistaksis, hematuria, pandangan kabur
karena perdarahan retina, transient serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan
kelemahan otot pada aldoteronisme primer, peningkatan BB dengan emosiyang
labil pada sindroma Chusing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan
sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural
dizzy)
Sumber: IPD Jilid II Interna Publishing
CARA PEMERIKSAAN
Anamnesis :
Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang, sewaktu
bangun tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami tegangan.
Keluhan sistem kardiovaskuler (berdebar, dada terasa berat atau sesak terutama
sewaktu melakukan aktifitas isometrik)
Keluhan sistem serebrovaskuler (susah konsentrasi, susah tidur, migrain, mudah
tersinggung, dll).
Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan
Lamanya menderita hipertensi, obat anti hipertensi yang digunakan, bagaimana
hasilnya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkannya.
Pemakaian obat-obatan lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya
atau mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid, analgestika anti
inflamasi, obat flu yang mengandung pseudo efedrin atau kafein, dll).
Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik, dll.
Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan kedua ovarium, atau
menopause.
Faktor resiko penyakit kardiovaskuler atau kebiasaan buruk (merokok, DM,
obesitas, stres psikososial, makanan asin dan berlemak).
Riwayat keluarga untuk hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan terhubung variabilitas
tekanan darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiri dilengan kanan dan kiri
Perabaan denyut nadi di arteri karotis dan femoralis
Adanya pembesaran jantung, irama gallop
Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
Denyut nadi di ekstremitas, adanya paresis atau paralisis
Prognosis hipertensi
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia,
intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit
hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi
pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani
(Fauci AS et al, 1998). Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka
morbiditas dan mortalitas empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi
hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan
wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti
hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat
proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak
memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (Fauci AS et al, 1998)