Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Address
Jl. D.S Sumolang
Bitung, 95522-North Sulawesi, Indonesia.
Position
012600 S / 1251100E
No. of Map
Map No. 62
Anchorage
012500 N / 1251100E
Local Time
GMT + 8 hours
Max. Size
Draft 12 m
Operational Time
Open 24 hours, even in holiday, tides do not effect entry
Documents
Documents needed by the port or other institution:
5 copies assenger list
4 copies Crew list
2 copies Customs Documents
2 copies Health Documents
Radio
Bitung Coast Radio Station, call sign PKM
Freq. 438 Khz class A1/A2 operating at 00.00 GMT
Freq.6428,5 Khz class A1 operating at 06.00, 11.00 GMT
Freq.3604 Khz class A1 operating at 01.00, 05.00, 09.00 and 10.00 GMT
Freq.1270,5 Khz class A1 operating at 02.00, 10.00 and 14.00 GMT
Current
Maximum Speed : 3 knot
Wind
Maximum Speed : 3,0 knot
Temperature
Average : 31C
Variate : 2834C
HYDRO OCEANOGRAPHY
Navigation Channel
Basin
FACILITIES
Berth
Samudra pier length 607 m, depth 5 m
Nusantara pier length 652 m, depth 6 m
Container pier:
Dermaga VIII length 182 m, depth 20 m
Dermaga IX length 60 m, depth 10 m
Towage
Available to assist in berthing and unberthing by 3 units Tug Boats:
Handling Equipment
Pilotage
Compulsory. Apply for pilot boat by calling Bitung Pilot Station by radio VHF
Channel 12 or raising G flag. Entrance in all season and weathers. Lembeh strait is
suitable for anchorage to await pilot.pilot boat operated by the company are:
KP. Siladen : 2 x 130 HP
TB. Serena : 2 x 300 HP
Fresh Water
Available, supply capacity approximately 100 up to 150 tons/hour.
Bunkering
Only diesel and marine fuel, supplied by PERTAMINA depend on request 100 -150.
Repair
Dry dock with helling dock capacity under 100 ton are availabel.
IMMIGRATION
Repatriation
Possible, dealt with immigration through Jakarta or Makassar.
Shore Leave
All crew members allowed ashore on permission of Immigration.
Identification Card
Needed by Immigration for landing permit.
MISCELLEANOUS
Medical
Hospital facilities or Port Doctor are available
(http://inaport4.co.id/?p=505)
INFORMASI UMUM
Nama Pelabuhan : Pelabuhan Bitung
Alamat Pelabuhan : Jl. D.S Sumolang
Kelurahan : Pateten
Kecamatan : Bitung Timur
Kabupaten/Kotamadya : Kodya Bitung
Propinsi : : Sulawesi Utara
Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan
Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum
Kode Pos : 95522
Telepon : (0438) 21196,21310,21313
Faximile : (0438) 21380
Telex / VHF :-
Kelas Pelabuhan : I (satu)
Kepanduan
Status Pemanduan : Pelabuhan Wajib Pandu
Koordinat Perairan Pandu : 01 25'00 N / 12511 '00 E
Sarana Pemanduan : 2(dua) unit Kapal Tunda, 4
(empat) unit Kapal Pandu, 4(empat)
orang pandu
ALUR PELAYARAN
Panjang : 9 Mil
Lebar : 600 Meter
Kedalaman : 12 M LWS
Pasang Tertinggi : 1.8 M LWS
Pasang Terendah : 1.2 M LWS
Jumlah Dermaga : 10 buah
Gudang : 3 x 4.320 M2 dan 1 x 432 M2
(http://www.indoavis.co.id/mmap/docs/NAUTICAL%20MAPs.Indoesia/dat/bitung.html)
Pelabuhan Bitung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pelabuhan Bitung
Lokasi
Negara Indonesia
Koordinat 01 26 00 N / 125 11 00 E
Detail
Pelabuhan Bitung adalah pelabuhan yang terletak di Jalan D.S Sumolang, Kota Bitung,
Sulawesi Utara merupakan pelabuhan terbesar di Sulawesi Utara yang disinggahi kapal-
kapal penumpang antar kota besar di Indonesia. Adanya Pelabuhan Bitung merupakan
salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di
Sulawesi Utara, selain dari kegiatan perkebunan, pertanian dan perikanan.
Selain itu juga terdapat fasilitas-fasilitas lain yang menunjang pengoperasian Pelabuhan
yaitu :
- Samudera ( 608 M )
- Nusantara ( 606 M )
- IKD ( 146 M )
- Lokal ( 60 M )
- LCT ( 20 M )
- KT Bunaken ( 2 X 750 HP )
- Dermaga : 14.315 M
- Gudang : 13.392 M
Pelabuhan Bitung yang berlokasi di Kota Bitung, Sulawesi Sulawesi Utara, diapit Benua
Australia, Benua Asia, Samudera Pasifik, dan Samudera Hindia, sehingga sangat strategis
menjadi pintu gerbang untuk akses ke pasar Asia Pasifik (Asia Timur, Amerika dan
Oceania). Pelabuhan Bitung yang merupakan bagian dari Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), terus dikembangkan menjadi
pelabuhan internasional. Pengembangan Pelabuhan Bitung meliputi penambahan
lapangan penumpukan peti kemas dan dermaga, serta fasilitas alat bongkar muat yang
dilaksanakan pada tahun 2012 2015 dengan investasi Rp 6 triliun.
Di Pelabuhan Bitung terdapat terminal konvensional atau multiguna dan terminal peti
kemas. Perbedaannya, terminal konvensional atau multiguna, selain mengangkut peti
kemas, juga melayani angkutan barang lainnya serta penumpang. Sementara terminal
petikemas, khusus mengangkut barang dalam kemasan petikemas. Kedua terminal ini
terus dilakukan pengembangan secara bertahap pada tahun 2012 2015 dengan
kebutuhan anggaran mencapai sekitar Rp 6 triliun.
Terminal konvensional yang ber-operasi 24 jam mempunyai panjang dan lebar alur
pelayaran 9 mil x 800 meter, serta kedalaman laut 16 meter. Di terminal konvensional
terdapat fasilitas tambatan terdiri dari tiga dermaga sepanjang 1.785 meter yang dapat
didarati 3 buah kapal, lapangan penumpukan 42.767 m yang dapat menampung peti
kemas 70.000 twenty-foot equivalent units (Teus), gudang 13.392 m, terminal
penumpang 2.554 m, lapangan parkir 2.394 m, bengkel 1.045 m, listrik 1.055 KVA, air
bersih PDAM dan bunker BBM Pertamina 150 ton/jam. Fasilitas lainnya adalah alat
apung 3 unit kapal pandu dan 3 unit kapal tunda. Juga terdapat fasilitas terminal
penumpa-ng dua lantai, VIP room, ruangan kantor imigrasi, ruangan kesehatan
pelabuhan, ruangan karantina, counter chek in PT Pelni, musholla, tempat menyusui,
ruangan P3K, dan toilet. Terminal konvensional melayani kegiatan bongkar muat peti
kemas dan kargo dengan dilengkapi sejumlah alat bongkar muat, 3 unit head truck, 2 unit
truk tronton, 1 unit genset berkapasitas 500 KVA, dan lain sebagainya.
Jumlah barang yang masuk dan keluar di terminal konvensional tahun 2008 sebanyak
3,97 juta ton, 4,51 juta ton (2009), 4, 61 juta ton (2010), 4,29 juta ton (2011), dan 4,31
juta ton (2012). Sementara itu jumlah arus peti kemas tahun 2008 sebanyak 107,45 ribu
twenty-foot equivalent units (Teus), 148,75 ribu Teus (2009), 166,24 ribu Teus (2010),
82,53 ribu Teus (2011), dan 94,75 ribu Teus (2012). Jumlah kunjungan kapal tahun 2008
sebanyak 6,3 ribu buah, 5,3 ribu buah (2009), tahun 4,6 ribu buah (2010), 3,1 ribu buah
(2011), dan 3,7 ribu (2012). Sedangkan jumlah penumpang tahun 2008 sebanyak 503,5
ribu orang, 576,5 ribu orang (2009), 624,5 ribu orang (2010), 102,0 ribu orang (2011),
dan 237,5 ribu orang (2012).
Sementara itu terminal peti kemas memiliki kedalaman laut 11 meter dan dermaga
sepanjang 358,5 meter. Fasilitas bongkar muat yang terdapat di terminal peti kemas
berupa 3 unit container crane, 11 unit head truck 11 unit, dan lain sebagainya. Fasilitas
lainnya berupa gudang seluas 1.260 m, gedung workshop seluas 6.083 m, genset 1.300
KVA, dan lapangan penumpukan peti kemas 30.000 m yang dapat menampung 70.000
Teus. Arus kunjungan kapal peti kemas di terminal peti kemas tahun 2008 sebanyak 113
buah, 165 buah (2009), 171 buah (2010), 163 buah (2011), dan 190 buah (2012).
Dewasa ini dalam proses pembangunan perpanjangan dermaga dari 358,5 meter menjadi
458,5 meter dengan anggaran Rp 80,9 miliar, di mana tiap tahun ditargetkan penambahan
panjang dermaga 100 meter hingga tahun 2015. Saat ini dermaga didarati dua kapal besar
berukuran 120 150 meter, dan jika perpanjangan dermaga selesai nantinya dapat
didarati 5 kapal sekaligus. Pembangunan tambahan dermaga 100 meter itu telah
mencapai 60% dan ditargetkan selesai akhir tahun 2013.
Penambahan dermaga mendesak dilakukan agar antrian kapal tidak banyak, dan cepat
dilakukan bongkar muat. Untuk bongkar muat membutuhkan waktu 2-3 hari. Seiring
pengembangan dermaga juga akan ditambah alat bongkar muat berupa 2 unit container
crane.
Negara-negara tujuan komoditi ekspor dari Pelabuhan Bitung adalah Eropa (Belanda,
Inggris, dan Perancis), China, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia,
Vietnam, India, dan Singapura.Komoditi unggulan yang diekspor adalah minyak kelapa
dan bungkil kopra. Setiap tahun tidak kurang dari 725 ribu ton minyak kelapa dan 185
ribu ton bungkil kopra diekspor ke mancanegara. Adapun negara terbesar tujuan ekspor
minyak kelapa adalah China yang mencapai 375 ribu ton disusul Eropa yang mencapai
206 ribu ton. Sementara untuk komoditi bungkik kopra negara dengan tujuan ekspor
terbesar adalah Korea Selatan yang mencapai 87 ribu ton dan Vietnam mencapai 51 ribu
ton.
Para pelaku usaha yang selama ini menggunakan jasa Pelabuhan Bitung menyambut
gembira dengan adanya pengembangan Pelabuhan Bitung. Salah seorang di antaranya
adalah Jefri yang bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayaran.
Perusahaannya memiliki 24 buah kapal dan 5 kapal di antaranya beroperasi di Bitung
yang khusus mengangkut peti kemas yang berisi kayu, kelapa, ikan kaleng, jagung, dan
besi tua untuk dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
Kendala yang selama ini dialami oleh pengusaha adalah masalah dermaga di terminal
peti kemas yang ha-nya dapat disandari dua kapal, sementara kapal-kapal lain menunggu
2-3 hari untuk mendapat giliran bersandar. Sekarang sedang dibangun tambahan satu
dermaga untuk satu kapal, sehingga tahun ini total dapat melayani 3 kapal. Saya berharap
tahun ini dermaga baru ini dapat dioperasionalkan, kata Jefri.
KEK Bitung bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. KEK
adalah kawasan khusus untuk industri dengan tawaran insentif khusus dari pemerintah
kepada investor yang menanamkan modalnya dalam kawasan tersebut. Insentif dimaksud
adalah keringanan Pajak Penghasilan (PPh), penangguhan bea masuk impor bahan baku
produksi, dan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM). Fasilitas lainnya adalah pengurangan pajak, seperti Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), termasuk fasilitas pertanahannya. Investor yang menanamkan modal
dalam KEK juga diberi kemudahan memperoleh hak atas tanah, demikian pula badan
usaha yang telah memperoleh tanah di lokasi KEK.
Kesiapan Bitung untuk menjadi KEK ini didukung dengan adanya sejumlah
infrastrukutur yang memadai serta akses yang begitu mudah untuk mendukung
operasional kegiatan dalam kawasan. Pelabuhan Bitung misalnya, merupakan daya
dukung yang luar biasa sehingga mempermudah kegiatan produksi maupun keluar masuk
barang. KEK Bitung nantinya akan berfungsi bagi tiga kelompok industri, yaitu industri
berbasis sumber daya alam Sulawesi Utara (dengan cakupan sekitar 20-25%), industri
pengolahan ikan (40%) dan industri kemasan (40%).
Untuk mendukung Pelabuhan Bitung dan KEK Bitung, pemerintah juga akan
membangun jalan tol Manado-Bitung sepanjang 39 km dengan lebar 60 meter.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengalokasikan anggaran sebesar Rp 295 miliar
untuk pembebasan lahan, dan saat ini pembebasan lahan telah mencapai 90%. Sedangkan
anggaran pembangunan jalan tol sebesar Rp 4 triliun yang berasal dari pemerintah pusat
Rp 1,1 triliun dan swasta Rp 2,9 triliun. Tender proyeknya dilaksanakan Oktober 2013,
dan pembangunannya direncanakan dimulai Januari 2014. Saat ini waktu tempuh
Manado Bitung 2 jam, dan apabila jalan tol rampung akan mempercepat waktu tempuh
menjadi 45 menit.
Nilai investasi tiga tahun terakhir di Sulawesi Utara tercatat sekitar Rp 8 triliun yang
bergerak di bidang perikanan, pertanian, perkebunan, jasa, pedagangan, dan pariwisata.
Berbagai pembangunan infrastruktur dan masuknya investasi menyebabkan pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara meningkat meningkat dari 7,85% tahun 2009 menjadi 7,86%
tahun 2012, di atas pertumbuhan ekonomi nasional 6,23%. Tahun 2009 angka
pengangguran 10,56% dan turun menjadi 8,32% pada tahun 2012. Tahun 2009 angka
kemiskinan 14,15% dan turun menjadi 11,66% pada tahun 2012.
http://www.setkab.go.id/nusantara-10363-.html
http://tentangbaja.com/wp-content/uploads/2014/10/Pelabuhan-Bitung-PDF.pdf
http://pipp.djpt.kkp.go.id/profil_pelabuhan/kategori_pelabuhan