Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1, 2014
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Titrasi Asam Basa
untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Kimia
1
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FTK Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh
3
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh
Abstract
This study was a pre-experimental study through one group pretest-posttest design. The
objective of the study was to see whether there was an increase in generic science skills of
students with problem-based learning model in the group activities. The subjects were the
chemistry students of 2nd semester in Teacher Training and Education Faculty of Unsyiah.
The data collection was conducted by using the instruments such as group activity and
multiple choice of generic science skill. The data of group activities was processed from the
observation scores while the pretest and posttest were processed by using the average of N-
Gain. Based on the data analysis, there were significant differences in the pretest and posttest
results KGS after the application of PBL teaching model. Referring to the N-Gain, an increase
of KGS occured in all indicators. The highest increase was found in indirect observation while
the lowest in logic inference. In indirect observation and cause-effect law, the consistent logic
framework gained an increase in the medium category.
PENDAHULUAN
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) baru muncul pada akhir abad ke-20,
tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn pada tahun 1980.1 PBM adalah suatu
model yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.2 Keterampilan
1
Catherine De Rijdt, Janine van der Rijt, Filip Dochy, and Chees van der Vleuten,Rigorously
Selected and Well Trained Senior Student Tutors in Problem Based Learning: Student Perceptions
and Study Achievements, Journal Instructional Science. 40(3): h.397411, 2011.
2
Kevin, Downing, Problem Based Learning and Metacognition, Asian Journal. Education
and Learning, 1(2), h.75-96, 2010.
pemecahan masalah, pemikiran kritis dan pengembangan pembelajaran sangat diperlukan
bagi mahasiswa untuk menghadapi masa depan yang nyata sesuai dengan masalah yang
terdapat di lingkungan belajar maupun lapangan pekerjaan dan kemudian mampu
menghasilkan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Beberapa penelitian tentang
penerapan model PBM ditemukan bahwa penerapan model PBM telah berhasil meningkatkan
pengalaman belajar sebagai pengganti laboratorium tradisional pada mahasiswa. PBM juga
telah berhasil dilakukan dalam praktikum laboratorium analisis pada pokok bahasan
pemisahan campuran dan mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi.3
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan dosen, asisten dan mahasiswa di
lingkungan program studi pendidikan kimia FKIP Unsyiah bahwa selama ini kegiatan
praktikum yang dilakukan masih menggunakan metode konvensional. Praktikum
konvensional adalah suatu praktikum dimana mahasiswa mengikuti sejumlah prosedur
eksperimental yang telah ditentukan selama waktu yang telah ditetapkan.4 Pernyataan ini
diperkuat dengan penuntun praktikum yang digunakan dalam praktikum kimia larutan. Hasil
wawancara dengan asisten bahwa selama ini mahasiswa melakukan praktikum sesuai dengan
penuntun yang sudah ada. Praktikum metode konvensional menyebabkan keterampilan
berpikir mahasiswa sangat terbatas, karena mahasiswa hanya dituntut untuk melakukan
praktikum sesuai penuntun, dan kemudian menyiapkan laporan. Praktikum konvensional
mengakibatkan minimnya pengalaman dan ilmu mendasar tentang apa yang dilakukan oleh
mahasiswa ketika praktikum kimia sedang berlangsung.
Salah satu tujuan yang diharapkan dari kegiatan praktikum adalah berkembangnya
keterampilan berpikir kimia. Keterampilan generik kimia adalah kemampuan berpikir dan
bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang dimilikinya, dan salah satunya adalah
keterampilan generik sains.5 Kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat
dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak
langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat
asas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9)
3
Hicks Randall W and Bevsek, Holly M. Utilizing Problem-Based Learning in Qualitative
Analysis Lab Experiments, Journal Chemistry Education, 89(2): h. 254257, 2012.
4
Claire Mc Donnell, Christine OConnor and Michael K Seery, Developing Practical
Chemistry Skills By Means Of Student-Driven Problem Based Learning Mini-Projects, Chemistry
Education Research and Practice, 8(2): h.130-139, 2007.
Liliasari, Scientific Concept And Generic Science Skill Relationship in the 21st Century
5
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan desain one group pretestt-posttest design dengan
metode quasi eksperimen. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan
kimia yang mengambil mata kuliah dan praktikum kimia larutan di FKIP Unsyiah berjumlah
28 orang. Tahapan dalam penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, kemudian tahap analisis data dan kesimpulan. Tahap persiapan penelitian
6
Mohd Zaki Khamsah, Developing Generic Skills in Classroom Environment: Engineering
Students Perspective, (Online), (http://Web,ctl.utm.my. diakses 12 Desember 2012), 2004.
Tuszie Widhiyanti, Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa
7
SMA Pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI, 2007.
8
Lisa Angelique and Yuen Lie Lim, A Comparison of Students Reflective Thinking Across
Different Years in A Problem-Based Learning Environment, Journal Instructional Science. 39(8):
h.171188, 2011.
HASIL
1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model PBM
Pada pertemuan pertama mahasiswa diberikan pretes untuk melihat kemampuan awal
tentang KGS, pembagian kelompok dilakukan berdasarkan IPK tertinggi sebanyak 5 orang
dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang. Diberikan masalah yang berhubungan
dengan materi titrasi asam basa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yaitu tentang
kadar basa dalam obat maag dan kadar cuka dalam botol. Mahasiswa diminta untuk
merancang prosedur praktikum dalam kelompok, dan selanjutnya melakukan praktikum
sesuai dengan rancangan prosedur praktikum yang sudah dibuat. Adapun penilaian kelompok
mahasiswa dalam model PBM terdiri dari 3 aspek yaitu rancangan prosedur praktikum,
kualitas praktikum dan laporan praktikum. Nilai aktivitas mahasiswa dalam model PBM dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai tertinggi untuk aspek penilaian rancangan prosedur
praktikum yaitu kelompok IV dengan nilai 87,50, sedangkan untuk nilai terendah kelompok I
68,75. Aspek Penilaian kualitas praktikum dengan nilai tertinggi yaitu pada kelompok II
sebesar 92,86 dan terendah kelompok I sebesar 82,14. Aspek penilaian laporan praktikum
nilai tertinggi terdapat pada kelompok II sebesar 90,00 dan terendah kelompok I yaitu 69,44.
Secara keseluruhan kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelompok II dan terendah
adalah kelompok I. Rancangan prosedur praktikum mahasiswa kelompok IV memiliki
persentase nilai tertinggi dengan rata-rata 87,50 dengan kategori sangat baik. Kelompok yang
memiliki nilai terendah dalam rancangan prosedur praktikum adalah kelompok I dengan nilai
sebesar 68,75 dengan kategori cukup. Adapun tiap aspek yang dinilai dalam rancangan
prosedur praktikum adalah bagaimana mahasiswa merumuskan tujuan sesuai dengan
permasalahan yang terdapat dalam LKM, menyusun teori yang mendukung dengan metode
yang akan dilakukan terhadap permasalahan, menentukan alat dan bahan, serta rancangan
prosedur kerja yang akan dilakukan dan yang paling penting dalam tahapan model PBM
adanya kerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
Adapun aspek penilaian kualitas praktikum yang di nilai di antaranya adalah
kerjasama kelompok saat praktikum, kedisiplinan, persiapan alat dan bahan, cara merangkai
alat titrasi, melakukan titrasi dan melakukan percobaan secara keseluruhan. Kelompok yang
memiliki nilai tertinggi pada aspek kualitas praktikum adalah kelompok II dengan nilai
sebesar 92,86 pada kategori sangat baik. Kelompok I memiliki nilai terendah untuk kualitas
praktikum sebesar 82,14 tetapi masih dengan kategori baik. Hasil pengamatan pada saat
melakukan praktikum mahasiswa dalam kelompok II secara keseluruhan menunjukkan
aktivitas yang sangat baik antar kelompok yaitu termasuk kerjasama dan kedisiplinan.
Mahasiswa dalam kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
titrasi asam basa, selanjutnya merangkai perangkat titrasi dan melakukan percobaan titrasi
asam basa. Aspek penilaian laporan praktikum terdiri dari beberapa aspek yang pertama
Gambar 1. Perbandingan Rerata Skor Pretes, Postes, dan N-gain Setiap Indikator
Keterampilan Generik Sains
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan dan Aktivitas Mahasiswa dengan Model PBM
Pengelompokan yang dilakukan dalam tahapan model PBM ternyata memberikan
pengaruh yang besar bagi perkembangan potensi mahasiswa. Mahasiswa menjadi lebih aktif
berbicara dan mengeluarkan pendapat ketika berada dalam lingkungan bersama teman
sekelompoknya. Berdasarkan hasil observasi terlihat antusias dan semangat mahasiswa yang
sangat tinggi dalam bekerja sama di dalam kelompok masing-masing. Aspek kerja sama
dalam kelompok PBM merupakan salah satu hal yang paling penting, karena mahasiswa
bekerja secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya untuk memecahkan masalah. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan bahwa bekerja sama dalam pembelajaran berbasis masalah
mendorong berbagai penemuan dan dialog serta perkembangan keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir.9 Berbeda dari pembelajaran biasanya, mahasiswa yang pendiam ini
justru aktif berbicara ketika berada dalam kelompok. Mahasiswa bebas mengeluarkan
pendapat dan saling bertukar pikiran untuk mencari solusi atas permasalahan yang terdapat
dalam LKM. Hal ini juga terlihat pada hasil penelitian PBM yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa SMA pada materi Aljabar.10
Minat dan keingintahuan mahasiswa tentang materi yang akan dipelajari berusaha
dibangkitkan dengan adanya permasalahan yang disajikan. Pengajuan pertanyaan atau
masalah merupakan hal penting baik secara hubungan sosial maupun secara pribadi untuk
mahasiswa karena masalah yang diajukan merupakan situasi dunia nyata yang memungkinkan
9
Ibrahim dan Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, UNESA, Surabaya, 2005, h.3.
12
Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana, Jakarta, 2008.
13
Budhi Sagita Wiratama, Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir
Kritis Siswa SMA pada Topik Kesetimbangan Kimia. Tesis tidak diterbitkan, Bandung: SPs UPI,
2007.
14
Gwee MC, Problem-Based Learning: A Strategic Learning System Design For The
Education Of Healthcare Professionals in The 21ST Century. The Kaohsiung Journal of Medical
Science, 25(5): 231-239, 2009.
Shir Jer Lou, Ru Chu Shih, C. Ray Diez, dan Kuo-Hung Tseng, The Impact of Problem-
16
Based Learning Strategieson STEM Knowledge Integration and Attitudes: an Exploratory Study
Among Female Taiwanese Senior High School Students, International Journal Technology
Education. 21(3) :195215, 2011.
Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI.
2010.
18
Anna Permanasari, op. cit
19
Slamet Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran Sains di Perguruan Tinggi Fisika,
Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan Pengembangan Aktivitas Instruksional (PAU-
PPAI) Dirjen Dikti, 2005.
20
Slamet Brotosiswoyo, Ibid.
Iksanudin, Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa SMA
21
Pada Topik Hidrolisis Garam. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI. 2007.
Eliska, Novita, Noor Fadiawati, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar, Efektivitas
22
Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-Basa Arrhenius Untuk Meningkatkan Keterampilan
Siswa SMA dalam Membangun Konsep dan Hukum Sebab Akibat. Tesis tidak diterbitkan, Bandung :
SPs UPI. 2012.
23
Saptorini, Peningkatan Keterampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa Melalui
Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
2(1): 190-198, 2008.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada permasalahan penelitian, hasil penelitian serta pembahasan
sebagaimana telah dikemukakan pada bagian atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
aktivitas kelompok mahasiswa dengan penerapan model PBM menunjukkan rata-rata dengan
kategori sangat baik dan baik. Penerapan model PBM mampu meningkatkan keterampilan
generik sains mahasiswa dengan indikator pengamatan langsung, pengamatan tak langsung,
hukum sebab akibat, inferensi logika, dan kerangka logika taat azas. Peningkatan
keterampilan generik sains tertinggi terjadi pada indikator pengamatan langsung dengan N-
gain 50,11% kategori sedang. Peningkatan terendah terjadi pada indikator inferensi logika
dengan N-gain 17,26% tergolong kategori rendah. Model PBM dapat meningkatkan keaktifan
mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
24
Slamet Brotosiswoyo, loc.cit.
25
Ferawati, Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Generik Sains Guru Fisika Pada Topik Fluida Dinamis. Prosiding
Penelitian Bidang Ilmu Eksakta, 2011.
Abdullah, A. G dan Ridwan, T. 2008. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada
Proses Pembelajaran di BPTP Bandung, (Online) 4(1), (http://file.
upi.edu/Direktori/FPTK., diakses 5 Mei 2013).
Ajai, T.J, Imoko, B.I., dan Okwu, E.I. 2013. Comparison of The Learning Effectiveness of
Problem-Based Learning (PBL) and Conventional Method of Teaching Algebra.
Journal of Education and Practice. 4(1) : 131-135.
De Rijdt, C. 2012.Rigorously Selected and Well Trained Senior Student Tutors in Problem
Based Learning: Student Perceptions and Study Achievements. Journal
Instructional Science. 40(3): 397411.
Gwee M. 2009. Problem-Based Learning: A Strategic Learning System Design For The
Education Of Healthcare Professionals in The 21ST Century. The Kaohsiung
Journal of Medical Science, 25(5): 231-239.
Iksanudin. 2007. Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa
SMA Pada Topik Hidrolisis Garam. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.
Kevin, Downing. 2010. Problem-Based Learning and Metacognition. As. J. Education &
Learning, 1(2) : 75-96.
Khamsah, M.Z. 2004. Developing Generic Skills in Classroom Environment: Engineering
Students Perspective, (Online), (http://Web,ctl.utm.my. diakses 12 Desember 2012).
Liliasari. 2007. Scientific Concept And Generic Science Skill Relationship in the 21 st Century
Science Education, (Online), (http://file.upi.edu/ diakses 30 Juli 2012).
Lou, S.J, Shih, R.C, Diez, C. R, dan Tseng, K.H. (2011). The Impact of Problem-Based
Learning Strategieson STEM Knowledge Integration and Attitudes: an Exploratory
Study Among Female Taiwanese Senior High School Students. International
Journal Technology Education. 21(3) :195215.
Widhiyanti, T. 2007. Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa
SMA Pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs
UPI.
Wiratama, B.S. 2007. Pengembangan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa
SMA pada Topik Kesetimbangan Kimia. Tesis tidak diterbitkan, Bandung: SPs UPI.
Yuen, L.A dan Lim, L. 2011.A Comparison of Students Reflective Thinking Across
Different Years in A Problem-Based Learning Environment. Journal Instructional
Science. 39, (8):171188.