Sei sulla pagina 1di 2

Biography KH Hasyim Ashari Founder NU and Tebuireng

KH Hasyim Ashari born in Demak, Central Java. He received education directly from his
father and grandfather, Kyai Asyari and Kyai Uthman. After big enough, he also helped
teach. Kyai Hasyim then studied at various pesantren to deepen religious knowledge. In 1892,
K.H. Hasyim Ashari went pilgrimage and studying in Mecca. On the way back to the
homeland, he stopped in Johor, Malaysia and teach there. Returning to Indonesia in 1899,
Kyai Hasyim Ashari establish pesantren at Tebuireng which becomes center for the renewal
of traditional Islamic teaching. For him, teaching religion signify improving human. Educate
the students and prepare them to go into the community, is one of the main goals of struggle
Kyai Hasyim Ashari.

Dated January 31, 1926, along with other Islamic figures, Kyai Hasyim Ashari founded
Nahdlatul Ulama (NU), which means the resurrection of scholars. NU grown rapidly and
become a place of increasing the quality of the people and the means of struggle against the
Dutch. In the early days of the Japanese occupation, Kyai Hasyim arrested for no apparent
reason. Thanks to the help of his son, K.H. Wahid Hasyim, a few months later he was
released and subsequently appointed as Head of Religious Affairs. Position it receives with a
forced, but he still caring for his pesantren in Tebuireng. After Indonesian independence, via
speeches KH Hasyim Ashari burning spirit of the youth so that they dare to make sacrifices to
defend freedom. He died on July 25, 1947 and was buried in Tebuireng.
Place / Date. Born: Demak, 10 April 1875
Place / Date. Died: Tebu Ireng, July 25, 1947
Presidential Decree: Decree No. 294 / TK / 1964, date. November 17, 1964
Degree: National Hero
KH. Hasyim Ashari was elected Rois Akbar NU, a title which until now nobody carry it. In
addition, he also compiled qanun fundamental NU which develop understand ahli sunnah
waljama'ah.

Bahasa Indonesia

Biografi KH Hasyim Asyari Pendiri NU dan Tebuireng


KH Hasyim Asyari lahir di Demak, Jawa Tengah. Beliau mendapat pendidikan langsung dari
ayah dan kakeknya, Kyai Asyari dan Kyai Utsman. Setelah cukup besar, beliau juga ikut
membantu mengajar. Kyai Hasyim lalu belajar di berbagai pesantren untuk memperdalam
ilmu agama. Di tahun 1892, K.H. Hasyim Asyari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu
di Mekah. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar
di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kyai Hasyim Asyari mendirikan pesantren di
Tebuireng yang menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional. Bagi beliau,
mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan
mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kyai Hasyim
Asyari.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam lainnya, Kyai Hasyim Asyari
mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama. NU berkembang dengan
pesat dan menjadi wadah meningkatkan kualitas umat serta sarana perjuangan melawan
Belanda. Pada masa awal pendudukan Jepang, Kyai Hasyim ditangkap karena alasan yang
tidak jelas. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia
dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya
dengan terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebuireng. Setelah Indonesia
merdeka, melalul pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asyari membakar semangat para pemuda
supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia
pada tanggal 25 Juli 1947 dan dimakamkan di Tebuireng.
Tempat/Tgl. Lahir : Demak, 10 April 1875
Tempat/Tgl. Wafat : Tebu Ireng, 25 Juli 1947

SK Presiden : Keppres No. 294/TK/1964, Tgl. 17 November 1964

Gelar : Pahlawan Nasional

KH. Hasyim Asyari terpilih menjadi Rois Akbar NU, sebuah gelar yang hingga kini tidak
seorang pun menyandangnya. Di samping itu, beliau juga menyusun qanun asasi NU yang
mengembangkan paham ahli sunnah waljamaah. KH Has

Potrebbero piacerti anche