Sei sulla pagina 1di 6

Nama : AIDHIL YAHYA

RUMI

NPP : 24.1524

Fakultas : Manajemen

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Tingkat kemiskinan dan kesenjangan yang besar dalam hal distribusi


pendapatan merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh semua negara
berkembang di dunia tidak terkecuali Indonesia. Permasalahan ini jika terus
dibiarkan berlarut-larut akan menjadi semakin parah dan pada akhirnya akan
menimbulkan konsekuensi politik dan social yang sangat serius. Suatu pemerintahan
bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi
kemiskinannya. Sebagai contoh, Indonesia pernah mengalami kejadian tersebut
pada masa-masa orde lama yang terkenal dengan istilah Tritura (tiga tuntutan
rakyat ) yang berujung pada kejatuhan rezim Sukarno dan digantikan oleh rezim
orde baru.

Hakekat pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, menempatkan arah
pandang pembangunan sangat didasarkan pada paradigma yang mendasari para
pengambil kebijakan di suatu negara untuk diimplementasikan. Perkembangan
pembangunan di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh teori pertumbuhan
ekonomi yang memiliki resiko pada kesenjangan pembangunan baik antar daerah,
maupun antara si kaya dan si miskin. Untuk itu, dalam suatu pembangunan maka
dampak negatif baik itu berupa kemiskinan maupun pengangguran merupakan faktor
yang harus diselesaikan melalui skema pembangunan, bukan menjadi bagian
terpisah dari pembangunan itu sendiri.

Jika dilihat dari perkembangan pembangunan di Indonesia pada awal 1970-an


dan 1980-an maka fungsi negara pembangunan (developmental state) merupakan
pilihan model pembangunan yang dilaksanakan pada saat itu. Pembangunan
dengan mengedepankan pertumbuhan ekonomi menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan sosial dan politik yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat itu.
Dampak yang muncul dengan model tersebut adalah semakin tinginnya disparitas
hasil pembangunan, karena asumsi adanya trickle down effect yang ternyata tidak
berjalan dengan sempurna. Akibat dari diterapkannya strategi tersebut dapat dilihat
bahwa pada dekade 1980-an hingga krisis ekonomi pada tahun 1997, Indonesia
memang menikmati laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi, tetapi
tingkat kesenjangan serta pemerataan pembagian pendapatan nasional semakin
besar. Jumlah penduduk miskin tetap banyak bahkan meningkat tajam sejak krisis
ekonomi.

Setelah lebih dari satu dekade era reformasi, Indonesia juga masih
terbelenggu dengan permasalahan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Hal ini
ditunjukan dengan masih tingginya angka kemiskinan. Permasalahan kemiskinan
menjadi problem sosial yang hingga saat ini belum dapat terpecahkan bagaikan
lingkaran setan. Hasil data BPS tahun 2006 hingga tahun 2009 menunjukkan
tingginya angka kemiskinan di Indonesia, jumlah penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan pada Maret 2006 mencapai 39,05 juta jiwa (17,75%), meningkat
3,95 juta jiwa dari angka kemiskinan pada Maret 2005 sebesar 35,1 juta (15,97%)
dan terakhir pada tahun 2009 sedikit menurun menjadi sebesar 32,53 juta jiwa
(14,15%). Dengan masih tingginya angka kemiskinan maka permasalahan sosial
lainnya yang terbentuk sebagai dampak kemiskinan juga bertambah, seperti:
masalah lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, meningkatnya angka
kriminalitas, berkembangnya konflik-konflik sosial antar masyarakat, dan makin
rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan hidup.Untuk itu perlu ada
komitimen yang sungguh-sungguh untuk mengurangi angka kemiskinan tidak saja
oleh pemerintah melainkan oleh seluruh elemen anak bangsa

Definisi kemiskinan menurut Wikipedia adalah keadaan dimana terjadi


ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori : yaitu
Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu
set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara.
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per
hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia
mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi
kurang dari $2/hari. (Wikipedia, 2010).

Sedangkan kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang mengacu pada standar


Bank Dunia Kriteria tidak merataan versi bank dunia didasarkan pada porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh 3 lapisan penduduk, yakni 40 % penduduk
berpendapatan terendah (penduduk miskin), 40 % penduduk berpendapatan
menengah dan 20 % penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk kaya).

Indonesia dalam menentukan standar kemiskinan penduduknya diantaranya


mengacu pada standar berikut (BPS,2010) :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang


2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12 . Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5
ha,buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,
seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya

Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok
ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi, tolok ukur dengan menggunakan
pendapatan perkapita belumlah cukup untuk untuk menilai prestasi pembangunan.
Pendapatan per kapita tidak mencerminkan bagaimana pendapatan nasional sebuah
negara terbagi di kalangan penduduknya sehingga unsur pemerataan atau keadilan
tidak terpantau. Untuk itu digunakan pendekatan-pendekatan lain untuk mengukur
tingkat pemerataan pembangunan.Pada Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan
bahwa untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Dari Pembukaan UUD 1945 tersebut, menunjukkan bahwa
faktor kesejahteraan masyarakat merupakan prioritas didirikannya Negara Indonesia.
Bertolak dari UUD 1945 tersebut pemerintah telah berupaya untuk
mengurangi/menekan angka kemiskinan dengan program-program
pembangunannya.

Pada masa rezim orde baru program pengentasan kemiskinan dan


pemerataan pembangunan tertuang dalam dalam delapan jalur pemerataan yang
merupakan penjabaran dari Trilogi Pembangunan. Delapan jalur pemerataan
tersebut adalah :

1. Pemerataan kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan)

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan

3. Pemerataan pembagian pendapatan

4. Pemerataan kesempatan kerja

5. Pemerataan kesempatan berusaha

6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air

8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

Lebih jauh, program pengentasan kemiskinan pada masa rezim orde baru
sangat didukung oleh adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkelanjutan yang secara umum didasarkan pada sistem padat karya (Widjoyo
Nitisastro : 2010). Efek pertumbuhan ini didkukung oleh serangkaian kebijakan yang
meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan kaum miskin, serta menurunkan
angka kelahiran sampai ke tingkat terkendali dan pembangunan infrastruktur. Pada
sisi ekonomi, tingkat dan pola pembangunan tersebut telah memacu permintaan
akan tenaga kerja, sementara kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan
dan infrasturktur telah mendorong kaum miskin untuk mengambil manfaat
permintaan ini untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Pada paruh kedua tahun 1980-an dan pada tahun 1990-an terjadi proses
penting lain yang memacu pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan, yaitu
pertumbuhan pesat ekspor produk-produk padat karya yang memicu pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan pesat di sektor pertanian yang didukung
oleh paket-paket kebijakan yang mendorong industri tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di New York pada tahun 2000 telah


menetapkan upaya mengurangi separuh dari kemiskinan di dunia sebagai Tujuan
Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) yang harus dicapai pada
tahun 2015. Komitmen atas sasaran dan target tersebut disepakati juga oleh
pemerintah Indoensia yang ikut menandatangani dokumen Rencana Pelaksanaan
KTT Pembangunan Berkelanjutan, yang juga telah ditanda-tangani oleh Presiden RI,
untuk menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan di Indonesia. Hal tersebut
membutuhkan peran pemerintah dan semua perangkat negara bersama dengan
berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab utama untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan dan sekaligus pengentasan kemiskinan paling lambat
tahun 2015.

Untuk itu, melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025, yang diharapkan
dapat: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian
tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik
antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat
dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan
(e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Disamping Undang-Undang tersebut, kebijakan presiden melalui Peraturan


Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) 2004-2009 juga mencantumkan permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, sasaran dan arah kebijakan untuk
mengatasinya.

Penanggulangan kemiskinan dan pemerataan pembangunan merupakan isu


yang utama dan sangat penting bagi pemerintah karena merupakan tujuan berdirinya
negara Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
yaitu bahwa untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Dalam usahanya untuk menuntaskan amanat UUD 1945 tersebut, pemerintah


telah berusaha untuk mengentaskan kemiskinan dan menargetkan angka
kemiskinan turun menjadi 31 juta jiwa (14 %), dan angka pengangguran ditargetkan
turun menjadi 7,8 juta jiwa (7%) pada tahun 2009. Pencapaian target tersebut
dilakukan melalui upaya-upaya perlindungan dan keberpihakan terhadap rakyat
miskin, peningkatkan akses dan mutu pelayanan dan infrastruktur dasar, serta
peningkatkan usaha rakyat dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat, yang
secara operasional dilakukan melalui program/kebijakan penanggulangan
kemiskinan.

Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan


kemiskinan yang jelas dan berkesinambungan serta dengan melibatkan seluruh
elemen masyarakat agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat tepat sasaran. Berikut
adalah masukan-masukan bagi kebijakan pemerintah dalam memerangi kemiskinan
(worldbank, Indonesia Policy Brief, 2010) :

1. Peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.

2. Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan dan di


tingkat kabupaten.

3. Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

4. Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya

5. Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang


belum menikmati tenaga listrik

6. Perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik.

7. Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan
orang miskin.

8. Menggantikan sistem pajak daerah yang berlaku

9. Menghentikan pungutan pajak dan retribusi daerah yang tidak diperlukan

10. Menciptakan dan memperbaiki sistem pelayanan satu atap

11. Membentuk sebuah komisi dalam mengawasi pungutan-pungutan liar

12. Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin


DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik, http://www.bps.go.id, 2010

Dumairy (1997), Perekonomian Indonesia, Erlangga

http: //www.wikipedia.co.id, 2010

http: //http://www.siteresources.worldbank.org, 2010

http: //www. kksp.or.id/id/files/UU_No_17_Tahun_2007_RPJPN

http://go.worldbank.org/U0FSM7AQ40, World Development Indicators Online.


Washington, DC, 2010

Potrebbero piacerti anche

  • Konsep Pelayanan Unggul
    Konsep Pelayanan Unggul
    Documento6 pagine
    Konsep Pelayanan Unggul
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Peayanan Prima
    Peayanan Prima
    Documento16 pagine
    Peayanan Prima
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Makna Lambang IPDN
    Makna Lambang IPDN
    Documento4 pagine
    Makna Lambang IPDN
    Harum Samadi
    100% (1)
  • MAKNA FILOSOFIS PDH PRAJA IPDN
    MAKNA FILOSOFIS PDH PRAJA IPDN
    Documento2 pagine
    MAKNA FILOSOFIS PDH PRAJA IPDN
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Adpeg 1
    Adpeg 1
    Documento11 pagine
    Adpeg 1
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Arti Lambang Mahawarman
    Arti Lambang Mahawarman
    Documento3 pagine
    Arti Lambang Mahawarman
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 pagina
    Daftar Isi
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Menwa Mahasiswa
    Menwa Mahasiswa
    Documento10 pagine
    Menwa Mahasiswa
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Adplik 2
    Adplik 2
    Documento8 pagine
    Adplik 2
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Adplik 1
    Adplik 1
    Documento15 pagine
    Adplik 1
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Adpeg 1
    Adpeg 1
    Documento11 pagine
    Adpeg 1
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Muhammad Wahyudi Dwi Bestari
    Muhammad Wahyudi Dwi Bestari
    Documento7 pagine
    Muhammad Wahyudi Dwi Bestari
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora
  • Adplik 1
    Adplik 1
    Documento15 pagine
    Adplik 1
    Harum Samadi
    Nessuna valutazione finora