Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
RUMI
NPP : 24.1524
Fakultas : Manajemen
Setelah lebih dari satu dekade era reformasi, Indonesia juga masih
terbelenggu dengan permasalahan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Hal ini
ditunjukan dengan masih tingginya angka kemiskinan. Permasalahan kemiskinan
menjadi problem sosial yang hingga saat ini belum dapat terpecahkan bagaikan
lingkaran setan. Hasil data BPS tahun 2006 hingga tahun 2009 menunjukkan
tingginya angka kemiskinan di Indonesia, jumlah penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan pada Maret 2006 mencapai 39,05 juta jiwa (17,75%), meningkat
3,95 juta jiwa dari angka kemiskinan pada Maret 2005 sebesar 35,1 juta (15,97%)
dan terakhir pada tahun 2009 sedikit menurun menjadi sebesar 32,53 juta jiwa
(14,15%). Dengan masih tingginya angka kemiskinan maka permasalahan sosial
lainnya yang terbentuk sebagai dampak kemiskinan juga bertambah, seperti:
masalah lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, meningkatnya angka
kriminalitas, berkembangnya konflik-konflik sosial antar masyarakat, dan makin
rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan hidup.Untuk itu perlu ada
komitimen yang sungguh-sungguh untuk mengurangi angka kemiskinan tidak saja
oleh pemerintah melainkan oleh seluruh elemen anak bangsa
Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok
ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi, tolok ukur dengan menggunakan
pendapatan perkapita belumlah cukup untuk untuk menilai prestasi pembangunan.
Pendapatan per kapita tidak mencerminkan bagaimana pendapatan nasional sebuah
negara terbagi di kalangan penduduknya sehingga unsur pemerataan atau keadilan
tidak terpantau. Untuk itu digunakan pendekatan-pendekatan lain untuk mengukur
tingkat pemerataan pembangunan.Pada Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan
bahwa untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Dari Pembukaan UUD 1945 tersebut, menunjukkan bahwa
faktor kesejahteraan masyarakat merupakan prioritas didirikannya Negara Indonesia.
Bertolak dari UUD 1945 tersebut pemerintah telah berupaya untuk
mengurangi/menekan angka kemiskinan dengan program-program
pembangunannya.
Lebih jauh, program pengentasan kemiskinan pada masa rezim orde baru
sangat didukung oleh adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkelanjutan yang secara umum didasarkan pada sistem padat karya (Widjoyo
Nitisastro : 2010). Efek pertumbuhan ini didkukung oleh serangkaian kebijakan yang
meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan kaum miskin, serta menurunkan
angka kelahiran sampai ke tingkat terkendali dan pembangunan infrastruktur. Pada
sisi ekonomi, tingkat dan pola pembangunan tersebut telah memacu permintaan
akan tenaga kerja, sementara kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan
dan infrasturktur telah mendorong kaum miskin untuk mengambil manfaat
permintaan ini untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Pada paruh kedua tahun 1980-an dan pada tahun 1990-an terjadi proses
penting lain yang memacu pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan, yaitu
pertumbuhan pesat ekspor produk-produk padat karya yang memicu pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan pesat di sektor pertanian yang didukung
oleh paket-paket kebijakan yang mendorong industri tersebut.
7. Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan
orang miskin.