Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Adzicky Samaawa
samaawaadzicky@gmail.com
M. Pramono Hadi
mphadi@ugm.ac.id
Abstract
Peak discharge is one indicator of the health of the watershed. Hydrologic
models are often used to estimate the peak discharge is a rational method. Runoff
coefficient (C) plays an important role in that method and a lot of methods
available as methods of the US Forest Service, Hassing, and Cook with different
physical parameters of watershed. Each of these methods requires piloted in
subwatershed Kedung Gong area of 165.28 ha. Runoff coefficient obtained
through the method of the US Forest Service, Hassing methods and methods of
Cook each worth 0.48; 0.52, and 0.75. The lowest estimate of rational peak
discharge formula for each runoff coefficient occured on May 15, 2014 with 1.18
m /sec, 1.28 m /sec, and 1.38 m /sec. The highest estimate of peak discharge
occurred on February 22, 2014 with 12.94 m /sec, 14.02 m /sec, and 20.09 m
/sec. The average difference in peak discharge estimates with actual peak
discharge respectively by 2.19 m /sec, 1.87 m /sec, and 0.10 m/sec. While the
average level of accuracy estimated peak discharge of each method are 93.60%,
101.40%, and 145.28%.
Keywords: watershed, peak discharge, rational method, runoff coefficient
Intisari
Debit puncak merupakan salah satu indikator kesehatan DAS. Model hidrologi
yang sering digunakan untuk mengestimasi besarnya debit puncak adalah metode
rasional. Koefisien limpasan (C) memegang peranan penting dalam metode
tersebut dan banyak sekali metode yang tersedia seperti metode U. S. Forest
Service, Hassing, dan Cook dengan parameter fisik DAS yang berbeda. Masing-
masing metode diujicobakan di Sub DAS Kedung Gong seluas 165,28 ha.
Koefisien limpasan yang diperoleh melalui metode U. S. Forest Service, metode
Hassing dan metode Cook masing-masing bernilai 0,48; 0,52, dan 0,75. Estimasi
debit puncak rumus Rasional terendah untuk masing-masing koefisien limpasan
terjadi pada 15 Mei 2014 dengan 1,18 m/detik, 1,28 m/detik, dan 1,38 m/detik.
Estimasi debit puncak tertinggi terjadi pada 22 Februari 2014 dengan 12,94
m/detik, 14,02 m/detik, dan 20,09 m/detik. Selisih rata-rata debit puncak
estimasi dengan debit puncak aktual masing-masing sebesar 2,19 m/detik, 1,87
m/detik, dan 0,10 m/detik. Sedangkan tingkat ketelitian rata-rata debit puncak
estimasi masing-masing metode sebesar 93,60%, 101,40%, dan 145,28%.
Bobot 20 15 10 5
Vegetasi Sawah irigasi,
Penutup Kebun campuran,
Permukiman, sawah tadah
hutan kurang Hutan rapat
lahan kosong hujan, dan
rapat
tegalan
Bobot 20 15 10 5
Simpanan
Sedang,
Permukaan Dapat diabaikan, Sedikit, Banyak,
pengatusan baik-
pengatusan kuat, pengatusan pengatusan
sedang, 2% luas
saluran curam, baik, tidak ada kurang, banyak
daerah berupa
tidak ada danau danau danau
danau
Bobot 20 15 10 5
Sumber : (Chow, 1988)
6. Analisis Data metode. Melalui analisa perbedaan
Estimasi debit puncak dihitung tersebut dapat diketahui metode
menggunakan metode rasional penentuan koefisien limpasan yang
berdasarkan nilai koefisien limpasan, mampu menghasilkan pendugaan
intensitas hujan, dan luas DAS yang debit puncak paling akurat.
telah diperoleh. Koefisien limpasan
ditentukan dengan metode U. S. HASIL DAN PEMBAHASAN
Forest Service, Hassing, dan Cook 1. Koefisien Limpasan
melalui analisa GIS terhadap a. Metode Hassing
beberapa peta seperti peta kemiringan Parameter topografi (Ct), tanah
lereng, penggunaan lahan, dan jenis (Cs), dan vegetasi (Cv) diperoleh
tanah. melalui reklasifikasi dan analisa
Hasil estimasi debit puncak kuantitatif terhadap, peta kemiringan
dibandingkan dengan debit puncak lereng, tekstur tanah, dan penggunaan
aktual. Perbedaan hasil estimasi lahan yang sudah dibuat sebelumnya.
dengan kondisi aktual kemudian Rincian dari masing-masing
dianalisa berdasarkan selisih dan parameter beserta nilai rerata
tingkat ketelitian masing-masing tertimbang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Koefisen Limpasan Metode Hassing
Luas
No Topografi C Ct (C) = Ct + Cs +Cv
ha %
1 Datar (<1%) 0,41 0,25 0,03
2 Bergelombang (1 - 10%) 27,91 16,88 0,08
0,21
3 Perbukitan (10 - 20%) 38,11 23,06 0,16
4 Pegunungan (>20%) 98,85 59,81 0,26
Total 165,28 100,00 0,53
Luas
No Tanah C Cs
ha %
1 Pasir dan krikil 0,00 0,00 0,04
2 Lempung berpasir 10,21 6,18 0,08
0,16
3 Lempung dan lanau 155,07 93,82 0,16 0,52
4 Lapisan batu 0,00 0,00 0,26
Total 165,28 100,00 0,54
Luas
No Vegetasi C Cv
ha %
1 Hutan 0,00 0,00 0,04
2 Pertanian 115,88 70,11 0,11
0,15
3 Rerumputan 28,37 17,16 0,21
4 Tanpa tanaman 21,03 12,72 0,28
Total 165,28 100,00 0,64
Sumber : Hasil Perhitungan (2015)
Faktor topografi memberikan dahulu baik dalam hal jenis
kontribusi terbesar dalam penentuan penggunaan lahan maupun nilai
koefisien limpasan metode Hassing koefisien limpasan yang digunakan.
dengan Ct 0,21. Hal tersebut Penyesuaian dilakukan dengan
dikarenakan kondisi topografi yang menggunakan asumsi yang diperkuat
didominasi oleh bentukan berbukit dengan beberapa temuan di lapangan.
dan bergunung. Koefisien limpasan Melalui analisa kuantitatif peta
yang bernilai 0,52 menunjukkan penggunaan lahan, terdapat 6 jenis
bahwa 52% hujan yang jatuh di Sub penggunaan lahan menurut metode U.
DAS Kedung Gong akan menjadi S. Forest Service antara lain rata
aliran permukaan dan tergolong kedap air, aspal, rumah tinggal, tanah
dalam klasifikasi tinggi. berat vegetasi (kebun), tanah berat
bervegetasi (sawah tadah hujan), dan
b. Metode U. S. Forest Service tanah berat tanpa vegetasi.
Penentuan koefisien limpasan Penggunaan lahan tanah berat tanpa
metode U. S. Forest Service vegetasi berupa tegalan mendominasi
menggunakan interval nilai (C) pada wilayah penelitian dengan persebaran
berbagai jenis penggunaan lahan. yang merata dari hulu hingga hilir.
Pengaplikasian metode ini Luasan setiap jenis penggunaan lahan
memerlukan penyesuaian terlebih tersaji secara rinci dalam Tabel 5.
Tabel 5. Koefisien Limpasan Metode U. S. Forest Service
Luas (L) C
No Penggunaan Lahan C LxC
ha % Komposit
1 Rata Kedap Air 0,26 0,15 0,90 0,23
2 Aspal 1,71 1,03 0,90 1,54
3 Rumah Tinggal 15,65 9,47 0,50 7,82
Tanah Berat Bervegetasi
4 67,12 40,61 0,40 26,85
(Kebun) 0,48
Tanah Berat Bervegetasi
5 10,99 6,65 0,45 4,95
(Sawah Tadah Hujan)
Tanah Berat Tanpa Vegetasi
6 69,57 42,09 0,55 38,26
(Tegalan)
Total 165,28 100,00
Sumber : Hasil Perhitungan (2015)
Nilai koefisien limpasan yang c. Metode Cook
diperoleh lebih kecil dari metode Melalui tumpang susun beberapa
sebelumnya yaitu 0,48. Nilai tersebut peta tematik yang sudah dibuat, dapat
menunjukkan 48% hujan yang jatuh diketahui luasan dari masing-masing
di wilayah DAS akan menjadi aliran klasifikasi yang terdapat dalam
permukaan dan tergolong dalam metode Cook seperti yang tersaji
klasifikasi normal. dalam Tabel 6.
Tabel 6. Luasan dan Pembobotan Parameter Metode Cook
Karakteristik yang Menghasilkan Aliran
Karakteristik
Fisik DAS Ekstrim (100) Tinggi (75) Sedang (50) Rendah (25)
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.