Sei sulla pagina 1di 9

CULTURE AND ELT

Mid-Term Test Answer Sheet


A Course by Prof. Dr. Bustami Subhan, MS.

By
MOH. SYAHRUL ZAKY ROMADHONI
CLASS I/C

ENGLISH EDUCATION GRADUATE PROGRAM


AHMAD DAHLAN UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2015

1
1. The Concept of Culture

The Basic Concept of Culture

Culture is a high product produced by human being involving


their body, mind and spirit as the results of training and
experience. This product is created socially through the
institution of tribe, race or nation. Hornby as quoted by Subhan
(2015:1) says that culture is, advanced development of the
body, mind and spirit by training and experience . Meanwhile,
Subhan (2015:1) sees culture as all the arts, belief, social
institution characteristic of a tribe, race and nation.

From these definitions we can conclude that culture is the


product of human being. It means that it cannot belong to
animals, plants, genies, even God. But, not every mans product
can be categorized as culture. Culture only involves a high
product which involves the body, mind and spirit and it has been
internalized in the humans life as the results of the prolonged
training and experience.

Relating to Gods creation, culture is always contrasted with


nature which is the latter is attributed to God. Mountain, earth,
sun, water, river and other natural resources are created by God.
They are called nature. Of course, nature is the main resource
of culture. People can build a dam (culture), as they modify river
and water (nature). Men can produce a car (culture) as it utilizes
iron, oil, steel, etc. (nature). Almost all cultures, especially the
visible/tangible ones, rely on the nature.

Culture, however, is not solely associated with the physical ones.


It also involves mind and spirit. That is why we always hear the
terms like corruption culture, discipline culture, punctuality
culture, etc.

According to social evolution theory, culture evolves gradually.


According to Darwin as cited by Subhan (2015:1), the present life
forms are the successors of much simpler life existed millions
years ago. Darwin believes that some life forms died because
they cannot survive or adopt with the life change.

2
Konsep Dasar Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil budidaya tingkat tinggi yang dibuat


oleh manusia; melibatkan badan, pikiran dan jiwa sebagai hasil
dari latihan dan pengalaman. Produk ini diciptakan secara social
melalui lembaga suku, rasa tau Negara. Hornby seperti dikutip
oleh Subhan (2015:1) mengatakan bahwa kebudayaan adalah,
perkembangan tingkat tinggi dari badan, pemikiran dan jiwa
melalui latihan dan pengalaman. Sedangkan Subhan (2015:1)
mengatakan kebudayaan adalah segala bentuk kesenian,
kepercayaan dan karakteristik social dari lembaga suku, ras dan
negara.

Dari definisi di atas bisa kita simpulkan bahwa kebudayaan


adalah hasil cipta manusia. Artinya, kebudayaan tidak dimiliki
oleh hewan, tumbuhan, jin, bahkan Tuhan. Akan tetapi, tidak
setiap cipta karya manusia bisa dikategorikan sebagai
kebudayaan. Kebudayaan hanya mencakup cipta karya tinggi
yang melibatkan badan, pikiran, dan siwa dan telah
diinternalisasikan dalam kehidupan manusia sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman yang lama.

Sekaitan dengan penciptaan Tuhan, kebudayaan selalu


dibedakan dengan alam yang mana alam hanya diatribusikan
kepada Tuhan saja. Gunung, bumi, matahari, air, sungai dan
sumber daya alam lainnya diciptakan oleh manusia. Mereka
dinamakan alam. Tentunya, alam adalah sumber utama dari
kebudayaan. Manusia bisa membangun dam (kebudayaan),
karena mereka memodifikasi sungai dan air (alam). Hampir
semua produk budaya, terutama yang dapat terlihat, bergantung
pada alam.

Kebudayaan tidak hanya diidentikan dengan hal-hal yang terlihat


secara fisik saja. Akan tetapi mencakup juga pemikiran dan jiwa.
Itulah sebabnya kita selalu mendengar istilah budaya korupsi,
budaya disiplin, budaya tepat waktu, dan lain-lain.

Menurut teori evolusi social, kebudayaan berevolusi secara


bertahap. Menurut Darwin seperti yang dikutip oleh Subhan
(2015:1), bentuk-bentuk kehidupan sekarang adalah penerus

3
dari kehidupan yang lebih sederhana yang ada jutaan tahun
yang lalu. Darwin percaya bahwa ada beberapa bentuk
kehidupan lampau yang punah karena mereka tidak mampu
bertahan hidup atau beradapsi dengan perubahan kehidupan.

Reference

Subhan, Bustami. (2015). Theory of Culture: Lecture Handout.


Yogyakarta: Unpublished.

2. The Importance of Cross Cultural Understanding in ELT

The Importance of Cross Cultural Understanding in ELT

Cross Cultural Understanding is very important in English


language teaching. Ignoring this understanding will make some
fatal errors in the social interaction. The illustration by Subhan
(1989) about a university student who made fatal error when
talking to a foreign tourist is the best example to show the
importance of cultural understanding in ELT.

Robert Lado as quoted by Subhan (2012) argues that teachers


should pay attention to the cultural aspects of the target
language and the mother tongue. To speak English appropriately,
ones should understand the culture of the target language. What
is good in one culture may be considered bad in another culture.
American will consider the duel between matador and bull a rude
action, while the Mexican and the Spanish will see it differently.
They think that it is only game and no violence involving in that
game. From this explanation, we can know that understanding
the culture of the target language plays an important role in
making the ELT successful.

Understanding the target language culture also will help the


learners know how the native speaker perceives the world.
Subhan (1989) writes how people in several regions perceive the
cocks utterance. The Javanese will say kukluruuk, while the

4
Sundanese will say kongkorongok; the Sumatranese will say
kukukukuruyuuk. The English, however, will say cock-a-
doddle-doo.

To sum up, a good speech is the one that is grammatically


correct, correctly pronounced, and culturally acceptable and
appropriate (Subhan, 2003:66-71).

Pentingnya Pemahaman Lintas Budaya dalam Pengajaran


Bahasa Inggris

Pemahaman lintas budaya sangat penting dalam pengajaran


bahasa Inggris. Melalaikan pemahaman ini akan membuat
kesalahan fatal dalam interaksi sosial. Ilustrasi oleh Subhan
(1989) tentang seorang mahasiswa yang membuat kesalahan
fatal ketika berbicara dengan turis asing adalah bukti terbaik
untuk menunjukan pentingnya pemahaman lintas budaya dalam
pengajaran bahasa Inggris.

Robert Lado seperti yang dikutip oleh Subhan (2012)


mengatakan bahwa guru harus memperhatikan aspek budaya
dari bahasa target dan bahasa ibu. Untuk berbicara bahasa
Inggris dengan tepat, seseorang harus paham kebudayaan dari
bahasa target. Apa yang baik dalam satu budaya mungkin
dianggap jelek dalam budaya lain. Seorang warga Amerika akan
menganggap permainan duel antara matador dan banteng
adalah perbuatan keji, akan tetapi seorang warga Meksiko dan
Spanyol akan melihat sebaliknya. Mereka akan berpikir bahwa ini
hanyalah permainan dan tidak ada unsur kekerasan di
dalamnya. Dari penjelasan ini kita paham bahwa pemahaman
terhadap budaya bahasa target memainkan peran yang penting
dalam membuat pembelajaran bahasa Inggris sukses.

Memahami budaya bahasa target juga akan membantu pelajar


bagaimana penutur asli mempersepsikan dunia. Subhan (1989)
menulis bagaimana orang di beberapa daerah mempersepsikan
kokok ayam. Orang Jawa akan bilang kukluruuk, sedangkan
orang Sunda akan berkata kongkorongok; dan orang Sumatera
akan berkata kukukukuruyuuk. Akan tetapi, orang Inggris
berkata cock-a-doddle-doo.

5
Sebagai simpulan, perkataan yang bagus adalah yang benar
secara tata bahasa dan pelafalan serta dapat diterima dan tepat
secara budaya (Subhan, 2003:66-71)

References

Subhan, Bustami. 2003. Children Language Acquisition and ELT.


Yogyakarta: LPPDMF
________________. 1989. Pemahaman Lintas Budaya dalam
Pengajaran Bahasa Asing. An article published in
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.

3. Islam Promotes the Culture of Reading and Research

Islam Promotes the Culture of Reading and Research

Islam is a universal religion that fits and can be accepted by any


society in the world. Nowadays, Muslims can be found in almost
all countries in the world including five continents; Asia, Europe,
Africa, America and Australia. In some European developed
countries that Muslims become minority, the numbers of Muslim
grow very massively (Republika.co.id, 25/5/2010).

One of the factors of the massive growth of Muslims is that Islam


promotes the culture of reading and research. It can be traced
back from the basic tenets of Islam. When the Gabriel sent Gods
revelation for the first time, it was about the suggestion to read
in the name of God. Surah al-Alaq (96: 1-5) contains Gods
instruction to Muhammad (peace be upon him) to read in the
name of God. Subhan (1989) says that this verse shows that
Islam has launched the culture of reading and learning since the
birth which keeps the dependence on God the Creator. This
instruction will make human being have good character, or bring
them the predicate of the civilized nation. Furthermore, Subhan
says that this condition can help human being be a caliphate in
the world who can develop and cultivate this earth.

Al-Quran contains many instructions to carry out research on


many diverse fields as means to reflect Gods great creation.
Subhan (1989) cites surah Al-Ghasiyah (88:17) which contains
Gods instruction to observe how the camel is being created. It is
not a funny instruction; but it is an instruction for every Muslim to

6
observe the nature, research it, then he or she will know how God
has created everything perfectly.

The Islamic tenets that promote the culture of reading and


research have attracted many people, especially from the
developed countries, to embrace Islam as their way of life.

Islam Mempromosikan Budaya Baca dan Meneliti

Islam adalah agama universal yang cocok dan dapat diterima


oleh banyak masyarakat di dunia. Dewasa ini, Muslim dapat
ditemukan di hamper seluruh negara di dunia termasuk lima
benua: Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Australia. Di beberapa
negara maju Eropa yang mana umat Islam minoritas,
pertumbuhan Umat Islam sangat massif (Republika.co.id,
25/6/2010).

Salah satu faktor dari masifnya pertumbuhan Umat Islam adalah


bahwa Islam mempromosikan budaya membaca dan meneliti.
Hal ini bisa dilihat dari ajaran dasar umat Islam. Ketika Malaikat
Jibril mengirimkan wahyu Tuhan untuk pertama kalinya, hal itu
adalah anjuran tentang membaca atas nama Allah. Surat al-Alaq
(96, 1-5) mengandung perintah Tuhan kepada nabi Muhammad
(SAW) untuk membaca atas nama Allah. Subhan (1989)
mengatakan bahwa ayat ini menunjukan bahwa Islam telah
mencanangkan kebudayaan membaca dan belajar sejak awal
kelahirannya dengan berorientasi kepada Tuhan sang Pencipta.
Perintah ini akan membuat manusia memiliki akhlak yang baik
dan membawa mereka pada predikat bangsa yang beradab.
Lebih jauh, Subhan mengatakan bahwa kondidi ini akan
menolong manusia menjadi khalifah di muka bumi yang akan
mengembangkan dan memakmurkan bumi ini.

Al-Quran mengandung perintah untuk melakukan penelitian


dalam berbagai bidang sebagai cara untuk menafakuri ciptaan
Allah yang sangat hebat. Subhan (1989) menyitir surat Al-
Ghasiyah (88:17) yang mengandung perintah Tuhan untuk
mengobservasi bagaimana unta diciptakan. Ini bukanlah
perintah lucu, akan tetapi sebuah perintah bagi setiap Muslim

7
untuk meneliti alam sehingga dia bisa mengetahui bagaimana
Tuhan menciptakan segalanya dengan sempurna.

Ajaran Islam yang mempromosikan kebudayaan membaca dan


meneliti telah menarik banyak orang, terutama dari negara
maju, untuk memeluk agama Islam sebagai jalan hidup mereka.

References

Bustami, Subhan. 1989. Kebudayaan Membaca dan Meneliti


dalam Islam. An article published in Kedaulatan Rakyat,
Yogyakarta.
Republia.co.id , 25th June 2010.

4. Payung Geulis
Payung Geulis

I live in Tasikmalaya, a small town in West Java Province. It is


approximately 100 kilometers far away from Bandung, the
province capital. Tasikmalaya is often called the city of santri as
it is the home of 613 pesantrens, traditional Islam educational
institutions (Tamam:2009).

Tasikmalaya is also popular with its handicraft as its cultural


products, especially those which are made of bamboos and
fabric. One of these famous handicraft products is Payung Geulis
(beautiful umbrella). It has been the icon of Tasikmalaya since
Dutchs imperialism age.

Payung geulis is made of wood and bamboo, usually colorful and


enriched by flower pattern. This umbrella is usually used in
Tasikmalaya special days, especially by the traditional dancers.
Many tourists buy this umbrella as a gift. President SBY and
Jokowi bought Payung Geulis when they visited Tasikmalaya.

Payung Geulis

Saya tinggal di Tasikmalaya, sebuah kita kecil di Provinsi Jawa


Barat. Kota ini kurang lebih 100 kilometer jauhnya dari Bandung,
ibu kota provinsi. Tasikmalaya sering juga disebut sebagai kota
santri, karena terdapat 613 pesantren, sebuah lembaga
pendidikan Islam tradisional (Tamam:2009).

8
Tasikmalaya juga populer dengan kerajinannya sebagai produk
budaya, terutama yang terbuat dari bambu dan kain. Salah
kerajinanya yang terkenal adalah payung geulis. Ini telah
menjadi ikon Tasikmalaya semenjak masa penjajahan Belanda.

Payung geulis terbuat dari kayu dan bamboo, biasanya


berwarna-warni dan diberikan corak bunga di atasnya. Payung
ini seringkali digunakan pada hari-hari istimewa Tasikmalaya,
terutama oleh para penari tradisional. Banyak para wisatawan
yang membeli payung ini sebagia buah tangan. Presiden SBY
dan Jokowi menyempatkan untuk membeli Payung Geulis ketika
mereka mengunjungi Tasikmalaya.

References

Tamam, Asep Majdi. 2009. Tasik antara Santri, Gay dan Babi. An
article published in asmat-arabiyyatuna.blogspot.com

Potrebbero piacerti anche