Sei sulla pagina 1di 8

PENINGKATAN KEPUASAN DAN KINERJA PERAWAT

MELALUI SUPERVISI KEPALA RUANGAN


Estelle Lilian Mua1,2*, Rr. Tutik Sri Hariyati3, Efy Afifah3
1. Akademi Perawat Bala Keselamatan Palu, Sulawesi Tengah 94112, Indonesia
2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: eslinmua@gmail.com

Abstrak
Fenomena di sebuah Rumah Sakit di Palu, supervisi, kepuasan kerja, dan kinerja perawat belum optimal. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pelatihan supervisi klinik terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat di RS tersebut. Penelitian
menggunakan quasi experiment pre-post test design with control group. Sampel tiap kelompok 32 perawat dan 56 dokumen.
Intervensi yang dilakukan adalah pelatihan supervisi klinik. Hasil penelitian menunujukkan adanya peningkatan yang bermakna
(p= 0,000; = 0,05) pada supervisi klinik. Supervisi klinik berdampak pada kepuasan kerja dan kinerja perawat (p= 0,000; =
0,05). Analisis lanjut menunjukkan ada perbedaan kepuasan kerja dan kinerja perawat (p= 0,000; = 0,05) antara kelompok
intervensi dan kontrol. Penelitian menyimpulkan ada pengaruh pelatihan supervisi klinik terhadap kepuasan kerja dan kinerja
perawat. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah untuk terus mempertahankan penerapan supervisi klinik kepala ruangan
dengan cara pembinaan, monitoring, dan evaluasi secara berkelanjutan..
Kata kunci: kepuasan kerja, kinerja, supervisi, perawat
Abstract
The phenomenon in a Palus hospital about supervision, working satisfaction, and clinical performance by nursing staff has
not been improved. The purpose of this study was to identify the influence of clinical supervision training on the working
satisfaction and clinical performance of nursing in the hospital in Palu. This study used quasi experiment with pre and post-
test design with control group. The sample into groups of 32 nurses and 56 document. Intervention that was given to the
sample (intervention group) was training supervision.. The result showed that the clinical supervision by head nurse was
significantly increased (p= 0,000; = 0,05) after training and supervision. Clinical supervision that accurately implemented
gave influence significantly (p= 0,000; = 0,05). Further analysis showed the significantly difference on working satisfaction
and clinical performance of staff nurses between intervention and control groups (p= 0,000; = 0,05). Conclusion of this
study showed that there influence clinical supervision training working satisfaction and clinical performance of nurses. The
recommendation of suggested that maintaining implementation of clinical supervision by head nurse should be improved by
supervision, monitoring, and evaluation.

Keywords: working satisfaction, clinical performance, supervision, nurse

Pendahuluan Beberapa penelitian menyimpulkan salah satu


faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah
Supervisi merupakan bagian fungsi pengarahan supervisi. Penerapan supervisi yang tepat akan
yang mempunyai peran untuk mempertahankan menyebabkan perawat pelaksana merasa diterima,
agar segala kegiatan yang telah terprogram dapat dihargai, dan dilibatkan sehingga timbul komitmen
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi tinggi untuk memajukan pelayanan keperawatan.
dalam keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, Penelitian Saljan (2005) menyimpulkan bahwa ada
tetapi lebih dari itu, kegiatan supervisi mencakup pengaruh yang bermakna antara peran supervisor
penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat sebagai penilai dengan kinerja perawat. Penelitian
personal maupun material yang diperlukan untuk yang dilakukan oleh Izzah (2003) menunjukkan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan ada hubungan frekuensi kegiatan supervisi dengan
secara efektif dan efisien (Marquis & Huston, kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
2010). RSUD Batang Jawa Tengah.
172 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 171-178

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mularso penunjang medik, yaitu laboratorium, radiologi,
(2006) mengenai supervisi keperawatan di rumah apotik, kamar operasi, fisiotherapi, dan instalasi
sakit Dr. A. Aziz Singkawang menemukan bahwa gizi. Data eksekutif pelayanan klien rawat inap
kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan tahun 2001 sampai 2010 menunjukkan rata-rata
pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, Bed Occupancy Rate (BOR) 50,86%, Averange
observasi dan penilaian. Studi yang dilakukan oleh Length of Stay (ALOS) 3,82 hari, dan Turn Over
Supratman dan Sudaryanto (2008) menunjukkan Interval (TOI) 3,48 hari.
pelaksanaan supervisi keperawatan di berbagai
rumah sakit belum optimal dan fungsi manajemen Fenomena di rumah sakit tersebut, supervisi yang
tidak mampu diperankan oleh perawat di sebagian dilakukan oleh kepala ruangan belum optimal,
besar rumah sakit di Indonesia. Supratman dan kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana
Sudaryanto (2008) mengemukakan bahwa model masih rendah. Pelatihan supervisi perlu dilakukan
supervisi klinik keperawatan di Indonesia belum untuk memberikan pemahaman tentang peran
jelas seperti apa dan bagaimana implementasi di supervisor dan melatih kemampuan supervisor
rumah sakit. Belum diketahui juga model yang dalam memberikan supervisi. Penerapan supervisi
sesuai dan efektif yang dapat diterapkan. didesain dalam bentuk educative, supportive,
dan managerial.
Salah satu model supervisi keperawatan klinik
yaitu model academic. Model academic bertujuan Penelit ian ini dilakukan untuk mengetahui
untuk membagi pengalaman supervisor kepada pengaruh pelatihan supervisi terhadap kepuasan
para perawat sehingga ada proses pengembangan kerja dan kinerja perawat pelaksana, sehingga
kemampuan profesional. Farington (1995) yang rumusan masalahnya adalah apakah penerapan
memperkenalkan tiga kegiatan yang dilakukan supervisi klinik kepala ruangan dalam bentuk
oleh supervisor pada supervisi klinik dengan educative, supportive, dan managerial dapat
model academic, yaitu educative, supportive, berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja
dan managerial. perawat pelaksana di ruang rawat inap sebuah
rumah sakit di Palu.
Pemahaman dan implementasi supervisi model
academic dapat dilakukan melalui pelatihan.
Kepala ruangan perlu melakukan peningkatan
Metode
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan Penelitian ini menggunakan metode penelitian
karena selalu ada cara yang lebih baik untuk quasi experiment dengan pendekatan pre-post test
meningkatkan produktivitas kerja yang bermuara design with control group untuk melihat pengaruh
pada peningkatan produktivitas organisasi secara penerapan supervisi dalam bentuk educative,
keseluruhan. Efek pelatihan bermanfaat bagi supportive, dan managerial terhadap kepuasan
individu dan organisasi (Siagian, 2009). kerja dan kinerja perawat pelaksana di sebuah
rumah sakit di Palu.
Rumah sakit dalam penelitian ini adalah rumah
sakit swasta pertama dan terbesar di Sulawesi Populasi dan sampel adalah seluruh perawat
Tengah yang selama ini telah menjadi mitra pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap rumah
pemerintah yang senantiasa terlibat aktif dalam sakit di Palu dengan tingkat pendidikan D III
upaya mendukung program peningkatan derajat Keperawatan yang berjumlah 64 perawat. Besar
kesehatan masyarakat. Rumah sakit Woodward sampel untuk dokumen askep masing-masing
memiliki 110 tempat tidur yang tersebar pada kelompok 56 dokumen. Dokumen diambil dari tiap
tujuh ruang rawat inap. Selain itu, rumah sakit ruangan secara proporsional dengan menggunakan
memiliki sebelas ruang poliklinik dan enam ruang teknik purposive sampling.
Peningkatan kepusasan dan kinerja perawat melalui supervisi kepala ruangan (Estelle Lilian Mua, Rr. Tutik Sri Hariyati, Efy Afifah) 173

Pembuatan instrumen variabel kepuasan kerja Hasil


perawat dengan menggunakan kerangka pikir
aspek kepuasan kerja menurut Siagian (2009), Supervisi Klinik Kepala Ruangan
yang terdiri dari; otonomi dalam bekerja, variasi Pada tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan
tugas, identitas pekerjaan, pentingnya pekerjaan, supervisi klinik kepala ruangan sebelum dan
dan umpan balik. Instrumen kepuasan kerja terdiri sesudah pelatihan dan bimbingan supervisi klinik
dari sebanyak 45 pernyataan unfavorable yaitu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan Supervisi klinik kepala ruangan pada kelompok
negatif. Sedangkan, instrumen kinerja perawat intervensi di ruang rawat inap sebelum mendapat
pelaksana berdasarkan dokumentasi asuhan pelatihan rata-rata 12,94 (36,97%), sedangkan
keperawatan berupa lembar penilaian dokumentasi sesudah mendapatkan pelatihan menjadi rata-rata
asuhan keperawatan yang terdiri dari sebanyak 33,25 (95%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
24 pernyataan yang seluruh item pernyataan bersifat terjadinya peningkatan sebesar 20,31 (58,03%).
favourable. Untuk mencapai skor maksimal 35 diperlukan
1,75 poin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Pembuatan instrumen supervisi kepala ruangan
ada peningkatan yang bermakna pada supervisi
rawat inap, mengacu terhadap model supervisi
klinik kepala ruangan berdasarkan pada persepsi
academic menurut Farington (1995) yang terdiri
perawat pelaksana sesudah mendapatkan pelatihan
dari kegiatan educative sebanyak 15 pernyataan,
dan dibimbing dengan supervisi klinik (p= 0,000;
kegiatan supportive sebanyak 10 pernyataan, dan
= 0,05).
kegiatan managerial sebanyak 10 pernyataan.
Instrumen ini terdiri dari sebanyak 35 pernyataan
unfavorable. Pada kelompok kontrol sebelum mendapatkan
pelatihan nilai supervisi kepala ruangan rata-rata
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan 12,91 (36,88%) dan sesudah tidak mendapat
editing data, coding data, entry data, dan pelatihan supervisi nilai supervisi menjadi 13,43
cleaning data pada program statistik di komputer (38,37%) sehingga terjadi peningkatan sebesar
(Hastono, 2007). Analisis univariat dengan 0,53 (1,51%). Untuk mencapai skor maksimal
menyajikan distribusi frekuensi, analisis bivariat 35 diperlukan 21,57 poin. Hasil uji statistik
menggunakan uji Chi-square, independent t- menunjukkan ada peningkatan tidak bermakna
test, dependent t test, product moment, dan pada supervisi klinik kepala ruangan sesudah
korelasi rank spearman. tidak mendapat pelatihan (p= 0,071; = 0,05).

Tabel 1. Analisis Perbedaan Supervisi Klinik Kepala Ruangan Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Variabel Kelompok Mean Beda Mean Beda SD p

Supervisi Intervensi
S ebelum 12,94 20,31 2,494 0,000
S esudah 33,25

K ontrol
S ebelum 12,91 0.53 1,606 0,071
S esudah 13,43
174 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 171-178

Perbedaan supervisi klinik kepala ruangan antara Pada kelompok kontrol sebelum mendapatkan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah supervisi dari kepala ruangan yang dilatih dan
pelatihan supervisi klinik menunjukkan bahwa ada dibimbing supervisi memiliki kinerja sebesar
perbedaan yang bermakna (p= 0,000; = 0,05). 13,82 dan sesudah mendapatkan supervisi dari
kepala ruangan yang tidak dilatih dan dibimbing
Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana supervisi menjadi sebesar 14,05, sehingga terjadi
peningkatan 0,23 (0,96%). Untuk mencapai skor
Pada tabel 2 menunjukkan perbedaan kepuasan maksimal sebesar 24 diperlukan 9,95 poin. Hasil
kerja perawat pelaksana antara kelompok intervensi uji statistik menunjukkan ada peningkatan yang
dan kontrol sesudah disupervisi kepala ruangan tidak bermakna pada kinerja perawat pelaksana
yang dilatih dan dibimbing dengan supervisi. Hasil sesudah mendapat supervisi dari kepala ruangan
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi (p=
pada kepuasan kerja perawat pelaksana antara 0,102; = 0,05).
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=
0,000; = 0,05). Perbedaan kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan antara
Kinerja Perawat Pelaksana dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan disupervisi oleh kepala ruangan yang dilatih dan
dibimbing dengan supervisi klinik menunjukkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya perbedaan bahwa ada perbedaan yang bermakna (p= 0,000;
kinerja perawat pelaksana sebelum disupervisi = 0,05).
kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing
supervisi klinik. Hasil menunjukkan bahwa skor
Hubungan Karakteristik Perawat dengan
kinerja pada kelompok intervensi adalah 13,27
Kepuasan Kerja Perawat pelaksana
dan sesudah mendapatkan supervisi dari kepala
ruangan yang telah dilatih dan dibimbing supervisi Pada variabel umur nilai r= 0,214. Hasil uji statistik
klinik menjadi 20,61, sehingga terjadi peningkatan didapatkan p= 0,09 (p> 0,05). Variabel lama
7,34 (30,58%). Untuk mencapai skor maksimal kerja nilai r= 0,188. Hasil uji statistik didapatkan
sebesar 24 diperlukan 3,39 poin. Hasil uji statistik p= 0,137 (p> 0,05). Variabel status pegawai nilai
menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang r= 0,076. Hasil uji statistik didapatkan p= 0,549
bermakna pada kinerja perawat pelaksana sesudah (p> 0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak
mendapatkan supervisi dari kepala ruangan yang ada hubungan yang bermakna antara umur, lama
dilatih dan dibimbing dengan supervisi klinik (p= kerja, dan status kepegawaian dengan kepuasan
0,000; = 0,05). kerja perawat pelaksana.

Tabel 2. Analisis Perbedaan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Sebelum dan Sesudah Disupervisi oleh Kepala Ruangan

Variabel Kelompok Mean Beda Mean Beda SD p

Kepuasan kerja Intervensi


Sebelum 122,22 14,719 10,504 0,000
Sesudah 136,94

Kontrol
Sebelum 125,75 0,719 4,623 0,386
Sesudah 126,47
Peningkatan kepusasan dan kinerja perawat melalui supervisi kepala ruangan (Estelle Lilian Mua, Rr. Tutik Sri Hariyati, Efy Afifah) 175

Pembahasan serta memberikan umpan balik. Kegiatan ini


dilakukan secara berkelanjutan untuk mengawal
Supervisi Klinik Kepala Ruangan Model pelaksanaan pelayanan keperawatan yang aman
Akademik dan profesional
Supervisi klinik kepala ruangan model akademik
yang diterapkan di ruang rawat inap rumah sakit Penerapan kegiatan supportive dilakukan dengan
di Palu pada prinsipnya adalah proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada perawat untuk
dari kepala ruangan kepada perawat pelaksana. mempresentasikan kasus ketika operan dengan
Kepala ruangan menyusun program supervisi yang menggunakan standar komunikasi yang efektif.
disesuaikan dengan tingkat kemampuan perawat Standar komunikasi efektif yang digunakan
pelaksana dan kondisi klien serta kebutuhan di ant ara lain yaitu metode SBAR (Situation,
ruangan. Background, Asessment, Recommendation).
Kegiatan supportive mempunyai tujuan untuk
Bentuk supervisi didesain dalam bentuk kegiatan mengidentifikasi solusi dari suatu permasalahan
educative, supportive, dan managerial yang yang ditemui dalam pemberian asuhan keperawatan
memungkinkan semua perawat berperan aktif serta dirancang untuk memberikan dukungan
dalam kegiatan supervisi. Penerapan supervisi kepada perawat agar dapat memiliki sikap yang
klinik model akademik memacu kepala ruangan saling mendukung diantara perawat sebagai rekan
dan perawat pelaksana terus mengembangkan kerja profesional sehingga memberi jaminan
kemampuan dalam praktik keperawatan. kenyamanan dan validasi.

Supervisi klinik model akademik dalam pe- Kepala ruangan menerapkan kegiatan managerial
nerapannya di sebuah rumah sakit di Palu dilaku- dengan melibatkan perawat dalam perbaikan dan
kan secara terprogram, terjadwal, dan perhati- peningkatan standar, seperti mengkaji SOP yang
an supervisor bukan hanya pada pelaksanaan ada atau membahas standar pendokumentasian
praktik keperawatan tetapi juga pada sikap dan asuhan keperawatan. Kegiatan managerial
tanggung jawab perawat pelaksana dalam praktik dirancang untuk memberikan kesempatan kepada
profesional. perawat pelaksana demi meningkatkan manajemen
perawatan klien dalam kaitannya dengan menjaga
standar pelayanan, peningkatan patient safety, dan
Supervisi Klinik Kepala Ruangan sebelum peningkatan mutu.
Pelatihan dan Bimbingan Supervisi Klinik
Supervisi klinik kepala ruangan harus mendapat Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala
perhatian yang serius dari bidang keperawatan, Ruangan terhadap Kepuasan Kerja Perawat
mengingat resiko dan dampak yang dapat timbul Pelaksana
berkaitan dengan supervisi klinik kepala ruangan
yang tidak optimal yaitu pelayanan keperawatan Menurut asumsi peneliti bahwa meningkatnya
yang tidak berkualitas. kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap sebuah
rumah sakit di Palu disebabkan oleh adanya
penerapan dari supervisi klinik model academic,
Supervisi Klinik Kepala Ruangan sesudah yaitu melalui kegiatan educative, supportive,
Pelatihan dan Bimbingan Supervisi Klinik dan managerial. Pelatihan supervisi klinik telah
Kepala ruangan menerapkan kegiatan educative memberikan kemampuan kepada kepala ruangan
secara tutorial, yaitu kepala ruangan memberikan untuk menjalankan perannya sebagai perencana,
bimbingan dan arahan kepada setiap perawat pengarah, pelatih, dan penilai terhadap tugas-tugas
pelaksana saat melakukan tindakan keperawatan yang diberikan kepada para perawat pelaksana.
176 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 171-178

Tabel 3. Analisis Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana dalam PendokumentasianAsuhan Keperawatan Sebelum dan Sesudah
Disupervisi oleh Kepala Ruangan

Variabel Kelompok Mean Beda Mean Beda SD p

Kinerja Perawat Intervensi


Sebelum 13,27 7,34 2,08 0,000
Sesudah 20,61
Kontrol
Sebelum 13,82 0,23 1,04 0,102
Sesudah 14,05

Penerapan supervisi klinik model academic rekan kerja. Perawat akan merasa bangga dapat
memacu kepala ruangan merancang pekerjaan menunjukkan secara kongkret hasil pekerjaannya.
perawat pelaksana dengan memperhatikan aspek- Jika hasil pekerjaan tidak mendapatkan sebuah
aspek kepuasan kerja, yang meliputi; otonomi penghargaan akan menurunkan kepuasan kerja.
dalam bekerja, variasi tugas, identitas tugas, Meskipun dalam pemberian asuhan keperawatan
pentingnya pekerjaan, dan umpan balik. merupakan hasil dari sekelompok perawat, namun
kepala ruangan harus dapat meyakinkan bahwa
Kegiatan educative dilakukan oleh kepala ruangan setiap perawat turut memberikan kontribusi
yang diawali dengan pembagian tugas yang kongkret dalam hasil asuhan keperawatan yang
jelas dan bervariasi sesuai dengan kompetensi dari diberikan.
perawat. Pemusatan pada satu tugas tertentu dapat
mengarah kepada tingkat keahlian dan efisiensi Kegiatan supportive dapat memberi pengalaman
tinggi akan tetapi menjadi sangat membosankan. belajar yang bermakna dan kesempatan berharga
Kebosanan dalam pekerjaan mempunyai dampak bagi perawat untuk menjembatani kesenjangan
yang negatif, yang sering menampakkan diri antara teori dan praktik keperawatan. Kegiatan
melalui keletihan, kesalahan dalam pelaksanaan supportive dapat mengembangkan kemampuan
tugas, dan kecelakaan. perawat untuk berpikir kritis dan mengambil
keputusan klinik serta kepercayaan diri dalam
Pada kegiatan educative kepala ruangan meng atasi menjalankan tugasnya (Wink, 1995 dalam Billings
kebosanan dengan mengubah metode pemberian & Judith, 1999). Pada kegiatan tersebut perawat
asuhan keperawatan dari metode fungsional berbagi informasi mengenai pengalaman yang
menjadi metode tim. Setiap perawat pelaksana akan muncul, saling bertanya, mengekspresikan
diberi tanggung jawab untuk melaksanakan asuhan perhatian, serta mencari klarifikasi mengenai
keperawatan terhadap satu atau beberapa klien rencana kerja atau rencana intervensi keperawatan
sesuai dengan kompetensi. Dengan cara ini perawat (Billings & Judith, 1999). Dalam kegiatan tersebut
lebih tertantang untuk meningkatkan kemampuan juga perawat dapat mengidentifikasi masalah,
dan ketrampilannya melalui arahan, bimbingan, perencanaan, dan evaluasi hasil untuk mencari
dan umpan balik yang dilakukan oleh kepala solusi (Reilly & Obermann, 1999).
ruangan selama kegiatan educative.
Kegiatan supervisi managerial yang dilakukan
Kegiatan supervisi supportive dilakukan kepala dengan melibatkan perawat pelaksana dalam
ruangan dengan memberi kesempatan kepada pembahasan Standard Operational Procedure
perawat untuk mempresentasikan secara singkat (SOP)/ Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
kasus ketika operan merupakan bentuk dukungan telah menumbuhkan pemahaman yang penting
positif yang diberikan oleh kepala ruangan dan mengenai bekerja berdasarkan standar yang ada.
Peningkatan kepusasan dan kinerja perawat melalui supervisi kepala ruangan (Estelle Lilian Mua, Rr. Tutik Sri Hariyati, Efy Afifah) 177

Pemahaman ini sangat penting untuk memacu pelaksana untuk melakukan asuhan keperawatan
para perawat pelaksana dalam hal meningkatkan berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan.
manajemen perawatan klien dalam kaitannya Perawat melakukan pengkajian secara lengkap
dengan menjaga standar pelayanan, peningkatan dan sistematis yang berdasarkan pada pedoman
patient safety, dan peningkatan mutu. pengkajian sehingga diagnosa yang ditegakkan
berupa diagnosa aktual dan diagnosa potensial.
Hasil analisis lanjut tentang pengaruh pelatihan Kemampuan perawat dalam merumuskan diagnosa
supervisi klinik kepala ruangan menunjukkan keperawatan tersebut memungkinkan perawat
adanya perbedaan yang bermakna pada kepuasan dapat menentukan tujuan perawatan dengan tepat
kerja perawat pelaksana terhadap kelompok dan dapat menyusun rencana intervensi secara
intervensi dan kelompok kontrol. Dengan demikian komprehensif.
hasil penelitian ini membawa pada simpulan
bahwa pelatihan supervisi klinik kepala ruangan Hasil analisis lanjut mengenai pengaruh pelatihan
secara signifikan meningkatkan kepuasan kerja supervisi klinik kepala ruangan, menunjukkan
pada perawat pelaksana di ruang rawat inap sebuah bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada
rumah sakit di Palu. kinerja perawat pelaksana antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di ruang rawat
Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala inap sebuah rumah sakit di wilayah Palu. Dengan
Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana demikian hasil penelitian ini membawa pada
simpulan bahwa pelatihan supervisi klinik kepala
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat ruangan secara bermakna meningkatkan kinerja
White dan Winstanley (2006); Hyrkas, et al. (2006) perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah
dalam Clinical supervision a structured approach sakit di Palu.
to best practice (2008) yang menyatakan supervisi
klinik berpotensi meningkatkan keahlian dan Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
kemampuan klinik staf yang pada akhirnya akan Kerja Perawat Pelaksana
mempengaruhi pencapaian kesuksesan rumah
sakit. Supervisi adalah alat untuk memastikan Menurut asumsi peneliti bahwa berapapun umur,
atau menjamin penyelesaian tugas sesuai dengan lama kerja, dan status kepegawaian perawat
tujuan dan standar (Marquis & Huston, 2010). pelaksana di sebuah rumah sakit di wilayah Palu
tidak berkontribusi terhadap kepuasan kerjanya
Penerapan supervisi klinik model akademik karena kepuasan kerja dalam penelitian ini
di rumah sakit, melalui kegiatan managerial dipengaruhi oleh seberapa baik kepala ruangan
yang merupakan suatu bentuk supervisi yang dalam melakukan supervisi dan merancang
memungkinkan kepala ruangan menanamkan pekerjaan dengan memperhatikan aspek-aspek
rasa tanggung jawab dan kepatuhan perawat kepuasan kerja yang dibutuhkan oleh perawat
pelaksana terhadap standar asuhan yang telah pelaksana. Dengan demikian variabel umur, lama
ditetapkan. Melalui kegiatan ini, para perawat kerja, dan status kepegawaian dalam penelitian
duduk bersama untuk memahami, memperbaiki, ini tidak menjadi confounding terhadap kepuasan
dan membangun komitmen untuk memperbaiki kerja perawat pelaksana.
kinerja berdasar standar yang telah ditetapkan.
Melalui kegiatan ini diharapkan ada perubahan Kesimpulan
sikap dan tindakan perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Pelatihan supervisi klinik kepala ruangan telah
meningkatkan secara bermakna terhadap kepuasan
Penerapan supervisi klinik model akademik di kerja dan kinerja perawat pelaksana di ruang
sebuah rumah sakit di Palu telah memacu perawat rawat inap sebuah rumah sakit di wilayah Palu.
178 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 171-178

Hal ini menyebabkan adanya perbedaan yang Marquis, & Huston. (2010). Kepemimpinan
signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja dan manajemen keperawatan teori dan
aplikasi (Edisi 4). Jakarta: EGC.
perawat pelaksana antara kelompok intervensi
dan kontrol. Umur, lama kerja dan status pegawai Mular so. (2006). Supervisi keperawatan di
perawat pelaksana di ruang rawat inap sebuah Rumah Sakit Dr. A. Aziz Singkawang: Studi
rumah sakit di Palu tidak berhubungan dengan kasus (Tesis master, tidak dipublikasikan).
kepuasan kerja (HW, NN, EF). Program Pasca Sarjana MMR Universitas Gajah
Mada Yogyakarta, Jawa Tengah.

Referensi Reillyn, E., & Obermann, M.H. (1999). Clinical


teaching in nursing education. Boston: Jones
Billings, D.M., & Judith, A.H. (1999). Teaching & Barlet Publishers, Inc.
in nursing: A guide for faculty. Philadelpia:
WB Saunders Company Saljan, M. (2005). Pengaruh pelatihan supervisi
terhada peningkatan kinerja perawat pelaksana
Clinical Supervision a structured approach to best di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta
practice. (2008). National Council for the Pondok Kopi Jakarta Timur (Tesis master, tidak
professional develoment of nursing and dipublikasikan). Program Studi Magister Fakultas
midwifery. Ireland. Diperoleh dari http:// Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
www.ncnm.ie/it ems/1299 /85/31679 84576
%5CClinical%20Supervision%20Disc%20 Siagian, S.P. (2009). Manajemen sumber daya
paper% 202008.pdf. manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Farington, A. (1995). Models of clinical supervision. Supr atman, & Sudar yo, A. (2008). Super visi
British Journal of Nursing , 4 (15) 76 78. keperawatan klinik. Berita Ilmu Keperawatan,
I (4), 193-196.
Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. White, E., & Winstanley, J. (2006). Cost and resource
implications of clinical supervision: An Australian
Izzah, N. (2003). Hubungan teknik supervisi perspective. Journal of Nursing Management,
dan frekuensi kegiatan supervisi kepala 14 (8), 628-636.
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana
di ruang rawat inap RSUD Batang, Jawa
Tengah (Tesis master, tidak dipublikasikan).
Program Studi Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok,
Jawa Barat.

Potrebbero piacerti anche