Sei sulla pagina 1di 7

Oral Biology Journal Vol. 7 No.

1 JanuaryJune 2015: 31-37

Research Report

POTENSI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa) dan EKSTRAK LIDAH


BUAYA (Aloe vera linn) DALAM PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN
BIOFILM Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa)

Potential of turmeric (Curcuma longa) and aloe vera extract (Aloe vera Linn) in
inhibition of biofilm formation Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa)

Rizki Amalia Safitrie1, Tantiana 2, Wisnu Setyari2


1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia
2 Staf Pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background: Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) are opportunistic pathogens and is a major cause of
periodontal disease has a relatively high prevalence in society in all age groups in Indonesia. Turmeric (Curcuma
longa) and Aloe (Aloe vera linn) are widely used as an antimicrobial for the content of the active compound are
able to prevent the growth of microbes. Turmeric and Aloe Vera are also likely as an inhibition of biofilm
A.actinomycetemcomitans (Aa). Purpose: the research is conducted to determine whether extract of Turmeric
(Curcuma longa) and Aloe vera (Aloe vera linn) have the potential to block the formation of biofilm. Research
Methodology: The experimental laboratory by using One-way ANOVA and Post Hoc Comparison Test with
Turkey HSD method. Results: The extract of Turmeric (Curcuma longa) can inhibit bacterial biofilm categorized
A.actinomycetemcomitans (Aa) 64,32%, while the extract of Aloe Vera (Aloe vera linn) can inhibit amounted to
50.57%. Discussion: Turmeric and Aloe contains active substances such as polyphenols, curcumin, flavonoids,
that play a role in inhibiting biofilm formation by inhibiting gene expression icaA and icaD and can also inhibit
the adhesion of bacteria cells is a major factor biofilm formation. Conclusion: that the potency extract of
Turmeric (Curcuma longa) and Aloe Vera (Aloe vera linn) can inhibit Aa biofilm formation.
Keywords: Curcuma longa, Aloe vera linn, biofilm, A.actinomycetemcomitans (Aa).
ABSTRAK
Latar Belakang: Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) bersifat pathogen opportunistik dan merupakan
penyebab utama penyakit periodontal yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat pada semua kelompok
umur di Indonesia. Kunyit (Curcuma longa) dan Lidah Buaya (Aloe vera linn) banyak dimanfaatkan sebagai
antimikroba karena kandungan senyawa aktifnya mampu mencegah pertumbuhan mikroba. Kunyit dan Lidah
Buaya juga berpeluang sebagai bahan yang dapat digunakan untuk menghambat biofilm Aa. Tujuan: Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak Kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera
linn.) terhadap hambatan pembentukan biofilm Aa Metodologi Penelitian: eksperimental laboratoris dengan
menggunakan uji One way Anova dan Post Hoc Comparison Test dengan metode Turkey HSD. Hasil Penelitian:
Ekstrak Kunyit (Curcuma longa) dikategorikan dapat menghambat biofilm Aa sebesar 64,32% sedangkan ekstrak
Lidah Buaya (Aloe vera linn) dapat menghambat sebesar 50,57%. Pembahasan: Kunyit dan Lidah Buaya
mengandung zat ak tif seperti polifenol, kurkumin, flavonoid, fenol, dan tannin yang berperan dalam menghambat
pembentukan biofilm dengan menghambat ekspresi gen icaA dan icaD dan juga dapat menghambat adhesi sel
bakteri yang merupakan faktor utama pembentukan biofilm. Kesimpulan: Potensi ekstrak Kunyit (Curcuma
longa) dan Lidah Buaya (Aloe vera linn) dapat menghambat pembentukan biofilm Aa.
Kata kunci: Curcuma longa, Aloe vera linn, biofilm, A.actinomycetemcomitans.
Korespondensi (correspondence): Amanda Rizki Amalia Safitrie, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Jl. Prof. Moestopo 48, Surabaya 60132 Indonesia. Email: rizkiamaliasaf5@gmail.com

31
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

PENDAHULUAN bakteri misalnya dengan menyikat gigi pada


Aggregatibacter actinomycetem comitans waktu yang tepat dengan cara yang benar,
(Aa) merupakan bakteri bagian flora normal sedangkan cara kimiawi dapat dilakukan
rongga mulut yang berkolonisasi di mukosa dengan penggunaan bahan antiseptik misalnya
rongga mulut, gigi dan orofaring dan bersifat chlorhexidine. Obat kumur chlorhexidine yang
patogen1. Aa mempunyai sejumlah faktor biasa digunakan adalah chlorhexidine dengan
virulensi yang membantu progresifitas konsentrasi 0,12%. Obat kumur ini merupakan
penyakit2. Bakteri Aa pertama kali antimikroba dengan spektrum luas yang efektif
diidentifikasi sebagai penyebab patogen terhadap bakteri gram positif maupun negatif,
penyakit periodontal pada tahun 1975 pada namun mempunyai beberapa efek samping
studi localized juvenile periodontitis, yang yang merugikan yaitu menimbulkan pewarnaan
sekarang dikenal sebagai localized aggressive (staining) pada gigi, restorasi ataupun pada
periodontitis (LAP). Penyakit periodontal lidah, juga mengganggu rasa kecap setelah
merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pemakaian meskipun tidak bersifat permanen7.
yang memiliki prevalensi cukup tinggi di Para ahli telah melaporkan dan kemudian
masyarakat dengan prevalensi penyakit dipublikasikan dalam Dental Journal of
periodontal pada semua kelompok umur di Australia bahwa obat kumur yang mengandung
indonesia adalah 96,58%3. Kerusakan penyakit alkohol memberi 3 kontribusi dalam
periodontal pada anak-anak sering dipengaruhi peningkatan risiko perkembangan kanker
oleh bakteri Aa. Prepubertal penyakit rongga mulut. Penelitian internasional telah
periodontitis dan beberapa tipe lain dari memperlihatkan pada kebiasaan 3210 orang
periodontitis remaja muda disebabkan dan dijumpai bahwa penggunaan obat kumur
sekumpulan mikroorganisme dengan dengan kandungan alkohol sehari-hari
prevalensi rata-rata 40-100%4. merupakan faktor risiko yang signifikan
Beberapa bakteri dalam rongga mulut dapat terhadap perkembangan kanker rongga mulut.
membentuk biofilm salah satunya adalah disamping itu, alkohol juga mematikan flora
bakteri Aa. Biofilm merupakan kumpulan normal rongga mulut8.
mikroorganisme yang melekat pada permukaan Penggunaan tanaman sebagai obat sudah
biotik atau abiotik, dan terbungkus dalam dikenal luas baik di negara berkembang
matriks terhidrasi yang terdiri dari zat maupun negara maju. Salah satu jenis tanaman
exopolymeric, protein, polisakarida dan asam yang menghasilkan senyawa metabolit
nukleat5. Menurut National Institutes of Health, sekunder dan dapat digunakan sebagai
biofilm berperan lebih dari 80% pada infeksi antimikroba dan fungisida alami adalah
dalam tubuh. Banyak infeksi persisten yang Rimpang Kunyit (Curcuma longa). Kunyit
terjadi di dalam tubuh disebabkan oleh bioflm adalah salah satu jenis tanaman yang banyak
bakteri. Salah satunya adalah penyakit terdapat di benua Asia seperti Indonesia, Cina,
periodontal yang dibentuk oleh Aa. Bakteri dan India9 dan sering digunakan sebagai bahan
yang membentuk biofilm memproduksi suatu pengobatan tradisional. Beberapa bentuk
senyawa yaitu eksopolisakarida. Sel yang sediaan kunyit yang dapat digunakan dalam
membentuk biofilm 10 1000 kali lebih pengobatan tradisional adalah kunyit dalam
resisten terhadap antimikroba6. Pembentukan bentuk rimpang segar, simplisis dan serbuk
biofilm juga melibatkan protein dan (tumerik). Tumerik mengandung senyawa
glikoprotein yang berasal dari saliva dan cairan metabolit sekunder seperti polifenol, kurkumin,
sulkus gingiva. Oleh karena itu sangat penting flavonoid10.
untuk menghambat pembentukan biofilm Aa
Jenis tanaman lain di Indonesia yang dapat
karena biofilm telah menjadi bagian yang tak
digunakan sebagai bahan obat adalah lidah
terpisahkan dari siklus hidup prokariot karena
buaya (Aloe vera linn). Tanaman ini telah
telah menjadi strategi penting untuk bertahan
digunakan sebagai tanaman obat di 23 negara
hidup pada lingkungan ekstrim, serta bertahan
dan tercantum dalam daftar prioritas WHO,
terhadap antibiotik, desinfektan, phagosit dan
karena mengandung senyawa yang bermanfaat
sistem imun.
bagi kesehatan tubuh. Daging ini mengandung
Upaya preventif yang dilakukan secara
lebih dari 75 komponen antara lain saponin
mekanis untuk mencegah pembentukan biofilm
32
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

yang mempunyai kemampuan membunuh bermakna selanjutnya dilakukan pengujian


kuman. Infusum daging lidah buaya juga dengan metode Turkey HSD
terbukti memiliki sifat antibakteri karena
mengandung senyawa fenol dan tanin11. HASIL
Pengamatan hasil hambatan biofilm Aa
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti pada masing-masing kelompok konsentrasi
akan melakukan penelitian mengenai potensi ekstrak Kunyit seperti pada tabel dibawah ini.
pemberian ekstrak Kunyit (Curcuma longa)
dan Lidah Buaya (Aloe vera linn)terhadap
hambatan pembentukan biofilm Aa. Tabel 1. Presentase hambatan biofilm ekstrak
Kunyit
BAHAN DAN METODE Konsentrasi Mean OD Hambatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian Biofilm %
eksperimental laboratoris dengan rancangan SD
post test only control group design. Ekstrak
6,25% 0,564 17,54%
kunyit dan lidah buaya didapatkan dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol. 0,032564
Bakteri stok Aa disetarakan dengan larutan
standar 0,5 McFarland. Pengenceran ekstrak 7,5% 0,484 29,23%
kunyit dan lidah buaya menjadi 6 konsentrasi 0,061714
(6,25%, 7,5%, 8,75%, 10%, 11,25%, dan
12,5%) menggunakan aquades dengan tehnik 8,75% 0,436 36,25%
dilusi. penelitian dilakukan dengan metode
microplate test dengan masing-masing well 0,027706
yang berisi biofilm Aa dimasukkan. ekstrak 10% 0,349 48,97%
kunyit dan lidah buaya sebanyak 100m pada
setiap well. Kontrol positif berisi biofilm Aa 0,064855
tanpa pencampuran dengan ekstrak kunyit dan
lidah buaya, sedangkan kontrol negatif tanpa 11,25% 0,266 61,11%
penambahan bakteri uji maupun ekstrak kunyit 0,033301
dan lidah buaya untuk memastikan bahwa tidak
ada pembentukan biofilm pada media. 12,5% 0,244 64,32%
microplate kemudian diinkubasikan selama 24
jam. Pembacaan hasil dari potensi ekstrak 0,025445
kunyit dan lidah buaya terhadap penghambatan Kontrol 0,684 0%
pembentukan biofilm Aa dilakukan Positif
pengamatan terhadap nilai Optical Density 0,076186
(OD) yang dihasilkan dari pembacaan ELISA
Reader dengan panjang gelombang 570. Hasil
yang menunjukkan penghambatan 64,32% Hasil rata-rata dari hambatan
pada ekstrak kunyit dan 50,57% pada ekstrak pembentukan biofilm pada keenam replikasi
lidah buaya terhadap pembentukan biofilm Aa pada ekstrak kunyit adalah sebagai berikut;
yang dibandingkan dengan kontrol positif. konsentrasi 6,25% dapat menghambat 17,54%
Analisa data yang digunakan adalah uji biofilm, pada konsentrasi 7,5% dapat
menghambat 29,23% biofilm, pada konsentrasi
normalitas menggunakan tes Kolmogorov-
Smirnov untuk melihat apakah data yang 8,75% dapat menghambat 36,25% biofilm,
didapat berdistribusi normal dan uji pada konsentrasi 10% dapat menghambat
homogenitas varians menggunakan Levenne 48,97% biofilm, pada konsentrasi 11,25%
test dengan > 0,05. Data yang diperoleh dapat menghambat 61,11% biofilm, dan pada
kemudian dikelompokkan sesuai dengan konsentrasi 12,5% dapat mengham bat 64,32%
kelompok konsentrasi pada setiap perlakuan biofilm. Berdasarkan data tersebut maka dapat
dan dianalisa dengan uji statistik One-Way diketahui bahwa konsentrasi 12,5% dapat
ANOVA.apabila didapatkan perbedaan menghambat pembentukan biofilm Aa paling
besar.

33
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

konsentrasi memiliki nilai p>0,05. Hal ini


Tabel 2. Presentase hambatan biofilm ekstrak menunjukan bahwa kelompok tersebut
Lidah Buaya mempunyai distribusi data yang normal.
Konsentrasi Mean OD Hambatan Selanjutnya untuk menganalisis homogenitas
Biofilm % varian data dilakukan uji homogenitas dengan
SD
menggunakan uji Levenne Test, dimana pada
6,25% 0,583 16,23% uji ini diperoleh p = 0,340 (p>0.05) pada
ekstrak kunyit dan p = 0,360 (p>0.05) yang
0,030093 berarti kedua data tersebut homogen, sehingga
dilakukan uji perbedaan signifikansi
7,5% 0,578 16,95%
menggunakan One-Way ANOVA.
0,035354
Dari hasil uji One-Way Anova diatas, dapat
8,75% 0,561 19,39% disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan
dari kelompok ekstrak kunyit dan ekstrak lidah
0,055296 buaya. Selanjutnya, untuk mengetahui
kelompok data mana yang memiliki perbedaan
10% 0,489 29,74%
nilai OD biofilm yang bermakna, maka
0,064855 dilakukan Post-Hoc Comparison Test. Metode
Post-Hoc yang dipakai adalah Turkey HSD.
11,25% 0,366 47,41%
Tabel 3. Tabel Uji Perbedaan (Post-Hoc
0,033301 Comparison Test) ekstrak Kunyit.
12,5% 0,344 50,57%
0,025445
Kontrol 0,696 0%
Positif
0,076186

Hasil rata-rata dari hambatan Dari hasil uji Post-Hoc Comparison Test
pembentukan biofilm pada keenam replikasi pada ekstrak kunyit terdapat perbedaan
pada ekstrak lidah buaya adalah sebagai bermakna antara kelompok perlakuan dengan
berikut; konsentrasi 6,25% dapat menghambat konsentrasi 6,25% dengan 10%, 11,25%, dan
16,23% biofilm, pada konsentrasi 7,5% dapat 12,5%, kelompok perlakuan dengan
menghambat 16,95% biofilm, pada konsentrasi konsentrasi 7,5% dengan 11,25%, 12,5%, dan
8,75% dapat menghambat 19,39% biofilm, kelompok kontrol, Kelompok perlakuan
pada konsentrasi 10% dapat menghambat dengan konsentrasi 8,75% dengan 11,25%,
29,74% biofilm, pada konsentrasi 11,25% 12,5%, dan kelompok kontrol, kelompok
dapat menghambat 47,41% biofilm, dan pada perlakuan dengan konsentrasi 10%, 11,25%,
konsentrasi 12,5% dapat menghambat 50,57% dan 12,5% dengan kelompok kontrol.
biofilm. Berdasarkan data tersebut maka dapat
diketahui bahwa konsentrasi 12,5% Pada ekstrak lidah buaya terdapat
mempunyai daya hambat paling besar terhadap perbedaan bermakna antara kelompok
pembentukan biofilm Aa . perlakuan dengan konsentrasi 6,25% dengan
10%, 11,25%, dan 12,5%, kelompok perlakuan
Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan konsentrasi 7,5% dengan 11,25%,
menggunakan analisis statistik SPSS. Sebelum 12,5%, dan kelompok kontrol, Kelompok
dilakukan uji analisis antar kelompok penelitian perlakuan dengan konsentrasi 8,75% dengan
pada biofilm Aa, dilakukan uji normalitas pada 11,25%, 12,5%, dan kelompok kontrol,
masing-masing kelompok dengan kelompok perlakuan dengan konsentrasi 10%,
menggunakan uji Kolmogrov Smirnov pada 11,25%, dan 12,5% dengan kelompok kontrol.
kelompok kontrol perlakuan, semua Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi
34
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

pemberian ekstrak kunyit dan ekstrak lidah sel permukaan sehingga dapat menghambat
buaya dalam menghambat pembentukan proses adhesi sel bakteri yaitu proses
biofilm bakteri Aa. perlekatan bakteri yang diperkuat oleh
PEMBAHASAN
produksi polimer matriks (EPM). Polimer
Potensi hambatan ekstrak kunyit matriks (EPM) diproduksi mikroba untuk
(Curcuma longa) dan ekstrak lidah buaya (Aloe membentuk biofilm. EPM sendiri terdiri
vera linn) terhadap pembentukan biofilm dari protein, polisakarida, dan asam
bakteri Aa dapat diketahui dengan melakukan nukleat. Dan berkaitan dengan proses
penelitian laboratoris. Penentuan ini dilakukan Quorum Sensing yaitu komunikasi kimia
dengan menggunakan metode microplate test antar sel bakteri sehingga dapat membentuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa polimer matriks (EPM)15.
ekstrak kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak
lidah buaya (Aloe vera linn) memiliki daya Dari penelitian yang telah dilakukan
hambat terhadap pembentukan biofilm Aa. diperoleh hasil bahwa ekstrak Lidah Buaya
Makin besar konsentrasi ekstrak Kunyit (Aloe vera linn) dengan konsentrasi 12,5%,
makin besar hambatan nya terhadap 11,25%, 10%, 8,75%, 7,5%, 6,25% dapat
pembentukan biofilm, hal ini kemungkinan menghambat pembentukan biofilm Aa.
karena ekstrak Kunyit (Curcuma longa) semakin tinggi konsentrasi, semakin efektif
memiliki beberapa kandungan yang dapat dalam menghambat pembentukan biofilm
menghambat pembentukan biofilm Aa, Aa. hasil ini disebabkan ekstrak Lidah
salah satunya yaitu polifenol. Pada Buaya (Aloe vera inn) juga memiliki
konsentrasi tinggi, polifenol dapat merusak beberapa kandungan yang dapat
membran sitoplasma secara total dan menghambat pembentukan biofilm Aa
mengendapkan protein, sedangkan pada yaitu fenol dan tanin. Fenol merupakan
konsentrasi rendah dapat merusak senyawa toksik yang mengakibatkan
membran sel sehingga mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan
keluarnya metabolit atau nutrisi penting terbuka sehingga menjadi struktur acak.
untuk pertumbuhan bakteri12, selain itu Hal ini menyebabkan protein terdenaturasi.
ekstrak Kunyit juga mengandung Deret asam amino protein tersebut tetap
kurkumin. utuh setelah denaturasi, namun aktivitas
Kurkumin memiliki kemampuan biologisnya menjadi rusak sehingga protein
mempunyai aktivitas antibakteri yang tidak dapat melakukan fungsinya16.
merupakan satu dari penyakit periodontal
yang paling invasiv pada biofilm Aa. Sedangkan Tanin juga mempunyai
Alasan lain yang dapat membuktikan kemampuan untuk menginaktivasi adhesin
potensi antibakterial dari kurkumin adalah bakteri dan enzim. Tannin dan flavonoid
kurkumin merupakan komponen polifenol, dapat berperan dalam menghambat
yang mempunyai aktifitas antibiofilm13. pembentukan biofilm dengan menghambat
Kurkumin juga bersifat sebagai antibakteri ekspresi gen icaA dan icaD17. Gen icaA
untuk bakteri penyebab endodontik seperti dan icaD dapat meregulasi pembentukan
S.mutans, Lactobacillus casei, P.gingivalis, Polysaccharide Intercellullar Adhesin
Prevotella intermedia, Enterococcus (PIA) melalui aktifasi sigma faktor B yang
faecalis dan juga kurkumin dapat dapat mengaktifkan bagian protomer ica18.
membunuh bakteri gram positif maupun Dengan penghambatan ekspresi gen ica ini,
negatif14. tannin dan flavonoid juga dapat
menghambat adhesi sel bakteri, baik
Flavonoid juga memiliki perlekatan bakteri dengan permukaan
kecenderungan untuk mengubah atau substrat maupun perlekatan antar bakteri,
memodulasi aktivitas sejumlah sistem dimana adhesi merupakan faktor utama
enzim yang terlibat dalam transduksi sinyal dalam pembentukan biofilm19.
35
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

Pada ekstrak Kunyit (Curcuma longa) treatment. Periodontol 2000. 1999;20: 82


dan Lidah Buaya (Aloe vera linn) 121
didapatkan konsentrasi 12,5% yang lebih 5. Mohamed, A. J., and Huang, B.D. Biofilm
efektif dibanding dengan konsetrasi 6,25% formation by enterococci Journal of Medical
karena memiliki zat aktif yang terkandung Microbiology. Volume 56. 2007. pp. 1581-
88
lebih banyak sehingga dapat menghambat
pembentukan biofilm Aa dengan cara 6. OToole G, Kaplan HB, Kolter R Biofilm
melihat kekeruhan warna yang dihasilkan formation as microbial development. Ann
didalam microplate yang telah di cat Rev Microbiol 54: 49-79. Orthop Scand.
dengan ultra violet dan isopropranol. 1999, 2000;70:1168.
7. Peterson, D. 2011. Family Gentle Dental
Pada penelitian ini dilakukan uji untuk Care. Article. (Serial Online). (Cited 2011,
mengetahui aktivitas antibiofilm terhadap Agustus 8)
biofilm Aa. proses penghambatan biofilm 8. Farah, C.S., McOntosh, L, and McCullough,
tidak hanya terkait oleh gen yang M.J, Mouthwashes ,Aust.Prescr. 2009; 32
mensintesis Polysacharide Intercellullar :162-4.
Adhesion (PIA) saja, tetapi penghambatan 9. Wientrasih, I., Wiwin W., dan Lina N.
pembentukan biofilm juga dipengaruhi oleh Wound Healing by Growth Factors and
sistem Quorum Sensing (QS). Quorum Cytokines, Physiol. Rev.,2012 vol.83, no.3,
Sensing merupakan suatu proses yang p.835
memungkinkan bakteri dapat 10. European Medicine Agency, Assement
berkomunikasi dengan mensekresikan Report OnCurcuma Longa L. Rhizoma,
molekul sinyal yang disebut autoinducer di EMEA publisher, London, 2009. pp.6-15
lingkungan sebanding dengan jumlah
bakteri yang ada. Dengan mendeteksi 11. Lee SS, Zhang W, Li Y. The antimicrobial
potential of 14 natural herbal dentrifices:
autoinducer, suatu bakteri mampu
result of an in vitro diffusion method study.
mengetahui keberadaan bakteri lain di J Am Dent Assoc. 2004.
lingkungannya. Molekul sinyal juga
memperlihatkan peranannya dalam 12. Httenschwiler S, Vitousek, PM. The role of
pembentukan biofilm . 15 polyphenols interrestrial ecosystem nutrient
cycling. Review TREE. 2000., Vol. 15(6):
DAFTAR PUSTAKA 238-43.
1. Socransky SS, Haffajee AD. Microbiology
of periodontal disease : Genetics, 13. Abdulpur, M.S., Charu Dawra., Kishore
polymicrobial communities, selected Bath., An in vitro Evaluation of
pathogens and treatment. J. Periodontal. Antibacterial Activity of Curcumin against
2006. 42:114-58 Aggregatibacter Actinomycetemcomitans,
World Journal of Dentistry, Januari- March,
2. Carranza, FA, MG, Newman, HH Takei,. 2015., 6 (1):16-19.
Carranzas Clinical periodontology.
Philadelphia: WB Saunders. 10th ed. 2006. 14. Mandroli PS, Bhat K. An in vitro evaluation
pp. 99-607 of antibacterial activity of curcumin against
common endodontic bacteria. J App Pharm
3. Tampubolon, Nurmala Situmorang. Sci 2013;3(10):106-108.
Dampak Karies Gigi dan Penyakit
Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. 15. Hojo, K., et al. Bacterial Interactions in
Available at: http://library.usu.ac.id. Dental Biofilm Development. Journal Dental
Accessed November 16, 2010. Restoration, 2009;88 (11):pp. 982-90
4. Slots J, Ting M. Actinobacillus 16. Dea, Hasim: Daun Sirih sebagai Antibakteri
actinomycetemcomitans and Pasta Gigi, Kompas Cybermedia 24
Porphyromonas gingivalis in human September, Jakarta. distending toxin that is
periodontal disease: occurrence and delivered into host cells by a bacterial-
36
Oral Biology Journal Vol. 7 No. 1 JanuaryJune 2015: 31-37

internalization pathway. Available at:


www.pnas.org, March 30, 2003.,Vol.
101(13) pp. 4614-9
17. Lee, J-H., J.H. Park, H.S. Cho, S.W. Joo,
M.H. Cho, J. Lee. Anti-biofilm Activities of
Quercetin and Tannic Acid Against
Staphylococcus aureus. Biofouling: The
Journal of Bioadhesion and Biofilm
Research. 2013. Vol 29, Issue 5.
18. Arciola, C.R., D. Campoccia, P. Speziale, L.
Montanaro, J.W. Costerton. Biofilm
Formation in Staphylococcus Implant
Infections. A Review of Molekular
Mechanisms and Implications for Biofilm-
Resistant. Elsevier. Biomaterial, 2012, vol
33, issue 26.
19. Nuryastuti, T. Environmental Signals
Affecting ica-expression in Staphylococcus
epidermidis Biofilm (Thesis). University
Medical Center Groningen, University of
Groningen, Netherlands, 2010.

37

Potrebbero piacerti anche