Sei sulla pagina 1di 6

Risa Pitriani

Hal. 72 - 77

PERAWATAN VAGINA, KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENDAPATAN KELUARGA


DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

VAGINA RELATIONSHIPS, ENVIRONMENTAL HEALTH AND INCOME FAMILIES WITH


GENESIS WHITISHAT YOUNG WOMEN

Risa Pitriani
Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Jl. Mustafa Sari No.5 Pekanbaru, Telp (0761) 33815, Fax. (0761) 863646
Email: risa.armanda@yahoo.co.id

ABSTRACT
Background: Problems whitish or so-called flour albus is a problem that has long been an issue for women. Care
and maintain a healthy vaginal environment in adolescent girls is important to avoid the occurrence of vaginal dis-
charge. Family income factors also play a role in determining a persons health status. In 2012 SMP 20 Pekanbaru
has the 2nd highest female students in Pekanbaru city, and according to the information part of student teachers
and vice-principals, that the SMP Negeri 20 Pekanbaru never get information or counseling from medical personnel
about whiteness.
Objective: This study aimed to determine the relationship of vaginal care, environmental health and family income
with whitish incidence in young women in SMP 20 Pekanbaru in 2013.
Methods: This cross-sectional study conducted in April - May 2013 in SMP 20 Pekanbaru. Sampling techniques
using techniques total population of 184 people. Measuring instrument used was a questionnaire. Analysis of data
using univariate and bivariate analysis with chi-square test.
Results: The study showed for the factors Vagina OR = 2.608 (95% CI: 1.427 to 5.767), Environmental Health fac-
tor OR = 6.577 (95% CI: 3.256 to 12.112) and Family Income factor OR = 3.343 (95% CI: 1,233- 4.328).
Conclusion: There is a relationship vaginal care, environmental health and family income with whitish incidence
in young women.

Keywords: Whitish, Young, Vagina, Environmental Health, Family income

INTISARI
Latar Belakang: Masalah keputihan atau yang biasa disebut flour albus adalah masalah yang sejak lama menjadi
persoalan bagi kaum wanita. Perawatan vagina dan menjaga kesehatan lingkungan pada remaja putri penting
dilakukan untuk menghindari kejadian keputihan. Faktor pendapatan keluarga juga berperan dalam menentukan
status kesehatan seseorang. Pada tahun 2012 SMP Negeri 20 Pekanbaru memiliki siswi terbanyak ke-2 di kota
Pekanbaru, dan menurut informasi guru bagian kesiswaan dan wakil kepala sekolah, bahwa siswi SMP Negeri 20
Pekanbaru tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan dari tenaga medis mengenai keputihan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan vagina, kesehatan lingkungan dan penda-
patan keluarga dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMP Negeri 20 Pekanbaru Tahun 2013.
Metode: Desain penelitian ini cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April Mei 2013 di SMP Negeri 20 Pe-
kanbaru. Teknik sampling menggunakan teknik total populasi yang berjumlah 184 orang.Alat ukur yang digunakan
adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square.
Hasil: Penelitian menunjukkan untuk faktor Perawatan Vagina OR= 2,608 (95% CI: 1,427-5,767), faktor Keseha-
tan Lingkungan OR= 6,577 (95% CI: 3,256-12,112) dan faktor Pendapatan Keluarga OR= 3,343 (95% CI: 1,233-
4,328).
Simpulan: Terdapat hubungan perawatan vagina, kesehatan lingkungan dan pendapatan keluarga dengan keja-
dian keputihan pada remaja putri.

Kata Kunci: Keputihan, Remaja, Perawatan Vagina, Kesehatan Lingkungan, Pendapatan keluarga

72 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014


Perawatan Vagina, Kesehatan Lingkungan dan Pendapatan Keluarga

PENDAHULUAN Keputihan normal dapat terjadi pada


Masalah keputihan atau yang biasa di masa menjelang dan sesudah menstruasi,
sebut flour albus adalah masalah yang sejak sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. siklus menstruasi. Sedangkan keputihan pa-
Hampir setiap wanita pernah mengalami tologis terjadi karena disebabkan oleh infeksi,
keputihan, sedangkan data penelitian yang kelainan alat kelamin didapat atau bawaan,
didapat tentang kesehatan reproduksi wanita benda asing, neoplasma jinak, kanker, trau-
menunjukkan 75% wanita di dunia pasti men- ma dan menopause3.
derita keputihan paling tidak sekali seumur Kejadian keputihan dapat dihindari de
hidup dan 25% diantaranya bisa mengala- ngan memperhatikan kesehatan lingkungan
minya sebanyak dua kali atau lebih1. yaitu dengan memperhatikan kualitas air un-
Angka kejadian penyakit keputihan men- tuk membasuh organ genitalia. Penggunaan
capai 75% pada perempuan Indonesia dan air yang tidak memenuhi persyaratan da-
hampir mengenai semua umur, termasuk pat menimbulkan terjadinya gangguan kese
remaja. Jika dibandingkan dengan Eropa hatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat
angka ini sangat berbeda, karena di Eropa berupa penyakit menular maupun penyakit
perempuan yang menderita keputihan hanya tidak menular. Hal ini dapat terjadi karena air
25%. Perbedaan prevalensi ini disebabkan merupakan media yang baik tempat bersa-
oleh keadaan iklim yang berbeda. Keadaan rangnya bibit penyakit. Kesehatan lingkungan
iklim yang lembab di Indonesia mengakibat- pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
kan lebih mudah terinfeksi jamur Candida keadaan lingkungan yang optimum sehingga
Albicans dan Trichomonas Vaginalis seba- berpengaruh positif terhadap terwujudnya
gai penyebab keputihan, sedangkan iklim di status kesehatan yang optimum pula4.
Eropa yang bersifat kering menyebabkan ke- Tingkat ekonomi atau penghasilan yang
mungkinan terinfeksi jamur ini lebih kecil2. rendah akan berhubungan dengan peman-
Alat genital wanita memiliki mekanisme faatan pelayanan kesehatan maupun pence-
pertahanan tubuh berupa bakteri yang men- gahan. Seseorang yang kurang memanfaat-
jaga kadar keasaman pH vagina. Sebagian kan pelayanan kesehatan yang ada mungkin
besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasi- karena tidak mempunyai cukup uang untuk
lus dan selebihnya adalah bakteri phatogen membeli obat atau membayar transportasi5.
(Yang Menimbulkan Penyakit). Biasanya ke- Berdasarkan uraian di atas peneliti ter-
tika ekosistem didalam keadaan seimbang, tarik untuk melakukan penelitian mengenai
bakteri patogen tidak akan mengganggu. Nor- keputihan. Pada tanggal 24 Januari 2013
malnya angka keasaman pH vagina berkisar peneliti melakukan survey pendahuluan di
3,8-4,2 dan masalah baru timbul ketika kon- SMP Negeri 20 Pekanbaru. SMP Negeri 20
disi keasaman pH vagina ini turun atau lebih Pekanbaru adalah SMP Negeri yang memi-
besar dari 4,2. Jika bakteri-bakteri laktobasi- liki siswi terbanyak ke-2 di kota Pekanbaru
lus gagal melawan bakteri phatogen, jamur (DIKPORA Kota Pekanbaru, 2012), dan dari
akan berkembang dan terjadilah keputihan1. informasi guru BK (Bagian Kesiswaan) dan

Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014 73


Risa Pitriani Hal. 72 - 77

Wakil kepala sekolah, bahwa siswi SMP Ne Negeri 20 Pekanbaru pada yang berjumlah
geri 20 Pekanbaru tidak pernah mendapatkan 184 orang. Subjek penelitian ini adalah siswi
informasi atau penyuluhan dari tenaga medis yang menderita keputihan maupun yang
mengenai keputihan. tidak menderita keputihan di SMP Negeri 20
Hasil survey awal di SMP Negeri 20 Pe- Pekanbaru tahun.
kanbaru, dilakukan wawancara terhadap 10
orang remaja puteri, 7 (70%) orang mengalami HASIL
keputihan dengan gejala seperti cairan yang Hasil uji bivariat terhadap 3 variabel ter-
keluar dari vagina berwarna kuning, berbau dan dapat hubungan signifikan dengan kejadian
terasa gatal-gatal disekitar vagina, dan 3 (30%) Keputihan yaitu frekuensi Perawatan Vagina
orang lainnya tidak mengalami keputihan. (p value=0,003), Kesehatan Lingkungan (p
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui value=0,011), dan Pendapatan Keluarga (p
nya hubungan perawatan vagina, kesehatan value=0,02). Berdasarkan nilai OR maka re
lingkungan dan pendapatan keluarga dengan maja putri yang tidak merawat vagina berisiko
kejadian keputihan pada remaja putri di SMP 2,608 kali mengalami kejadian keputihan
Negeri 20 Pekanbaru. dibandingkan remaja putri yang merawat va-
gina (95% CI 1,427-5,767). Remaja putri yang
METODE kesehatan lingkungannya tidak memenuhi
Jenis penelitian ini menggunakan jenis syarat berisiko 6,576 kali mengalami kejadian
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian keputihan dibandingkan remaja putri yang
korelasional dan menggunakan pendekatan kesehatan lingkungannya memenuhi syarat
study cross sectional yang dilaksanakan mu- (95% CI 3,256-12,112) serta pendapatan ke-
lai tanggal 30 April 2013 - 9 Mei 2013di SMP luarga yang rendah berisiko 3,429 kali meng
Negeri
20
Pekanbaru. Populasi

dalam peneli- alami kejadian keputihan pada remaja putri
tian ini adalah seluruh siswi kelas VII di SMP (95% CI 1,233-4,328).

Tabel 1. Hubungan Perawatan Vagina, Kesehatan lingkungan dan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian
Keputihan di SMP Negeri 20 Pekanbaru

Kejadian Keputihan
Tidak Total p Odds Ratio
No Variabel Keputihan
Keputihan value (95% CI)
n % n % n %
1. Frekuensi Perawatan Vagina
Tidak Merawat 100 97,1 3 2,9 103 100 0,003 2,608
Merawat 6 7,4 75 92,6 81 100 (1,427-5,767)
Jumlah 106 57,6 78 42,4 184 100
2. Frekuensi Kesehatan Lingkungan
Tidak Memenuhi Syarat 77 72,0 30 28,0 107 100 0,011 6,576
Memenuhi Syarat 29 37,7 48 62,3 77 100 (3,256-12,112)
Jumlah 106 57,6 78 42,4 184 100
3. Frekuensi Pendapatan Keluarga
Rendah 90 94,7 5 5,3 95 100 0,02 3,429
Tinggi 16 18,0 73 82,0 89 100 (1,233-4,328)
Jumlah 106 57,6 78 42,4 184 100

74 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014


Perawatan Vagina, Kesehatan Lingkungan dan Pendapatan Keluarga

PEMBAHASAN pada kemaluan secara rutin, memakai celana


Hubungan Perawatan Vagina dengan Ke- dalam dan celana jeans yang terlalu ketat,
jadian Keputihan menyemprotkan minyak wangi kedalam va-
Hasil penelitian menunjukkan terdapat gina atau menaburkan bedak ke vagina, tidak
hubungan yang bermakna antara perawatan mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau
vagina dengan kejadian keputihan pada re 2-3 kali sehari saat menstruasi, memakai pen-
maja putri (p value = 0,003). Dilihat dari nilai tyliner setiap hari, membasuh vagina meng-
OR = 2,608, maka remaja putri yang tidak gunakan sabun mandi/sabun khusus vagina
merawat vagina berisiko 2,608 kali mengalami secara terus menerus, dan tidak melakukan
kejadian keputihan dibandingkan remaja putri pemeriksaan vagina sendiri secara rutin de
yang merawat vagina. ngan melihat perubahan warna cairan, bau
Penelitian ini sejalan dengan peneli- yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat
tian lain yang mengatakan bahwa jika tidak kelamin sehingga dapat menimbulkan keja-
melakukan perawatan diri pada bagian organ dian keputihan.
reproduksi, misalnya seperti jarang meng-
ganti pakaian dalam, membasuh vagina yang Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan
tidak benar, penggunaan sabun kewanitaan Kejadian Keputihan
dan lain sebagainya, hal ini dapat menyebab- Hasil penelitian menunjukkan terdapat
kan gatal, iritasi dan lama kelamaan akan hubungan yang bermakna antara kesehatan
menyebabkan keputihan bahkan kanker ser- lingkungan dengan kejadian keputihan pada
viks5. remaja putri (p value = 0,012). Dilihat dari
Penelitian ini juga di terkuat oleh pene nilai OR = 6,577, maka remaja putri yang ke
litian lain yang menyatakan bahwa ada sehatan lingkungannya tidak memenuhi syarat
hubungan antara perawatan vagina dengan berisiko 6,577 kali mengalami kejadian keputi-
keputihan pada remaja putri. Beberapa fakta han dibandingkan remaja putri yang kese
tersebut menjadi bukti yang cukup menguat- hatan lingkungannya memenuhi syarat. Hasil
kan bahwa perawatan vagina erat kaitannya penelitian ini juga menunjukkan bahwa 62,3%
dengan kejadian keputihan pada remaja pu- remaja putri yang kesehatan lingkungannya
tri. Perawatan vagina merupakan cara yang memenuhi syarat tidak mengalami kejadian
tepat untuk mencegah terjadinya keputihan6. keputihan. Fakta tersebut cukup membuktikan
Menurut peneliti keterkaitan antara pera- eratnya hubungan antara kesehatan lingku
watan vagina dengan kejadian keputihan ngan dengan kejadian keputihan.
berkemungkinan karena beberapa faktor di- Hasil ini diperkuat oleh penelitian lain,
antaranya tidak menjaga daerah kemaluan kejadian keputihan dapat dihindari jika kita
dan selangkangan agar selalu tetap kering, memperhatikan kesehatan lingkungan yaitu
tidak mengganti pakaian dalam minimal dua dengan memperhatikan kualitas air untuk
kali sehari, setelah buang air besar/kecil tidak membasuh organ genitalia. Karena jamur,
membasuh alat kelamin dengan air dari arah bakteri dan parasit yang terdapat di dalam
depan kebelakang, tidak membersihkan bulu air yang tidak bersih dapat menimbulkan
di daerah kemaluan dengan mencukur bulu keputihan7.

Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014 75


Risa Pitriani Hal. 72 - 77

Variabel penelitian tentang hubungan fections symptoms was established by this


kesehatan lingkungan dengan kejadian study. A new approach to gynecological mor-
keputihan belum pernah diteliti oleh peneliti bidity is needed, one that integrates biomedi-
lain. Menurut peneliti keterkaitan antara kese cal and psychosocial factors into a unified
hatan lingkungan dengan kejadian keputih framework. Kesimpulan penelitian tersebut
an berkemungkinan karena penggunaan adalah terdapat hubungan yang signifikan
air yang tidak memenuhi persyaratan untuk antara gejala saluran reproduksiInfeksi (ISR)
membasuh organ genitalia dapat menimbul- dan tekanan mental pada wanita yang berada
kan terjadinya gangguan kesehatan. Hal ini dalam tiga lingkungan perkotaan berpenda-
dapat terjadi karena air merupakan media patan rendah.
yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit Menurut peneliti keterkaitan antara pen
seperti jamur, bakteri dan parasit sehingga dapatan keluarga dengan kejadian keputihan
dapat menimbulkan keputihan. sangat berkemungkinan karena pendapat
an keluarga merupakan suatu indikator ke-
Hubungan Pendapatan Keluarga dengan berhasilan kepala keluarga apabila tingkat
Kejadian Keputihan ekonomi sudah baik, masyarakat cenderung
Hasil penelitian menunjukkan terdapat memperhatikan kesehatan dirinya maupun
hubungan yang bermakna antara pendapat keluarga agar tidak sakit. Apabila tingkat
an keluarga dengan kejadian keputihan pada pendapatan kurang memadai masyarakat
remaja putri (p value = 0,02). Dilihat dari nilai cenderung memperhatikan kebutuhan sehari-
OR = 3,343, maka pendapatan keluarga yang hari untuk bertahan hidup dan sering meng-
rendah berisiko 3,343 kali mengalami keja- abaikan kesehatan. Disisi lain tingkat ekonomi
dian keputihan pada remaja putri. juga mempengaruhi kesehatan, dengan kata
Hasil ini sejalan dengan penelitian lain lain kemiskinan juga dapat menyebabkan ke-
tingkat ekonomi atau penghasilan yang ren- sakitan dalam hal ini keputihan.
dah akan berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan8. SIMPULAN
Seseorang yang kurang memanfaatkan pe- Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
layanan kesehatan yang ada mungkin karena bahasan dapat diambil kesimpulan terda-
tidak mempunyai cukup uang untuk membeli pat hubungan yang signifikan dengan keja-
obat atau membayar transportasi. Keputihan dian Keputihan yaitu frekuensi Perawatan
yang tidak segera diobati akan menimbulkan Vagina (p value=0,003), Kesehatan Ling-
komplikasi penyakit radang panggul yang kungan (p value=0,011), dan Pendapatan
berlarut-larut dan dapat menyebabkan ke- Keluarga (p value=0,02). Berdasarkan nilai
mandulan (infertilitas) karena kerusakan dan OR maka remaja putri yang tidak merawat
tersumbatnya saluran telur1. vagina berisiko 2,608 kali mengalami keja-
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian dian keputihan dibandingkan remaja putri
yang dilakukan Khawaja yang menyatakan yang merawat vagina (95% CI 1,427-5,767).
A significant association between mental Remaja putri yang kesehatan lingkungannya
distress and reported reproductive tract in- tidak memenuhi syarat berisiko 6,576 kali

76 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014


Perawatan Vagina, Kesehatan Lingkungan dan Pendapatan Keluarga

mengalami kejadian keputihan dibandingkan malinda. (2010). Kesehatan Reproduksi


remaja putri yang kesehatan lingkungannya Wanita. Jakarta : CV. Trans Info Media.
memenuhi syarat (95% CI 3,256-12,112) ser- 4. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan
ta pendapatan keluarga yang rendah berisiko Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
3,429 kali mengalami kejadian keputihan 5. Purnaningarti, F, W. (2010). Hubungan
pada remaja putri (95% CI 1,233-4,328). Antara Tingkat Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Keputihan Dengan Sikap
SARAN Remaja Putri Dalam Mengatasi Keputi-
Diharapkan agar dapat melakukan pro- han Di SLTPN 39 Semarang Tahun 2010.
gram untuk pendidikan dan promosi kesehat http://www.e-journal.akbid-purworejo.
an reproduksi supaya terjadi perilaku dan ac.id/ (online), diakses 15 Januari 2013.
cara perawatan daerah kewanitaan yang 6. Triamuliani, R. (2012). Hubungan Pera-
lebih baik dapat dilakukan dengan cara pe- watan Vagina Dengan Keputihan Pada
nyuluhan, konseling, melalui media cetak, Remaja Putri Di SMPN 13 Pekanbaru
media lain seperti leaflet diberikan setiap Tahun 2012. Disertasi tidak diterbitkan.
kelas untuk memperoleh ilmu yang berguna Pekanbaru: Program Studi Diploma III
untuk remaja putri agar dapat melakukan Kebidanan STIKes Payung Negeri Peka-
perawatan vagina dengan cara yang benar nbaru.
untuk mengurangi kejadian keputihan atau 7. Kasdu, Dini. (2008). Solusi Problem
flour albus pada remaja putri. Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara.
8. Triana, E. (2010). Hubungan Tingkat
DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan, Jumlah Anak Dan Tingkat
1. Pribakti, B. (2010). Tips dan Trik Merawat Pendapatan Dengan Status Gizi Pada
Organ Intim. Jakarta: Sagung Seto. Anak Balita Di Desa Bagan Punak Ke-
2. Elistiawaty. (2006). Wanita Alami Keputi- camatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir
han. http://www.detiknews.com. (online), Tahun 2010. Disertasi tidak diterbitkan.
diakses 15 Januari 2013. Pekanbaru: Program Studi Ilmu Keseha-
3. Sibagariang, E. E., Pusmaika, R., Ris- tan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pe-
kanbaru.

Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II, Nomor 2, Agustus 2014 77

Potrebbero piacerti anche