Sei sulla pagina 1di 14

137 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENGETAHUAN
PROSEDURAL MATEMATIKA SISWA SMP

Nurfauziah Siregar, Dian Armanto, Sahat Saragih


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
nurfauziah.siregar@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study was aimed to determine (1) the differences between students' understanding of mathematical
concepts to acquire problem-based learning with students receiving regular learning. (2) to knowing the
differences in procedural knowledge of mathematics among students who received problem-based
learning with students that receive the regular learning. (3) Describe the range of students' answers in
solving the problem for both groups of each point about the understanding of concepts and procedural
knowledge. (4) to knowing the thoroughness learning of students who received problem-based learning.
(5) to knowing the students responses to problem-based learning. This study is a quasi-experimental
research. The population was students in the junior class VIII Padangsidimpuan accredited in 2010. The
instrument used test understanding of concepts, procedural knowledge tests and questionnaires on student
responses. The instrument is deemed to have qualified to validite the contents, as well as understanding of
the concept of test coefficient reliability of 0.94 and 0.90 for procedural knowledge test. Data analysis
was performed by descriptive analysis to describe the exhaustiveness of student learning, the variety of
answers to students and student responses to learning activities analyse by t test. The result showed that:
(1) there is a difference of the understanding of the concept among students who received problem-based
learning compared with normal learning, where the problem-based learning can further enhance students'
understanding of concepts than with ordinary learning. (2) there is a difference between the procedural
knowledge among students who received problem-based learning compared with normal learning, where
the problem-based learning can further improve procedural knowledge of mathematics students with the
usual learning. (3) Variety of students' answers in a problem-based learning is more varied when
compared with regular students in learning the answers. (4) understanding the concepts of students with
problem-based learning with the complete percentage is 77.14% and in procedural knowledge with the
students problem-based learning with the complete percentage is 88.57%. (5) there is a positive response
to students' problem-based learning activities.

Keywords : understanding of concepts, procedural knowledge, problem-based learning, the range of


students' answers, thoroughness learning, students responses.
Menurut NCTM (1990) menyatakan data
kemampuan siswa dalam matematika
PENDAHULUAN harus memasukkan pengetahuan tentang
Matematika mempunyai peranan penting konsep matematika, prosedur
dalam mengembangkan IPTEK, sebagai matematika, kemampuan problem
pendukung study lainnya dan berperan solving, reasoning dan komunikasi.
dalam membentuk pola pikir logis, kritis Untuk mencapai kemampuan siswa
dan kreatif secara efektif. Sebagaimana dalam matematika mengalami perubahan
Soedjadi (2000:18) mengemukakan kearah yang lebih baik, siswa dituntut
bahwa Matematika sebagai salah satu berperan aktif selama proses
ilmu dasar, baik aspek terapannya pembelajaran. Guru hendaknya memilih
maupun aspek penalarannya mempunyai model pembelajaran, strategi/pendekatan
peranan yang penting dalam penguasaan pembelajaran dan metode pembelajaran
ilmu dan teknologi.

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
138 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

yang sesuai sehingga dapat memotivasi dilakukan guru, guru menyampaikan


siswa untuk memahami konsep dan pelajaran dengan menggunakan metode
mengetahui prosedur dalam ceramah sementara para siswa
menyelesaikan masalah dan menciptakan mencatatnya pada buku catatan, tanya
suasana kelas yang mendorong siswa jawab dan penugasan akibatnya siswa
untuk dapat menemukan sendiri hanya mendengar, memperhatikan
pengetahuan baru berdasarkan penjelasan guru dan menyelesaikan tugas
pengetahuan siswa yang sebelumnya. sehingga kurang terjadi interaksi antar
Pembelajaran matematika yang sesama siswa dan guru. Fenomena ini
dilakukan selama ini kurang memberikan juga terjadi di SMPN 6, dimana guru
kesempatan kepada siswa untuk terlibat asyik sendiri menjelaskan materi yang
langsung dalam mengemukakan ide dan telah dipersiapkan sementara siswa asyik
gagasan yang akan mengarahkan kepada sendiri menjadi penerima informasi yang
pembentukan pengetahuan matematika baik dari guru. Sehingga siswa hanya
mereka sendiri. Siswa lebih banyak mencontoh apa yang dikerjakan guru dan
bergantung pada guru yang mengingat rumus-rumus dan menghapal
mengakibatkan pembelajaran terpusat cara pengerjaan soal (prosedur) yang
pada guru (teacher-centred) dimana guru dilakukan guru tanpa makna dan
berperan aktif sementara siswa menjadi pengertian dari siswa. Oleh karena itu
pasif. Pembelajaran yang seperti ini siswa beranggapan bahwa menyelesaikan
merupakan pembelajaran dimana guru suatu soal atau permasalahan matematika
mentransfer ilmunya langsung kepada cukup dengan mengikuti atau mencontoh
siswa dan pembelajaran yang lebih apa yang dikerjakan oleh guru yang
menekankan hasil dimana siswa hanya menyebabkan pembelajaran yang kurang
menerapkan rumus atau algoritma bermakna sehingga mengakibatkan
daripada menekankan pada proses, pemahaman konsep dan pengetahuan
sehingga memandang matematika prosedural siswa terhadap matematika
sebagai kumpulan rumus bukan sebagai kurang tercapai dari tujuan pembelajaran
proses berpikir, siswa tidak mampu serta menghasilkan suatu ragam jawaban
mandiri dan tidak tahu apa yang harus yang kurang baik.
dilakukannya saat pembelajaran langsung Berdasarkan fenomena di atas,
kecuali duduk manis mendengarkan menunjukkan hasil belajar siswa yang
penjelasan dari guru. Hal ini diperoleh masih belum memuaskan
dikemukakan oleh Abdurrahman (2003) karena masih banyak hasil ujian siswa
bahwa mereka akan cenderung yang tidak tuntas. Pembelajaran yang
memandang matematika sebagai suatu cenderung berpusat pada guru membuat
kumpulan aturan-aturan dan latihan- respon siswa menjadi kurang baik
latihan yang dapat mengundang rasa terhadap pembelajaran matematika yang
bosan, karena aktivitas siswa hanya mengakibatkan siswa kurang menyenangi
mengulang prosedur atau menghafal pelajaran matematika dan siswa menjadi
algoritma tanpa diberi peluang lebih kurang aktif dalam proses pembelajaran
banyak berintekrasi dengan sesama. Dalam pembelajaran, aspek
Berdasarkan fakta di lapangan, proses pemahaman konsep dan aplikasinya
pembelajaran yang cenderung merupakan hal yang sangat penting yang
harus dimiliki siswa. Jika konsep dasar
yang diterima siswa secara salah, maka
sukar untuk memperbaiki kembali,
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
139 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

terutama jika sudah diterapkan dalam jawaban yang benar dan salah dengan
menyelesaikan soal-soal matematika. memberikan alasan.
Pengetahuan konsep yang kuat akan Pembelajaran matematika yang
memberikan kemudahan dalam menekankan mengajarkan rumus dan
meningkatkan pengetahuan prosedural langkah cara mengerjakan soal
matematika siswa. Karena prosedur- seharusnya diubah ke pembelajaran yang
prosedur tanpa dasar konsep ini hanya menekankan pada aspek pemahaman
merupakan aturan tanpa alasan yang akan konsep matematika dan pengetahuan
membawa kepada kesalahan dalam prosedural siswa. Pengetahuan prosedural
matematika. Oleh karena itu, yang yaitu pengetahuan mengenai bagaimana
penting adalah bagaimana siswa orang melakukan sesuatu. Misalnya
mengungkapkan pengetahuan yang bagaimana melakukan operasi
dimiliki secara bulat dan utuh. matematika, bagaimana langkah
Pembelajaran yang tidak penyelesaian suatu persamaan kuadrat,
mengarahkan pemahaman konsep akan bagaimana melukis segi n beraturan
membuat siswa tidak mengetahui dalam geometri, dan sebagainya
mengapa suatu jawaban itu benar atau (Hamzanwadi, 2009).
salah dan jika salah siswa tidak mampu Permasalahan mengenai kurangnya
memperbaiki jawaban yang salah pemahaman konsep dan pengetahuan
tersebut. Hal ini akan membuat siswa prosedural siswa ini dapat dilihat dari
kurang memahami apa yang ditulisnya contoh soal ini, sebuah toko sepeda
dan terkadang siswa menggunakan rumus memiliki sejumlah 46 sepeda roda dua
secara langsung walaupun siswa kurang dan sepeda roda tiga. Secara keseluruhan
mengerti. Karena selama ini siswa kurang toko tersebut hanya memiliki 120 roda.
dimotivasi dan diberi kesempatan untuk Ada berapa sepeda roda dua dan sepeda
mengembangkan kemampuan roda tiga di toko itu? Contoh kasus yang
pemahaman konsep dan pengetahuan seperti ini siswa masih kesulitan untuk
prosedural matematika siswa menyelesaikannya. Dalam kasus tersebut
mengakibatkan siswa cenderung siswa kesulitan untuk mengidentifikasi
menghapal konsep matematika, tanpa masalah, mentransformasikan unsur-
memahami arti, isinya dan cenderung unsur yang ada dalam soal ke dalam
pasif sehingga siswa kurang mempunyai pembentukan model matematika dan
keterampilan dalam melakukan kesulitan untuk menyatakan soal tersebut
pemecahan masalah dan menimbulkan merupakan contoh atau bukan contoh
kebosanan sehingga mengakibatkan sikap SPLDV. Siswa juga mengalami kesulitan
yang acuh terhadap pelajaran bagaimana langkah-langkah
matematika. menggungakan metode dalam SPLDV,
Siswa yang memiliki kemampuan menggunakan teknik dalam
memahami konsep matematika, siswa mengimplementasikan suatu metode dan
mampu memberikan contoh dan bukan kesulitan dalam melakukan operasi
contoh dari konsep. Untuk mengetahui hitung untuk menyelesaikan suatu
hal itu, dapat disajikan beberapa contoh permasalahan.
dengan jawaban yang benar dan salah. Proses pembelajaran tidak
Jika siswa memiliki pemahaman konsep menghantarkan pembelajaran berpusat
yang baik maka siswa akan dapat pada siswa (student centered) akan
menentukan mana contoh dengan memberikan kesan yang kurang baik
karena pembelajaran terjadi satu arah
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
140 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

sehingga siswa tidak menemukan sendiri mengerjakan tugas matematika,


konsep belajarnya dan membuat hendaknya guru dapat memilih dan
pembelajaran tidak bermakna. Hal menerapkan suatu pembelajaran yang
tersebut dapat mengakibatkan lebih efektif untuk meningkatkan
pemahaman konsep, pengetahuan pemahaman konsep dan pengetahuan
prosedural, ragam jawaban siswa serta prosedural matematika siswa yaitu
sikap siswa terhadap matematika cukup dengan menawarkan suatu pembelajaran
memprihatinkan, hal ini hendaknya berbasis masalah. Pembelajaran berbasis
diubah. Perubahan itu dilakukan dengan masalah akan dapat menumbuhkan
lebih memberikan penekanan pada kembali motivasi dan minat siswa,
pemahaman konsep matematika dan mendorong adanya interaksi antar siswa
pengetahuan prosedural. Depdiknas dan guru.
(2003) memberikan pedoman mengenai Pembelajaran yang dimulai
beberapa kompetensi yang perlu dengan suatu masalah akan mengubah
diperhatikan guru dalam melakukan pembelajaran yang selama ini berpusat
penilaian, yaitu : 1) Pemahaman konsep : pada guru menjadi berpusat pada siswa.
siswa mampu mendefenisikan konsep, Dimana pembelajaran selama ini siswa
mengidentifikasi, dan memberi contoh hanya menerima materi dari pengajar,
atau bukan contoh dari konsep tersebut; mencatat dan menghapalkannya diubah
2) Prosedur : Siswa mampu mengenali kearah yang mencari dan menemukan
prosedur atau proses menghitung yang pengetahuan sehingga terjadi peningkatan
benar dan tidak benar; 3) Komunikasi: pemahaman terhadap materi yang
Siswa mampu menyatakan dan dipelajari. Pembelajaran ini memberikan
menafsirkan gagasan matematika secara konsidi belajar aktif kepada siswa melalui
lisan, tertulis atau mendemonstrasikan; 4) memecahkan suatu masalah, dimana
Penalaran: Siswa mampu memberikan siswa mempelajari pengetahuan dari
alasan induktif dan deduktif sederhana; 5) masalah yang diberikan. Kemampuan
Pemecahan masalah: Siswa mampu memecahkan masalah adalah tujuan
memahami masalah, memilih strategi umum dalam pelajaran matematika dan
penyelesaian, dan menyelesaikan bahkan jantungnya matematika (Mariono,
masalah. 2000). Oleh karena itu, siswa hendaknya
Setiap siswa mempunyai diberikan latihan dan dibiasakan untuk
kemampuan yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah.
memahami, mengerti, menganalisis Penggunaan pembelajan berbasis
dengan baik unsur-unsur yang ada dalam masalah diharapkan dapat menciptakan
matematika. Penggunaan simbol-simbol situasi belajar yang menyenangkan,
yang berpariasi dan rumus-rumus yang mendorong siswa belajar dan
beraneka ragam, menuntut siswa untuk memberikan kesempatan kepada siswa
lebih memusatkan pikirannya agar dapat untuk mengkonstruksi konsep-konsep
menguasai konsep dan prosedural dalam yang dipelajarinya sehingga tercapainya
matematika dengan memberikan hasil belajar siswa yang baik. Dengan
permasalahan kepada siswa. pemberian suatu masalah kepada siswa
Untuk permasalahan tersebut akan menimbulkan rasa ingin tahunya,
pembelajaran matematika perlu bagaimana cara menyelesaikanya, konsep
diperbaiki guna meningkatkan yang bagaimana yang diperlukan untuk
kemampuan untuk memahami konsep pemecahanyan dan metode apa yang
matematika dan mengetahui prosedur tepat digunakan untuk penyelesainya. Hal
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
141 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

tersebut akan mendorong siswa melakukan penyelidikan dan penemuan.


menggunakan pengetahuan yang telah Di samping itu, siswa dapat saling
dimiliki dan mencari yang perlu diketahui berdiskusi untuk menyelesaikan masalah
untuk memecahkan masalah tersebut. maka diharapkan dapat meningkatkan
Pembelajaran ini akan membuat siswa keterampilan sosial siswa dan jawaban
lebih memahami konsep matematika dan yang diberikan siswa lebih lengkap
mengetahui prosedur penyelesaian dengan adanya saling membantu dalam
masalah sehingga siswa terampil menyelesaikan permasalahan. Sebagai
menyelesaikan soal-soal matematika serta pembanding dari aplikasi pembelajaran
kinerja dan ragam jawaban dari siswa berbasis masalah akan dilihat juga sejauh
akan lebih baik. mana pemahaman konsep dan
Pembelajaran berbasis masalah pengetahuan prosedural matematika
membuat siswa menjadi pembelajar yang siswa dengan pembelajaran biasa.
mandiri, artinya ketika siswa belajar,
maka siswa dapat memilih strategi belajar METODE PENELITIAN
yang sesuai, terampil menggunakan Subjek penelitian ini berjumlah 71
strategi tersebut untuk belajar dan mampu orang yang terdiri dari siswa kelas VII-3
mengontrol proses belajarnya, serta (35 orang) dan VII -4 (36 orang) SMP
termotivasi untuk menyelesaikan Negeri 6 Padangsidimpuan. Subjek
belajarnya itu (Depdiknas, 2003). Conny penelitian dipilih dengan teknik
(dalam Sitorus, 2010) menyatakan bahwa pengambilan sampel kelompok secara
satu prinsip mengaktifkan siswa dalam acak.
belajar adalah prinsip belajar sambil Penelitian ini dikategorikan ke
bekerja. Dengan pembelajaran berbasis dalam penelitian eksperimen semu (quasi
masalah akan mengantarkan siswa untuk experiment). Rancangan penelitian yang
memahami konsep materi pelajaran dan digunakan dalam penelitian ini adalah
mengetahui prosedur pemecahan masalah Pretes untuk pengetahuan materi
dimulai dari belajar dan bekerja pada prasyarat dan diakhir pembelajaran
situasi masalah yang diberikan diawal Posttest yang berupa tes pemahaman
pembelajaran, sehingga siswa konsep dan pengetahuan prosedural
memperoleh kebebasan untuk berpikir dikedua kelompok kelas. Adapun
mencari penyelesaianya dari masalah prosedur pengumpulan data pada
yang diberikan. Melalui pengalaman penelitian ini adalah,
belajar yang diperoleh siswa melalui menyiapkan angkat tes pemahaman
kegiatan bekerja, mencari dan konsep dan pengetahuan prosedural
menemukan sendiri tidak akan mudah berdasarkan kisi-kisinya.
melupakannya. Selanjutnya, diadakan pelaksanaan
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian yang diawali dengan
penulis tertarik untuk mengadakan memberikan soal pretest dan
penelitian tentang penerapan dilanjutkan dengan pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah yang pembelajaran berbasis masalah
diperkirakan dapat meningkatkan pada kelas eksperimen dan
pemahaman konsep dan pengetahuan pembelajaran biasa pada kelas
prosedural matematika siswa, sebab kontrol selama lima kali pertemuan,
dalam pembelajaran ini dimulai dengan ditambah satu hari pelaksanaan
melakukan pemecahan masalah yang postest. Di kelas eksperimen
mendorong siswa untuk aktif dalam
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
142 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

diakhir pembelajaran diberikan pengetahuan prosedural untuk kelas


angket respon siswa. eksperimen dan kelas kontrol dengan
Instrumen dan perangkat menggunakan rumus.
pembelajaran divalidasi isi oleh dosen,
alumni S2 Pendidikan Matematika n
x X 2

Unimed dan guru matematika SMP. s i


n 1
Selanjutnya diujicobakan, ujicoba RPP i 1

dan LAS dilaksanakan pada kelas IX


diluar subjek penelitian dengan materi Dengan: X = rerata
sistem persamaan linear dua variabel. xi = skor ke-i
Hasil validasi tes menunjukkan n = banyak siswa
bahwa lima butir tes pemahaman konsep 3. Uji normalitas dilakukan untuk
valid dan reliabilitasnya 0,94 sedangkan menentukan apakah data yang didapat
pada tes pengetahuan prosedural berdistribusi normal atau tidak.
menunjukkan bahwa lima butir tes valid Normalitas data diperlukan untuk
dan reliabilitasnya 0,90. Daya beda tes menentukan pengujian beda dua
pemahaman konsep kelima butir soal rerata yang akan diselidiki. Langkah-
cukup dan pada tes pengetahuan langkah pelaksanaan uji normalitas
prosedural kelima butir soal cukup. adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat kesukaran pada tes Menentukan tingkat keberartian
pemahaman konsep soal nomor 1, 2 dan sebesar 0,05
3 tergolong soal sedang, dan soal nomor Menentukan derajat kebebasan dk = j
4 dan 5 tergolong mudah, sedangkan 3 dengan j sebagai banyaknya kelas
tingkat kesukaran pada tes pengetahuan interval.
prosedural untuk semua soal tergolong
Menentukan nilai x2hitung dengan
sedang.
menggunakan rumus Chi-kuadrat
Data dari tes materi prasyarat, tes
(chi-square) sebagai berikut:
pemahaman konsep dan pengetahuan
prosedural yang dikumpulkan selama
( f
2
pelaksanaan penelitian berlangsung 2 0 fh )
X =
dianalisis melalui langkah-langkah fh
berikut: (Arikunto, 2003: 259)
1. Menghitung rerata skor dari tes awal,
tes pemahaman konsep, tes Dengan X2 = Chi kuadrat
pengetahuan prosedural untuk fh = frekuensi yang diharapkan
kelompok eksperimen dan kelompok f0 = frekuensi yang diobservasi
kontrol dengan menggunakan rumus. Pengambilan kesimpulan
dilakukan dengan cara membandingkan
nilai X2 hitung dengan X2tabel. Apabila X2
n

x i 2
hitung X tabel maka data distribusi secara
X i 1
n normal (Arikunto, 2003).
4. Uji homogenitas dilakukan dengan
Dengan: X = rerata
tujuan untuk mengetahui apakah
xi = skor ke-i
kedua distribusi pada kelompok
n = banyak siswa
eksperimen dan kelompok kontrol
2. Menghitung simpangan baku total
memiliki variansi-variansi yang sama
skor tes pemahaman konsep dan

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
143 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

atau tidak. Uji homogenitas varians homogen. Rumus uji-t dituliskan sebagai
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
berikut:
xe xk
2 2 thitung
s besar s b 1 1
F 2 ( Russeffend i,1998) s2 ( )
s 2 kecil s k ne nk
(ne 1) s 2 e (nk 1) s 2 k
Dengan F = homogenitas varian dan s 2
S b2 = varians besar ne n k 2
S 2k = varians kecil
dimana:
Kriteria pengujian adalah pada xe = Rerata untuk kelompok eksperimen
taraf signifikansi alpha, variansi sampel
dikatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. xk = Rerata untuk kelompok kontrol
5. Hipotesis penelitian yang diuji adalah ne = Banyak siswa kelompok eksperimen
hipotesis nol (H0) atau hipotesis nk = Banyak siswa kelompok kontrol
statistik dan hipotesis alternatif (Ha).
H0 berarti hipotesis yang menyatakan S e2 = Varians untuk kelompok
2
bahwa rerata skor siswa antara kelas eksperimen S = Varians untuk
k
eksperimen dan kelas kontrol tidak kelompok kontrol
berbeda. Hipotesis alternatif (Ha) Kriteria pengujiannya adalah tolak H0
yaitu hipotesis yang akan diterima jika ttabel < thitung dan terima H0 untuk
seandainya hipotesis nol ditolak. kondisi lainnya dengan taraf signifikansi
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang telah ditentukan.
dapat dituliskan sebagai berikut: Kriteria : Berdasarkan perbandingan t
H0 = e k hitung dari t tabel
Ha = e k jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
Dimana jika t hitung < t tabel, maka Ho
e adalah rerata skor pada kelompok diterima.
eksperimen HASIL
k adalah rerata skor pada kelompok Untuk melihat perbedaan
kontrol. pemahaman konsep dan pengetahuan
Untuk menguji hipotesis prosedural matematika antara siswa yang
menggunakan rumus uji-t, setelah data memperoleh pembelajaran berbasis
dinyatakan berdistribusi normal dan masalah dengan siswa memperoleh
pembelajaran biasa adalah dengan berbasis masalah dengan siswa
menghitung uji t pada taraf signifikan yang memperoleh pembelajaran
0,05 dengan kriteria pengujian H0 biasa.
diterima, jika thitung ttabel sedangkan Ha : e k
pada keadaan lain H0 ditolak. Hipotesis Pemahaman konsep siswa yang
yang diuji pada penelitian ini adalah; memperoleh pembelajaran berbasis
H0 : e k masalah lebih baik daripada siswa
Tidak terdapat perbedaan yang memperoleh pembelajaran
pemahaman konsep antara siswa biasa.
yang memperoleh pembelajaran
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
144 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

Selanjutnya dilakukan pengujian Ha : e k


perbedaan rerata data hasil tes Pengetahuan prosedural siswa yang
pengetahuan prosedural. Hipotesis yang memperoleh pembelajaran berbasis
diuji pada penelitian ini adalah; masalah lebih baik daripada siswa
H0 : e k yang memperoleh pembelajaran
Tidak terdapat perbedaan biasa.
pengetahuan prosedural antara Hasil perhitungan uji perbedaan rerata tes
siswa yang memperoleh pemahaman konsep dan pengetahuan
pembelajaran berbasis masalah prosedural matematika siswa tampak
dengan siswa yang memperoleh pada pada tabel berikut:
pembelajaran biasa.

Tabel 3.1 Uji Perbedaan Rata-Rata Tes Pemahaman Konsep dan


Pengetahuan Prosedural

Aspek Kelas Kelas Kontrol thitun ttabel Kesimpula


Eksperimen g n
X Se S2e Xk Sk S2k
e
Pemahama 34,8 4,2 18,2 30,4 6,2 39,3 3,53 1,66 Lebih baik
n Konsep 9 7 1 4 7 8
Pengetahua 38,4 4,4 19,7 32,5 5,9 34,8 4,77 1,66 Lebih baik
n 6 5 9 8 0 5 8
Prosedural

Hasil tes pemahaman konsep dan siswa terhadap pemahaman konsep dan
pengetahuan prosedural matematika pengetahuan prosedural matematika
siswa terlihat bahwa ketuntasan hasil siswa dengan materi sistem persamaan
belajar dengan pembelajaran berbasis linear dua variabel untuk kelas kontrol
masalah lebih baik daripada ketuntasan dan kelas eksperimen dirangkum dalam
hasil belajar dengan pembelajaran biasa. Tabel 3.2 berikut:
Berikut disajikan rata-rata proporsi skor

Tabel 3.2. Rekapitulasi Ketuntasan Pemahaman Konsep dan Pengetahuan


Prosedural
Kelompok
No Aspek
Kontrol Eksperimen
1 Proporsi skor uji awal 22,89 23,83
Pemahaman 2 Proporsi skor uji akhir 30,45 34,89
Konsep 3 Jumlah siswa yang tuntas 17 27
4 % Ketuntasan 47,22 77,14
5 Proporsi skor uji akhir 32,58 38,46
Pengetahuan
6 Jumlah siswa yang tuntas 19 31
Prosedural
7 % Ketuntasan 52,78 88,57

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
145 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

Berdasarkan hasil postes (pemahaman Respon siswa terhadap kegiatan


konsep dan pengetahuan prosedural) pembelajaran berbasis masalah dan
diperoleh bahwa pada lembar jawaban perangkat pembelajaran menunjukkan
siswa yang mendapat pembelajaran respon yang positif. Hal ini sesuai dengan
berbasis masalah lebih bervariasi dan kriteria pencapaian pembelajaran yang
menunjukkan konsep yang sistematis diterapkan yaitu respon siswa dikatakan
dibandingkan dengan lembar jawaban positif apabila rata-rata persentase
siswa yang mendapat pembelajaran biasa. keseluruhan komponen respon siswa
Hal tersebut terlihat skor yang diperoleh lebih besar atau sama dengan 80%.
siswa pada setiap soal lebih tinggi pada Proporsi jawaban siswa terhadap masing-
siswa yang di kelas eksperimen daripada masing konponen pembelajaran disajikan
di kelas kontrol. dalam tabel berikut:

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
146 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

Tabel 3.3 Hasil Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran


No. Aspek yang Dinilai Senang Tidak Senang
Perasaan siswa terhadap
Persentase Persentase
komponen;
a. Materi pelajaran 91,43 8,57
I b. Lembar Aktifitas Siswa 94,28 6,25
(LAS)
c. Suasana belajar di kelas 85,71 14,29
d. Cara guru mengajar 91,43 8,57
Rata-rata 90,71 9,42
No. Aspek yang Dinilai Baru Tidak Baru
Pendapat siswa terhadap
Persentase Persentase
komponen;
a. Materi pelajaran 91,43 8,57
II b. Lembar Aktifitas Siswa 91,43 8,57
(LAS)
c. Suasana belajar di kelas 82,86 17,14
d. Cara guru mengajar 85,71 14,29
Rata-rata 87,86 12,14
Berminat Tidak Berminat
No. Aspek yang Dinilai
Persentase Persentase
Siswa yang berminat untuk
III mengikuti kegiatan 6,25
pembelajaran berikutnya, 94,28
seperti yang dilakukan
sekarang
No Aspek yang Dinilai Ya Tidak
Pendapat siswa tentang lembar Persentase Persentase
aktivitas siswa
a. Siswa dapat memahami 94,28 6,25
bahasa yang digunakan
dalam lembar aktivitas
IV siswa
b. Siswa tertarik pada 80 20
penampilan (tulisan,
gambar, dan letak
gambarnya) yang terdapat
pada lembar aktivitas siswa
Rata-rata 87,14 13,13

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
147 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

PEMBAHASAN .
Hasil penelitian yang telah Pembelajaran berbasis masalah
dijelaskan sebelumnya menunjukkan memberikan kesempatan kepada siswa
bahwa pemahamn konsep dan memahami dan meyelesaikan masalah
pengetahuan prosedural matematika dalam kelompok yang masing-masing
siswa yang memperoleh pembelajaran beranggotakan empat sampai enam orang
berbasis masalah lebih baik dibandingkan siswa, dimana kemampuan siswa dalam
dengan biasa, begitu pula dengan ragam satu kelompok heterogen. Kelompok
jawaban siswa yang diajar dengan diskusi menjadikan siswa saling
pembelajaran berbasis masalah lebih baik bekerjasama dan bertukar pikiran untuk
dibandingkan dengan ragam jawaban menyelesaikan masalah. Piaget (dalam
siswa yang diajar dengan pembelajaran Ruseffendi, 1988) menyatakan
biasa. Pembelajaran yang diawali dengan pengetahuan yang dibangun dalam
memberikan masalah sehari-hari pikiran anak sebagai akibat dari interaksi
(kontekstual) yang nyata dapat secara aktif dengan lingkungannya
dibayangkan oleh siswa akan melalui proses penyerapan informasi baru
memberikan suatu ketertarikan tersendiri kedalam pikirannya (asimilasi) dan
bagi siswa untuk mencari dan proses menyusun kembali struktur
menemukan solusi dari masalah yang pikirannya karena ada informasi baru
dihadapi siswa. Hal ini didukung yang diterimanya (akomodasi). Interaksi
pendapat Hudojo (2004:161) bahwa antar siswa dapat menolong siswa yang
matematika yang disajikan guru kepada berkemampuan rendah dan sedang, dalam
siswa hendaknya berupa masalah agar memahami konsep matematika dengan
dapat memberikan motivasi kepada siswa mentransformasikan pengetahuan yang
untuk mempelajari pelajaran tersebut, dimiliki untuk berbagi dengan teman-
masalah yang disajikan yaitu masalah teman yang lain.
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- Pembelajaran berbasis masalah
hari siswa yang disajikan dalam bentuk menuntut siswa untuk menyusun hasil
soal cerita. belajarnya dan mempresentasikan hasil
Memanfaatkan lingkungan sebagai karya atau mewakili bentuk penyelesaian
sumber belajar membuat siswa lebih masalah yang mereka temukan. Arens
menghargai matematika sebagai disiplin (2008, 60) menyatakan bahwa
ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan memamerkan hasil karya untuk
sehari-hari dan penyelesaiannya berkaitan diobservasi dan dinilai oleh orang lain
dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga atau melalui presentasi verbal dan visual
dalam penyelesaiannya siswa dapat dapat mempertukarkan ide-ide siswa dan
meninjau masalah yang dihadapi siswa. dapat memberikan umpan balik.
Sebagaimana menurut Arends (2008) Guru dalam pembelajaran berbasis
menyatakan pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator,
masalah dirancang untuk membantu pembimbing dan patner siswa dalam
siswa mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dalam
berpikir, keterampilan menyelesaikan membentuk pengetahuan dengan cara
masalah, dan keterampilan intelektualnya merancang soal kontekstual.
dan menjadi pelajar mandiri dan otonom. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sanjaya (2008: 23) bahwa guru sebagai
fasilitator berperan dalam memberikan
pelayanan untuk memudahkan siswa
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
148 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

dalam kegiatan proses pembelajaran. siswa dibandingkan dengan pembelajaran


Oleh karena itu diperlukan kreativitas biasa. Hasil temuan ini diperkuat temuan
guru dalam menyajikan pelajaran yang Sinaga (1999) hasil belajar siswa yang
akan memberi kesempatan siswa untuk dikenai perlakuan model pembelajaran
mencari, menemukan dan membangun berbasis masalah lebih baik dari hasil
sendiri pengetahuannya dan bukan hasil belajar siswa dengan pembelajaran
dari meniru dari yang diberikan guru. konvensional (biasa). Penelitian Tjahjono
Peran guru yang demikian akan membuat (2007) menyimpulkan bahwa
proses pembelajaran menjadi aktif pembelajaran berbasis masalah dengan
sesama siswa saling memberi argumen menggunakan alat peraga dan lembar
antara siswa dengan guru. kerja siswa lebih efektif digunakan dalam
Sebaliknya dalam pembelajaran mengembangkan kemampuan
biasa guru memegang peran utama pemahaman konsep siswa dibandingkan
sebagai sumber belajar, menjelaskan dengan menggunakan metode
materi dan memberikan contoh-contoh ekspositori.
yang dibahas bersama yang kemudian Ketuntasan belajar merupakan hasil
memberikan soal latihan berkaitan yang diperoleh siswa jika mampu
dengan materi yang telah dijelaskan menyelesaikan dan menguasai
untuk dikerjakan siswa, maka tidak akan kompetensi atau materi yang telah
membantu siswa mengembangkan dipelajari siswa. Ketuntasan hasil belajar
keterampilan berpikir dan kecerdesan siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan baik. Peran guru yang seperti ini melalui penerapan pembelajaran berbasis
akan menjadikan siswa belajar dengan masalah lebih baik daripada ketuntasan
cara menghafal konsep dan prosedur, hasil belajar siswa yang memperoleh
sehingga siswa hanya bisa menyelesaikan pembelajaran biasa. Hal tersebut terlihat
soal yang sama dengan contoh yang pada hasil penelitian bahwa
sudah dibahas. Pembentukan pembelajaran berbasis masalah telah
pengetahuan dilakukan dengan berhasil meningkatkan pemahaman
pengulangan meniru dan mengarah konsep dan pengetahuan prosedural
menghafal apa yang dibuat guru sebagai matematika siswa dilihat dari ketuntasan
sumber belajar. Hal tersebut terlihat hasil belajar siswa yang meningkat dan
ketika siswa mengerjakan soal latihan sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar
yang dikerjakan secara individu, jika proporsi jawaban benar 65% dari
alternatif penyelesaian masalah yang skor maksimum. Hal ini senada dengan
dilakukan siswa masih tergantung pada hasil penelitian Sinaga (1999) tentang
apa yang dilakukan guru saat ketuntasan belajar siswa dengan
menyelesaikan soal, sehingga terjadilah pembelajaran berbasis masalah lebih
pengulangan meniru sehingga ragam efektif daripada dengan pengajaran
jawaban siswa pada kelas eksperimen konvensional.
lebih baik daripada di kelas kontrol. Pembelajaran berbasis masalah
Berdasarkan hasil penelitian dari memberikan respon yang positif siswa
analisis yang telah dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran. Hal
menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut terlihat dari hasil angket siswa
berbasis masalah lebih baik dalam yang menunjukkan jawaban di atas 80%.
meningkatkan pemahaman konsep dan Kriteria pencapaian respon siswa
pengetahuan prosedural matematika terhadap kegiatan pembelajaran dan
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
149 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

perangkat pembelajaran yang digunakan dibandingkan dengan ragam jawaban


dikatakan positif apabila rata-rata siswa yang mendapat pembelajaran biasa.
persentase menunjukkan keseluruhan Ketuntasan belajar siswa yang
indikator respon siswa berada di atas memperoleh pembelajaran berbasis
80% atau sama dengan 80%. Berdasarkan masalah terhadap tes pemahaman konsep
hasil persentase respon siswa terhadap dan pengetahuan prosedural dapat
kegiatan pembelajaran berbasis masalah meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
menunjukkan respon siswa yang positif. belajar. Respon siswa terhadap
Hal ini senada dengan hasil penelitian komponen dan kegiatan pembelajaran
Sinaga (1999) tentang respon siswa berbasis masalah adalah positif
menunjukkan respon yang positif terhdap
kegiatan pembelajaran berbasis masalah. Saran
Berdasarkan karakteristik Berdasarkan hasil penelitian ini,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis masalah yang
pembelajaran yang diawali dengan diterapkan pada kegiatan pembelajaran
pengajuan masalah dalam bahan ajar memberikan hal-hal penting untuk
akan memotivasi siswa untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti
menggunakan pengalaman dan menyarankan beberapa hal berikut :
pengetahuan yang dimiliki siswa untuk 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran
menyelesaikan masalah yang diberikan berbasis masalah hendaknya guru
kepada siswa. Dengan menggunakan melibatkan semua siswa berinteraksi,
pengalaman dan pengetahuan dalam diawali dari mengeksplorasi masalah
kegiatan belajar, memungkinkan siswa kontekstual, sehingga mencerminkan
akan merespon pembelajaran dengan belajar interaktif.
senang dan berminat untuk mengikuti 2. Guru membuat perencanaan mengajar
pembelajaran yang dilakukan dan untuk yang lebih baik lagi dengan daya
berikutnya. dukung sistem pembelajaran yang
baik (RPP, LAS dengan
KESIMPULAN permasalahan sehari-hari yang lebih
Berdasarkan hasil analisis dapat menantang dan media yang
disimpulkan bahwa: Pemahaman diperlukan) sebagai bagian
konsep siswa yang memperoleh pengembangan bahan ajar.
pembelajaran melalui penerapan 3. Dalam pembelajaran berbasis
pembelajaran berbasis masalah (kelas masalah, guru sebaiknya menciptakan
eksperimen) lebih baik daripada siswa suasana belajar yang dapat
yang memperoleh pembelajaran biasa meningkatkan keaktifan siswa dalam
(kelas kontrol). Pengetahuan prosedural menemukan konsep, memberikan
matematika siswa yang memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
pembelajaran melalui penerapan mengungkapkan gagasan-gagasan
pembelajaran berbasis masalah (kelas dalam menyelesaikan masalah dengan
eksperimen) lebih baik daripada siswa cara dan bahasa siswa sendiri.
yang memperoleh pembelajaran biasa 4. Pembelajaran berbasis masalah dapat
(kelas kontrol). Ragam jawaban yang dijadikan sebagai alternatif bagi guru
dibuat siswa yang mendapat matematika untuk dikembangkan
pembelajaran berbasis masalah lebih sebagai strategi pembelajaran yang
bervariasi dan sistematis jika efektif dalam meningkatkan
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
150 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150

pemahaman konsep dan pengetahuan Ruseffendi, E.T. 1998. Statistika Dasar


prosedural matematika siswa. untuk Penelitian Pendidikan.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan Bandung: IKIP Bandung Press.
dengan pembelajaran berbasis Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar kepada
masalah dalam meningkatkan Membantu Guru Mengembangkan
pemahaman konsep dan pengetahuan Kompetensinya dalam
prosedural matematika siswa secara Pengajaran Matematika untuk
maksimal untuk memperoleh hasil Meningkatkan CBSA. Bandung:
penelitian yang maksimal dengan Tarsito.
meneliti aspek lain secara Sanjaya, W. 2008. Strategi
terperinci yang belum terjangkau Pembelajaran; Berorientasi
dalam penelitian ini. Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
DAFTAR PUSTAKA Group.
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Sinaga, B. 1999. Efektivitas
Anak berkesulitan Belajar. Pembelajaran Berdasarkan
Jakarta: Rineka Cipta. Masalah (Problem Based
Arikunto, S. 2003. 2003. Dasar-Dasar Instruktion) Pada Kelas I SMU
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Dengan Bahan Kajian Fungsi
Bumi Aksara. Kuadra., Tesis tidak diterbitkan.
Arends, R.I, 2008. Learning To Teach. Surabaya: IKIP Surabaya.
Pustaka Pelajar. Sitorus, J. 2010. Upaya Meningkatkan
Depdiknas. 2003. Pengajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Masalah. Jakarta: Matematika Siswa SMP Dengan
Departemen Pendidikan Nasional. Pembelajaran Matematika
Hamzanwadi. 2009. Model-Model Realistik. Tesis tidak
Pembelajaran Matematika, diterbitkan.Medan: UNIMED.
(Online), Soedjadi, R., 2000. Kiat Pendidikan
(http//hamzanwadi.blogspot.com/ Matematika di Indonesia.
2009/02/model-model- Direktorat Jenderal Pendidikan
pembelajaran-matematika.html, Tinggi Departemen Pendidikan
diakses 9 Februari 2010). Nasional.
Hudojo, H. 2004. Representasi Belajar Tjahjono, B. 2007. Keefektifan
Berbasis Masalah, Prosiding Pembelajaran Berbasis Masalah
Konferensi Nasional Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga
XI, Edisi Khusus. dan LKS terhadap Pemahaman
Mariono, K. 2000. Penalaran dan Logika Konsep Siswa Kelas VIII Semester
Matematika. (Suplemen II dalam Materi Pokok Bangun
Kalkulus). Jakarta: Erlanggga. Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 38
National Council of Teacher of Semarang Tahun Pelajaran
Mathematics. 1990. Principles 2006/200, (Online),
and Standards for School (digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skri
Mathematics. Reston, VA: psi/archives/HASH8e53/...dir/doc.p
NCTM. df, diakses 10 April 2010).

Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP

Potrebbero piacerti anche