Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
This study was aimed to determine (1) the differences between students' understanding of mathematical
concepts to acquire problem-based learning with students receiving regular learning. (2) to knowing the
differences in procedural knowledge of mathematics among students who received problem-based
learning with students that receive the regular learning. (3) Describe the range of students' answers in
solving the problem for both groups of each point about the understanding of concepts and procedural
knowledge. (4) to knowing the thoroughness learning of students who received problem-based learning.
(5) to knowing the students responses to problem-based learning. This study is a quasi-experimental
research. The population was students in the junior class VIII Padangsidimpuan accredited in 2010. The
instrument used test understanding of concepts, procedural knowledge tests and questionnaires on student
responses. The instrument is deemed to have qualified to validite the contents, as well as understanding of
the concept of test coefficient reliability of 0.94 and 0.90 for procedural knowledge test. Data analysis
was performed by descriptive analysis to describe the exhaustiveness of student learning, the variety of
answers to students and student responses to learning activities analyse by t test. The result showed that:
(1) there is a difference of the understanding of the concept among students who received problem-based
learning compared with normal learning, where the problem-based learning can further enhance students'
understanding of concepts than with ordinary learning. (2) there is a difference between the procedural
knowledge among students who received problem-based learning compared with normal learning, where
the problem-based learning can further improve procedural knowledge of mathematics students with the
usual learning. (3) Variety of students' answers in a problem-based learning is more varied when
compared with regular students in learning the answers. (4) understanding the concepts of students with
problem-based learning with the complete percentage is 77.14% and in procedural knowledge with the
students problem-based learning with the complete percentage is 88.57%. (5) there is a positive response
to students' problem-based learning activities.
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
138 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
terutama jika sudah diterapkan dalam jawaban yang benar dan salah dengan
menyelesaikan soal-soal matematika. memberikan alasan.
Pengetahuan konsep yang kuat akan Pembelajaran matematika yang
memberikan kemudahan dalam menekankan mengajarkan rumus dan
meningkatkan pengetahuan prosedural langkah cara mengerjakan soal
matematika siswa. Karena prosedur- seharusnya diubah ke pembelajaran yang
prosedur tanpa dasar konsep ini hanya menekankan pada aspek pemahaman
merupakan aturan tanpa alasan yang akan konsep matematika dan pengetahuan
membawa kepada kesalahan dalam prosedural siswa. Pengetahuan prosedural
matematika. Oleh karena itu, yang yaitu pengetahuan mengenai bagaimana
penting adalah bagaimana siswa orang melakukan sesuatu. Misalnya
mengungkapkan pengetahuan yang bagaimana melakukan operasi
dimiliki secara bulat dan utuh. matematika, bagaimana langkah
Pembelajaran yang tidak penyelesaian suatu persamaan kuadrat,
mengarahkan pemahaman konsep akan bagaimana melukis segi n beraturan
membuat siswa tidak mengetahui dalam geometri, dan sebagainya
mengapa suatu jawaban itu benar atau (Hamzanwadi, 2009).
salah dan jika salah siswa tidak mampu Permasalahan mengenai kurangnya
memperbaiki jawaban yang salah pemahaman konsep dan pengetahuan
tersebut. Hal ini akan membuat siswa prosedural siswa ini dapat dilihat dari
kurang memahami apa yang ditulisnya contoh soal ini, sebuah toko sepeda
dan terkadang siswa menggunakan rumus memiliki sejumlah 46 sepeda roda dua
secara langsung walaupun siswa kurang dan sepeda roda tiga. Secara keseluruhan
mengerti. Karena selama ini siswa kurang toko tersebut hanya memiliki 120 roda.
dimotivasi dan diberi kesempatan untuk Ada berapa sepeda roda dua dan sepeda
mengembangkan kemampuan roda tiga di toko itu? Contoh kasus yang
pemahaman konsep dan pengetahuan seperti ini siswa masih kesulitan untuk
prosedural matematika siswa menyelesaikannya. Dalam kasus tersebut
mengakibatkan siswa cenderung siswa kesulitan untuk mengidentifikasi
menghapal konsep matematika, tanpa masalah, mentransformasikan unsur-
memahami arti, isinya dan cenderung unsur yang ada dalam soal ke dalam
pasif sehingga siswa kurang mempunyai pembentukan model matematika dan
keterampilan dalam melakukan kesulitan untuk menyatakan soal tersebut
pemecahan masalah dan menimbulkan merupakan contoh atau bukan contoh
kebosanan sehingga mengakibatkan sikap SPLDV. Siswa juga mengalami kesulitan
yang acuh terhadap pelajaran bagaimana langkah-langkah
matematika. menggungakan metode dalam SPLDV,
Siswa yang memiliki kemampuan menggunakan teknik dalam
memahami konsep matematika, siswa mengimplementasikan suatu metode dan
mampu memberikan contoh dan bukan kesulitan dalam melakukan operasi
contoh dari konsep. Untuk mengetahui hitung untuk menyelesaikan suatu
hal itu, dapat disajikan beberapa contoh permasalahan.
dengan jawaban yang benar dan salah. Proses pembelajaran tidak
Jika siswa memiliki pemahaman konsep menghantarkan pembelajaran berpusat
yang baik maka siswa akan dapat pada siswa (student centered) akan
menentukan mana contoh dengan memberikan kesan yang kurang baik
karena pembelajaran terjadi satu arah
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
140 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
x i 2
hitung X tabel maka data distribusi secara
X i 1
n normal (Arikunto, 2003).
4. Uji homogenitas dilakukan dengan
Dengan: X = rerata
tujuan untuk mengetahui apakah
xi = skor ke-i
kedua distribusi pada kelompok
n = banyak siswa
eksperimen dan kelompok kontrol
2. Menghitung simpangan baku total
memiliki variansi-variansi yang sama
skor tes pemahaman konsep dan
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
143 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
atau tidak. Uji homogenitas varians homogen. Rumus uji-t dituliskan sebagai
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
berikut:
xe xk
2 2 thitung
s besar s b 1 1
F 2 ( Russeffend i,1998) s2 ( )
s 2 kecil s k ne nk
(ne 1) s 2 e (nk 1) s 2 k
Dengan F = homogenitas varian dan s 2
S b2 = varians besar ne n k 2
S 2k = varians kecil
dimana:
Kriteria pengujian adalah pada xe = Rerata untuk kelompok eksperimen
taraf signifikansi alpha, variansi sampel
dikatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. xk = Rerata untuk kelompok kontrol
5. Hipotesis penelitian yang diuji adalah ne = Banyak siswa kelompok eksperimen
hipotesis nol (H0) atau hipotesis nk = Banyak siswa kelompok kontrol
statistik dan hipotesis alternatif (Ha).
H0 berarti hipotesis yang menyatakan S e2 = Varians untuk kelompok
2
bahwa rerata skor siswa antara kelas eksperimen S = Varians untuk
k
eksperimen dan kelas kontrol tidak kelompok kontrol
berbeda. Hipotesis alternatif (Ha) Kriteria pengujiannya adalah tolak H0
yaitu hipotesis yang akan diterima jika ttabel < thitung dan terima H0 untuk
seandainya hipotesis nol ditolak. kondisi lainnya dengan taraf signifikansi
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang telah ditentukan.
dapat dituliskan sebagai berikut: Kriteria : Berdasarkan perbandingan t
H0 = e k hitung dari t tabel
Ha = e k jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
Dimana jika t hitung < t tabel, maka Ho
e adalah rerata skor pada kelompok diterima.
eksperimen HASIL
k adalah rerata skor pada kelompok Untuk melihat perbedaan
kontrol. pemahaman konsep dan pengetahuan
Untuk menguji hipotesis prosedural matematika antara siswa yang
menggunakan rumus uji-t, setelah data memperoleh pembelajaran berbasis
dinyatakan berdistribusi normal dan masalah dengan siswa memperoleh
pembelajaran biasa adalah dengan berbasis masalah dengan siswa
menghitung uji t pada taraf signifikan yang memperoleh pembelajaran
0,05 dengan kriteria pengujian H0 biasa.
diterima, jika thitung ttabel sedangkan Ha : e k
pada keadaan lain H0 ditolak. Hipotesis Pemahaman konsep siswa yang
yang diuji pada penelitian ini adalah; memperoleh pembelajaran berbasis
H0 : e k masalah lebih baik daripada siswa
Tidak terdapat perbedaan yang memperoleh pembelajaran
pemahaman konsep antara siswa biasa.
yang memperoleh pembelajaran
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
144 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
Hasil tes pemahaman konsep dan siswa terhadap pemahaman konsep dan
pengetahuan prosedural matematika pengetahuan prosedural matematika
siswa terlihat bahwa ketuntasan hasil siswa dengan materi sistem persamaan
belajar dengan pembelajaran berbasis linear dua variabel untuk kelas kontrol
masalah lebih baik daripada ketuntasan dan kelas eksperimen dirangkum dalam
hasil belajar dengan pembelajaran biasa. Tabel 3.2 berikut:
Berikut disajikan rata-rata proporsi skor
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
145 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
146 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
147 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
PEMBAHASAN .
Hasil penelitian yang telah Pembelajaran berbasis masalah
dijelaskan sebelumnya menunjukkan memberikan kesempatan kepada siswa
bahwa pemahamn konsep dan memahami dan meyelesaikan masalah
pengetahuan prosedural matematika dalam kelompok yang masing-masing
siswa yang memperoleh pembelajaran beranggotakan empat sampai enam orang
berbasis masalah lebih baik dibandingkan siswa, dimana kemampuan siswa dalam
dengan biasa, begitu pula dengan ragam satu kelompok heterogen. Kelompok
jawaban siswa yang diajar dengan diskusi menjadikan siswa saling
pembelajaran berbasis masalah lebih baik bekerjasama dan bertukar pikiran untuk
dibandingkan dengan ragam jawaban menyelesaikan masalah. Piaget (dalam
siswa yang diajar dengan pembelajaran Ruseffendi, 1988) menyatakan
biasa. Pembelajaran yang diawali dengan pengetahuan yang dibangun dalam
memberikan masalah sehari-hari pikiran anak sebagai akibat dari interaksi
(kontekstual) yang nyata dapat secara aktif dengan lingkungannya
dibayangkan oleh siswa akan melalui proses penyerapan informasi baru
memberikan suatu ketertarikan tersendiri kedalam pikirannya (asimilasi) dan
bagi siswa untuk mencari dan proses menyusun kembali struktur
menemukan solusi dari masalah yang pikirannya karena ada informasi baru
dihadapi siswa. Hal ini didukung yang diterimanya (akomodasi). Interaksi
pendapat Hudojo (2004:161) bahwa antar siswa dapat menolong siswa yang
matematika yang disajikan guru kepada berkemampuan rendah dan sedang, dalam
siswa hendaknya berupa masalah agar memahami konsep matematika dengan
dapat memberikan motivasi kepada siswa mentransformasikan pengetahuan yang
untuk mempelajari pelajaran tersebut, dimiliki untuk berbagi dengan teman-
masalah yang disajikan yaitu masalah teman yang lain.
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- Pembelajaran berbasis masalah
hari siswa yang disajikan dalam bentuk menuntut siswa untuk menyusun hasil
soal cerita. belajarnya dan mempresentasikan hasil
Memanfaatkan lingkungan sebagai karya atau mewakili bentuk penyelesaian
sumber belajar membuat siswa lebih masalah yang mereka temukan. Arens
menghargai matematika sebagai disiplin (2008, 60) menyatakan bahwa
ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan memamerkan hasil karya untuk
sehari-hari dan penyelesaiannya berkaitan diobservasi dan dinilai oleh orang lain
dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga atau melalui presentasi verbal dan visual
dalam penyelesaiannya siswa dapat dapat mempertukarkan ide-ide siswa dan
meninjau masalah yang dihadapi siswa. dapat memberikan umpan balik.
Sebagaimana menurut Arends (2008) Guru dalam pembelajaran berbasis
menyatakan pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator,
masalah dirancang untuk membantu pembimbing dan patner siswa dalam
siswa mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dalam
berpikir, keterampilan menyelesaikan membentuk pengetahuan dengan cara
masalah, dan keterampilan intelektualnya merancang soal kontekstual.
dan menjadi pelajar mandiri dan otonom. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sanjaya (2008: 23) bahwa guru sebagai
fasilitator berperan dalam memberikan
pelayanan untuk memudahkan siswa
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP
148 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal 137-150
Nurfauziah Siregar, et al.; Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP