Sei sulla pagina 1di 102

rumahsilabansilabanshouse

rumahsilabansilabanshouse

i am an architect, but not an ordinary one

supported by

mAAN
modern
Asian
Architecture
Network
I N D O N E S I A
CREDITS
Texts
Johannes Adiyanto
M. Nanda Widyarta
Ratana Soun
Setiadi Sopandi
Sokly Yam
Undi Gunawan
William Sastrawanto

Photos/illustrations
Agung A. Rochman : inside cover
David A. Sagita : pp 5, 38, 41, 46, 53, 55, 57, 58, 59, 85, cover
Priscilla Epifania A. : pp 92
Ryouei Nagano : pp 43, 60, 68, inside cover, freehand sketch
Sanita Sepwuchi : pp 50
Undi Gunawan : pp 38, 40, 44, 47, 48, 51, 56, 59, 61

Photographic editing
Davd A. Sagita
Ryouei Nagano

Graphic layout
Keiko Iwane
David A. Sagita

Architectural graphics
Y. Khrisna Hadi Putra
Nicholas Wijaya
Rendy Aditya
Andjarkusuma W. Hendrajati

Cover graphics
Christopher Surya
Elvin Santoso

copyright 2008 mAAN Indonesia Publishing

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval
system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording, or otherwise, without prior consent of the publishers.
The workshop and publication are a join cooperation between
mAAN Indonesia and the School of Architecture, Tarumanagara University
mAAN Indonesia - F. Silaban inventory research project is supported by
cSUR, AGS of the University of Tokyo
Printed in Indonesia
ISBN

98
modern Asian Architecture Network Indonesia
in cooperation with
School of Architecture, Tarumanagara University

rumahsilabansilaban'shouse
i am an architect, but not an ordinary one

mAAN Indonesia Publishing


modern Asian Architecture Network Indonesia
in cooperation with
School of Architecture, Tarumanagara University

rumahsilabansilaban'shouse
i am an architect, but not an ordinary one

mAAN Indonesia Publishing


ACKNOWLEDGEMENTS

Mrs. F. Silaban
Panogu Silaban
Prof. Shin Muramatsu
Dr. Johannes Widodo
Franky Liauw
Mieke Choandi
Prof. Tri Harso Karyono
Ark. Djauhari Sumintardja
Joko Priyono
Dr. Lai Chee Kien
Visca Yuliana
Mulyadi Djajadi
Felicia Lusita Djajadi
Timoticin Kwanda
Ryuichi Tanigawa
Kengo Hayashi
ACKNOWLEDGEMENTS

Mrs. F. Silaban
Panogu Silaban
Prof. Shin Muramatsu
Dr. Johannes Widodo
Franky Liauw
Mieke Choandi
Prof. Tri Harso Karyono
Ark. Djauhari Sumintardja
Joko Priyono
Dr. Lai Chee Kien
Visca Yuliana
Mulyadi Djajadi
Felicia Lusita Djajadi
Timoticin Kwanda
Ryuichi Tanigawa
Kengo Hayashi
DAFTAR ISI
CONTENTS

PENGANTAR 10 INTRODUCTION

LATAR 14 HISTORICAL BACKGROUND

PENGKURUNAN 20 TIMELINE

KISAH SINGKAT F. SILABAN 24 A BRIEF STORY OF F. SILABAN

RUMAH 34 THE HOUSE

riwayat rumah silaban 37 a story of silaban house

konsep umum rumah silaban 39 silaban house's general concept

"atap adalah keseluruhan rumah!" 44 "the roof is the whole house!"

kesederhanaan, kejelasan dan kejujuran 50 simplicity, clarity and honesty

material dan konstruksi 60 material and construction

catatan mengenai rumah 66 a note on the house

sumber acuan 67 sources of reference

TENTANG WORKSHOP 70 ABOUT THE WORKSHOP

workshop silaban: hasil-hasil pentingnya 73 the silaban workshop: its significant result

tentang pappie, sang arsitek 76 about pappie, the architect

"apa yang harus dilakukan" 78 "what needs to be done"

tentang metode dan pelaksanaan workshop 82 about workshop methodology and implementation

gambar terbangun 86 as-built drawings

KONTRIBUTOR 93 CONTRIBUTORS

KREDIT 98 CREDIT
DAFTAR ISI
CONTENTS

PENGANTAR 10 INTRODUCTION

LATAR 14 HISTORICAL BACKGROUND

PENGKURUNAN 20 TIMELINE

KISAH SINGKAT F. SILABAN 24 A BRIEF STORY OF F. SILABAN

RUMAH 34 THE HOUSE

riwayat rumah silaban 37 a story of silaban house

konsep umum rumah silaban 39 silaban house's general concept

"atap adalah keseluruhan rumah!" 44 "the roof is the whole house!"

kesederhanaan, kejelasan dan kejujuran 50 simplicity, clarity and honesty

material dan konstruksi 60 material and construction

catatan mengenai rumah 66 a note on the house

sumber acuan 67 sources of reference

TENTANG WORKSHOP 70 ABOUT THE WORKSHOP

workshop silaban: hasil-hasil pentingnya 73 the silaban workshop: its significant result

tentang pappie, sang arsitek 76 about pappie, the architect

"apa yang harus dilakukan" 78 "what needs to be done"

tentang metode dan pelaksanaan workshop 82 about workshop methodology and implementation

gambar terbangun 86 as-built drawings

KONTRIBUTOR 93 CONTRIBUTORS

KREDIT 98 CREDIT
PENGANTAR
INTRODUCTION

1 2 3 4 5 6

1 Tandatangan Silaban
Silaban's signature

2 Keluarga Silaban di muka rumah


The Silabans in front of the house

3 Kotak surat Silaban


Silaban's mail box

4 5 6 Sketsa tangan oleh Ryouei Nagano


A freehand sketch by Ryouei Nagano

9
PENGANTAR
INTRODUCTION

1 2 3 4 5 6

1 Tandatangan Silaban
Silaban's signature

2 Keluarga Silaban di muka rumah


The Silabans in front of the house

3 Kotak surat Silaban


Silaban's mail box

4 5 6 Sketsa tangan oleh Ryouei Nagano


A freehand sketch by Ryouei Nagano

9
Pengantar
Introduction
- Josef Prijotomo
yang indah ke dalam arsitektur modern; dia multidimensionality that one may understand
Perdebatan mengenai arsitek dalam arsitektur Debates among architects on modern pekerja yang kritis terhadap modern melalui why Friedrich Silaban said about himself: "I am an
modern di Indonesia telah dimulai awal tahun architecture in Indonesia had started as early penitikberatan pada ke-tropis-an, adalah architect, but not an ordinary one".
1920-an. Perdebatan ini tidak sesederhana as 1920s. This debate does not simply indicate pembacaan terhadap rumah. Mungkin,
indikasi masuknya arsitektur modern di Indonesia, the place of modern architecture in Indonesia, hal ini adalah sisi multidimensional yang
tapi juga keberadaan arsitektur kolonial but also the state of colonial architecture (pre- mungkin dipahami mengapa Friedrich Silaban
(arsitektur barat pra-modern) dan Arsitektur modern western architecture) and of Nusantara mengatakan tentang dirinya sendiri: "Saya
Nusantara (arsitektur pribumi dan tradisional) architecture (indigenous and traditional seorang arsitek, tapi bukan arsitek biasa".
pada pertengahan awal abad ke 20-an. Hal architecture) in the first half of the 20 th century.
tentang adanya tiga aliran arsitektur menantang It is also those three genres of architecture
pemikiran dan praktis arsitektur di abad ke 20-an, that challenges the thinking and practice of
termasuk Silaban. architecture in the 20 th century to architects,
including Silaban.
Friedrich Silaban, arsitek, kepala bagian
Pekerjaan Umum (PU) di Kotamadya Bogor dari Friedrich Silaban, architect, head of the
tahun 1947 sampai tahun 1965, salah satu pendiri department of Public Works in Bogor municipality
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), adalah seorang from 1947 to 1965, co-founder of Indonesian
Protestan dan pernah menjadi ayah yang putus Institute of Architect (IAI), is a protestant and
asa karena menghadapi masalah keuangan once a desperate father who face financial
untuk menghidupi keluarga dengan 10 anak. trouble to maintain his family of ten children.
Dia dididik secara formal di Ilmu Bangunan He was formally educated in building science
(bouwkunde ) di tingkat sekolah tinggi kejuruan, ( bouwkunde) at high-school level vocational
tapi memperoleh pengetahuan arsitektur dari school, but acquiring architectural knowledge
berbagai sumber, termasuk pertemuan langsung through a wealth of sources, including his direct
dengan Frank Llyod Wright dan Louis I. Khan dan encounters with Frank Lloyd Wright and Louis I.
mengunjungi Chandigarh dan beberapa tempat Kahn, and a visit to Chandigarh among others.
lainnya.
His maturity in architecture coincided with the
Kedewasaan arsitekturnya sejalan dengan awal early years of Indonesian independent from
tahun kemerdekaan Indonesia dari penjajahan the Dutch. Even though he was not involved in
Belanda. Meskipun dia tidak ikut serta dalam politics, his obligation as an Indonesian led him
politik, dia berkewajiban sebagai orang to present his architecture as his contribution
Indonesia yang membawa dia menyajikan karya toward the idea of a nation, a modern and
arsitekturnya sebagai konstribusinya terhadap independent Indonesia. His Istiqlal Mosque, Bank
ide kebangsaan, modern dan kemerdekaan Indonesia, Irian Barat Monument and his house
Indonesia. Masjid Istiqlal, Bank Indonesia, are just examples of his work.
Monumen Irian Barat dan rumahnya hanya
beberapa contoh dari karya-karyanya. More than just a need to welcome the
visit of President Soekar no, his house has,
Lebih dari hanya kepentingan untuk surprisingly, allowed a multidimensionality of
menerima kedatangan Presiden Soekarno, reading. Through a reading from Nusantara
rumahnya memiliki hal-hal yang mengejutkan, architecture perspective, for instance, one will
menyuguhkan pembacaan yang multidimensi. find a beautiful transformation into modern; his
Melalui pembacaan dari sudut pandang critical employment of the modern through the
arsitektur nusantara, sebagai contoh, satu hal imposition of tropicality, is another instance of
yang ditemukan adalah sebuah transformasi reading upon that house. Perhaps, it is in this

10 11
Pengantar
Introduction
- Josef Prijotomo
yang indah ke dalam arsitektur modern; dia multidimensionality that one may understand
Perdebatan mengenai arsitek dalam arsitektur Debates among architects on modern pekerja yang kritis terhadap modern melalui why Friedrich Silaban said about himself: "I am an
modern di Indonesia telah dimulai awal tahun architecture in Indonesia had started as early penitikberatan pada ke-tropis-an, adalah architect, but not an ordinary one".
1920-an. Perdebatan ini tidak sesederhana as 1920s. This debate does not simply indicate pembacaan terhadap rumah. Mungkin,
indikasi masuknya arsitektur modern di Indonesia, the place of modern architecture in Indonesia, hal ini adalah sisi multidimensional yang
tapi juga keberadaan arsitektur kolonial but also the state of colonial architecture (pre- mungkin dipahami mengapa Friedrich Silaban
(arsitektur barat pra-modern) dan Arsitektur modern western architecture) and of Nusantara mengatakan tentang dirinya sendiri: "Saya
Nusantara (arsitektur pribumi dan tradisional) architecture (indigenous and traditional seorang arsitek, tapi bukan arsitek biasa".
pada pertengahan awal abad ke 20-an. Hal architecture) in the first half of the 20 th century.
tentang adanya tiga aliran arsitektur menantang It is also those three genres of architecture
pemikiran dan praktis arsitektur di abad ke 20-an, that challenges the thinking and practice of
termasuk Silaban. architecture in the 20 th century to architects,
including Silaban.
Friedrich Silaban, arsitek, kepala bagian
Pekerjaan Umum (PU) di Kotamadya Bogor dari Friedrich Silaban, architect, head of the
tahun 1947 sampai tahun 1965, salah satu pendiri department of Public Works in Bogor municipality
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), adalah seorang from 1947 to 1965, co-founder of Indonesian
Protestan dan pernah menjadi ayah yang putus Institute of Architect (IAI), is a protestant and
asa karena menghadapi masalah keuangan once a desperate father who face financial
untuk menghidupi keluarga dengan 10 anak. trouble to maintain his family of ten children.
Dia dididik secara formal di Ilmu Bangunan He was formally educated in building science
(bouwkunde ) di tingkat sekolah tinggi kejuruan, ( bouwkunde) at high-school level vocational
tapi memperoleh pengetahuan arsitektur dari school, but acquiring architectural knowledge
berbagai sumber, termasuk pertemuan langsung through a wealth of sources, including his direct
dengan Frank Llyod Wright dan Louis I. Khan dan encounters with Frank Lloyd Wright and Louis I.
mengunjungi Chandigarh dan beberapa tempat Kahn, and a visit to Chandigarh among others.
lainnya.
His maturity in architecture coincided with the
Kedewasaan arsitekturnya sejalan dengan awal early years of Indonesian independent from
tahun kemerdekaan Indonesia dari penjajahan the Dutch. Even though he was not involved in
Belanda. Meskipun dia tidak ikut serta dalam politics, his obligation as an Indonesian led him
politik, dia berkewajiban sebagai orang to present his architecture as his contribution
Indonesia yang membawa dia menyajikan karya toward the idea of a nation, a modern and
arsitekturnya sebagai konstribusinya terhadap independent Indonesia. His Istiqlal Mosque, Bank
ide kebangsaan, modern dan kemerdekaan Indonesia, Irian Barat Monument and his house
Indonesia. Masjid Istiqlal, Bank Indonesia, are just examples of his work.
Monumen Irian Barat dan rumahnya hanya
beberapa contoh dari karya-karyanya. More than just a need to welcome the
visit of President Soekar no, his house has,
Lebih dari hanya kepentingan untuk surprisingly, allowed a multidimensionality of
menerima kedatangan Presiden Soekarno, reading. Through a reading from Nusantara
rumahnya memiliki hal-hal yang mengejutkan, architecture perspective, for instance, one will
menyuguhkan pembacaan yang multidimensi. find a beautiful transformation into modern; his
Melalui pembacaan dari sudut pandang critical employment of the modern through the
arsitektur nusantara, sebagai contoh, satu hal imposition of tropicality, is another instance of
yang ditemukan adalah sebuah transformasi reading upon that house. Perhaps, it is in this

10 11
LATAR
HISTORICAL BACKGROUND

5 Monumen Irian Barat, salah satu karya Silaban


West Papua Liberation Monument, one of Silaban's works

12 13
LATAR
HISTORICAL BACKGROUND

5 Monumen Irian Barat, salah satu karya Silaban


West Papua Liberation Monument, one of Silaban's works

12 13
Latar
Historical Background

Sejak Perang Kemerdekaan, bangsa Indonesia Since the War of Independence, Indonesians mengingat sebuah konteks lain. Pada periode the architecture for Indies had taken place in a
telah melewati berbagai perjuangan untuk had overcome various struggles to redefine their kolonial, terutama pada awal abad ke-20, rather imperialistic context.
menentukan jati dirinya. Setelah perang berakhir nation. After the war ended in 1949, particularly beberapa arsitek Belanda telah mencoba
di tahun 1949, terutama pada periode tahun during the period of 1950s to 1960s, Sukarno berbagai upaya untuk mendefinisikan arsitektur The context was an attempt by the colonial
1950 1960, Sukar no menerapkan proyek enacted his grand Nation Building project. This Indonesia (ketika itu Indonesia dikenal dengan government to engineer the formation of a single
besarnya dalam rangka "Nation Building". Proyek project was none other an act of (re)defining Hindia Belanda). Muncullah nama-nama Indies society, to enable the colonial government
ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oneself. That is to say, it was an effort of a nation Thomas Karsten, Henri Maclaine Pont, Wolff to monitor the colony in a more efficient manner.
oleh Sukarno untuk membentuk (kembali) jati to narrate its own narrative in accord to the Schoemaker dan lain sebagainya. Namun upaya This was noted in 1980s by Jacques van Doorn,
diri bangsa. Dengan kata lain, usaha tersebut nations own will. Such effort actually occurred tersebut sebenarnya merupakan upaya yang a Dutch historian. This attempt to create a single
merupakan sebuah usaha bangsa untuk in various countries around the world during the dilatarbelakangi oleh tujuan imperialis Belanda. Indies society was carried out through a synthesis
mendapatkan kejelasan dirinya menurut apa period, especially among third world countries, in between Eastern and Western cultural elements.
yang diinginkan bangsa itu sendiri. Di lain pihak, the context of post-independence and the Cold Konteks tersebut tidak lain adalah upaya Such white-mens-burden like logic within Dutch
sebenarnya usaha yang sama terjadi di berbagai War. pemerintah kolonial Belanda untuk menciptakan minds is evident in the thick volumes of books
negara lain dalam periode yang sama, terutama komunitas tunggal Hindia Belanda, sehingga by A.D.A Kat de Angelino on Dutch colonial
pada negara-negara dunia ketiga, dalam For instance, in 1950s Brazil, President Kubitschek, memper mudah dan mengefisienkan usaha administration in Indonesia, published in 1931.
konteks pasca-kemerdekaan dan Perang Dingin. with his socialist leaning, tried to propel an image pengendalian. Hal ini menjadi catatan penting
of Brazil as had been envisioned by the founders pada tahun 1980-an oleh seorang sejarahwan In 1920, still under the Dutch authority, the
Sebagai contoh, pada tahun 1950 di Brasilia, of modern Brazil, who apparently had Auguste Belanda, Jacques van Doorn. Upaya penyatuan Technische Hooge School (Technical Higher
Presiden Kubitschek dengan kecenderungan Comfstetype of positivistic view. Another komunitas ini dilakukan melalui sintesis budaya School) was established in Bandung. The institute
sosialisnya telah mencoba untuk mengangkat example is Nehrus vision for Chandigarh. Even Timur dengan budaya Barat. Logika beban was established to fulfill, among others, the
citra Brasil seperti yang telah diarahkan oleh para though it was, obviously, Le Corbusier and his (lelaki) kulit putih ini tercatat dalam volume purpose of the Dutch attempt that is to create
pendiri Brasil modern, yang memiliki pandangan team who designed the city, but it was Nehru buku tebal A.D.A Kat de Angelino dalam a single entity out of a synthesis between the
positifistik Auguste Comte. Kasus lain yang terjadi who had envisioned the city to be a means pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia, East and the West. Sukarno himself was one of
adalah visi Nehru pada Chandigarh. Walaupun for projecting the image of a free and modern terbit tahun 1931. the students at the institution, along with a few
proyek tersebut dirancang oleh Le Corbusier India. These were just two examples of such (re) of other local architects. It was actually during
dan timnya, namun Nehru-lah yang telah definition of narrative projects, which may remind Pada tahun 1920, masih di bawah kekuasaan this particular colonial period when modern
memberikan arah orientasi dan pandangan one with Benedict Andersons imagining. Belanda, Technishe Hooge School (Sekolah Tinggi architecture, at least in Sigfried Giedions kind
akan kota tersebut untuk mengangkat citra Teknik) didirikan di Bandung. Institusi ini tidak lain of sense, started to appear in Indonesia. One
India modern yang bebas. Dua contoh tersebut The same story also happened in Sukarnos didirikan, antara lain, untuk memenuhi upaya can mention the hospital in Medan, designed
adalah beberapa kasus re-definisi proyek naratif, Indonesia. Sukarno wanted to break free from Belanda dalam menciptakan kesatuan yang by Groenewegen, or the "Three Locomotives" in
yang dapat mengingatkan seseorang akan the colonial experience. He wanted to banish utuh antara budaya Timur dan Barat. Sukarno Bandung by Aalbers, just to name a few samples.
imajinasi Benedict Anderson. the memory of a colonized nation and replaced sendiri merupakan salah satu mahasiswa di Yet the modern architecture was imported under
it with a new memory of a free and progressive institusi tersebut, bersama beberapa mahasiswa the aforementioned colonial context; whereas
Kasus yang sama terjadi pada Indonesia country. In other words, he desired to bring arsitektur lokal lainnya. Pada periode kolonial the context of Sukarno eras modernism was
era Sukarno. Sukarno ingin membawa Indonesia to a brand new narrative. Architecture inilah, paling tidak dalam logika Siegfried different.
Indonesia menuju kebebasan yang terlepas was one of the means to achieve that. Giedion, arsitektur modern mulai muncul di
dari pengalaman penjajahan. Dia ingin Indonesia. Beberapa contoh yang dapat Perhaps it was due to such colonial context that
menghapuskan ingatan-ingatan akan sebuah Sukarnos desire has to be set against another disebut seperti sebuah rumah sakit di Medan Sukarno wanted something else for Indonesia.
bangsa terjajah, dan menggantikannya dengan context. During the colonial period, particularly in oleh Groenewegen, atau "T iga Lokomotif" H e w a n t e d a m o d e r n a rc h i t e c t u r e a s a n
memori baru akan sebuah bangsa yang maju, early half of the 20th century, there were attempts di Bandung oleh Aalbers. Namun arsitektur image projector for the desired Indonesia.
bebas serta progresif. Dengan kata lain, Sukarno by some Dutch architects to define architecture modern ini merupakan arsitektur modern impor, Simultaneously during the period of this Nation
ingin membawa Indonesia menuju narasi dan for Indonesia (at that time, Indonesia was known sedangkan modernisme arsitektur era Sukarno Building projects, there were a number of young
zaman yang baru. Arsitektur merupakan salah as Netherland East-Indies). Hence the names berada dalam konteks yang sangat berbeda. architects who began their tasks. They were the
satu cara untuk mencapai hal tersebut. of Thomas Karsten, Henri Maclaine Pont and ones who helped to define the modernism in
Wolff Schoemaker, etc. But one should notes Mungkin karena konteks kolonial tersebut Sukarno Indonesian architecture, so that they, too, played
Keinginan Sukarno ini perlu dilihat dengan that these Dutch architects attempts to define menginginkan sesuatu yang lain untuk Indonesia. an important role in projecting the image of

14 15
Latar
Historical Background

Sejak Perang Kemerdekaan, bangsa Indonesia Since the War of Independence, Indonesians mengingat sebuah konteks lain. Pada periode the architecture for Indies had taken place in a
telah melewati berbagai perjuangan untuk had overcome various struggles to redefine their kolonial, terutama pada awal abad ke-20, rather imperialistic context.
menentukan jati dirinya. Setelah perang berakhir nation. After the war ended in 1949, particularly beberapa arsitek Belanda telah mencoba
di tahun 1949, terutama pada periode tahun during the period of 1950s to 1960s, Sukarno berbagai upaya untuk mendefinisikan arsitektur The context was an attempt by the colonial
1950 1960, Sukar no menerapkan proyek enacted his grand Nation Building project. This Indonesia (ketika itu Indonesia dikenal dengan government to engineer the formation of a single
besarnya dalam rangka "Nation Building". Proyek project was none other an act of (re)defining Hindia Belanda). Muncullah nama-nama Indies society, to enable the colonial government
ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oneself. That is to say, it was an effort of a nation Thomas Karsten, Henri Maclaine Pont, Wolff to monitor the colony in a more efficient manner.
oleh Sukarno untuk membentuk (kembali) jati to narrate its own narrative in accord to the Schoemaker dan lain sebagainya. Namun upaya This was noted in 1980s by Jacques van Doorn,
diri bangsa. Dengan kata lain, usaha tersebut nations own will. Such effort actually occurred tersebut sebenarnya merupakan upaya yang a Dutch historian. This attempt to create a single
merupakan sebuah usaha bangsa untuk in various countries around the world during the dilatarbelakangi oleh tujuan imperialis Belanda. Indies society was carried out through a synthesis
mendapatkan kejelasan dirinya menurut apa period, especially among third world countries, in between Eastern and Western cultural elements.
yang diinginkan bangsa itu sendiri. Di lain pihak, the context of post-independence and the Cold Konteks tersebut tidak lain adalah upaya Such white-mens-burden like logic within Dutch
sebenarnya usaha yang sama terjadi di berbagai War. pemerintah kolonial Belanda untuk menciptakan minds is evident in the thick volumes of books
negara lain dalam periode yang sama, terutama komunitas tunggal Hindia Belanda, sehingga by A.D.A Kat de Angelino on Dutch colonial
pada negara-negara dunia ketiga, dalam For instance, in 1950s Brazil, President Kubitschek, memper mudah dan mengefisienkan usaha administration in Indonesia, published in 1931.
konteks pasca-kemerdekaan dan Perang Dingin. with his socialist leaning, tried to propel an image pengendalian. Hal ini menjadi catatan penting
of Brazil as had been envisioned by the founders pada tahun 1980-an oleh seorang sejarahwan In 1920, still under the Dutch authority, the
Sebagai contoh, pada tahun 1950 di Brasilia, of modern Brazil, who apparently had Auguste Belanda, Jacques van Doorn. Upaya penyatuan Technische Hooge School (Technical Higher
Presiden Kubitschek dengan kecenderungan Comfstetype of positivistic view. Another komunitas ini dilakukan melalui sintesis budaya School) was established in Bandung. The institute
sosialisnya telah mencoba untuk mengangkat example is Nehrus vision for Chandigarh. Even Timur dengan budaya Barat. Logika beban was established to fulfill, among others, the
citra Brasil seperti yang telah diarahkan oleh para though it was, obviously, Le Corbusier and his (lelaki) kulit putih ini tercatat dalam volume purpose of the Dutch attempt that is to create
pendiri Brasil modern, yang memiliki pandangan team who designed the city, but it was Nehru buku tebal A.D.A Kat de Angelino dalam a single entity out of a synthesis between the
positifistik Auguste Comte. Kasus lain yang terjadi who had envisioned the city to be a means pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia, East and the West. Sukarno himself was one of
adalah visi Nehru pada Chandigarh. Walaupun for projecting the image of a free and modern terbit tahun 1931. the students at the institution, along with a few
proyek tersebut dirancang oleh Le Corbusier India. These were just two examples of such (re) of other local architects. It was actually during
dan timnya, namun Nehru-lah yang telah definition of narrative projects, which may remind Pada tahun 1920, masih di bawah kekuasaan this particular colonial period when modern
memberikan arah orientasi dan pandangan one with Benedict Andersons imagining. Belanda, Technishe Hooge School (Sekolah Tinggi architecture, at least in Sigfried Giedions kind
akan kota tersebut untuk mengangkat citra Teknik) didirikan di Bandung. Institusi ini tidak lain of sense, started to appear in Indonesia. One
India modern yang bebas. Dua contoh tersebut The same story also happened in Sukarnos didirikan, antara lain, untuk memenuhi upaya can mention the hospital in Medan, designed
adalah beberapa kasus re-definisi proyek naratif, Indonesia. Sukarno wanted to break free from Belanda dalam menciptakan kesatuan yang by Groenewegen, or the "Three Locomotives" in
yang dapat mengingatkan seseorang akan the colonial experience. He wanted to banish utuh antara budaya Timur dan Barat. Sukarno Bandung by Aalbers, just to name a few samples.
imajinasi Benedict Anderson. the memory of a colonized nation and replaced sendiri merupakan salah satu mahasiswa di Yet the modern architecture was imported under
it with a new memory of a free and progressive institusi tersebut, bersama beberapa mahasiswa the aforementioned colonial context; whereas
Kasus yang sama terjadi pada Indonesia country. In other words, he desired to bring arsitektur lokal lainnya. Pada periode kolonial the context of Sukarno eras modernism was
era Sukarno. Sukarno ingin membawa Indonesia to a brand new narrative. Architecture inilah, paling tidak dalam logika Siegfried different.
Indonesia menuju kebebasan yang terlepas was one of the means to achieve that. Giedion, arsitektur modern mulai muncul di
dari pengalaman penjajahan. Dia ingin Indonesia. Beberapa contoh yang dapat Perhaps it was due to such colonial context that
menghapuskan ingatan-ingatan akan sebuah Sukarnos desire has to be set against another disebut seperti sebuah rumah sakit di Medan Sukarno wanted something else for Indonesia.
bangsa terjajah, dan menggantikannya dengan context. During the colonial period, particularly in oleh Groenewegen, atau "T iga Lokomotif" H e w a n t e d a m o d e r n a rc h i t e c t u r e a s a n
memori baru akan sebuah bangsa yang maju, early half of the 20th century, there were attempts di Bandung oleh Aalbers. Namun arsitektur image projector for the desired Indonesia.
bebas serta progresif. Dengan kata lain, Sukarno by some Dutch architects to define architecture modern ini merupakan arsitektur modern impor, Simultaneously during the period of this Nation
ingin membawa Indonesia menuju narasi dan for Indonesia (at that time, Indonesia was known sedangkan modernisme arsitektur era Sukarno Building projects, there were a number of young
zaman yang baru. Arsitektur merupakan salah as Netherland East-Indies). Hence the names berada dalam konteks yang sangat berbeda. architects who began their tasks. They were the
satu cara untuk mencapai hal tersebut. of Thomas Karsten, Henri Maclaine Pont and ones who helped to define the modernism in
Wolff Schoemaker, etc. But one should notes Mungkin karena konteks kolonial tersebut Sukarno Indonesian architecture, so that they, too, played
Keinginan Sukarno ini perlu dilihat dengan that these Dutch architects attempts to define menginginkan sesuatu yang lain untuk Indonesia. an important role in projecting the image of

14 15
Beliau membutuhkan arsitektur modern untuk the nation. In 1959, the Ikatan Arsitek Indonesia massa untuk menyampaikan ideologi Sukarno. philosopher Edmund Burke opined, something
mengangkat citra bangsa Indonesia sesuai (IAI), or the Indonesian Institute of Architects, sublime would awe people, making them submit
visinya. Pada waktu yang bersamaan dengan was established, and Silaban was involved in Sukarno menginginkan sesuatu yang tidak hanya to the awesomeness of the sublime. Looking at
proyek Pembangunan Nasional, beberapa its formation. This professional institution was a modern, tapi juga monumental. Monumentalitas some of Sukarnos modernist projects such as the
arsitek muda Indonesia memulai tugasnya. Pada replacement of its colonial predecessor, NIAK. tersebut menjadi sebuah karakter arsitektaral rather grand Thamrin Sudirman axis in Jakarta, it
tahun 1959, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan, One may read this particular narrative as an yang menyebabkan efek sublim. Efek sublim ini, seems that the sublime is precisely what Sukarno
dan Silaban juga ikut terlibat di dalamnya. attempt to free the profession from colonial seperti yang dikatakan oleh filsuf Inggris Edmund wanted. Such sublimity is not only evident in his
Organisasi ini tidak lain merupakan pengganti memory. Burke, akan membuat orang takjub, dan orang projects, but also in the manner in which he gives
dari organisasi arsitek sebelumnya, NIAK. Upaya akan tenggelam ke dalam pesona sublim his public speeches, and the manner he named
ini dapat dilihat sebagai upaya pembebasan diri In order to realize moder n architecture in tersebut. Dengan melihat dari beberapa proyek his children, such as Guruh and Guntur (both
dari ingatan kolonial. accordance to Sukarnos vision, those architects mercu suar Sukarno seperti poros Thamrin mean "thunder" in English). Of course, to recall
started to try finding the true Indonesian identity Sudirman di Jakarta, sublimitas terasa sebagai Hannah Arendt, such strategy can be regarded
Untuk merealisasikan arsitektur modern sesuai modern architecture. Those attempts for creating sesuatu yang memang diinginkan oleh Sukarno. as a form of violence, in which the mass is formed
visi Sukarno, para arsitek muda tersebut Indonesian modern architecture became a part Sublimitas tersebut tidak hanya terjadi pada into one to serve a single purpose.
mencoba mencari identitas arsitektur modern of the Nation Building projects, via a particularly proyek yang dibangun, namun juga dalam cara
Indonesia. Upaya menciptakan arsitektur modern catchy term, modernity. Sukarno menamakan anak-anaknya, seperti Such was the manner in which Sukarno tried to
Indonesia kemudian menjadi bagian dari proyek Guruh dan Guntur. Hanya saja, menurut Hannah disseminate his ideas towards the mass, in order
Pembangunan Nasional melalui modernitas. Certainly there were some other factors Arendt, cara tersebut dapat dianggap sebagai to realize his desired Indonesia, which is free
behind Sukarnos preferences for modernism. sebuah bentuk kekerasan, yang mana massa and forward oriented. And for this very purpose,
Tentunya terdapat berbagai faktor lain di balik Firstly, Sukarno had been an intern at Wolff dibentuk menjadi satu entitas untuk memenuhi modern architecture had to play a pivotal role.
pemikiran Sukarno akan modernisme. Sebagai Schoemakers office. Schoemaker was a Dutch tujuan tunggal.
awal, Sukarno pernah magang di kantor Wolff architect who wanted to bring in modernism into It was exactly within the aforementioned contexts
Schoemaker. Schoemaker sendiri merupakan Indonesia, in order to define "Indies architecture". Cara tersebut merupakan cara yang digunakan above Friedrich Silaban dwelled as an architect.
arsitek Belanda yang ingin membawa Second, Sukarno reigned when modernism was Sukarno untuk menyebarkan idenya kepada Silaban had a tendency to create modernist and
modernisme ke Indonesia untuk mendefinisikan in fashion (it has to be said that way, eventhough massa, untuk merealisasikan Indonesia yang monumental architecture schemes. Usually, the
Arsitektur Indis. Kedua, Sukarno berkuasa ketika modernist architects tended to despise fashion). divisikan olehnya, Indonesia yang bebas dan monumentality at his works was obtained through
modernisme menjadi fashion tersendiri (sekalipun However, it is the political context that this book berfokus menuju masa depan yang lebih baik. the use of classical design principles, such
para arsitek modernis cenderung menyangkal wants to bring up hereby. Untuk tujuan inilah, arsitektur modern memegang proportion, harmony, rythm and scale (perhaps
fashion ). Bagaimanapun juga, buku ini ingin peranan penting. this was related to Silabans liking of classical
mengangkat konteks politik yang melatar One thing regarding the context that needs to be music). This was evident in the cases of Gedung
belakanginya. noticed is a particular dilemma faced by Sukarno: Dalam konteks-konteks yang disebutkan Pola and Istiqlal Mosque, to name just two. It
the demographical diversity of Indonesia. Unlike, di ataslah Friedrich Silaban hidup sebagai was such monumental and modernist tendency
Satu hal yang harus diperhatikan dalam konteks say, Cambodia, in which Khmer culture is rather arsitek. Silaban memiliki kecenderungan untuk that made Silaban as the architect of Sukarnos
tersebut adalah dilema yang dihadapi Sukarno: dominant, there is no single dominant culture in menciptakan skema desain arsitektur modern choice.
keberagaman demografis Indonesia. T idak Indonesia. It is in fact dangerous to uphold one dan monumental. Kebanyakan monumentalitas
seperti, sebutlah, Kamboja, tempat sebuah culture over the others, in the light of the desired yang muncul dalam karyanya didapatkan It is quite intriguing that after the demise of
budaya Khmer mendominasi. Sedangkan di united Indonesia. So Sukarno needed something melalui aplikasi prinsip desain klasik seperti Sukarno, Silaban read a few books on Albert
Indonesia tidak ada satu pun budaya yang neutral, which could be acceptable for all. Thus proporsi, harmoni, ritme dan skala (mungkin Speer. Could this be a sign that Silabans ponder
dominan. Justru akan menjadi berbahaya the opting for modernism as Abidin Kusno noted berhubungan dengan personalitas Silaban yg upon himself through Speer? But one thing for
apabila Sukarno mengangkat salah satu budaya in his dissertation. Modernism became a neutral menyukai musik klasik). Hal ini dapat dilihat pada sure is this: upon the end of Sukarnos regime, the
berdasarkan etnisitas untuk menyatukan bangsa mass media to disseminate Sukarnos ideology. desain Gedung Pola dan Mesjid Istiqlal, sebagai new, pro-Western Suharto regime (the so-called
Indonesia. Hal ini menyebabkan Sukarno dua contoh. Tendensi untuk menciptakan New Order regime) tried to banish anything and
membutuhkan sesuatu yang netral yang dapat As such, Sukarno wanted something that arsitektur modern dan monumental inilah yang anyone related to Sukarnos regime. Silaban
diterima seluruh pihaksesuatu yang modern was not only modern, but also monumental. kemudian membuat Silaban menjadi arsitek was associated with Sukarno. Perhaps this was a
seperti yang ditulis oleh Abidin Kusno dalam Such monumentality, as a language would pilihan Sukarno. factor behind the belated payment to Silaban
disertasinya. Modernisme menjadi sebuah media produce an effect of the sublime. As an English for the design of Hotel Borobudur (initially called

16 17
Beliau membutuhkan arsitektur modern untuk the nation. In 1959, the Ikatan Arsitek Indonesia massa untuk menyampaikan ideologi Sukarno. philosopher Edmund Burke opined, something
mengangkat citra bangsa Indonesia sesuai (IAI), or the Indonesian Institute of Architects, sublime would awe people, making them submit
visinya. Pada waktu yang bersamaan dengan was established, and Silaban was involved in Sukarno menginginkan sesuatu yang tidak hanya to the awesomeness of the sublime. Looking at
proyek Pembangunan Nasional, beberapa its formation. This professional institution was a modern, tapi juga monumental. Monumentalitas some of Sukarnos modernist projects such as the
arsitek muda Indonesia memulai tugasnya. Pada replacement of its colonial predecessor, NIAK. tersebut menjadi sebuah karakter arsitektaral rather grand Thamrin Sudirman axis in Jakarta, it
tahun 1959, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan, One may read this particular narrative as an yang menyebabkan efek sublim. Efek sublim ini, seems that the sublime is precisely what Sukarno
dan Silaban juga ikut terlibat di dalamnya. attempt to free the profession from colonial seperti yang dikatakan oleh filsuf Inggris Edmund wanted. Such sublimity is not only evident in his
Organisasi ini tidak lain merupakan pengganti memory. Burke, akan membuat orang takjub, dan orang projects, but also in the manner in which he gives
dari organisasi arsitek sebelumnya, NIAK. Upaya akan tenggelam ke dalam pesona sublim his public speeches, and the manner he named
ini dapat dilihat sebagai upaya pembebasan diri In order to realize moder n architecture in tersebut. Dengan melihat dari beberapa proyek his children, such as Guruh and Guntur (both
dari ingatan kolonial. accordance to Sukarnos vision, those architects mercu suar Sukarno seperti poros Thamrin mean "thunder" in English). Of course, to recall
started to try finding the true Indonesian identity Sudirman di Jakarta, sublimitas terasa sebagai Hannah Arendt, such strategy can be regarded
Untuk merealisasikan arsitektur modern sesuai modern architecture. Those attempts for creating sesuatu yang memang diinginkan oleh Sukarno. as a form of violence, in which the mass is formed
visi Sukarno, para arsitek muda tersebut Indonesian modern architecture became a part Sublimitas tersebut tidak hanya terjadi pada into one to serve a single purpose.
mencoba mencari identitas arsitektur modern of the Nation Building projects, via a particularly proyek yang dibangun, namun juga dalam cara
Indonesia. Upaya menciptakan arsitektur modern catchy term, modernity. Sukarno menamakan anak-anaknya, seperti Such was the manner in which Sukarno tried to
Indonesia kemudian menjadi bagian dari proyek Guruh dan Guntur. Hanya saja, menurut Hannah disseminate his ideas towards the mass, in order
Pembangunan Nasional melalui modernitas. Certainly there were some other factors Arendt, cara tersebut dapat dianggap sebagai to realize his desired Indonesia, which is free
behind Sukarnos preferences for modernism. sebuah bentuk kekerasan, yang mana massa and forward oriented. And for this very purpose,
Tentunya terdapat berbagai faktor lain di balik Firstly, Sukarno had been an intern at Wolff dibentuk menjadi satu entitas untuk memenuhi modern architecture had to play a pivotal role.
pemikiran Sukarno akan modernisme. Sebagai Schoemakers office. Schoemaker was a Dutch tujuan tunggal.
awal, Sukarno pernah magang di kantor Wolff architect who wanted to bring in modernism into It was exactly within the aforementioned contexts
Schoemaker. Schoemaker sendiri merupakan Indonesia, in order to define "Indies architecture". Cara tersebut merupakan cara yang digunakan above Friedrich Silaban dwelled as an architect.
arsitek Belanda yang ingin membawa Second, Sukarno reigned when modernism was Sukarno untuk menyebarkan idenya kepada Silaban had a tendency to create modernist and
modernisme ke Indonesia untuk mendefinisikan in fashion (it has to be said that way, eventhough massa, untuk merealisasikan Indonesia yang monumental architecture schemes. Usually, the
Arsitektur Indis. Kedua, Sukarno berkuasa ketika modernist architects tended to despise fashion). divisikan olehnya, Indonesia yang bebas dan monumentality at his works was obtained through
modernisme menjadi fashion tersendiri (sekalipun However, it is the political context that this book berfokus menuju masa depan yang lebih baik. the use of classical design principles, such
para arsitek modernis cenderung menyangkal wants to bring up hereby. Untuk tujuan inilah, arsitektur modern memegang proportion, harmony, rythm and scale (perhaps
fashion ). Bagaimanapun juga, buku ini ingin peranan penting. this was related to Silabans liking of classical
mengangkat konteks politik yang melatar One thing regarding the context that needs to be music). This was evident in the cases of Gedung
belakanginya. noticed is a particular dilemma faced by Sukarno: Dalam konteks-konteks yang disebutkan Pola and Istiqlal Mosque, to name just two. It
the demographical diversity of Indonesia. Unlike, di ataslah Friedrich Silaban hidup sebagai was such monumental and modernist tendency
Satu hal yang harus diperhatikan dalam konteks say, Cambodia, in which Khmer culture is rather arsitek. Silaban memiliki kecenderungan untuk that made Silaban as the architect of Sukarnos
tersebut adalah dilema yang dihadapi Sukarno: dominant, there is no single dominant culture in menciptakan skema desain arsitektur modern choice.
keberagaman demografis Indonesia. T idak Indonesia. It is in fact dangerous to uphold one dan monumental. Kebanyakan monumentalitas
seperti, sebutlah, Kamboja, tempat sebuah culture over the others, in the light of the desired yang muncul dalam karyanya didapatkan It is quite intriguing that after the demise of
budaya Khmer mendominasi. Sedangkan di united Indonesia. So Sukarno needed something melalui aplikasi prinsip desain klasik seperti Sukarno, Silaban read a few books on Albert
Indonesia tidak ada satu pun budaya yang neutral, which could be acceptable for all. Thus proporsi, harmoni, ritme dan skala (mungkin Speer. Could this be a sign that Silabans ponder
dominan. Justru akan menjadi berbahaya the opting for modernism as Abidin Kusno noted berhubungan dengan personalitas Silaban yg upon himself through Speer? But one thing for
apabila Sukarno mengangkat salah satu budaya in his dissertation. Modernism became a neutral menyukai musik klasik). Hal ini dapat dilihat pada sure is this: upon the end of Sukarnos regime, the
berdasarkan etnisitas untuk menyatukan bangsa mass media to disseminate Sukarnos ideology. desain Gedung Pola dan Mesjid Istiqlal, sebagai new, pro-Western Suharto regime (the so-called
Indonesia. Hal ini menyebabkan Sukarno dua contoh. Tendensi untuk menciptakan New Order regime) tried to banish anything and
membutuhkan sesuatu yang netral yang dapat As such, Sukarno wanted something that arsitektur modern dan monumental inilah yang anyone related to Sukarnos regime. Silaban
diterima seluruh pihaksesuatu yang modern was not only modern, but also monumental. kemudian membuat Silaban menjadi arsitek was associated with Sukarno. Perhaps this was a
seperti yang ditulis oleh Abidin Kusno dalam Such monumentality, as a language would pilihan Sukarno. factor behind the belated payment to Silaban
disertasinya. Modernisme menjadi sebuah media produce an effect of the sublime. As an English for the design of Hotel Borobudur (initially called

16 17
Adalah cukup menarik, bahwa pada masa Hotel Banteng, in Jakarta). Perhaps, this was
setelah jatuhnya Sukarno, Silaban membaca also the reason why Silaban was, in a sense,
b e b e r a p a b u k u m e n g e n a i A l b e r t S p e e r. censured in the post-Sukarno era. But architects
Apakah ini merupakan pertanda bahwa and architecture students in Indonesia still openly
Silaban merenungi dirinya sendiri melalui revered him, in spite of all.
cerminan Albert Speer? Hanya satu hal yang
pasti: setelah berakhirnya era Sukarno, rezim
Orde Baru yang lebih pro-Barat mencoba
untuk menghapuskan semua hal yang terkait
dengan rezim Sukarno. Silaban merupakan
seseorang yang diasosiasikan dengan Sukarno.
Kemungkinan faktor inilah yang menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran jasa desain
Silaban untuk Hotel Banteng (sekarang Hotel
Borobudur). Kemungkinan juga hal ini yang
menyebabkan posisi Silaban sebagai arsitek
tersisihkan. Namun para arsitek dan mahasiswa
arsitektur di Indonesia tetap menghormatinya
secara terbuka, in spite of all.

6 Maket Asli Masjid Istiqlal


Istiqlal Mosque Original Model

18 19
Adalah cukup menarik, bahwa pada masa Hotel Banteng, in Jakarta). Perhaps, this was
setelah jatuhnya Sukarno, Silaban membaca also the reason why Silaban was, in a sense,
b e b e r a p a b u k u m e n g e n a i A l b e r t S p e e r. censured in the post-Sukarno era. But architects
Apakah ini merupakan pertanda bahwa and architecture students in Indonesia still openly
Silaban merenungi dirinya sendiri melalui revered him, in spite of all.
cerminan Albert Speer? Hanya satu hal yang
pasti: setelah berakhirnya era Sukarno, rezim
Orde Baru yang lebih pro-Barat mencoba
untuk menghapuskan semua hal yang terkait
dengan rezim Sukarno. Silaban merupakan
seseorang yang diasosiasikan dengan Sukarno.
Kemungkinan faktor inilah yang menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran jasa desain
Silaban untuk Hotel Banteng (sekarang Hotel
Borobudur). Kemungkinan juga hal ini yang
menyebabkan posisi Silaban sebagai arsitek
tersisihkan. Namun para arsitek dan mahasiswa
arsitektur di Indonesia tetap menghormatinya
secara terbuka, in spite of all.

6 Maket Asli Masjid Istiqlal


Istiqlal Mosque Original Model

18 19
Pengkurunan
Timeline

1900 - 1914 1915 - 1920 1921 - 1933 1934 - 1940 1941 - 1950 1951 - 1960 1961 - 1970 1971 - 1984
International Event
1900 1917 1923 1934 1941 1951 1962-64 1971
Sigmund Freud - The Interpretation of Dream Bolshevik Revolution, Marcel Duschamp puts Le Corbusiers - Vers Une Architecture Museum of Modern Art - Machine Art Siegfried Giedion - Space, Time, and Architecture Le Corbusier - Chandigarh Robert Venturi - Vanna Venturi House Victor Papanek - Design for Real World
urinal at a gallery in New York
1901 Theo van Doesburg, De Stijl movement in Holland 1923-25 1935-37 1943-(51) 1953 1966 1973
Frank Lloyd Wright - Art and Craft for the Gerrit Rietveld - Schrders House Frank Lloyd Wright - Falling Water Frank Lloyd Wright - Guggenheim Museum Oscar Niemeyer - Niemeyer House Robert Venturi - Complexity and Contradiction Arab boycott of oil, gaves Indonesia an opportunity
Machines 1918 for oil profit
Gerrit Rietveld - Red and Blue chair 1925 1936 1945 1954 1968
1902-04 Walter Gropius - Bauhaus Water Benjamin - The Work of Art in an Age of Atomic Bombs droped on Hirosima and Nagasaki, Frenchs defeat at Dien Bien Phu Levenement, Paris 1975
August Perret - Rue Franklin Apartment 1919 Mechanical Reproduction Japan (end of World War II) USAs defeat at Vietnam
Treaty of Versailles, Wilson 14 points 1925-26 1955 1969
1903 Marcel Breuer - Wassily Chair 1937 1945-51 Disneyland Pruitt-Igoe got demolished 1978
Wrights - Flying Machines 1920 Degenerate Art exibihition Mies van der Rohe - Fansworth House Rem Koolhas - Delirious New York
The Malaise in world general as an impact of 1927 Picasso - Guernica 1956 1970
1905 1947 Suez conflict Jencks applied the term Postmodernism on 1979
World War I, it would affect Indonesia later on Mies van der Rohe - Weissenhof Apartment
Albert Einstein proposes relativity theory 1939 Eames Plywood Chair architectural discourse Iranian Revolution
Harlem Renaissance
1928 World War II 1957
1908 Vladimir Tatin - Monument to the Third International (1947)-51 1980
Penicillin Sputnik Launched
Cubism movement Levittown Iraqi attack prompts Iraq - Iran War
1928-32 1958 Postmodernist architects were presented at the
1910 1941 Venice Bienalle, while an Italian architecture
Pierre Chareau and Bernard Bijvoet - Maison de Oscar Niemeyer and Lucio Costas - Brasillia
Frank Lloyd Wright - Robie House Verre Maxwell Fry and Jane Dry try developing modern magazine proclaimed the death of postmodernism
architecture for the tropics in places like Nigeria. 1959
1914 1930 Architectural Association School opens a program Frank Lloyd Wright - Guggenheim Museum 1980s
World War I Stockholm Exihibition study the application of modernist architecture in Derridean deconstructive method was applied by
the tropic Cuban Revolution Bernard Tschumi and some other
1932 - 33 1960
Hans Scharoun - Schminke House 1982
Archigram and techno theories by Banham Israeli invasion of Lebanon
1933
Bauhaus was closed down by Social Nationalists -
Hitler Ascend to Power
CIAM - Athens Charter

Event in Indonesia (& Silaban affiliation)


1900s 1919-20 1925 1935 1942 1954 1963 1984
Ethical Policy was enacted in Indonesia Technische Hoogeschool by Henri Maclaine Pont, Some Indonesian students in Holland founded the F. Silaban won a number of design competitions Japanese invation to Indonesia F. Silaban won design competitions of Bank Indonesias acqusition of West Irian (Irian Barat) F. Silabans death
partly due to Ethical Policy, partly due to Practical Indonesian Association (Perhimpunan Indonesia) initiated by Dutch Indonesia, Bank Negara Indonesia and Istiqlal from Holland
1901 Factors 1945 Mosque
Soekarno was born 1926 1938 Indonesia proclaimed independence 1965
1920s Soekarno graduated from Bandung Technische Soekarno, as an architect, proposed during an 1955 Coup in Indonesia, the fall of Soekarno, the rise of
1905 The appearances of Art Deco and other modernist Hoogeschool (TH-Bandung) 1946 military regime under Soeharto (New Order)
interview with the Pujangga Baru literary journal Bandung Asia-Africa Conference
Moojen criticized the blind copying of European buildings in Indonesia an idea for Indonesian architecture which is akin F. Silaban got married F. Silaban was retired from his civil public service
architecture in Indonesia 1927 1958
to Sigfried Giedions logic on the development of 1947
Workers strikes against colonial goverments dimentionality CIA - sponsored rebellion in Sumatera and Sulawesi 1968
1908 initiated by communist elements First Dutch aggression to Indonesia
appeared, but quickly crushed by Soekarno Construction of Istiqlal Mosque, F. Silaban was
Boedi Oetomo was founded as the first F. Silaban was appointed to be the head and then appointed as Deputy Project Manager
1928 director of Bogor Publi Works F. Silaban designed his house as impact from
organization in Indonesia Soekarnos request of visit and the construction
Sumpah Pemuda was declared during the 1970
second youth congress in Jakarta 1948 began
1912 Soekarnos death
Second Dutch aggression to Indonesia 1960
F. Silaban was born 1929 Kebayoran Baru satellite city development was Situationist International Manifesto
Annual fair at Pasar Gambir in Koningsplein, started according to Soesilos planning
Jakarta, where Silaban met Antonisse and
eventually develop close relationship with the 1949 1960s LEGEND
Dutch architect Holland recognized Indonesias independence Soekarnos Nation Building project emerged
with Japanese reperation funds Events, Political Affairs and Institutions
1929 F. Silaban wents to the Netherlands to attend the
lectures in Academie voor Bouwkunst
F. Silaban graduated by his tecnical high school, Critical Inventions
got a job in Public Works of Dutch Administration
Modern Art and Architecture Movement
Philosophies and Manifestoes
Silabans Affiliation
Pengkurunan
Timeline

1900 - 1914 1915 - 1920 1921 - 1933 1934 - 1940 1941 - 1950 1951 - 1960 1961 - 1970 1971 - 1984
International Event
1900 1917 1923 1934 1941 1951 1962-64 1971
Sigmund Freud - The Interpretation of Dream Bolshevik Revolution, Marcel Duschamp puts Le Corbusiers - Vers Une Architecture Museum of Modern Art - Machine Art Siegfried Giedion - Space, Time, and Architecture Le Corbusier - Chandigarh Robert Venturi - Vanna Venturi House Victor Papanek - Design for Real World
urinal at a gallery in New York
1901 Theo van Doesburg, De Stijl movement in Holland 1923-25 1935-37 1943-(51) 1953 1966 1973
Frank Lloyd Wright - Art and Craft for the Gerrit Rietveld - Schrders House Frank Lloyd Wright - Falling Water Frank Lloyd Wright - Guggenheim Museum Oscar Niemeyer - Niemeyer House Robert Venturi - Complexity and Contradiction Arab boycott of oil, gaves Indonesia an opportunity
Machines 1918 for oil profit
Gerrit Rietveld - Red and Blue chair 1925 1936 1945 1954 1968
1902-04 Walter Gropius - Bauhaus Water Benjamin - The Work of Art in an Age of Atomic Bombs droped on Hirosima and Nagasaki, Frenchs defeat at Dien Bien Phu Levenement, Paris 1975
August Perret - Rue Franklin Apartment 1919 Mechanical Reproduction Japan (end of World War II) USAs defeat at Vietnam
Treaty of Versailles, Wilson 14 points 1925-26 1955 1969
1903 Marcel Breuer - Wassily Chair 1937 1945-51 Disneyland Pruitt-Igoe got demolished 1978
Wrights - Flying Machines 1920 Degenerate Art exibihition Mies van der Rohe - Fansworth House Rem Koolhas - Delirious New York
The Malaise in world general as an impact of 1927 Picasso - Guernica 1956 1970
1905 1947 Suez conflict Jencks applied the term Postmodernism on 1979
World War I, it would affect Indonesia later on Mies van der Rohe - Weissenhof Apartment
Albert Einstein proposes relativity theory 1939 Eames Plywood Chair architectural discourse Iranian Revolution
Harlem Renaissance
1928 World War II 1957
1908 Vladimir Tatin - Monument to the Third International (1947)-51 1980
Penicillin Sputnik Launched
Cubism movement Levittown Iraqi attack prompts Iraq - Iran War
1928-32 1958 Postmodernist architects were presented at the
1910 1941 Venice Bienalle, while an Italian architecture
Pierre Chareau and Bernard Bijvoet - Maison de Oscar Niemeyer and Lucio Costas - Brasillia
Frank Lloyd Wright - Robie House Verre Maxwell Fry and Jane Dry try developing modern magazine proclaimed the death of postmodernism
architecture for the tropics in places like Nigeria. 1959
1914 1930 Architectural Association School opens a program Frank Lloyd Wright - Guggenheim Museum 1980s
World War I Stockholm Exihibition study the application of modernist architecture in Derridean deconstructive method was applied by
the tropic Cuban Revolution Bernard Tschumi and some other
1932 - 33 1960
Hans Scharoun - Schminke House 1982
Archigram and techno theories by Banham Israeli invasion of Lebanon
1933
Bauhaus was closed down by Social Nationalists -
Hitler Ascend to Power
CIAM - Athens Charter

Event in Indonesia (& Silaban affiliation)


1900s 1919-20 1925 1935 1942 1954 1963 1984
Ethical Policy was enacted in Indonesia Technische Hoogeschool by Henri Maclaine Pont, Some Indonesian students in Holland founded the F. Silaban won a number of design competitions Japanese invation to Indonesia F. Silaban won design competitions of Bank Indonesias acqusition of West Irian (Irian Barat) F. Silabans death
partly due to Ethical Policy, partly due to Practical Indonesian Association (Perhimpunan Indonesia) initiated by Dutch Indonesia, Bank Negara Indonesia and Istiqlal from Holland
1901 Factors 1945 Mosque
Soekarno was born 1926 1938 Indonesia proclaimed independence 1965
1920s Soekarno graduated from Bandung Technische Soekarno, as an architect, proposed during an 1955 Coup in Indonesia, the fall of Soekarno, the rise of
1905 The appearances of Art Deco and other modernist Hoogeschool (TH-Bandung) 1946 military regime under Soeharto (New Order)
interview with the Pujangga Baru literary journal Bandung Asia-Africa Conference
Moojen criticized the blind copying of European buildings in Indonesia an idea for Indonesian architecture which is akin F. Silaban got married F. Silaban was retired from his civil public service
architecture in Indonesia 1927 1958
to Sigfried Giedions logic on the development of 1947
Workers strikes against colonial goverments dimentionality CIA - sponsored rebellion in Sumatera and Sulawesi 1968
1908 initiated by communist elements First Dutch aggression to Indonesia
appeared, but quickly crushed by Soekarno Construction of Istiqlal Mosque, F. Silaban was
Boedi Oetomo was founded as the first F. Silaban was appointed to be the head and then appointed as Deputy Project Manager
1928 director of Bogor Publi Works F. Silaban designed his house as impact from
organization in Indonesia Soekarnos request of visit and the construction
Sumpah Pemuda was declared during the 1970
second youth congress in Jakarta 1948 began
1912 Soekarnos death
Second Dutch aggression to Indonesia 1960
F. Silaban was born 1929 Kebayoran Baru satellite city development was Situationist International Manifesto
Annual fair at Pasar Gambir in Koningsplein, started according to Soesilos planning
Jakarta, where Silaban met Antonisse and
eventually develop close relationship with the 1949 1960s LEGEND
Dutch architect Holland recognized Indonesias independence Soekarnos Nation Building project emerged
with Japanese reperation funds Events, Political Affairs and Institutions
1929 F. Silaban wents to the Netherlands to attend the
lectures in Academie voor Bouwkunst
F. Silaban graduated by his tecnical high school, Critical Inventions
got a job in Public Works of Dutch Administration
Modern Art and Architecture Movement
Philosophies and Manifestoes
Silabans Affiliation
KISAH SINGKAT F. SILABAN
A BRIEF STORY OF F. SILABAN

7 Silaban dan Presiden Sukarno berbincang di ruang tamu (sekitar 1959)


conversation between Silaban and Presiden Sukarno in Silaban's Living room (circa 1959)

22 23
KISAH SINGKAT F. SILABAN
A BRIEF STORY OF F. SILABAN

7 Silaban dan Presiden Sukarno berbincang di ruang tamu (sekitar 1959)


conversation between Silaban and Presiden Sukarno in Silaban's Living room (circa 1959)

22 23
Saya adalah Arsitek, tapi Bukan Arsitek Biasa - Kisah Singkat Friedrich Silaban
I am an Architect, but Not an Ordinary One - A Brief Story of Friedrich Silaban

Sebelum dimulai, terdapat sebuah skrip There is, apparently, an unpublished script of
mengenai otobiografi Friedrich Silaban yang Friedrich Silabans autobiography, written in
b e l u m t e rc e t a k , d a l a m b a h a s a B e l a n d a . Dutch. Unfortunately, during the preparation of
Sayangnya selama proses penulisan buku, this book, we did not get the chance to translate
skrip tersebut belum sempat diterjemahkan. it to English. However, in spite of this, we can tell
Namun di luar itu, cerita singkat mengenai hidup some parts of his life. Born on 16 th December
Friedrich Silaban dapat ditulis secara singkat. 1912 in Bonandolok, Tapanuli, North Sumatra,
Lahir pada 16 Desember 1912 di Bonandolok, Friedrich Silaban grew up during colonial
Tapanuli, Sumatra Utara, Friedrich Silaban period. His father was a priest, who pronounced
tumbuh dalam jaman kolonial. Ayahnya adalah "Friedrich" as "Perderik", so Silaban noted in
seorang pendeta, yang menyebut 'Friedrich' his unpublished autobiography. He had his
sebagai 'Perderik'. Begitulah yang dituturkan secondary education at the H.I.S. in Narumonda,
dalam otobiografi yang belum tercetak tersebut. Tapanuli, North Sumatra. He then continued his
Bersekolah di H.I.S. Narumonda, Tapanuli, studies at Koningin Willhelmina School (Royal
Sumatra Utara, dia kemudian melanjutkan Wilhelmina School), a technical high school in
pendidikan di Koningin Wilhelmina School, Jakarta. Here, he studied the bouwkunde, or
sebuah sekolah teknik di Jakarta. Di sekolah ini, building science, and obtained his diploma in
beliau mempelajari ilmu bangunan (bouwkunde ), 1931. It was at the K.W.S. the young Silaban got
dan lulus pada tahun 1931. Di K.W.S. inilah Silaban his taste of architecture. Unfortunately, he was
mulai tertarik dengan arsitektur. Sayangnya unable to continue his futher studies to university
beliau tidak dapat melanjutkan pendidikannya level, due to financial factor. Yet, he dedicated
ke tingkat universitas karena masalah biaya. Tapi and devoted all his life to reach a stage of ability
di luar itu semua, beliau telah mendedikasikan to produce architectural designs for Indonesia,
dan mengabdikan hidupnya hingga mencapai through continous self study.
kemampuan menghasilkan berbagai desain
arsitektur untuk Indonesia, melalui pembelajaran He seemed to initiate his career by admiring to
pribadi yang tiada henti. J.H. Antonisse, a Dutch architect who designed
the 1929 scheme for the Pasar Gambir at
Memulai karir nya dengan ketertarikannya Koningsplein in Jakarta ("Batavia", as Jakarta
pada J.H. Antonisse, seorang arsitek Belanda was then called. As for Antonisse, there would
yang mendesain skema Pasar Gambir di be a rather close relationship between him and
Koningsplein, Batavia tahun 1929. DI kemudian Silaban afterward). The Pasar Gambir was an
hari, terjalin hubungan yang cukup dekat annual event, where an annual market was
antara dua orang tersebut. Pasar Gambir itu presented as a place for festivities. Silaban, then
sendiri merupakan acara tahunan. Silaban a student at the K.W.S., went to see the 1929
yang ketika itu masih sebagai siswa di K.W.S. Pasar Gambir. He encountered the modernity of
mengunjungi Pasar Gambir, dan menemukan Antonisses scheme. He liked what he saw. Upon
modernitas dalam skema Antonisse tersebut. graduation in 1931, Silaban visited Antonisses
Silaban mulai tertarik dengan apa dia lihat. office. In turn, Antonisse led him to a job the
Segera setelah kelulusannya pada tahun 1931, Public Department under Dutch municipality.
Silaban mengunjungi kantor Antonisse. Alhasil, Later, Silaban joined the military engineering
Silaban dijadikan pegawai di Departemen Umum service for public works. As a part of his serivice,
di bawah pemerintah kolonial. Kemudiannya Silaban was sent to Palembang and then to
Silaban bergabung di pelayanan teknis militer Pontianak in 1937 1939 (he was the chief of
sebagai pengabdian pekerjaannya di pekerjaan the engineering service in Pontianak). After the
8 Pengajuan pelayanan jasa kepada Persatuan Bangsa-Bangsa oleh Silaban
Silaban's application letter to the United Nations umum. Sebagai bagian dari pekerjaannya, independence, he was appointed as the director

24 25
Saya adalah Arsitek, tapi Bukan Arsitek Biasa - Kisah Singkat Friedrich Silaban
I am an Architect, but Not an Ordinary One - A Brief Story of Friedrich Silaban

Sebelum dimulai, terdapat sebuah skrip There is, apparently, an unpublished script of
mengenai otobiografi Friedrich Silaban yang Friedrich Silabans autobiography, written in
b e l u m t e rc e t a k , d a l a m b a h a s a B e l a n d a . Dutch. Unfortunately, during the preparation of
Sayangnya selama proses penulisan buku, this book, we did not get the chance to translate
skrip tersebut belum sempat diterjemahkan. it to English. However, in spite of this, we can tell
Namun di luar itu, cerita singkat mengenai hidup some parts of his life. Born on 16 th December
Friedrich Silaban dapat ditulis secara singkat. 1912 in Bonandolok, Tapanuli, North Sumatra,
Lahir pada 16 Desember 1912 di Bonandolok, Friedrich Silaban grew up during colonial
Tapanuli, Sumatra Utara, Friedrich Silaban period. His father was a priest, who pronounced
tumbuh dalam jaman kolonial. Ayahnya adalah "Friedrich" as "Perderik", so Silaban noted in
seorang pendeta, yang menyebut 'Friedrich' his unpublished autobiography. He had his
sebagai 'Perderik'. Begitulah yang dituturkan secondary education at the H.I.S. in Narumonda,
dalam otobiografi yang belum tercetak tersebut. Tapanuli, North Sumatra. He then continued his
Bersekolah di H.I.S. Narumonda, Tapanuli, studies at Koningin Willhelmina School (Royal
Sumatra Utara, dia kemudian melanjutkan Wilhelmina School), a technical high school in
pendidikan di Koningin Wilhelmina School, Jakarta. Here, he studied the bouwkunde, or
sebuah sekolah teknik di Jakarta. Di sekolah ini, building science, and obtained his diploma in
beliau mempelajari ilmu bangunan (bouwkunde ), 1931. It was at the K.W.S. the young Silaban got
dan lulus pada tahun 1931. Di K.W.S. inilah Silaban his taste of architecture. Unfortunately, he was
mulai tertarik dengan arsitektur. Sayangnya unable to continue his futher studies to university
beliau tidak dapat melanjutkan pendidikannya level, due to financial factor. Yet, he dedicated
ke tingkat universitas karena masalah biaya. Tapi and devoted all his life to reach a stage of ability
di luar itu semua, beliau telah mendedikasikan to produce architectural designs for Indonesia,
dan mengabdikan hidupnya hingga mencapai through continous self study.
kemampuan menghasilkan berbagai desain
arsitektur untuk Indonesia, melalui pembelajaran He seemed to initiate his career by admiring to
pribadi yang tiada henti. J.H. Antonisse, a Dutch architect who designed
the 1929 scheme for the Pasar Gambir at
Memulai karir nya dengan ketertarikannya Koningsplein in Jakarta ("Batavia", as Jakarta
pada J.H. Antonisse, seorang arsitek Belanda was then called. As for Antonisse, there would
yang mendesain skema Pasar Gambir di be a rather close relationship between him and
Koningsplein, Batavia tahun 1929. DI kemudian Silaban afterward). The Pasar Gambir was an
hari, terjalin hubungan yang cukup dekat annual event, where an annual market was
antara dua orang tersebut. Pasar Gambir itu presented as a place for festivities. Silaban, then
sendiri merupakan acara tahunan. Silaban a student at the K.W.S., went to see the 1929
yang ketika itu masih sebagai siswa di K.W.S. Pasar Gambir. He encountered the modernity of
mengunjungi Pasar Gambir, dan menemukan Antonisses scheme. He liked what he saw. Upon
modernitas dalam skema Antonisse tersebut. graduation in 1931, Silaban visited Antonisses
Silaban mulai tertarik dengan apa dia lihat. office. In turn, Antonisse led him to a job the
Segera setelah kelulusannya pada tahun 1931, Public Department under Dutch municipality.
Silaban mengunjungi kantor Antonisse. Alhasil, Later, Silaban joined the military engineering
Silaban dijadikan pegawai di Departemen Umum service for public works. As a part of his serivice,
di bawah pemerintah kolonial. Kemudiannya Silaban was sent to Palembang and then to
Silaban bergabung di pelayanan teknis militer Pontianak in 1937 1939 (he was the chief of
sebagai pengabdian pekerjaannya di pekerjaan the engineering service in Pontianak). After the
8 Pengajuan pelayanan jasa kepada Persatuan Bangsa-Bangsa oleh Silaban
Silaban's application letter to the United Nations umum. Sebagai bagian dari pekerjaannya, independence, he was appointed as the director

24 25
Silaban per nah dikirim ke Palembang dan of Public Works of the Bogor municipality since karya arsitektur di India sebutlah Taj Mahal, Silaban also concluded in the report, upon visiting
Pontianak pada tahun 1937 1939, dimana 1947, a position he held until 1965, just after the Chandigarh, dan kompleks pemerintahan di Chandigarh, that it is in the end the spirit, not the
beliau menjadi kepala bagian pelayanan teknis fall of Sukarno, Indonesias first president. New Delhi (skema desain Lutyens, dengan form, which defined a nations architecture. Out
di Pontianak. Setelah kemerdekaan, beliau kecenderungan orientalis menurut logika of this visit, Silaban concluded in the 1954 report
diangkat sebagai direktur Pekerjaan Umum He spent a year in Holland to attend the lectures Edward Said). Beliau menyimpulkan dari that modern Indonesian architecture could be
di Bogor sejak tahun 1947, sebuah jabatan at Academie voor Bouwkunst, the Academy for pengalaman pribadinya di India bahwa created through the use of modern construction
yang dipegangnya hingga tahun 1965, setelah Building Arts, in Amsterdam, 1950. His purpose di India, faktor iklim dan geografislah yang techniques and the development of all sectors of
jatuhnya Sukarno, presiden pertama Indonesia. for attending the school was to evaluate his "menciptakan arsitektur yang melewati peoples activities which were related to building
architectural aptitude. It was during this one- berbagai jaman dengan kehidupan sehari-hari production. That was the manneraccording to
Silaban pernah mengunjungi Belanda selama year stay in Holland he obtained a profound penghuninya". Silabanthrough which "authentic Indonesian
satu tahun untuk mengikuti kuliah tahun terakhir exposure of Dutch architecture. Surely it was not modern architecture" could be created in
di Academie voor Bouwkunst, Akademi Seni the first time for Silaban to learn about Dutch Silaban juga berkesimpulan dari perjalanannya accord with "the spirit and way of life of modern
Bangunan, di Amsterdam tahun 1949 1950. architecture, but it was during this period when ke Chandigarh, bahwa jiwa sebuah bangsalah Indonesia". It is apparent that Silabans numerous
Tujuan beliau adalah untuk mengevaluasi he received the direct exposure to it. During his yang mendefinisikan arsitektur bangsa tersebut. travels affected his desire to manifest Indonesias
kemampuannya di bidang arsitektur. Pada service for Indonesias Public Works Department Sepulangnya dari perjalanan tersebut, tahun true (or imagined?) identity the free and
masa inilah beliau mendapatkan pendalaman between 1950 1965, he travelled to various 1954, Silaban berpendapat bahwa arsitektur progressive Indonesia, akin to what was being
pada arsitektur Belanda. Tentunya saat itu bukan countries. Thus his visitations to 30 big cities in modern Indonesia dapat diciptakan melalui envisioned by Sukarno.
pertama kalinya Silaban mempelajari arsitektur Europe, Asia and America. Japan, China, France, sistem konstruksi modern dan pembangunan di
Belanda, tapi pada saat itulah beliau melihat Italy, Egypt, Greece, Singapore, Ger many, semua sektor aktifitas publik yang berhubungan Appointed to be a member of National
langsung pertama kali. Selama pengabdiannya Mexico, Brazil, the Philippines, Australia, are dengan produksi bangunan. Dengan cara itulah Planning Counsel in Indonesia and became
di Departemen Pekerjaan Umum tahun 1947 amongst the places he visited. He found and menurut Silaban arsitektur Indonesia modern one of the co-founder of IAI, the Indonesian
1965, beliau telah mengunjungi berbagai observed various traditions and architectural yang asli dapat diciptakan melalui jiwa dan Architects Association, Silaban had earned the
negara. Lebih dari 30 kota besar telah works in these countries, and he visited cara hidup masyarakat Indonesia modern. acknowledgement of the Indonesian people
dikunjunginya di Eropa, Asia dan Amerika. universities in the cities by holding discussions with Jadi cukup jelas bahwa seluruh perjalanan and government for about a decade, and was
Jepang, China, Perancis, Italia, Mesir, Yunani, professors and students. Sometimes, he visited Silaban telah mempengaruhi keinginannya regarded as an outstanding architect of the
Singapura, Jerman, Meksiko, Brasil, Filipina, local architects. When he visited India, he met dalam manifestasi identitas asli (atau imajinatif) country. It is intriguing that, in his application letter
Australia merupakan beberapa tempat yang Indian architects working for Indias Public Works Indonesia; negara yang bebas dan progresif, for a job position at the United Nations in late
ia kunjungi. Dia menemukan dan mengamati Department. While in the United States, he met seperti apa yang telah divisikan oleh Sukarno. 1960s, he started his letter with the phrase: "I am
serta mempelajari berbagai kebudayaan and discussed with Louis I. Kahn, Eero Saarinen an architect, but not an ordinary one". In fact, he
dan karya-karya arsitektur di tempat-tempat (who had visited Indonesia in January 1957) and Sebagai anggota dalam Konsul Perencanaan was a very prominent architect who developed
tersebut. Beliau juga mengunjungi beberapa Frank Lloyd Wright, among others. Nasional di Indonesia dan salah satu pendiri modernism in Indonesia By doing so, he helped to
universitas besar di kota-kota yang dikunjungi IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), Silaban telah realize the aforementioned vision of Sukarno: to
dan mengadakan pertemuan serta berdiskusi It is rather intriguing to note his report on his mendapatkan pengakuan dari seluruh rakyat create the modern Indonesia. He was awarded
dengan profesor dan mahasiswa setempat. journey to India (submitted on 19th August 1954 to Indonesia dan pemerintah Indonesia selama 10 medal and acknowledgments from Indonesian
Terkadang juga ia mengunjungi arsitek lokal. Di the Ministry of Education, Teaching and Culture). tahun, dan dianggap sebagai arsitek luar biasa government for what he had done.
India, ia mengunjungi para arsitek India yang While in India, he sawamong othersthe dalam negeri. Dengan hal ini, tidak heran ketika
bekerja di Departemen Pekerjaan Umum. Di Taj Mahal, Chandigarh, and the government dilihat pada surat pengajuan pelayanan jasanya State-bestowed awards were not the only
Amerika, belau bertemu dan berdiskusi dengan complex in New Delhi (a Lutyens design scheme, ke PBB di akhir tahun 1960-an, beliau membuka things he got. Silaban had won architectural
Louis I. Kahn, Eero Saarinen (yang mengunjungi with its rather orientalistin Edward Saids kind suratnya dengan kalimat, "Saya adalah arsitek, competition prizes. Say, in 1935, (probably his first
Indonesia tahun 1957) dan Frank Lloyd Wright, di of senseleaning). Silaban concludedfrom tapi bukan arsitek biasa". Pada kenyataannya award-winning design competitions), he won the
antara beberapa arsitek lainnya. his rather brief Indian experiencethat in India beliau memang arsitek terkemuka yang telah 3rd prize for designing a hotel up on a hill (unbuilt),
it was the sub-continents climate and other membangun dan memperkenalkan modernisme and the 3 rd prize for designing a house. He also
Satu hal yang menarik adalah salah satu dari geographical factors which "really create its ke Indonesia. Demikian, beliau telah membantu won another 3 rd prize in a design competition
laporan kunjungannya ke India (diserahkan ke architecture throughout the ages with the daily dalam merealisasikan visi Sukarno: menciptakan for Agricultural Faculty in Bogor (1949), 2nd prize
Departemen Pendidikan tanggal 19 Agustus lives of its inhabittants". Indonesia modern. Pada puncaknya, beliau for designing the National Monument in Jakarta
1954). Di India, beliau menemukan beberapa diberikan penghargaan Satya Lencana oleh (1954), 1st prize for his design of Bank Indonesia in
pemerintah Indonesia atas pencapaian yang

26 27
Silaban per nah dikirim ke Palembang dan of Public Works of the Bogor municipality since karya arsitektur di India sebutlah Taj Mahal, Silaban also concluded in the report, upon visiting
Pontianak pada tahun 1937 1939, dimana 1947, a position he held until 1965, just after the Chandigarh, dan kompleks pemerintahan di Chandigarh, that it is in the end the spirit, not the
beliau menjadi kepala bagian pelayanan teknis fall of Sukarno, Indonesias first president. New Delhi (skema desain Lutyens, dengan form, which defined a nations architecture. Out
di Pontianak. Setelah kemerdekaan, beliau kecenderungan orientalis menurut logika of this visit, Silaban concluded in the 1954 report
diangkat sebagai direktur Pekerjaan Umum He spent a year in Holland to attend the lectures Edward Said). Beliau menyimpulkan dari that modern Indonesian architecture could be
di Bogor sejak tahun 1947, sebuah jabatan at Academie voor Bouwkunst, the Academy for pengalaman pribadinya di India bahwa created through the use of modern construction
yang dipegangnya hingga tahun 1965, setelah Building Arts, in Amsterdam, 1950. His purpose di India, faktor iklim dan geografislah yang techniques and the development of all sectors of
jatuhnya Sukarno, presiden pertama Indonesia. for attending the school was to evaluate his "menciptakan arsitektur yang melewati peoples activities which were related to building
architectural aptitude. It was during this one- berbagai jaman dengan kehidupan sehari-hari production. That was the manneraccording to
Silaban pernah mengunjungi Belanda selama year stay in Holland he obtained a profound penghuninya". Silabanthrough which "authentic Indonesian
satu tahun untuk mengikuti kuliah tahun terakhir exposure of Dutch architecture. Surely it was not modern architecture" could be created in
di Academie voor Bouwkunst, Akademi Seni the first time for Silaban to learn about Dutch Silaban juga berkesimpulan dari perjalanannya accord with "the spirit and way of life of modern
Bangunan, di Amsterdam tahun 1949 1950. architecture, but it was during this period when ke Chandigarh, bahwa jiwa sebuah bangsalah Indonesia". It is apparent that Silabans numerous
Tujuan beliau adalah untuk mengevaluasi he received the direct exposure to it. During his yang mendefinisikan arsitektur bangsa tersebut. travels affected his desire to manifest Indonesias
kemampuannya di bidang arsitektur. Pada service for Indonesias Public Works Department Sepulangnya dari perjalanan tersebut, tahun true (or imagined?) identity the free and
masa inilah beliau mendapatkan pendalaman between 1950 1965, he travelled to various 1954, Silaban berpendapat bahwa arsitektur progressive Indonesia, akin to what was being
pada arsitektur Belanda. Tentunya saat itu bukan countries. Thus his visitations to 30 big cities in modern Indonesia dapat diciptakan melalui envisioned by Sukarno.
pertama kalinya Silaban mempelajari arsitektur Europe, Asia and America. Japan, China, France, sistem konstruksi modern dan pembangunan di
Belanda, tapi pada saat itulah beliau melihat Italy, Egypt, Greece, Singapore, Ger many, semua sektor aktifitas publik yang berhubungan Appointed to be a member of National
langsung pertama kali. Selama pengabdiannya Mexico, Brazil, the Philippines, Australia, are dengan produksi bangunan. Dengan cara itulah Planning Counsel in Indonesia and became
di Departemen Pekerjaan Umum tahun 1947 amongst the places he visited. He found and menurut Silaban arsitektur Indonesia modern one of the co-founder of IAI, the Indonesian
1965, beliau telah mengunjungi berbagai observed various traditions and architectural yang asli dapat diciptakan melalui jiwa dan Architects Association, Silaban had earned the
negara. Lebih dari 30 kota besar telah works in these countries, and he visited cara hidup masyarakat Indonesia modern. acknowledgement of the Indonesian people
dikunjunginya di Eropa, Asia dan Amerika. universities in the cities by holding discussions with Jadi cukup jelas bahwa seluruh perjalanan and government for about a decade, and was
Jepang, China, Perancis, Italia, Mesir, Yunani, professors and students. Sometimes, he visited Silaban telah mempengaruhi keinginannya regarded as an outstanding architect of the
Singapura, Jerman, Meksiko, Brasil, Filipina, local architects. When he visited India, he met dalam manifestasi identitas asli (atau imajinatif) country. It is intriguing that, in his application letter
Australia merupakan beberapa tempat yang Indian architects working for Indias Public Works Indonesia; negara yang bebas dan progresif, for a job position at the United Nations in late
ia kunjungi. Dia menemukan dan mengamati Department. While in the United States, he met seperti apa yang telah divisikan oleh Sukarno. 1960s, he started his letter with the phrase: "I am
serta mempelajari berbagai kebudayaan and discussed with Louis I. Kahn, Eero Saarinen an architect, but not an ordinary one". In fact, he
dan karya-karya arsitektur di tempat-tempat (who had visited Indonesia in January 1957) and Sebagai anggota dalam Konsul Perencanaan was a very prominent architect who developed
tersebut. Beliau juga mengunjungi beberapa Frank Lloyd Wright, among others. Nasional di Indonesia dan salah satu pendiri modernism in Indonesia By doing so, he helped to
universitas besar di kota-kota yang dikunjungi IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), Silaban telah realize the aforementioned vision of Sukarno: to
dan mengadakan pertemuan serta berdiskusi It is rather intriguing to note his report on his mendapatkan pengakuan dari seluruh rakyat create the modern Indonesia. He was awarded
dengan profesor dan mahasiswa setempat. journey to India (submitted on 19th August 1954 to Indonesia dan pemerintah Indonesia selama 10 medal and acknowledgments from Indonesian
Terkadang juga ia mengunjungi arsitek lokal. Di the Ministry of Education, Teaching and Culture). tahun, dan dianggap sebagai arsitek luar biasa government for what he had done.
India, ia mengunjungi para arsitek India yang While in India, he sawamong othersthe dalam negeri. Dengan hal ini, tidak heran ketika
bekerja di Departemen Pekerjaan Umum. Di Taj Mahal, Chandigarh, and the government dilihat pada surat pengajuan pelayanan jasanya State-bestowed awards were not the only
Amerika, belau bertemu dan berdiskusi dengan complex in New Delhi (a Lutyens design scheme, ke PBB di akhir tahun 1960-an, beliau membuka things he got. Silaban had won architectural
Louis I. Kahn, Eero Saarinen (yang mengunjungi with its rather orientalistin Edward Saids kind suratnya dengan kalimat, "Saya adalah arsitek, competition prizes. Say, in 1935, (probably his first
Indonesia tahun 1957) dan Frank Lloyd Wright, di of senseleaning). Silaban concludedfrom tapi bukan arsitek biasa". Pada kenyataannya award-winning design competitions), he won the
antara beberapa arsitek lainnya. his rather brief Indian experiencethat in India beliau memang arsitek terkemuka yang telah 3rd prize for designing a hotel up on a hill (unbuilt),
it was the sub-continents climate and other membangun dan memperkenalkan modernisme and the 3 rd prize for designing a house. He also
Satu hal yang menarik adalah salah satu dari geographical factors which "really create its ke Indonesia. Demikian, beliau telah membantu won another 3 rd prize in a design competition
laporan kunjungannya ke India (diserahkan ke architecture throughout the ages with the daily dalam merealisasikan visi Sukarno: menciptakan for Agricultural Faculty in Bogor (1949), 2nd prize
Departemen Pendidikan tanggal 19 Agustus lives of its inhabittants". Indonesia modern. Pada puncaknya, beliau for designing the National Monument in Jakarta
1954). Di India, beliau menemukan beberapa diberikan penghargaan Satya Lencana oleh (1954), 1st prize for his design of Bank Indonesia in
pemerintah Indonesia atas pencapaian yang

26 27
telah dilakukannya. Jakarta (1954, built and still adorns the Thamrin
Road) and 1 st prize for Istiqlal Mosque design
Penghargaan tersebut sebenarnya hanya satu competition (1954).
dari sekian banyak penghargaan yang pernah
didapatnya. Silaban telah memenangkan His architectural conceptual design led him to
berbagai sayembara arsitektur. Sebutlah di be the favorite architect of Sukarno. His close
tahun 1935 (mungkin merupakan pernghargaan relationship with Sukar no helped boosting
pertama yang didapatnya dalam sayembara his career, and it reached its peak at 1957
arsitektur), beliau memenangkan hadiah ke-3 1964, when he designed many important and
dalam sayembara desain sebuah hotel di monumental buildings in Indonesia. Among them
daerah pegunungan, dan hadiah ketiga dalam are those buildings he won in his competition
sayembara desain rumah walikota. Beliau juga like the School for Agriculture Building in Bogor,
pernah memenangkan hadiah ketiga dalam National Bank of Indonesia, and some other
sayembara desain Fakultas Pertanian di Bogor buildings like Exhibition Building (Gedung Pola)
tahun 1949, juara ke-2 untuk desain Monumen in Pegangsaan T imur, Jakarta, Office and
Nasional di Jakarta tahun 1954, juara pertama Apartment Buildings for LAAPLN, Headquarters of
dalam sayembara desain Bank Indonesia tahun the Indonesian Airforce, Jakarta, Banteng Hotel 9 Silaban di ruang gambarnya (sekitar
ruang gambarnya 1960)
(sekitar1960)
1954 (dibangun dan masih menjadi ikon di Jalan (now Borobudur Hotel) in Jakarta and Istiqlal Silaban at his
his studio
studio (circa 1960)
(around 1960)
Thamrin, Jakarta) dan juara pertama sayembara Mosque, Jakarta. Even his own house had caught
desain Mesjid Istiqlal tahun 1954. international attention, when the review of the
house was published in "The Japan Architect"
Konsepsi desain arsitekturalnya telah magazine in January 1964. There were certainly
membuatnya menjadi arsitek favorit Sukarno, many other buildings that he had designed, small
kedekatannya dengan Sukarno secara tidak houses or small other buildings which has been
langsung telah mengangkat hidupnya ke constructed, and also many designs that has not
puncak karir yang dialami pada tahun 1957 yet been erected, due the economic reccesion
1964, dimana beliau merancang banyak during that period.
bangunan penting dan monumental di
Indonesia. Beberapa bangunan yang dibangun
adalah rancangan yang dimenangkannya
dalam sayembara desain, seperti Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian di Bogor, Bank Indonesia
dan beberapa bangunan lain seperti Gedung
Pola di Pegangsaan Timur, Jakarta, bangunan
kantor dan apartemen untuk LAAPLN, Markas
Besar AURI, Jakarta, Hotel Banteng (sekarang
Hotel Borobudur) dan Mesjid Istiqlal. Rumahnya
sendiri menjadi perhatian internasional ketika
rumahnya diliput dan dimuat dalam majalah
"The Japan Architect" pada Januari 1964.
Tentunya masih banyak bangunan lain yang
telah diselesaikannya, seperti rumah-rumah
tinggal atau bangunan kecil lainnya, walaupun
beberapa diantaranya tidak jadi dibangun
karena resesi ekonomi negara yang dihadapi
pada saat itu.

28 29
telah dilakukannya. Jakarta (1954, built and still adorns the Thamrin
Road) and 1 st prize for Istiqlal Mosque design
Penghargaan tersebut sebenarnya hanya satu competition (1954).
dari sekian banyak penghargaan yang pernah
didapatnya. Silaban telah memenangkan His architectural conceptual design led him to
berbagai sayembara arsitektur. Sebutlah di be the favorite architect of Sukarno. His close
tahun 1935 (mungkin merupakan pernghargaan relationship with Sukar no helped boosting
pertama yang didapatnya dalam sayembara his career, and it reached its peak at 1957
arsitektur), beliau memenangkan hadiah ke-3 1964, when he designed many important and
dalam sayembara desain sebuah hotel di monumental buildings in Indonesia. Among them
daerah pegunungan, dan hadiah ketiga dalam are those buildings he won in his competition
sayembara desain rumah walikota. Beliau juga like the School for Agriculture Building in Bogor,
pernah memenangkan hadiah ketiga dalam National Bank of Indonesia, and some other
sayembara desain Fakultas Pertanian di Bogor buildings like Exhibition Building (Gedung Pola)
tahun 1949, juara ke-2 untuk desain Monumen in Pegangsaan T imur, Jakarta, Office and
Nasional di Jakarta tahun 1954, juara pertama Apartment Buildings for LAAPLN, Headquarters of
dalam sayembara desain Bank Indonesia tahun the Indonesian Airforce, Jakarta, Banteng Hotel 9 Silaban di ruang gambarnya (sekitar
ruang gambarnya 1960)
(sekitar1960)
1954 (dibangun dan masih menjadi ikon di Jalan (now Borobudur Hotel) in Jakarta and Istiqlal Silaban at his
his studio
studio (circa 1960)
(around 1960)
Thamrin, Jakarta) dan juara pertama sayembara Mosque, Jakarta. Even his own house had caught
desain Mesjid Istiqlal tahun 1954. international attention, when the review of the
house was published in "The Japan Architect"
Konsepsi desain arsitekturalnya telah magazine in January 1964. There were certainly
membuatnya menjadi arsitek favorit Sukarno, many other buildings that he had designed, small
kedekatannya dengan Sukarno secara tidak houses or small other buildings which has been
langsung telah mengangkat hidupnya ke constructed, and also many designs that has not
puncak karir yang dialami pada tahun 1957 yet been erected, due the economic reccesion
1964, dimana beliau merancang banyak during that period.
bangunan penting dan monumental di
Indonesia. Beberapa bangunan yang dibangun
adalah rancangan yang dimenangkannya
dalam sayembara desain, seperti Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian di Bogor, Bank Indonesia
dan beberapa bangunan lain seperti Gedung
Pola di Pegangsaan Timur, Jakarta, bangunan
kantor dan apartemen untuk LAAPLN, Markas
Besar AURI, Jakarta, Hotel Banteng (sekarang
Hotel Borobudur) dan Mesjid Istiqlal. Rumahnya
sendiri menjadi perhatian internasional ketika
rumahnya diliput dan dimuat dalam majalah
"The Japan Architect" pada Januari 1964.
Tentunya masih banyak bangunan lain yang
telah diselesaikannya, seperti rumah-rumah
tinggal atau bangunan kecil lainnya, walaupun
beberapa diantaranya tidak jadi dibangun
karena resesi ekonomi negara yang dihadapi
pada saat itu.

28 29
ketika itu menjabat di Departemen Pekerjaan future wife during the detention. Silaban then
Umum, yang menjadikannya musuh utama extended his family, where he had ten children;
penjajah Jepang saat itu. Tapi pada saat inilah eight sons and two daughters, one of whom had
beliau bertemu dengan calon istrinya. Silaban passed away. Because of his hectic professional
kemudian menikah dan memiliki sepuluh anak, life, he did not have much time for his family.
delapan di antaranya anak lelaki dan dua However, he was an artist who enjoyed most
perempuan, satu diantaranya meninggal karena of his works, and he did not become what we
kecelakaan. Karena kesibukan pekerjaannya, commonly as a job slave. He worked with fun,
seringkali beliau tidak memiliki cukup waktu and at the same time, shared his life with art.
untuk keluarganya. Namun bagaimanapun juga,
beliau merupakan seorang seniman yang selalu Worth to mention are some of his hobbies and
menikmati pekerjaannya, dan dia tidak menjadi passion that he possesed. Silaban's fondness
budak profesi. Beliau selalu bekerja dengan of music, literature and chess are his personal
kesenangan, dan pada saat yang bersamaan, activities he enjoyed during his spare time,
menyatukan hidupnya dengan seni. especially after having such a big family. He
played clarinet, and took a course under the
Perlu disebutkan beberapa hobi dan guidance of a certain Schell, a music teacher.
kesenangannya yang sering dilakukan pada From Silabans unpublished autobiography,
waktu luangnya. Silaban sangat menyukai musik, we know that the first composition he played
sastra dan catur, terutama ketika menghabiskan was Suite lArlessienne by Bizet, and then the
hidupnya dalam keluarga besar yang dimilikinya. Moldan by Smetana. He also bought many
Dia pernah bermain klarinet dan belajar dengan records of Beethoven, Bach, Mozart, Brahms,
Schell sebagai guru musiknya. Dari otobiografinya Schubert, Tchaikovsky, Chopin, Liszt, Wagner,
yang belum tercetak juga, musik pertama Bizet, Puccini, etc. It is interesting that Silaban
yang beliau mainkan adalah Suite lAnssiene had many records of Beethoven. Silaban
oleh Bizet, dan Moldan oleh Smetana. Beliau did ponder on one thing: if it was possible for
juga mengoleksi beberapa musik klasik seperti classical music composers to compose with
Beethoven, Bach, Mozart, Brahms, Schubert, high amount of freedom in the midst of the
Tchaikovsky, Chopin, Liszt, Wagner, Bizet, Puccini orderliness of classical music, could it be possible
dan lain sebagainya. Cukup menarik ketika for modernist architect to do the same? Also from
9 Silaban dan keluarga (sekitar 1961)
ditemukan bahwa Silaban memiliki banyak the same autobiography, we know that he read
Silaban and his family (circa 1961)
koleksi Beethoven. Beliau memikirkan satu hal: Shakespeare, Gthe, Hein, Multatuli (alias Max
apabila para komposer musik klasik tersebut Havelaar) and others.
Dalam kehidupan pribadinya, Silaban In his personal life, he was a strong determined dapat menciptakan kebebasan di tengah-
merupakan sosok yang bersemangat yang man who endeavored in his work. He boldly tengah masa dimana peraturan dan keterikatan In short, Silaban has gone through three epochs
mencurahkan keseriusannya dalam pekerjaan. came across obstacles to change his own status sangat diharuskan, apakah mungkin arsitek of Indonesian narrative: growing up in the late-
Beliau meningkatkan statusnya dari anak seorang from a village priests son to a famous architect. modernist melakukan hal yang sama? Juga dari colonial period, surviving the Second World
pendeta desa menjadi seorang arsitek terkenal. He did not see differentiate people based on otobiografi yang sama, beliau juga membaca War, and getting famous after the Indonesian
Beliau juga tidak pernah mendiskriminasikan their backgrounds. He told his children how Shakespeare, Gthe, Hein, Multatuli (alias Max independence. He had passed through
orang lain berdasarkan latar belakangnya. upon finding out that somebody had stolen his Havelaar) dan lainnya. unstabilities and crises. Yet, he managed to
Beliau pernah menceritakan ke anak-anaknya money on board of the ship to JakartaSilaban overcome the hardship; he even managed
setelah ia kehilangan uangnya karena dicuri was helped by an Arab passenger. Silaban was Singkat kata, Silaban mengalami tiga periode building his family and his whole life along with his
dalam perjalanannya ke Jakarta Silaban once detained by Japanese during the Second dalam narasi Indonesia: lahir dan tumbuh pada professional skill. Moreover, he had devoted his
ditolong oleh seorang Arab. Silaban sendiri World War due to his public work service (earning masa kolonialisme, bertahan di masa Perang ability and his life to serve the country, in which at
juga pernah ditahan sebagai tahanan politik him, to the Japanese Occupation Forces eyes, Dunia II, dan menjadi terkenal setelah masa that time was still in its infancy.
pada Perang Dunia II karena posisinya yang a status of an enemy accomplish), and met his kemerdekaan. Beliau melewati krisis dan ketidak

30 31
ketika itu menjabat di Departemen Pekerjaan future wife during the detention. Silaban then
Umum, yang menjadikannya musuh utama extended his family, where he had ten children;
penjajah Jepang saat itu. Tapi pada saat inilah eight sons and two daughters, one of whom had
beliau bertemu dengan calon istrinya. Silaban passed away. Because of his hectic professional
kemudian menikah dan memiliki sepuluh anak, life, he did not have much time for his family.
delapan di antaranya anak lelaki dan dua However, he was an artist who enjoyed most
perempuan, satu diantaranya meninggal karena of his works, and he did not become what we
kecelakaan. Karena kesibukan pekerjaannya, commonly as a job slave. He worked with fun,
seringkali beliau tidak memiliki cukup waktu and at the same time, shared his life with art.
untuk keluarganya. Namun bagaimanapun juga,
beliau merupakan seorang seniman yang selalu Worth to mention are some of his hobbies and
menikmati pekerjaannya, dan dia tidak menjadi passion that he possesed. Silaban's fondness
budak profesi. Beliau selalu bekerja dengan of music, literature and chess are his personal
kesenangan, dan pada saat yang bersamaan, activities he enjoyed during his spare time,
menyatukan hidupnya dengan seni. especially after having such a big family. He
played clarinet, and took a course under the
Perlu disebutkan beberapa hobi dan guidance of a certain Schell, a music teacher.
kesenangannya yang sering dilakukan pada From Silabans unpublished autobiography,
waktu luangnya. Silaban sangat menyukai musik, we know that the first composition he played
sastra dan catur, terutama ketika menghabiskan was Suite lArlessienne by Bizet, and then the
hidupnya dalam keluarga besar yang dimilikinya. Moldan by Smetana. He also bought many
Dia pernah bermain klarinet dan belajar dengan records of Beethoven, Bach, Mozart, Brahms,
Schell sebagai guru musiknya. Dari otobiografinya Schubert, Tchaikovsky, Chopin, Liszt, Wagner,
yang belum tercetak juga, musik pertama Bizet, Puccini, etc. It is interesting that Silaban
yang beliau mainkan adalah Suite lAnssiene had many records of Beethoven. Silaban
oleh Bizet, dan Moldan oleh Smetana. Beliau did ponder on one thing: if it was possible for
juga mengoleksi beberapa musik klasik seperti classical music composers to compose with
Beethoven, Bach, Mozart, Brahms, Schubert, high amount of freedom in the midst of the
Tchaikovsky, Chopin, Liszt, Wagner, Bizet, Puccini orderliness of classical music, could it be possible
dan lain sebagainya. Cukup menarik ketika for modernist architect to do the same? Also from
9 Silaban dan keluarga (sekitar 1961)
ditemukan bahwa Silaban memiliki banyak the same autobiography, we know that he read
Silaban and his family (circa 1961)
koleksi Beethoven. Beliau memikirkan satu hal: Shakespeare, Gthe, Hein, Multatuli (alias Max
apabila para komposer musik klasik tersebut Havelaar) and others.
Dalam kehidupan pribadinya, Silaban In his personal life, he was a strong determined dapat menciptakan kebebasan di tengah-
merupakan sosok yang bersemangat yang man who endeavored in his work. He boldly tengah masa dimana peraturan dan keterikatan In short, Silaban has gone through three epochs
mencurahkan keseriusannya dalam pekerjaan. came across obstacles to change his own status sangat diharuskan, apakah mungkin arsitek of Indonesian narrative: growing up in the late-
Beliau meningkatkan statusnya dari anak seorang from a village priests son to a famous architect. modernist melakukan hal yang sama? Juga dari colonial period, surviving the Second World
pendeta desa menjadi seorang arsitek terkenal. He did not see differentiate people based on otobiografi yang sama, beliau juga membaca War, and getting famous after the Indonesian
Beliau juga tidak pernah mendiskriminasikan their backgrounds. He told his children how Shakespeare, Gthe, Hein, Multatuli (alias Max independence. He had passed through
orang lain berdasarkan latar belakangnya. upon finding out that somebody had stolen his Havelaar) dan lainnya. unstabilities and crises. Yet, he managed to
Beliau pernah menceritakan ke anak-anaknya money on board of the ship to JakartaSilaban overcome the hardship; he even managed
setelah ia kehilangan uangnya karena dicuri was helped by an Arab passenger. Silaban was Singkat kata, Silaban mengalami tiga periode building his family and his whole life along with his
dalam perjalanannya ke Jakarta Silaban once detained by Japanese during the Second dalam narasi Indonesia: lahir dan tumbuh pada professional skill. Moreover, he had devoted his
ditolong oleh seorang Arab. Silaban sendiri World War due to his public work service (earning masa kolonialisme, bertahan di masa Perang ability and his life to serve the country, in which at
juga pernah ditahan sebagai tahanan politik him, to the Japanese Occupation Forces eyes, Dunia II, dan menjadi terkenal setelah masa that time was still in its infancy.
pada Perang Dunia II karena posisinya yang a status of an enemy accomplish), and met his kemerdekaan. Beliau melewati krisis dan ketidak

30 31
RUMAH
THE HOUSE

stabilan. Tetapi, beliau berhasil untuk keluar dari It is quite lugubrious that, in the last phase of
itu semua; bahkan dapat membina keluarganya his life, just after Silaban retired from his Public
dan hidupnya bersama karirnya. Beliau juga Work Service, he was desperate for job and
mengabdikan keahlian dan hidupnya untuk income. His retirement allowances were, in fact,
melayani negaranya, yang saat itu masih muda. not enough for his big family, and his dignity. His
association with Sukarno made him unfavorable
Cukup ironis memang, dalam fase hidup to the newly-ascending Suharto regime. He
terakhirnya, ketika Silaban pensiun dari then started to find any jobs that would need
Departemen Pekerjaan Umum, beliau sangat his service. After the downfall of his career, he
haus akan pekerjaan dan penghasilan. Upah tried to apply for a job at the United Nation.
pensiunannya tidak cukup untuk menghidupi This was apparent in some of his letters and the
keluarganya yang besar, juga harga dirinya. replies by a particular Alvaro Ortega, UNs Head
Kedekatannya dengan Sukarno telah of Inter-Regional Advisor Building; Center for
menyebabkan kejatuhan karirnya pada rezim Housing, Building and Planning. One should note
Orde Baru Suharto. Beliau kemudian mulai that, despite his touching letters and Personal
mencari pekerjaan yang membutuhkan Statement History of his life that he wrote himself,
keahliannya. Di saat surutnya karirnya, beliau it shows how was it, really, the hardship he faced
mencoba melamar pekerjan ke PBB. Hal ini and the deteriorated economy burden his life
terlihat pada beberapa suratnya dan surat and his family. Yet, it expresses his dedication and
balasan dari Alvaro Ortega, Kepala Penasihat devotion as an architect, to serve the people, to
Bangunan Inter-Regional; Departemen Pusat make a better living, through modernity.
untuk Perumahan, Bangunan dan Perencanaan.
Namun perlu dicatat bahwa, di luar surat-surat He passed away in 1984, unable to see his own
yang menyentuh dan Klarifikasi Sejarah Pribadi house renovation when it was finished. He died
(Personal Statement History) yang ditulisnya, as a man of remembrance, a modern hero
beliau memperlihatkan bagaimana kesulitan who had helped to build the country, and his
dan kehidupan yang susah di tengah-tengah name still remains as an outstanding architect of
krisis ekonomi membebani kehidupannya Indonesia.
d a n k e l u a r g a n y a . Te t a p i , s u r a t i t u t e t a p
mengekspresikan dedikasi dan pengabdian
hidupnya sebagai seorang arsitek untuk melayani
rakyat, menciptakan kehidupan yang lebih baik,
melalui modernitas.

Beliau meninggal tahun 1984, dan tidak sempat


melihat dan menikmati hasil renovasi rumahnya
sendiri. Namun beliau meninggal sebagai tokoh
bangsa, pahlawan modern yang ikut dalam
pembangunan nasional, dan namanya tetap
diingat sebagai arsitek luar biasa Indonesia.

32 33
RUMAH
THE HOUSE

stabilan. Tetapi, beliau berhasil untuk keluar dari It is quite lugubrious that, in the last phase of
itu semua; bahkan dapat membina keluarganya his life, just after Silaban retired from his Public
dan hidupnya bersama karirnya. Beliau juga Work Service, he was desperate for job and
mengabdikan keahlian dan hidupnya untuk income. His retirement allowances were, in fact,
melayani negaranya, yang saat itu masih muda. not enough for his big family, and his dignity. His
association with Sukarno made him unfavorable
Cukup ironis memang, dalam fase hidup to the newly-ascending Suharto regime. He
terakhirnya, ketika Silaban pensiun dari then started to find any jobs that would need
Departemen Pekerjaan Umum, beliau sangat his service. After the downfall of his career, he
haus akan pekerjaan dan penghasilan. Upah tried to apply for a job at the United Nation.
pensiunannya tidak cukup untuk menghidupi This was apparent in some of his letters and the
keluarganya yang besar, juga harga dirinya. replies by a particular Alvaro Ortega, UNs Head
Kedekatannya dengan Sukarno telah of Inter-Regional Advisor Building; Center for
menyebabkan kejatuhan karirnya pada rezim Housing, Building and Planning. One should note
Orde Baru Suharto. Beliau kemudian mulai that, despite his touching letters and Personal
mencari pekerjaan yang membutuhkan Statement History of his life that he wrote himself,
keahliannya. Di saat surutnya karirnya, beliau it shows how was it, really, the hardship he faced
mencoba melamar pekerjan ke PBB. Hal ini and the deteriorated economy burden his life
terlihat pada beberapa suratnya dan surat and his family. Yet, it expresses his dedication and
balasan dari Alvaro Ortega, Kepala Penasihat devotion as an architect, to serve the people, to
Bangunan Inter-Regional; Departemen Pusat make a better living, through modernity.
untuk Perumahan, Bangunan dan Perencanaan.
Namun perlu dicatat bahwa, di luar surat-surat He passed away in 1984, unable to see his own
yang menyentuh dan Klarifikasi Sejarah Pribadi house renovation when it was finished. He died
(Personal Statement History) yang ditulisnya, as a man of remembrance, a modern hero
beliau memperlihatkan bagaimana kesulitan who had helped to build the country, and his
dan kehidupan yang susah di tengah-tengah name still remains as an outstanding architect of
krisis ekonomi membebani kehidupannya Indonesia.
d a n k e l u a r g a n y a . Te t a p i , s u r a t i t u t e t a p
mengekspresikan dedikasi dan pengabdian
hidupnya sebagai seorang arsitek untuk melayani
rakyat, menciptakan kehidupan yang lebih baik,
melalui modernitas.

Beliau meninggal tahun 1984, dan tidak sempat


melihat dan menikmati hasil renovasi rumahnya
sendiri. Namun beliau meninggal sebagai tokoh
bangsa, pahlawan modern yang ikut dalam
pembangunan nasional, dan namanya tetap
diingat sebagai arsitek luar biasa Indonesia.

32 33
10
Gambar pra-rencana asli
Original preliminary design drawing

34 35
10
Gambar pra-rencana asli
Original preliminary design drawing

34 35
Riwayat Rumah Silaban
A Story of Silaban House

12 Keluarga Silaban di rumah


awal mereka (sekitar 1952)
The Silaban's at their original
house (circa 1952)

Friedrich Silaban, seorang arsitek yang Friedrich Silaban, an architect with a close
mempunyai hubungan khusus dengan Presiden relationship with President Sukarno, designed his
Sukarno, merancang rumahnya sendiri own house on his own plot of land in Bogor in
ditanahnya sendiri pada tahun 1958 untuk 1958 in order to prepare for Sukarnos visit. One
mempersiapkan kunjungan Sukarno. Suatu hari, day, the president told Silaban of his wanting of
Presiden mengatakan keinginannya mengunjungi visiting the architects house. However, Silabans
rumah arsitek. Bagaimanapun, rumah Silaban original house was just a small houseso simple
pada mulanya hanya berupa rumah kecil that the architect did not feel confident to
sangat sederhana yang membuatnya tidak have his house visited by the president. The first
percaya diri untuk dikunjungi oleh presiden. Hal thing he did was to ask Sukarno to postpone
pertama yang langsung dilakukannya adalah the visit. He then rapidly designed his house and
meminta Sukarno menunda kunjungannya. finished the scheme in one night. It took a year
Dia segera merancang rumahnya dan for construction. Then, a new house came to
menyelesaikan rencananya dalam waktu satu replace the old house on the same site.
malam. Diperlukan waktu satu tahun untuk
membangun rumah itu. Kemudian, rumah baru The original roof of the new house was covered
tersebut dapat menggantikan rumah lama yang by wooden shingles (sirap). But, due to the
berada pada lokasi yang sama. unavailability of sirap shingles with sufficient
thicknesshence its rather indurable nature
11 Gambar asli perspektif Rumah Silaban Atap dalam rancangan awal dari rumah baru he decided in 1980s to replace with concrete.
Original perspective drawing of Silabans House ini terbuat dari sirap. Tetapi, ketidaktersediaan Another new element is a canopy for the carport,
sirap dengan ketebalan yang cukup sebab which was not seen in the original plan. It was
lebih tahan cuaca pada tahun 1980-an ia constructed as an addition, due to arising need
memutuskan untuk menggantinya dengan to have more space to park new vehicle.

36 37
Riwayat Rumah Silaban
A Story of Silaban House

12 Keluarga Silaban di rumah


awal mereka (sekitar 1952)
The Silaban's at their original
house (circa 1952)

Friedrich Silaban, seorang arsitek yang Friedrich Silaban, an architect with a close
mempunyai hubungan khusus dengan Presiden relationship with President Sukarno, designed his
Sukarno, merancang rumahnya sendiri own house on his own plot of land in Bogor in
ditanahnya sendiri pada tahun 1958 untuk 1958 in order to prepare for Sukarnos visit. One
mempersiapkan kunjungan Sukarno. Suatu hari, day, the president told Silaban of his wanting of
Presiden mengatakan keinginannya mengunjungi visiting the architects house. However, Silabans
rumah arsitek. Bagaimanapun, rumah Silaban original house was just a small houseso simple
pada mulanya hanya berupa rumah kecil that the architect did not feel confident to
sangat sederhana yang membuatnya tidak have his house visited by the president. The first
percaya diri untuk dikunjungi oleh presiden. Hal thing he did was to ask Sukarno to postpone
pertama yang langsung dilakukannya adalah the visit. He then rapidly designed his house and
meminta Sukarno menunda kunjungannya. finished the scheme in one night. It took a year
Dia segera merancang rumahnya dan for construction. Then, a new house came to
menyelesaikan rencananya dalam waktu satu replace the old house on the same site.
malam. Diperlukan waktu satu tahun untuk
membangun rumah itu. Kemudian, rumah baru The original roof of the new house was covered
tersebut dapat menggantikan rumah lama yang by wooden shingles (sirap). But, due to the
berada pada lokasi yang sama. unavailability of sirap shingles with sufficient
thicknesshence its rather indurable nature
11 Gambar asli perspektif Rumah Silaban Atap dalam rancangan awal dari rumah baru he decided in 1980s to replace with concrete.
Original perspective drawing of Silabans House ini terbuat dari sirap. Tetapi, ketidaktersediaan Another new element is a canopy for the carport,
sirap dengan ketebalan yang cukup sebab which was not seen in the original plan. It was
lebih tahan cuaca pada tahun 1980-an ia constructed as an addition, due to arising need
memutuskan untuk menggantinya dengan to have more space to park new vehicle.

36 37
Konsep Umum dari Rumah Silaban
Silaban Houses General Concept

genteng beton. Salah satu elemen baru Originally, it had just a few vegetatives, providing
pada rumah ini adalah kanopi pada carport , a rather friendly openness of the house to its
yang tidak dijumpai pada denah aslinya. Ini environment. Today the front garden was full
merupakan konstruksi tambahan, disebabkan of plants in order to block the public view, for
kebutuhan yang membutuhkan ruang tambahan privacy.
untuk tempat parkir kendaraannya. 17 Sketsa Silaban tentang orientasi rumah
Silaban's sketch on houses orientation
Rumah ini memiliki halaman yang cukup luas.
Awalnya, hanya ada beberapa tanaman, yang Rumah ditempatkan sejajar dengan lahan yang The house is situated parallel to the land facing
memberikan nuansa keterbukan ter hadap menghadap ke Selatan dengan jalur utama south with a main entrance pointing to the
lingkungan sekitarnya. Sekarang ini halaman terdapat pada garasi yang sisi Barat dan sirkulasi garage at the West, and another small passage-
depan dipenuhi tanaman yang menghalangi kecil seperti jalan masuk pada sisi Timur. Sirkulasi like entrance at the East. A long passage, parallel
pandangan publik, dan memberikan privasi. yang panjang, sejajar dengan sisi panjang to the houses length, connects from the main
rumah, menghubungkan jalur utama ke ruang entrance to the living room and to the kitchen. All
tengah dan ke dapur. Semua ruangan diatur rooms are arranged in a row, following the East-
dalam lajur, mengikuti sumbu Timur Barat. West axis.

Untuk menjawab kebutuhan dari rumah keluarga To answer the requirement of a 10-children family
dengan 10 anak, Silaban merancang sebuah house, Silaban designed a big house with six
rumah besar dengan enam kamar tidur, termasuk bedrooms, including a master bedroom next to
sebuah kamar tidur utama yang bersebelahan the garage (which is a rather intriguing position
dengan garasi (sebuah posisi yang sebetulnya for such an inner sanctum), a working room, a
agak janggal untuk sebuah inner sanctum), living room, a kitchen with a very large porch in
ruang kerja, sebuah ruang keluarga, dapur the front and a long upper storey part (consisting
dengan beranda yang sangat luas di bagian of childrens playing area and a place to sit
depan dan lantai atas yang panjang (dibuat around) to divide the floor and to link the space.
untuk area bermain anak-anak dan tempat
duduk-duduk) berfungsi sebagai pembagi lantai The house indicates clear dynamic horizontal
dan penyatu ruang. lines, cut by thick vertical lines, concrete columns.
All the rooms are simply arranged underneath one
Rumah mengindikasikan kepolosan yang dinamis big roof with long overhang. The whole house is a
dari garis horisontal, dipotong oleh garis vertikal manifestation of his Indonesian modernist ideas.
yang tipis, berupa kolom beton. Semua ruang
diatur dengan sederhana di bawah sebuah Silaban also held that buildings had their social
atap yang besar dengan serambi yang panjang. roles. To him, perhaps under the spell of the
Keseluruhan rumah merupakan perwujudan dari Bouwkunde textbook, a buildings orientation
ide modernis Indonesia dari Silaban. shows its social character in relation to its
surrounding neighbors. Silaban's sketch below
Silaban juga yakin bahwa bangunan mempunyai shows how houses which socially interact with
peran sosial. Baginya, mungkin karena each other should be oriented.
13 14 13 14 Kanopi tambahan pada carport terlihat pada foto di sebelah kanan, sedangkan pada foto pengaruh buku Bouwkunde, orientasi bangunan
15 16 di atas menunjukkan ketidakhadiran dari kanopi tersebut menunjukkan karakter sosial dalam kaitannya
The additional canopy for the carport can be seen on the photograph above, while the dengan lingkungan sekitarnya. Sketsa Silaban di
photograph on the left shows the absence of the canopy halaman ini menunjukkan bagaimana orientasi
15 16 Halaman Depan Rumah Silaban dahulu (15), dan sekarang (16) rumah yang berinteraksi sosial dengan satu sama
The lawn of Silaban's house then (15), and now (16) lain.

38 39
Konsep Umum dari Rumah Silaban
Silaban Houses General Concept

genteng beton. Salah satu elemen baru Originally, it had just a few vegetatives, providing
pada rumah ini adalah kanopi pada carport , a rather friendly openness of the house to its
yang tidak dijumpai pada denah aslinya. Ini environment. Today the front garden was full
merupakan konstruksi tambahan, disebabkan of plants in order to block the public view, for
kebutuhan yang membutuhkan ruang tambahan privacy.
untuk tempat parkir kendaraannya. 17 Sketsa Silaban tentang orientasi rumah
Silaban's sketch on houses orientation
Rumah ini memiliki halaman yang cukup luas.
Awalnya, hanya ada beberapa tanaman, yang Rumah ditempatkan sejajar dengan lahan yang The house is situated parallel to the land facing
memberikan nuansa keterbukan ter hadap menghadap ke Selatan dengan jalur utama south with a main entrance pointing to the
lingkungan sekitarnya. Sekarang ini halaman terdapat pada garasi yang sisi Barat dan sirkulasi garage at the West, and another small passage-
depan dipenuhi tanaman yang menghalangi kecil seperti jalan masuk pada sisi Timur. Sirkulasi like entrance at the East. A long passage, parallel
pandangan publik, dan memberikan privasi. yang panjang, sejajar dengan sisi panjang to the houses length, connects from the main
rumah, menghubungkan jalur utama ke ruang entrance to the living room and to the kitchen. All
tengah dan ke dapur. Semua ruangan diatur rooms are arranged in a row, following the East-
dalam lajur, mengikuti sumbu Timur Barat. West axis.

Untuk menjawab kebutuhan dari rumah keluarga To answer the requirement of a 10-children family
dengan 10 anak, Silaban merancang sebuah house, Silaban designed a big house with six
rumah besar dengan enam kamar tidur, termasuk bedrooms, including a master bedroom next to
sebuah kamar tidur utama yang bersebelahan the garage (which is a rather intriguing position
dengan garasi (sebuah posisi yang sebetulnya for such an inner sanctum), a working room, a
agak janggal untuk sebuah inner sanctum), living room, a kitchen with a very large porch in
ruang kerja, sebuah ruang keluarga, dapur the front and a long upper storey part (consisting
dengan beranda yang sangat luas di bagian of childrens playing area and a place to sit
depan dan lantai atas yang panjang (dibuat around) to divide the floor and to link the space.
untuk area bermain anak-anak dan tempat
duduk-duduk) berfungsi sebagai pembagi lantai The house indicates clear dynamic horizontal
dan penyatu ruang. lines, cut by thick vertical lines, concrete columns.
All the rooms are simply arranged underneath one
Rumah mengindikasikan kepolosan yang dinamis big roof with long overhang. The whole house is a
dari garis horisontal, dipotong oleh garis vertikal manifestation of his Indonesian modernist ideas.
yang tipis, berupa kolom beton. Semua ruang
diatur dengan sederhana di bawah sebuah Silaban also held that buildings had their social
atap yang besar dengan serambi yang panjang. roles. To him, perhaps under the spell of the
Keseluruhan rumah merupakan perwujudan dari Bouwkunde textbook, a buildings orientation
ide modernis Indonesia dari Silaban. shows its social character in relation to its
surrounding neighbors. Silaban's sketch below
Silaban juga yakin bahwa bangunan mempunyai shows how houses which socially interact with
peran sosial. Baginya, mungkin karena each other should be oriented.
13 14 13 14 Kanopi tambahan pada carport terlihat pada foto di sebelah kanan, sedangkan pada foto pengaruh buku Bouwkunde, orientasi bangunan
15 16 di atas menunjukkan ketidakhadiran dari kanopi tersebut menunjukkan karakter sosial dalam kaitannya
The additional canopy for the carport can be seen on the photograph above, while the dengan lingkungan sekitarnya. Sketsa Silaban di
photograph on the left shows the absence of the canopy halaman ini menunjukkan bagaimana orientasi
15 16 Halaman Depan Rumah Silaban dahulu (15), dan sekarang (16) rumah yang berinteraksi sosial dengan satu sama
The lawn of Silaban's house then (15), and now (16) lain.

38 39
Beranda dikenal sebagai kebutuhan utama Verandahs are well-known tropical necessities.
dalam mengantisipasi iklim tropis. Rumah Silaban The Silaban House has one front verandah and
mempunyai satu beranda depan dan satu one back verandah. The front verandah consists
beranda belakang. Beranda depan terjadi dari of a space defined by the shade created by
ruang yang didefinisikan lewat bayangan yang the wide overhang. The overhang, in its turn, is
tercipta oleh emper yang lebar. Sedangkan supported by horizontal beams. Silaban had a
emper didukung oleh balok horisontal. Silaban comment on the virtue of such wide overhang.
memberi komentar tentang keunggulan emper He wrote in his note:
yang lebar. Dia mencatat bahwa:
Long over hang is a necessary element for
Emper yang panjang adalah elemen yang tropical architecture as it can block direct
penting bagi arsitektur tropis sebagai menangkal sun light, protect from the rain and allow air
sinar matahari langsung, melindungi dari hujan circulation beneath.
dan mengarahkan aliran udara di bawahnya.

18 19

18 Sebuah sudut di beranda depan


A corner of the front verandah
19 Beranda depan
Front verandah

40 41
Beranda dikenal sebagai kebutuhan utama Verandahs are well-known tropical necessities.
dalam mengantisipasi iklim tropis. Rumah Silaban The Silaban House has one front verandah and
mempunyai satu beranda depan dan satu one back verandah. The front verandah consists
beranda belakang. Beranda depan terjadi dari of a space defined by the shade created by
ruang yang didefinisikan lewat bayangan yang the wide overhang. The overhang, in its turn, is
tercipta oleh emper yang lebar. Sedangkan supported by horizontal beams. Silaban had a
emper didukung oleh balok horisontal. Silaban comment on the virtue of such wide overhang.
memberi komentar tentang keunggulan emper He wrote in his note:
yang lebar. Dia mencatat bahwa:
Long over hang is a necessary element for
Emper yang panjang adalah elemen yang tropical architecture as it can block direct
penting bagi arsitektur tropis sebagai menangkal sun light, protect from the rain and allow air
sinar matahari langsung, melindungi dari hujan circulation beneath.
dan mengarahkan aliran udara di bawahnya.

18 19

18 Sebuah sudut di beranda depan


A corner of the front verandah
19 Beranda depan
Front verandah

40 41
Kolom sederhana dilapisi oleh batu belah, lantai Simple columns covered by thinly-cut stones.
dan balok putih terpadu dalam satu komposisi floors and white painted beams are assembled
yang baik sebagai karya seni, dan karenanya into one good composition of art work, and
menciptakan sebuah nuansa yang khas hence create a particular ambience of the front
terhadap beranda depan. verandah.

Serambi belakang berprinsip yang sama dengan The back porch shares the same principle with
bagian depan. Ruangnya juga terdefinisi the one at the front. Its space is also defined by
oleh emper atap. Ini mengarah pada bagian the roof overhang. It is toward this back side of
belakang rumah tempat dimana kamar anak- the house where children rooms are oriented.
anak berorientasi.
Long overhang and the thick wall under the
Emper yang panjang dan dinding yang tipis window create a friendly sitting place which
dibawah jendela menciptakan sebuah tempat encourages social interaction and spending
duduk yang bersahabat dengan mendorong outdoor life in tropical climate.
sebuah interaksi sosial dan menciptakan
kehidupan sosial di ruang luar di iklim tropis. The presence of one verandah at the front and
another at the back of a house (especially the
Hadirnya satu beranda di bagian depan dan house of a colonist family) had been a common
satu lagi di bagian belakang pada sebuah rumah occurrence during the colonial period. The front
(terutama rumah dari sebuah keluarga besar) verandah was where guests especially male
telah menjadi kejadian umum selama periode ones were received by the man of the house.
kolonial. Bagian beranda depan adalah tempat Whereas his wife would entertain female guests
tamu terutama tamu pria diterima oleh tuan at the back verandah (such was the affect of
rumah. Sebaliknya, istrinya akan menjamu tamu Victorian eras notion of morality). The back
wanita di bagian belakang (seperti dipengaruhi verandah also functioned as the place where the
oleh konsep moralitas masa Victorian). Beranda family would spend their time together. After all,
belakang juga berfungsi sebagai tempat dimana the position of the back verandah would provide
keluarga menghabiskan waktu bersama. Setelah them with some privacy. Perhaps such colonial
itu posisi beranda belakang akan memberikan concept of the verandah prompted Silaban to
privasi kepada anggota keluarga. Kemungkinan provide two verandahs at his own house.
konsep beranda kolonial mempengaruhi Silaban
untuk menyajikan dua beranda di rumahnya.

20 Beranda belakang
Back verandah

42 43
Kolom sederhana dilapisi oleh batu belah, lantai Simple columns covered by thinly-cut stones.
dan balok putih terpadu dalam satu komposisi floors and white painted beams are assembled
yang baik sebagai karya seni, dan karenanya into one good composition of art work, and
menciptakan sebuah nuansa yang khas hence create a particular ambience of the front
terhadap beranda depan. verandah.

Serambi belakang berprinsip yang sama dengan The back porch shares the same principle with
bagian depan. Ruangnya juga terdefinisi the one at the front. Its space is also defined by
oleh emper atap. Ini mengarah pada bagian the roof overhang. It is toward this back side of
belakang rumah tempat dimana kamar anak- the house where children rooms are oriented.
anak berorientasi.
Long overhang and the thick wall under the
Emper yang panjang dan dinding yang tipis window create a friendly sitting place which
dibawah jendela menciptakan sebuah tempat encourages social interaction and spending
duduk yang bersahabat dengan mendorong outdoor life in tropical climate.
sebuah interaksi sosial dan menciptakan
kehidupan sosial di ruang luar di iklim tropis. The presence of one verandah at the front and
another at the back of a house (especially the
Hadirnya satu beranda di bagian depan dan house of a colonist family) had been a common
satu lagi di bagian belakang pada sebuah rumah occurrence during the colonial period. The front
(terutama rumah dari sebuah keluarga besar) verandah was where guests especially male
telah menjadi kejadian umum selama periode ones were received by the man of the house.
kolonial. Bagian beranda depan adalah tempat Whereas his wife would entertain female guests
tamu terutama tamu pria diterima oleh tuan at the back verandah (such was the affect of
rumah. Sebaliknya, istrinya akan menjamu tamu Victorian eras notion of morality). The back
wanita di bagian belakang (seperti dipengaruhi verandah also functioned as the place where the
oleh konsep moralitas masa Victorian). Beranda family would spend their time together. After all,
belakang juga berfungsi sebagai tempat dimana the position of the back verandah would provide
keluarga menghabiskan waktu bersama. Setelah them with some privacy. Perhaps such colonial
itu posisi beranda belakang akan memberikan concept of the verandah prompted Silaban to
privasi kepada anggota keluarga. Kemungkinan provide two verandahs at his own house.
konsep beranda kolonial mempengaruhi Silaban
untuk menyajikan dua beranda di rumahnya.

20 Beranda belakang
Back verandah

42 43
"Atap adalah Keseluruhan Rumah!"
"The Roof is the Whole House!"

Bagi Friedrich Silaban: To Friedrich Silaban:


"Struktur atap adalah bagian terpenting. Atap The roof structure is the most important element.
seharusnya tidak didefinisikan oleh ruang dalam, The roof shall not be defined by the interior
karena ruang dalam justru terlindungi oleh atap spaces, as interior spaces are actually protected
itu sendiri". by the roof itself.

Ia juga mengatakan, Silaban also once said,


"Bentuk atap dalah kenyataan tidak diperkuat "The form of the roof is in fact is not forced, or
atau didefiniskan oleh interior! Sebuah bentuk defined by the interior! A pure roof form is not
atap yang murni adalah tidak dibuat untuk made to beautify the interior. It creates an honest
keindahan interior! Itu menciptakan sebuah space inside".
ruang dalam yang jujur".
So Silaban wrote in his note.
Demikian Silaban menulis dalam catatannya. The roof is not be made to form a space, instead,
Atap tidak dibuat dari bentuk sebuah ruang, a space are formed as a result, a gift for the
malahan, sebuah ruang dibentuk sebagai people as it protects, and accepted as a main
sebuah hasil, pemberian untuk manusia seperti necessity for men. Beneath this, then, rooms,
perlindungan dan diterima sebagai kebutuhan ceilings or spaces begin to define themselves.
yang utama bagi manusia. Di bawah atap Simply put, roof is a shield which protects from the
itu, kemudian, ruangan, langit-langit atau above, primarily, and forms the spaces beneath
ruang mulai terdefinisikan dengan sendirinya. it as a secondary purpose.
Sederhananya, atap adalah pelindung yang
melindungi dari atas, sebagai yang utama,
dan bentuk ruang dibawahnya sebagai tujuan
kedua.

22
23

22 Sketsa Silaban untuk keperluan perkuliahan, yang menunjukkan keutamaan atap dalam memberikan karakter
bagi sebuah bangunan .
Sketches by Slaban for a lecture, to show the importance of roof to give a buildings character.
21 Ruang rekreasi anak-anak 23 Sketsa Silaban untuk perkuliahan, memperlihatkan pentingnya atap
Children space Silabans sketches for a lecture, on the importance of the roof

44 45
"Atap adalah Keseluruhan Rumah!"
"The Roof is the Whole House!"

Bagi Friedrich Silaban: To Friedrich Silaban:


"Struktur atap adalah bagian terpenting. Atap The roof structure is the most important element.
seharusnya tidak didefinisikan oleh ruang dalam, The roof shall not be defined by the interior
karena ruang dalam justru terlindungi oleh atap spaces, as interior spaces are actually protected
itu sendiri". by the roof itself.

Ia juga mengatakan, Silaban also once said,


"Bentuk atap dalah kenyataan tidak diperkuat "The form of the roof is in fact is not forced, or
atau didefiniskan oleh interior! Sebuah bentuk defined by the interior! A pure roof form is not
atap yang murni adalah tidak dibuat untuk made to beautify the interior. It creates an honest
keindahan interior! Itu menciptakan sebuah space inside".
ruang dalam yang jujur".
So Silaban wrote in his note.
Demikian Silaban menulis dalam catatannya. The roof is not be made to form a space, instead,
Atap tidak dibuat dari bentuk sebuah ruang, a space are formed as a result, a gift for the
malahan, sebuah ruang dibentuk sebagai people as it protects, and accepted as a main
sebuah hasil, pemberian untuk manusia seperti necessity for men. Beneath this, then, rooms,
perlindungan dan diterima sebagai kebutuhan ceilings or spaces begin to define themselves.
yang utama bagi manusia. Di bawah atap Simply put, roof is a shield which protects from the
itu, kemudian, ruangan, langit-langit atau above, primarily, and forms the spaces beneath
ruang mulai terdefinisikan dengan sendirinya. it as a secondary purpose.
Sederhananya, atap adalah pelindung yang
melindungi dari atas, sebagai yang utama,
dan bentuk ruang dibawahnya sebagai tujuan
kedua.

22
23

22 Sketsa Silaban untuk keperluan perkuliahan, yang menunjukkan keutamaan atap dalam memberikan karakter
bagi sebuah bangunan .
Sketches by Slaban for a lecture, to show the importance of roof to give a buildings character.
21 Ruang rekreasi anak-anak 23 Sketsa Silaban untuk perkuliahan, memperlihatkan pentingnya atap
Children space Silabans sketches for a lecture, on the importance of the roof

44 45
24 24 25 Sebuah foto dari arsip Silaban yang menunjukkan dominasi atap.
25 A photograph of the house from Silabans archive shows the dominance of the roof.

26 Ruang keluarga yang dibentuk oleh


atap
The living room, as formed by the roof

Ruang keluarga juga menunjukkan pentingnya The living room also shows the importance of the
atap. Perasaan lapang sangat berhasil roof. The sense of spaciousness was successfully
diciptakan dengan bentuk yang murni dari atap created by the pure form of the roof and the
dan dinding putih. Pintu kaca pada sisi lain pada white painted wall. The glass doors on the either
ruang keluarga yang menghubungkan ruang sides of the living room connect the indoor space
dalam dengan ruang luar dan keleluasaan with the outdoor space and widen the space
ruang pada ruang keluarga mengkaitkan of living room to interact with the environment.
dengan lingkungan. Pe-revolusi-an ruang Revolutionizing the traditional enclosed space,
tertutup tradisional, Silaban merancang sebuah Silaban designed a modern friendly living space
ruang hidup modern yang bersahabat dengan which connects the interior and the exterior.
menghubungkan antara interior dan eksterior.

46 47
24 24 25 Sebuah foto dari arsip Silaban yang menunjukkan dominasi atap.
25 A photograph of the house from Silabans archive shows the dominance of the roof.

26 Ruang keluarga yang dibentuk oleh


atap
The living room, as formed by the roof

Ruang keluarga juga menunjukkan pentingnya The living room also shows the importance of the
atap. Perasaan lapang sangat berhasil roof. The sense of spaciousness was successfully
diciptakan dengan bentuk yang murni dari atap created by the pure form of the roof and the
dan dinding putih. Pintu kaca pada sisi lain pada white painted wall. The glass doors on the either
ruang keluarga yang menghubungkan ruang sides of the living room connect the indoor space
dalam dengan ruang luar dan keleluasaan with the outdoor space and widen the space
ruang pada ruang keluarga mengkaitkan of living room to interact with the environment.
dengan lingkungan. Pe-revolusi-an ruang Revolutionizing the traditional enclosed space,
tertutup tradisional, Silaban merancang sebuah Silaban designed a modern friendly living space
ruang hidup modern yang bersahabat dengan which connects the interior and the exterior.
menghubungkan antara interior dan eksterior.

46 47
Analisa desain iklim-mikro
Micro-climatic design analysis

Dari gambar ini, terlihat bahwa peletakan lantai atas From the picture, upper floor s assymetrical position
yang asimetris menciptakan luasan area bagian provides less area at the house's back side compared
belakang bangunan lebih kecil daripada bagian depan to the front side. Due to this, the house's back side gets
bangunan. Hal ini menyebabkan bagian belakang cooler during the day. So, the only possible system is the
bangunan akan terasa lebih dingin di siang hari.Dengan stack effect, instead of the cross ventilation.
demikian sistem yang mungkin terjadi adalah sistem
efek cerobong, dan bukan sistem ventilasi silang.

27 Transparansi pintu Berdasarkan aliran udara, rumah ini dibagi menjadi tiga Based on the air flow, we divided the house into three
Transparency of the sliding door zona : zones :
1. area ruang keluarga yang dihubungkan dengan 1. living room connected to the upper floor, with its
lantai atas menimbulkan kesan lapang. spacious atmosphere.
2. lantai atas tanpa dinding pada bagian kanan kirinya 2. upper floor without walls on its left and right sides
3. kamar tidur utama serta ruang-ruang yang tersekat 3. master bedroom and partitioned spaces, with its stuffy
menimbulkan kesan padat. atmosphere
Keutamaan pintu kaca adalah lebih dari The importance of the glass doors is more than Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh pada aliran All the above effect the air flow in the house, which
sekedar menghubungkan dua buah ruangan. connecting two spaces. The transparency angin di dalam rumah, yang akan menekan ke zona tends to press toward zone
Transparansi mengurangi kepadatan dari diminishes the solidity of the walls. Silaban 3,untuk dapat keluar melalui lubang kecil di ujung zona 3.
d i n d i n g . S i l a b a n p e rc a y a b a h w a s e b u a h believed that a building is not defined by walls,
bangunan tidak didefinisikan oleh dinding, tapi but by roof and its supporting elements. Hence
oleh atap dan elemen pendukungnya. the diminutive effect.

Pentingnya atap juga diperkuat oleh sebuah The importance of the roof is also acentuated by
celah di antara pintu dan langit-langit, yang a gap between the door and ceiling which allow
membiarkan masuknya cahaya alami. Efeknya natural light to come across. Such effect creates
adalah sebuah nuansa ringan, seakan-akan an ethereal nuance nuance, as if the roof is
atap mengambang. "hoovering".

Pernah dalam catatannya, Silaban Once in his note, Silaban analogized roof as a
menganalogikan atap sebagai topi. Ia pun hat. He then analogized the space between the
menganalogikan ruang di antara kepala dan hat and the covered head as the architectural
pagi siang sore
topi sebagai ruang arsitektural yang tercipta oleh space created by the roof. Such was the morning noon afternoon
atap. Begitu pentinglah atap baginya. importance of roof for him.
Solar shading simulation of the house showing the Simulasi pembayangan matahari memperlihatkan
extensive roof design protects main living areas from the rancangan ekstensif atap melindungi daerah utama
excessive tropical sun. dari sinar matahari tropis yang panas.
48
Analisa desain iklim-mikro
Micro-climatic design analysis

Dari gambar ini, terlihat bahwa peletakan lantai atas From the picture, upper floor s assymetrical position
yang asimetris menciptakan luasan area bagian provides less area at the house's back side compared
belakang bangunan lebih kecil daripada bagian depan to the front side. Due to this, the house's back side gets
bangunan. Hal ini menyebabkan bagian belakang cooler during the day. So, the only possible system is the
bangunan akan terasa lebih dingin di siang hari.Dengan stack effect, instead of the cross ventilation.
demikian sistem yang mungkin terjadi adalah sistem
efek cerobong, dan bukan sistem ventilasi silang.

27 Transparansi pintu Berdasarkan aliran udara, rumah ini dibagi menjadi tiga Based on the air flow, we divided the house into three
Transparency of the sliding door zona : zones :
1. area ruang keluarga yang dihubungkan dengan 1. living room connected to the upper floor, with its
lantai atas menimbulkan kesan lapang. spacious atmosphere.
2. lantai atas tanpa dinding pada bagian kanan kirinya 2. upper floor without walls on its left and right sides
3. kamar tidur utama serta ruang-ruang yang tersekat 3. master bedroom and partitioned spaces, with its stuffy
menimbulkan kesan padat. atmosphere
Keutamaan pintu kaca adalah lebih dari The importance of the glass doors is more than Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh pada aliran All the above effect the air flow in the house, which
sekedar menghubungkan dua buah ruangan. connecting two spaces. The transparency angin di dalam rumah, yang akan menekan ke zona tends to press toward zone
Transparansi mengurangi kepadatan dari diminishes the solidity of the walls. Silaban 3,untuk dapat keluar melalui lubang kecil di ujung zona 3.
d i n d i n g . S i l a b a n p e rc a y a b a h w a s e b u a h believed that a building is not defined by walls,
bangunan tidak didefinisikan oleh dinding, tapi but by roof and its supporting elements. Hence
oleh atap dan elemen pendukungnya. the diminutive effect.

Pentingnya atap juga diperkuat oleh sebuah The importance of the roof is also acentuated by
celah di antara pintu dan langit-langit, yang a gap between the door and ceiling which allow
membiarkan masuknya cahaya alami. Efeknya natural light to come across. Such effect creates
adalah sebuah nuansa ringan, seakan-akan an ethereal nuance nuance, as if the roof is
atap mengambang. "hoovering".

Pernah dalam catatannya, Silaban Once in his note, Silaban analogized roof as a
menganalogikan atap sebagai topi. Ia pun hat. He then analogized the space between the
menganalogikan ruang di antara kepala dan hat and the covered head as the architectural
pagi siang sore
topi sebagai ruang arsitektural yang tercipta oleh space created by the roof. Such was the morning noon afternoon
atap. Begitu pentinglah atap baginya. importance of roof for him.
Solar shading simulation of the house showing the Simulasi pembayangan matahari memperlihatkan
extensive roof design protects main living areas from the rancangan ekstensif atap melindungi daerah utama
excessive tropical sun. dari sinar matahari tropis yang panas.
48
Kesederhanaan, Kejelasan dan Kejujuran
Simplicity, Clarity and Honesty

29 Kejujuran struktur di lantai atas


Structural honestly on the upper floor

28 Tiang dan balok struktur atap


Column and beam of roof structure
Rumah memiliki lantai bawah dan lantai atas. The house consists of ground floor and the upper
Denah adalah sebuah persegi panjang yang floor. The floor plan is a big rectangle composed
besar dikomposisi oleh pengaturan yang by simple arrangement of small rectangles
sederhana dengan persegi panjang kecil yang placed along the east west axis.
Sebagai seorang modernis Silaban percaya Yes, as a modernist Silaban believed that a menempati sepanjang sumbu timurbarat.
bahwa sebuah bangunan harus sederhana, building should be simple, clear and honest. Working room, master room and living room face
jernih dan jujur. Ruang kerja, Kamar tidur utama, dan to the south to capture the view of the garden.
Surely one might relate his concept with the ruang keluarga menghadap selatan untuk
Pasti terdapat kaitan konsep Silaban dengan rather well-known and widely-accepted memandang pekarangan. The kitchen is at the east side of the house with
pemikiran modern yang diketahui dan modernist thinking. But for Silaban there may be a long terrace to be suitable with activities in the
berpengaruh luas. Tapi untuk Silaban mungkin another factor. Aside from what he read (such as Dapur berada di sisi timur dari rumah dengan kitchen which usually takes place in the morning
terdapat faktor lain. Terlepas dari apa yang dia the textbook-like Bouwkunde). Silaban was a son teras panjang yang disesuaikan dengan aktivitas and requires sunlight.
baca (seperti buku teks Bouwkunde ). Silaban of a priest from Tapanuli. This is a protestant area, di dapur yang biasanya di pagi hari dan
yang juga putra dari seorang pendeta dari where Calvinist-type of morality is disseminated. memerlukan sinar matahari. The garage, the least used place, is at the west
Tapanuli, yang merupakan daerah Protestan This, along other factors, might have affected side, for the afternoon sun in tropical climate is
tempat moralitas Calvinis disebarkan. Hal Silabans preference on simplicity, clarity and Garasi, bertempat di sudut lokasi, berada di the hottest during the day.
ini juga menjadi faktor lain yang mungkin honesty. sisi barat, sinar matahari sore di iklim tropis
memberi pengaruh pada pilihan Silaban pada merupakan bagian terpanas sepanjang hari.
keserhanaan, kejernihan dan kejujuran.

50 51
Kesederhanaan, Kejelasan dan Kejujuran
Simplicity, Clarity and Honesty

29 Kejujuran struktur di lantai atas


Structural honestly on the upper floor

28 Tiang dan balok struktur atap


Column and beam of roof structure
Rumah memiliki lantai bawah dan lantai atas. The house consists of ground floor and the upper
Denah adalah sebuah persegi panjang yang floor. The floor plan is a big rectangle composed
besar dikomposisi oleh pengaturan yang by simple arrangement of small rectangles
sederhana dengan persegi panjang kecil yang placed along the east west axis.
Sebagai seorang modernis Silaban percaya Yes, as a modernist Silaban believed that a menempati sepanjang sumbu timurbarat.
bahwa sebuah bangunan harus sederhana, building should be simple, clear and honest. Working room, master room and living room face
jernih dan jujur. Ruang kerja, Kamar tidur utama, dan to the south to capture the view of the garden.
Surely one might relate his concept with the ruang keluarga menghadap selatan untuk
Pasti terdapat kaitan konsep Silaban dengan rather well-known and widely-accepted memandang pekarangan. The kitchen is at the east side of the house with
pemikiran modern yang diketahui dan modernist thinking. But for Silaban there may be a long terrace to be suitable with activities in the
berpengaruh luas. Tapi untuk Silaban mungkin another factor. Aside from what he read (such as Dapur berada di sisi timur dari rumah dengan kitchen which usually takes place in the morning
terdapat faktor lain. Terlepas dari apa yang dia the textbook-like Bouwkunde). Silaban was a son teras panjang yang disesuaikan dengan aktivitas and requires sunlight.
baca (seperti buku teks Bouwkunde ). Silaban of a priest from Tapanuli. This is a protestant area, di dapur yang biasanya di pagi hari dan
yang juga putra dari seorang pendeta dari where Calvinist-type of morality is disseminated. memerlukan sinar matahari. The garage, the least used place, is at the west
Tapanuli, yang merupakan daerah Protestan This, along other factors, might have affected side, for the afternoon sun in tropical climate is
tempat moralitas Calvinis disebarkan. Hal Silabans preference on simplicity, clarity and Garasi, bertempat di sudut lokasi, berada di the hottest during the day.
ini juga menjadi faktor lain yang mungkin honesty. sisi barat, sinar matahari sore di iklim tropis
memberi pengaruh pada pilihan Silaban pada merupakan bagian terpanas sepanjang hari.
keserhanaan, kejernihan dan kejujuran.

50 51
Kamar tidur anak-anak menghadap ke halaman Childrens bed rooms face to the back yard
belakang sehingga mereka dapat keluar dan garden so they can come out and get together
bermain bersama di belakang rumah. Halaman to play behind the house. Back yard is good for
belakang sangat baik untuk area ber main playing area since living room is frequently for the
semenjak ruang keluarga sering digunakan untuk guest.
menerima tamu.
All the rooms were designed to have windows in
Semua ruang dirancang dengan memiliki dua order to get sunlight and natural ventilation. The
jendela yang dimaksudkan untuk mendapatkan upper floor connects the living room with the bed
sinar matahari dan ventilasi alamiah. Lantai room and working room. No rooms in this house,
atas menghubungkan ruang keluarga dengan accept the main bedroom, the kitchen and the
ruang kerja. Tidak ada ruang/kamar di rumah garage, was completely enclosed. The upper 30 Terlihat hubungan visual langsung
antara lantai atas dan kamar
ini, terkecuali kamar tidur utama, dapur dan floor seems like a bridge from which we can see
anak di bawah yang mengurangi
garasi, yang benar-benar tertutup. Lantai atas the activities in the living room, room and working privasi.
nampak seperti jembatan dari tempat yang bisa room. The space combines all the rooms into one Direct visual connection between
melihat aktivitas di ruang keluarga. Kombinasi whole unity. It is good for space interaction but the upper floor and children's
semua ruangan ke dalam satu kesatuan. Ini baik there is another effect, too; the lack of privacy rooms below is evident, diminishing
untuk interaksi antar ruang tapi ada efek yang for the childrens bedrooms. Another interesting privacy.
lain, yaitu: berkurangnya privasi untuk kamar aspect of the house has to do with the notion of
tidur anak-anak. Sebuah aspek yang cukup privacy. Silaban did not subscribe to the Western
menarik tentang rumah ini adalah aspek privasi. idea on privacy. He argued that some activities,
Silaban tidak mengikuti ide Barat tentang privasi. such as dining, cooking and reading did not
Menurutnya, ada beberapa kegiatan sehari-hari require high level of privacy. Denah rumah Silaban disusun secara sederhana The floor plan of Silabans house was simply
yang tidak begitu membutuhkan privasi. berdasarkan fungsi yang diembannya. arranged based on its function. It is a big
One of his articles in Indonesian even stated that, Merupakan sebuah bentuk persegi besar yang rectangle composed of many small rectangles.
Di salah satu artikel pada peristiwa di Indonesia terdiri dari persegi-persegi yang lebih kecil. Ruang Living room divides sleeping and working space
dinyatakan bahwa: "In fact, most of human activities are not keluarga memisahkan ruang tidur dan ruang from eating place.
necessarily need privacy. In Japan, for example, kerja dari ruang makan.
"Pada kenyataannya, hampir semua aktivitas they imply in their houses that walls are not As far as the floor plans arrangement for the
manusia tidak memperlukan privasi. Di Jepang, primary needs". Perhatikan pengaturan denah untuk rumah, house is concerned, attention may be turned to
contohnya, mereka menyatakan bahwa per hatian mungkin akan mengarah pada a book, Homes for Moderns, by Henry M. Hesse,
di dalam rumahnya dinding tidak terlalu According to his son, Panogu, all the childrens sebuah buku, Homes for Moderns oleh Henry M. published in 1946. It is not what one might call an
diperlukan". bed rooms are lacking of privacy. His father once Hesse, diterbitkan pada tahun 1946. Ini tidak bisa academic book, for it is a thin book for popular
said "if you want privacy, you can move and live disebut sebagai buku akademis, untuk buku tipis segment (it was priced at US$ 1). This book has
Menurut anaknya, Panogu, semua kamar anak- in your own house, because this is my house". ditujukan untuk segmen populer (yang berharga been found at Silabans studio. Of course it would
anak tidak cukup mempunyai privasi. Ayahnya Such is another side of his design. US$ 1 ketika diterbitkan). Buku ini ditemukan di be highly speculative at this point to say that the
pernah mengatakan: "jika kamu ingin privasi, Studio Silaban. Tentu sangat spekulatif untuk book co-shaped the conceivement of Silabans
kamu dapat pindah dan hidup di rumahmu menyatakan bahwa buku tersebut membentuk house. Yet the book defines "good design for a
sendiri, sebab ini rumahku". Inilah sisi lain dari pemahaman pada rumah Silaban. Kemudian house" as (in quote):
rancangannya. buku tersebut mendefinisikan desain yang bagus
untuk rumah sebagai (kutipan): - All rooms in the house should be so arranged
that access from one to another of the major
Semua ruangan dalam rumah seharusnya living areas maybe gained without passing
diatur untuk mempunyai akses dari satu ke yang through the third major area.
lain terhadap area ruang utama yang mungkin
diperoleh tanpa melalui area utama ketiga.

52 53
Kamar tidur anak-anak menghadap ke halaman Childrens bed rooms face to the back yard
belakang sehingga mereka dapat keluar dan garden so they can come out and get together
bermain bersama di belakang rumah. Halaman to play behind the house. Back yard is good for
belakang sangat baik untuk area ber main playing area since living room is frequently for the
semenjak ruang keluarga sering digunakan untuk guest.
menerima tamu.
All the rooms were designed to have windows in
Semua ruang dirancang dengan memiliki dua order to get sunlight and natural ventilation. The
jendela yang dimaksudkan untuk mendapatkan upper floor connects the living room with the bed
sinar matahari dan ventilasi alamiah. Lantai room and working room. No rooms in this house,
atas menghubungkan ruang keluarga dengan accept the main bedroom, the kitchen and the
ruang kerja. Tidak ada ruang/kamar di rumah garage, was completely enclosed. The upper 30 Terlihat hubungan visual langsung
antara lantai atas dan kamar
ini, terkecuali kamar tidur utama, dapur dan floor seems like a bridge from which we can see
anak di bawah yang mengurangi
garasi, yang benar-benar tertutup. Lantai atas the activities in the living room, room and working privasi.
nampak seperti jembatan dari tempat yang bisa room. The space combines all the rooms into one Direct visual connection between
melihat aktivitas di ruang keluarga. Kombinasi whole unity. It is good for space interaction but the upper floor and children's
semua ruangan ke dalam satu kesatuan. Ini baik there is another effect, too; the lack of privacy rooms below is evident, diminishing
untuk interaksi antar ruang tapi ada efek yang for the childrens bedrooms. Another interesting privacy.
lain, yaitu: berkurangnya privasi untuk kamar aspect of the house has to do with the notion of
tidur anak-anak. Sebuah aspek yang cukup privacy. Silaban did not subscribe to the Western
menarik tentang rumah ini adalah aspek privasi. idea on privacy. He argued that some activities,
Silaban tidak mengikuti ide Barat tentang privasi. such as dining, cooking and reading did not
Menurutnya, ada beberapa kegiatan sehari-hari require high level of privacy. Denah rumah Silaban disusun secara sederhana The floor plan of Silabans house was simply
yang tidak begitu membutuhkan privasi. berdasarkan fungsi yang diembannya. arranged based on its function. It is a big
One of his articles in Indonesian even stated that, Merupakan sebuah bentuk persegi besar yang rectangle composed of many small rectangles.
Di salah satu artikel pada peristiwa di Indonesia terdiri dari persegi-persegi yang lebih kecil. Ruang Living room divides sleeping and working space
dinyatakan bahwa: "In fact, most of human activities are not keluarga memisahkan ruang tidur dan ruang from eating place.
necessarily need privacy. In Japan, for example, kerja dari ruang makan.
"Pada kenyataannya, hampir semua aktivitas they imply in their houses that walls are not As far as the floor plans arrangement for the
manusia tidak memperlukan privasi. Di Jepang, primary needs". Perhatikan pengaturan denah untuk rumah, house is concerned, attention may be turned to
contohnya, mereka menyatakan bahwa per hatian mungkin akan mengarah pada a book, Homes for Moderns, by Henry M. Hesse,
di dalam rumahnya dinding tidak terlalu According to his son, Panogu, all the childrens sebuah buku, Homes for Moderns oleh Henry M. published in 1946. It is not what one might call an
diperlukan". bed rooms are lacking of privacy. His father once Hesse, diterbitkan pada tahun 1946. Ini tidak bisa academic book, for it is a thin book for popular
said "if you want privacy, you can move and live disebut sebagai buku akademis, untuk buku tipis segment (it was priced at US$ 1). This book has
Menurut anaknya, Panogu, semua kamar anak- in your own house, because this is my house". ditujukan untuk segmen populer (yang berharga been found at Silabans studio. Of course it would
anak tidak cukup mempunyai privasi. Ayahnya Such is another side of his design. US$ 1 ketika diterbitkan). Buku ini ditemukan di be highly speculative at this point to say that the
pernah mengatakan: "jika kamu ingin privasi, Studio Silaban. Tentu sangat spekulatif untuk book co-shaped the conceivement of Silabans
kamu dapat pindah dan hidup di rumahmu menyatakan bahwa buku tersebut membentuk house. Yet the book defines "good design for a
sendiri, sebab ini rumahku". Inilah sisi lain dari pemahaman pada rumah Silaban. Kemudian house" as (in quote):
rancangannya. buku tersebut mendefinisikan desain yang bagus
untuk rumah sebagai (kutipan): - All rooms in the house should be so arranged
that access from one to another of the major
Semua ruangan dalam rumah seharusnya living areas maybe gained without passing
diatur untuk mempunyai akses dari satu ke yang through the third major area.
lain terhadap area ruang utama yang mungkin
diperoleh tanpa melalui area utama ketiga.

52 53
Tiap rumah kecil seharusnya mempunyai sudut - Each small home should have a breakfast nook,
sarapan, ruang kecil untuk makan malam atau dining alcove, or both incorporated in the plan,
keduanya dpat digabung dalam perencanaan, placed within or adjacent to the kitchen.
ditempatkan didalam atau berdekatan dengan - Each house should be so oriented on the lot
dapur. to allow a patio or garden view area within the
Tiap rumah seharusnya berorientasi pada property confines. This area designed to be the
bidang sebuah patio atau area taman dalam focal point for view windows and outdoor living.
batas kapling. Area ini dirancang untuk menjadi
focal point dari jendela dan kehidupan luar. Silabans house lets one to experience spatial
effect of different parts of the house.
Rumah Silaban memberikan pengalaman ke-ruang-
an dari tiap bagian yang berbeda dalam rumah
tersebut.

32 Tangga di ruang keluarga


Stair at the living room

Sebagian dari lantai atas dapat dilihat dari ruang A part of the upper floor can be seen from the
keluarga. Lantai atas ini dihubungkan ke ruang living room. And it is connected to the living room
keluarga oleh sebuah tangga. Saat Silaban by a stair. When Silaban designed this house,
merancang rumah ini, ia membayangkan he thought of his daughter. So he designed this
pernikahan anak perempuannya. Karenanya, upper floor not only as another floor for getting
ia rancang lantai atas dan tangga sebagai more space but also as a stage for her daughter
panggung bagi anaknya, yang di hari in wedding dress coming out and come down
pernikahan berjalan dari lantai atas, menuruni via this stair in her wedding day, to be seen by
tangga di hadapan para undangan. the guests.

Balok tangga dicat warna kuning dan railing The stair beam was painted in yellow and the
dengan warna biru. Konon bahwa suatu hari di railing in blue. It is said that one day in 1929,
tahun 1929, Silaban pergi untuk melihat festival Silaban went to see the Pasar Gambir Festival.
Pasar Gambir. J.H. Antonisse menyusun rencana It was J.H. Antonisse who had conceived the
rancangan untuk Festival Pasar Gambir di design scheme for the 1929 Pasar Gambir
tahun 1929. Salah satu hal yang dari rencana Fair. One of several things of the scheme that
31 Pandangan dari ruang keluarga ke
arah taman depan (arsip Silaban)
tersebut yang menarik perhatian Silaban adalah impressed Silaban was the use of primary colors.
View from the living room to the penggunaan warna-warna dasar.
garden (Silabans archive)

54 55
Tiap rumah kecil seharusnya mempunyai sudut - Each small home should have a breakfast nook,
sarapan, ruang kecil untuk makan malam atau dining alcove, or both incorporated in the plan,
keduanya dpat digabung dalam perencanaan, placed within or adjacent to the kitchen.
ditempatkan didalam atau berdekatan dengan - Each house should be so oriented on the lot
dapur. to allow a patio or garden view area within the
Tiap rumah seharusnya berorientasi pada property confines. This area designed to be the
bidang sebuah patio atau area taman dalam focal point for view windows and outdoor living.
batas kapling. Area ini dirancang untuk menjadi
focal point dari jendela dan kehidupan luar. Silabans house lets one to experience spatial
effect of different parts of the house.
Rumah Silaban memberikan pengalaman ke-ruang-
an dari tiap bagian yang berbeda dalam rumah
tersebut.

32 Tangga di ruang keluarga


Stair at the living room

Sebagian dari lantai atas dapat dilihat dari ruang A part of the upper floor can be seen from the
keluarga. Lantai atas ini dihubungkan ke ruang living room. And it is connected to the living room
keluarga oleh sebuah tangga. Saat Silaban by a stair. When Silaban designed this house,
merancang rumah ini, ia membayangkan he thought of his daughter. So he designed this
pernikahan anak perempuannya. Karenanya, upper floor not only as another floor for getting
ia rancang lantai atas dan tangga sebagai more space but also as a stage for her daughter
panggung bagi anaknya, yang di hari in wedding dress coming out and come down
pernikahan berjalan dari lantai atas, menuruni via this stair in her wedding day, to be seen by
tangga di hadapan para undangan. the guests.

Balok tangga dicat warna kuning dan railing The stair beam was painted in yellow and the
dengan warna biru. Konon bahwa suatu hari di railing in blue. It is said that one day in 1929,
tahun 1929, Silaban pergi untuk melihat festival Silaban went to see the Pasar Gambir Festival.
Pasar Gambir. J.H. Antonisse menyusun rencana It was J.H. Antonisse who had conceived the
rancangan untuk Festival Pasar Gambir di design scheme for the 1929 Pasar Gambir
tahun 1929. Salah satu hal yang dari rencana Fair. One of several things of the scheme that
31 Pandangan dari ruang keluarga ke
arah taman depan (arsip Silaban)
tersebut yang menarik perhatian Silaban adalah impressed Silaban was the use of primary colors.
View from the living room to the penggunaan warna-warna dasar.
garden (Silabans archive)

54 55
Ruang terbuka pada sisi lain pada lantai atas Opened spaces in either side of the upper floor
nampak seperti sebuah jembatan. Kejujuran make it seems like a bridge. The honest form of
bentuk pada balok, dinding terpancung the beams, the vertical white cutting walls and
berwarna putih dan pengaturan logis its logical arrangement result in an exiting space.
menghasilkan sebuah ruang yang hidup. Focal A small open in the middle of the wall becomes
point ini menjadi persimpangan pada garis a focal point by its lighting contrast of the indoor
horizontal di railing. Struktur yang tidak ditutupi and the outdoor. This focal point becomes an
menciptakan sebuah keseimbangan keindahan intersection of the horizontal lines of the railings.
yang sederhana tanpa ada tambahan lagi. Unhidden structures create a balanced pure
simple beauty without any secondary additions.
Mengenai tidak perlunya tambahan, Silaban
berpendapat bahwa rumah kecil sebaiknya As far as the unnecerariness of addition, Silaban
hanya terdiri dari tubuh utama, harus mempunyai would advise that small houses to consist only of
sebuah proporsi bagus tanpa tambahan a main body, which is obliged to have a good
lagi. Penambahan hanya akan menonjolkan proportion without any secondary additions,
33 34
"kekerdilan" sebuah rumah. Jikalau penambahan as those additions would only accentuate the
bagian tidak dapat dihindarkan, bagian itu smallness of the house. Even if the additional
seharusnya dibuat sesederhana mungkin, dan parts are unavoidable, those elements should be
sebagai sesuatu yang lebih tidak penting. made as simple as possible, and as something
with less importance. 33 34 Kedua foto ini menunjukkan tidak terhubungnya
dinding dan atap secara langsung
The photos on this page tell us that there are no
single wall is directly connected to the roof.

Di balik ke-abstrak-an pengaturan denah lantai Behind Silabans abstracted simple floor plan
yang dapat dilihat sebagai sebuah kotak yang arrangement which could be visible as boxes
ditempatkan pada sumbu timurbarat, salah placed along the East West axes, another one
satu gambaran yang luar biasa adalah efek remarkable figure is the framing effect. There are
pembingkaian. Terdapat tiga sumbu horisontal three horizontal axes in the plan linking all the
pada denah yang menghubungkan sema ruang space at the East to the space at the West. These
di timur ke ruang di barat. Sumbu ini adalah axes are the corridors connecting from a door to
koridor yang terhubung dari satu pintu ke pintu another:
lain :
- An axis connects the front porch to the master
Sebuah sumbu menghubungkan beranda bedroom via working room.
depan dengan kamar tidur utama melalui ruang - The next axis is the linkage between living room
kerja. and the garage.
Sumbu berikutnya menghubungkan antara - The last relates the kitchen door to the ironing
ruang keluarga dengan garasi room
Terakhir menghubungkan pintu dapur dengan
ruang seterika.

56 57
Ruang terbuka pada sisi lain pada lantai atas Opened spaces in either side of the upper floor
nampak seperti sebuah jembatan. Kejujuran make it seems like a bridge. The honest form of
bentuk pada balok, dinding terpancung the beams, the vertical white cutting walls and
berwarna putih dan pengaturan logis its logical arrangement result in an exiting space.
menghasilkan sebuah ruang yang hidup. Focal A small open in the middle of the wall becomes
point ini menjadi persimpangan pada garis a focal point by its lighting contrast of the indoor
horizontal di railing. Struktur yang tidak ditutupi and the outdoor. This focal point becomes an
menciptakan sebuah keseimbangan keindahan intersection of the horizontal lines of the railings.
yang sederhana tanpa ada tambahan lagi. Unhidden structures create a balanced pure
simple beauty without any secondary additions.
Mengenai tidak perlunya tambahan, Silaban
berpendapat bahwa rumah kecil sebaiknya As far as the unnecerariness of addition, Silaban
hanya terdiri dari tubuh utama, harus mempunyai would advise that small houses to consist only of
sebuah proporsi bagus tanpa tambahan a main body, which is obliged to have a good
lagi. Penambahan hanya akan menonjolkan proportion without any secondary additions,
33 34
"kekerdilan" sebuah rumah. Jikalau penambahan as those additions would only accentuate the
bagian tidak dapat dihindarkan, bagian itu smallness of the house. Even if the additional
seharusnya dibuat sesederhana mungkin, dan parts are unavoidable, those elements should be
sebagai sesuatu yang lebih tidak penting. made as simple as possible, and as something
with less importance. 33 34 Kedua foto ini menunjukkan tidak terhubungnya
dinding dan atap secara langsung
The photos on this page tell us that there are no
single wall is directly connected to the roof.

Di balik ke-abstrak-an pengaturan denah lantai Behind Silabans abstracted simple floor plan
yang dapat dilihat sebagai sebuah kotak yang arrangement which could be visible as boxes
ditempatkan pada sumbu timurbarat, salah placed along the East West axes, another one
satu gambaran yang luar biasa adalah efek remarkable figure is the framing effect. There are
pembingkaian. Terdapat tiga sumbu horisontal three horizontal axes in the plan linking all the
pada denah yang menghubungkan sema ruang space at the East to the space at the West. These
di timur ke ruang di barat. Sumbu ini adalah axes are the corridors connecting from a door to
koridor yang terhubung dari satu pintu ke pintu another:
lain :
- An axis connects the front porch to the master
Sebuah sumbu menghubungkan beranda bedroom via working room.
depan dengan kamar tidur utama melalui ruang - The next axis is the linkage between living room
kerja. and the garage.
Sumbu berikutnya menghubungkan antara - The last relates the kitchen door to the ironing
ruang keluarga dengan garasi room
Terakhir menghubungkan pintu dapur dengan
ruang seterika.

56 57
Kemudian tidak semua tentang keterkaitan, Ye t , i t i s n o t a l l a b o u t l i n k a g e ; i t c a n b e
dapat juga dilakukan spekulasi bahwa dalam speculated that oin effect Silaban created a
efek Silaban diciptakan sebuah efek pem- framing effect. The effect plays an important role
bingkai-an. Efek ini bermain sebagai sebuah as a zoom of the camera to attract viewer to pay
aturan penting seperti sebuah zoom pada attention to a set point.
kamera untuk menarik pemerhati untuk
memperhatikan sebuah rangkaian ruang. Such framing effect may remind one with Dutch
Baroque paintings, such as those by Vermeer
Seperti efek pembingkaian mungkin and others (Silaban purchased a book titled The
men gi n ga t k a n p a d a l uk i sa n j a m an B a r o k World of Vermeer, in 1970s. It can be found at his
Belanda, seperti Vermeer dan yang lainnya studio).
(Silaban membeli sebuah buku dengan judul The
World of Vermeer, pada tahun 1970an. Buku ini
ditemukan di studionya).

35 Sebuah tangga papan kayu sederhana menunjukkan


keindahannya dan menghubungkan dinding-dinding
36 37 36 Jalur sirkulasi utama
putih, lantai atas, dan lantai bawah. Main passage
Simply standing wooden panel stair boasts its beauty
and connects the white walls, the upper floor, and the 37 beranda depan dilihat dari ruang kerja
ground floor together. front verandah as seen from working room

58 59
Kemudian tidak semua tentang keterkaitan, Ye t , i t i s n o t a l l a b o u t l i n k a g e ; i t c a n b e
dapat juga dilakukan spekulasi bahwa dalam speculated that oin effect Silaban created a
efek Silaban diciptakan sebuah efek pem- framing effect. The effect plays an important role
bingkai-an. Efek ini bermain sebagai sebuah as a zoom of the camera to attract viewer to pay
aturan penting seperti sebuah zoom pada attention to a set point.
kamera untuk menarik pemerhati untuk
memperhatikan sebuah rangkaian ruang. Such framing effect may remind one with Dutch
Baroque paintings, such as those by Vermeer
Seperti efek pembingkaian mungkin and others (Silaban purchased a book titled The
men gi n ga t k a n p a d a l uk i sa n j a m an B a r o k World of Vermeer, in 1970s. It can be found at his
Belanda, seperti Vermeer dan yang lainnya studio).
(Silaban membeli sebuah buku dengan judul The
World of Vermeer, pada tahun 1970an. Buku ini
ditemukan di studionya).

35 Sebuah tangga papan kayu sederhana menunjukkan


keindahannya dan menghubungkan dinding-dinding
36 37 36 Jalur sirkulasi utama
putih, lantai atas, dan lantai bawah. Main passage
Simply standing wooden panel stair boasts its beauty
and connects the white walls, the upper floor, and the 37 beranda depan dilihat dari ruang kerja
ground floor together. front verandah as seen from working room

58 59
Material dan Konstruksi
Material and Construction

Penggunaan ubin teraso, teraso cor, dan ubin TThe use of terazzo tiles, cast-in terazzo, and PC
kepala basah (ubin semen) untuk lantai dan tiles for floorings and furnishings was not for just
bahan finishing bukanlah hanya menciptakan certain look. It fits with the tropical climate for it
nuansa khusus. Material tersebut selain sesuai feels comfortable when it is touched and it does
dengan iklim tropis karena terasa sejuk pada not reflect heat. Terazzo and PC tiles are also
badan dan tidak memantulkan panas. Teraso known for their durability.
dan ubin semen juga merupakan material yang
memiliki daya tahan tinggi. Rain gutter and structural elements are exposed
and accentuated. This is related to Silabans
Ta l a n g a i r h u j a n d a n e l e m e n s t r u k t u r n y a belief in honesty. So elements such as the gutter
diperlihatkan dan menonjol. Ini berkaitan dengan should not only serve practical purpose, but
gagasan Silaban terhadap kejujuran. Sehingga also aesthetical one. That is written on a note
elemen seperti talang tidak hanya berguna by Silaban. His aesthetics of honesty at his house
untuk tujuan praktis, tapi juga fungsi keindahan. perhaps preceded the Pompidou Center.
Estetika kejujuran Silaban mungkin mendahului
Pompidou Center.

38 Tektonika Silaban
The tectonics of Silaban

Rumah dibangun dengan menggunakan The house was built by using local material such
material lokal seperti beton, baja, kaca, kayu as concrete, steel, glass, wood and stone.
dan batu.
The concrete walls are simply and clearly placed
Dinding beton adalah sederhana dan vertically along the x and y axis. All the walls are
ditempatkan vertikal secara jernih sepanjang simply painted white. All doors and windows are
sumbu x dan y. Semua dinding secara sederhana equipped by wooden frames and the glasses.
dicat warna putih. Semua pintu dan jendela
dilengkapi oleh bingkai kayu dan kaca. The concrete columns are covered by locally
available stones. Whereas the stairs are
Kolom beton ditutup oleh batu lokal. Mengingat constructions of metal I-beam painted in yellow,
tangga dikonstruksi dari balok baja dicat kuning, blue metal balustrades and wooden steps. Some
baja biru balustrade dan anak tangga dengan columns, such as the yellow-painted ones at the
kayu. Beberapa kolom seperti yang ada di ruang working room, are made of steel. It should be
kerja dicat warna kuning terbuat dari baja. Perlu noted that steel was, in 1958, a rather exclusive
dicatat bahwa baja waktu itu, 1958, material material to be obtained. 39 Talang baja merah
yang sangat eksklusif dan jarang didapatkan. The red rain gutter

60 61
Material dan Konstruksi
Material and Construction

Penggunaan ubin teraso, teraso cor, dan ubin TThe use of terazzo tiles, cast-in terazzo, and PC
kepala basah (ubin semen) untuk lantai dan tiles for floorings and furnishings was not for just
bahan finishing bukanlah hanya menciptakan certain look. It fits with the tropical climate for it
nuansa khusus. Material tersebut selain sesuai feels comfortable when it is touched and it does
dengan iklim tropis karena terasa sejuk pada not reflect heat. Terazzo and PC tiles are also
badan dan tidak memantulkan panas. Teraso known for their durability.
dan ubin semen juga merupakan material yang
memiliki daya tahan tinggi. Rain gutter and structural elements are exposed
and accentuated. This is related to Silabans
Ta l a n g a i r h u j a n d a n e l e m e n s t r u k t u r n y a belief in honesty. So elements such as the gutter
diperlihatkan dan menonjol. Ini berkaitan dengan should not only serve practical purpose, but
gagasan Silaban terhadap kejujuran. Sehingga also aesthetical one. That is written on a note
elemen seperti talang tidak hanya berguna by Silaban. His aesthetics of honesty at his house
untuk tujuan praktis, tapi juga fungsi keindahan. perhaps preceded the Pompidou Center.
Estetika kejujuran Silaban mungkin mendahului
Pompidou Center.

38 Tektonika Silaban
The tectonics of Silaban

Rumah dibangun dengan menggunakan The house was built by using local material such
material lokal seperti beton, baja, kaca, kayu as concrete, steel, glass, wood and stone.
dan batu.
The concrete walls are simply and clearly placed
Dinding beton adalah sederhana dan vertically along the x and y axis. All the walls are
ditempatkan vertikal secara jernih sepanjang simply painted white. All doors and windows are
sumbu x dan y. Semua dinding secara sederhana equipped by wooden frames and the glasses.
dicat warna putih. Semua pintu dan jendela
dilengkapi oleh bingkai kayu dan kaca. The concrete columns are covered by locally
available stones. Whereas the stairs are
Kolom beton ditutup oleh batu lokal. Mengingat constructions of metal I-beam painted in yellow,
tangga dikonstruksi dari balok baja dicat kuning, blue metal balustrades and wooden steps. Some
baja biru balustrade dan anak tangga dengan columns, such as the yellow-painted ones at the
kayu. Beberapa kolom seperti yang ada di ruang working room, are made of steel. It should be
kerja dicat warna kuning terbuat dari baja. Perlu noted that steel was, in 1958, a rather exclusive
dicatat bahwa baja waktu itu, 1958, material material to be obtained. 39 Talang baja merah
yang sangat eksklusif dan jarang didapatkan. The red rain gutter

60 61
40 Gambar asli rancangan pola dan
material penutup lantai
Original design drawing for flooring
patterns and materials

62 63
40 Gambar asli rancangan pola dan
material penutup lantai
Original design drawing for flooring
patterns and materials

62 63
41 43 41 Gambar asli detail varian akhiran kolom dari bahan teraso
42 44 Original detailed drawing of terazzo corner stone variants

42 Gambar asli detail sambungan tangga dengan balok


beton
Original detailed drawing of staircase showing steel and
concrete joinery

43 Gambar asli rancangan fasad dan detail bagian timur


rumah
Original design drawing for east faade with details

44 Foto asli kamar mandi utama


Original photo of the master bathroom

64 65
41 43 41 Gambar asli detail varian akhiran kolom dari bahan teraso
42 44 Original detailed drawing of terazzo corner stone variants

42 Gambar asli detail sambungan tangga dengan balok


beton
Original detailed drawing of staircase showing steel and
concrete joinery

43 Gambar asli rancangan fasad dan detail bagian timur


rumah
Original design drawing for east faade with details

44 Foto asli kamar mandi utama


Original photo of the master bathroom

64 65
Catatan Mengenai Rumah Sumber Acuan
A Note on the House Sources of Reference

Sepanjang 1950an -1960an, masyarakat During the 1950s-1960s, moder n, free and Sumber Utama Primary Source
Indonesia yang modern, bebas dan forward looking Indonesian society was
berpandangan ke depan yang dihasratkan desired by Sukarno. The concept of national Silaban, Friedrich. Laporan singkat tentang Perjalan ke Silaban, Friedrich. Short Report on His Journey to India.
oleh Sukarno. Jati diri arsitektural yang modernis architectural identity based on the international India untuk Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Submitted to the Ministry of Education, Teaching and
dikedepankan. Dalam konteks inilah modernisme style was encouraged. This was the context Kebudayaan, 19 Agustus 1954.* Culture, 19th August 1954.*
rumah Silaban ditampilkan. Dengan prinsip in which Silaban, being inspired toward
arsitektural seperti kesederhanaan, kejernihan, modernity, designed his house. Within some ---------------------------. Laporan Singkat tentang Perjalanan -----------------------. Short Report on His Journey in the
ke Amerika Serikat untuk Kementerian Dalam Negeri, United State. Submitted to the Ministry of Internal Affairs,
kejujuran dan efisiensi, Silaban menjadi salah basic principlessimplicity, clarity, honesty and
November 1957.* November 1957.*
satu arsitek awal yang membentuk kisah jatidiri efficiently--Silaban became the first generation
arsitektural bagi Indonesia di masa tersebut. architect who shaped the architectural narrative
---------------------------. Pidato Acara Pekan Arsitektur. 1974.* --------------. Speech for Architecture Week Event. 1974.*
Bagi Silaban, masyarakatlah, bukan bentuk, in effort for defining an architecture for free
yang mendefinisikan semangat arsitektur. Indonesia. To Silaban, it is not the form which
-------------------------------------. Catatan Pribadi untuk Kuliah.* --------------------------------------------. Personal Lectures Notes.*
Arsitektur harus praktis, punya nilai estetis dan defines the spirit of ones architecture but it is the
sesuai dengan lingkungannya untuk memenuhi inhabitants themselves, living in their own era,
kebutuhan penghuni. who reflect the spirit of the architecture. Yet, the --------------------. Surat Lamaran kepada Perserikatan --------------. Application Letter to the United Nation, 1968.*
Bangsa-Bangsa, 1968.*
architecture has to be practical, aesthetically
Ta p i b a g a i m a n a S i l a b a n m e m a n d a n g sound and fits with the environment in order to -----------------------------------. Hand Writing Curriculum Vitae.*
------------------------------------------------------. Curriculum Vitae.*
Indonesia" modern via arsitektur? Baginya, answer the requirements of the dwellers.
arsitektur modern Indonesia tidak dapat
Secondary Source
dirancang dengan bentuk-bentuk tradisional. But how did Silaban perceive "modern Sumber Sekunder
Semangat, atau geist , yang dapat Indonesia?" He seems to believed that modern
Awal, Han. Small Notes on Meetings with Silaban (1960-
membentuknya. Silaban pun pernah berkata: Indonesian architecture would not be created Awal, Han. Catatan Kecil Beberapa Pertemuan dengan
1978). Delivered in a discussion during the workshop on
through the use traditional form. It is rather what Silaban (1960-1978). Dipresentasikan dalam sesi diskusi
Silabans house, Bogor, July 16th, 2007.
workshop tentang rumah Silaban, Bogor, 16 Juli 2007.
"Terkadang, yang tradisional harus ditinggalkan. he would call "the spirit", or geist, which should
Dan untuk memenuhi pembangunan masa create Indonesian modern architecture. He had Giedion, Sigfried. Space, Time and Architecture. Harvard
Giedion, Sigfried. Space, Time and Architecture. Harvard
mendatang, ada saatnya untuk mengakhiri the following to say: University Press, Cambridge, Mass.: 1954.*
University Press, Cambridge, Mass.: 1954.*
bentuk tradisional dan memulai bentuk yang
baru dengan lebih cocok untuk mengatasi "Sometimes, tradition has to be left out. And Hesse, Henry M. Homes for Moderns. Murray & Gee, Inc.,
Hesse, Henry M. Homes for Moderns. Murray & Gee, Inc.,
abad yang baru". in order to overcome the development for the Culver City: 1946.*
Culver City: 1946.*
future, there are moments to end the traditional
Kemudian, bagaimana dia mengaplikasikan forms and start new ones with which more able Jellema, R., M.C.A. Meische and J.A. Muller, eds.
Jellema, R., M.C.A. Meische and J.A. Muller, eds.
p r i n s i p n y a ? Ke s e d e r h a n a a n d a r i r u m a h to cope with the new age". Bouwkunde, voor de Afedeling Bouwkunde van de
Bouwkunde, voor de Afedeling Bouwkunde van de
Middlebare Technische Hoogeschoolen.*
Si laban memuat pesan yang jelas melal ui Middlebare Technische Hoogeschoolen.*
kesede r hanaan pengat u ran denah dan Yet, how d id he i mplement h i s p r i nci ples?
ko m pos i s i e l e m en ya n g se m p u r n a sepe r t i Simplicity of Silaban's house has projects a clear Koningsberger, Hans. The World of Vermeer: 1632-1675.
Koningsberger, Hans. The World of Vermeer: 1632-1675.
Time Life Library of Art, Time Life International, N.V.*
d i n d i n g , b a l o k , ta n g g a d a n ata p. H a l i n i message via its simple arrangement of the fl oor Time Life Library of Art, Time Life International, N.V.*
menuntun pada nuansa keseimbangan dan plan and well composed elements such as
Kusno, Abidin. Behind the Postcolonial: Arhitecture,
harmonisasi serta pesan kejujuran terhadap walls, beams, staircases and roof. This has lead Kusno, Abidin. Behind the Postcolonial: Arhitecture,
Urban Space and Political Cultures in Indonesia,
pemikiran modernisme melalui estetika murni to balanced and harmonious atmospheres and Urban Space and Political Cultures in Indonesia,
Routledge, London: 2000.
hasil dari permainan cahaya, pembayangan honest messages of modernism through its pure Routledge, London: 2000.
dan keasl ian elemen itu sendi r i. Sebab itu aesthetic results from the play of light, shadow
Vickers, Adrian. A History of Modern Indonesia. Cambridge
Silaban merancang suatu arsitektur baru yang and the nature of the element itself. Hence, Vickers, Adrian. A History of Modern Indonesia. Cambridge
University Press, Cambridge: 2006.
University Press, Cambridge: 2006.
bersahabat dengan semua orang. he has designed a new architecture to please
everyone. Widyarta, M. Nanda. Searching an Architecture for a
Widyarta, M. Nanda. Mencari Arsitektur Sebuah Bangsa:
Nation: an Indonesian story. Wastu Lanas Grafika. 2007.
Sebuah Kisah Indonesia. Wastu Lanas Grafika. 2007.

* Sumber-sumber yang ditemukan di Rumah Silaban. * Source found at Silabans House

66 67
Catatan Mengenai Rumah Sumber Acuan
A Note on the House Sources of Reference

Sepanjang 1950an -1960an, masyarakat During the 1950s-1960s, moder n, free and Sumber Utama Primary Source
Indonesia yang modern, bebas dan forward looking Indonesian society was
berpandangan ke depan yang dihasratkan desired by Sukarno. The concept of national Silaban, Friedrich. Laporan singkat tentang Perjalan ke Silaban, Friedrich. Short Report on His Journey to India.
oleh Sukarno. Jati diri arsitektural yang modernis architectural identity based on the international India untuk Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Submitted to the Ministry of Education, Teaching and
dikedepankan. Dalam konteks inilah modernisme style was encouraged. This was the context Kebudayaan, 19 Agustus 1954.* Culture, 19th August 1954.*
rumah Silaban ditampilkan. Dengan prinsip in which Silaban, being inspired toward
arsitektural seperti kesederhanaan, kejernihan, modernity, designed his house. Within some ---------------------------. Laporan Singkat tentang Perjalanan -----------------------. Short Report on His Journey in the
ke Amerika Serikat untuk Kementerian Dalam Negeri, United State. Submitted to the Ministry of Internal Affairs,
kejujuran dan efisiensi, Silaban menjadi salah basic principlessimplicity, clarity, honesty and
November 1957.* November 1957.*
satu arsitek awal yang membentuk kisah jatidiri efficiently--Silaban became the first generation
arsitektural bagi Indonesia di masa tersebut. architect who shaped the architectural narrative
---------------------------. Pidato Acara Pekan Arsitektur. 1974.* --------------. Speech for Architecture Week Event. 1974.*
Bagi Silaban, masyarakatlah, bukan bentuk, in effort for defining an architecture for free
yang mendefinisikan semangat arsitektur. Indonesia. To Silaban, it is not the form which
-------------------------------------. Catatan Pribadi untuk Kuliah.* --------------------------------------------. Personal Lectures Notes.*
Arsitektur harus praktis, punya nilai estetis dan defines the spirit of ones architecture but it is the
sesuai dengan lingkungannya untuk memenuhi inhabitants themselves, living in their own era,
kebutuhan penghuni. who reflect the spirit of the architecture. Yet, the --------------------. Surat Lamaran kepada Perserikatan --------------. Application Letter to the United Nation, 1968.*
Bangsa-Bangsa, 1968.*
architecture has to be practical, aesthetically
Ta p i b a g a i m a n a S i l a b a n m e m a n d a n g sound and fits with the environment in order to -----------------------------------. Hand Writing Curriculum Vitae.*
------------------------------------------------------. Curriculum Vitae.*
Indonesia" modern via arsitektur? Baginya, answer the requirements of the dwellers.
arsitektur modern Indonesia tidak dapat
Secondary Source
dirancang dengan bentuk-bentuk tradisional. But how did Silaban perceive "modern Sumber Sekunder
Semangat, atau geist , yang dapat Indonesia?" He seems to believed that modern
Awal, Han. Small Notes on Meetings with Silaban (1960-
membentuknya. Silaban pun pernah berkata: Indonesian architecture would not be created Awal, Han. Catatan Kecil Beberapa Pertemuan dengan
1978). Delivered in a discussion during the workshop on
through the use traditional form. It is rather what Silaban (1960-1978). Dipresentasikan dalam sesi diskusi
Silabans house, Bogor, July 16th, 2007.
workshop tentang rumah Silaban, Bogor, 16 Juli 2007.
"Terkadang, yang tradisional harus ditinggalkan. he would call "the spirit", or geist, which should
Dan untuk memenuhi pembangunan masa create Indonesian modern architecture. He had Giedion, Sigfried. Space, Time and Architecture. Harvard
Giedion, Sigfried. Space, Time and Architecture. Harvard
mendatang, ada saatnya untuk mengakhiri the following to say: University Press, Cambridge, Mass.: 1954.*
University Press, Cambridge, Mass.: 1954.*
bentuk tradisional dan memulai bentuk yang
baru dengan lebih cocok untuk mengatasi "Sometimes, tradition has to be left out. And Hesse, Henry M. Homes for Moderns. Murray & Gee, Inc.,
Hesse, Henry M. Homes for Moderns. Murray & Gee, Inc.,
abad yang baru". in order to overcome the development for the Culver City: 1946.*
Culver City: 1946.*
future, there are moments to end the traditional
Kemudian, bagaimana dia mengaplikasikan forms and start new ones with which more able Jellema, R., M.C.A. Meische and J.A. Muller, eds.
Jellema, R., M.C.A. Meische and J.A. Muller, eds.
p r i n s i p n y a ? Ke s e d e r h a n a a n d a r i r u m a h to cope with the new age". Bouwkunde, voor de Afedeling Bouwkunde van de
Bouwkunde, voor de Afedeling Bouwkunde van de
Middlebare Technische Hoogeschoolen.*
Si laban memuat pesan yang jelas melal ui Middlebare Technische Hoogeschoolen.*
kesede r hanaan pengat u ran denah dan Yet, how d id he i mplement h i s p r i nci ples?
ko m pos i s i e l e m en ya n g se m p u r n a sepe r t i Simplicity of Silaban's house has projects a clear Koningsberger, Hans. The World of Vermeer: 1632-1675.
Koningsberger, Hans. The World of Vermeer: 1632-1675.
Time Life Library of Art, Time Life International, N.V.*
d i n d i n g , b a l o k , ta n g g a d a n ata p. H a l i n i message via its simple arrangement of the fl oor Time Life Library of Art, Time Life International, N.V.*
menuntun pada nuansa keseimbangan dan plan and well composed elements such as
Kusno, Abidin. Behind the Postcolonial: Arhitecture,
harmonisasi serta pesan kejujuran terhadap walls, beams, staircases and roof. This has lead Kusno, Abidin. Behind the Postcolonial: Arhitecture,
Urban Space and Political Cultures in Indonesia,
pemikiran modernisme melalui estetika murni to balanced and harmonious atmospheres and Urban Space and Political Cultures in Indonesia,
Routledge, London: 2000.
hasil dari permainan cahaya, pembayangan honest messages of modernism through its pure Routledge, London: 2000.
dan keasl ian elemen itu sendi r i. Sebab itu aesthetic results from the play of light, shadow
Vickers, Adrian. A History of Modern Indonesia. Cambridge
Silaban merancang suatu arsitektur baru yang and the nature of the element itself. Hence, Vickers, Adrian. A History of Modern Indonesia. Cambridge
University Press, Cambridge: 2006.
University Press, Cambridge: 2006.
bersahabat dengan semua orang. he has designed a new architecture to please
everyone. Widyarta, M. Nanda. Searching an Architecture for a
Widyarta, M. Nanda. Mencari Arsitektur Sebuah Bangsa:
Nation: an Indonesian story. Wastu Lanas Grafika. 2007.
Sebuah Kisah Indonesia. Wastu Lanas Grafika. 2007.

* Sumber-sumber yang ditemukan di Rumah Silaban. * Source found at Silabans House

66 67
TENTANG WORKSHOP
ABOUT WORKSHOP

68 69
TENTANG WORKSHOP
ABOUT WORKSHOP

68 69
Tentang Workshop
About Workshop

Pada Desember 2005, kami menemukan sebuah In December 2005, we discover a way to fullfil sekaligus membuat usaha penyusunan sejarah academics, and practicioners from around the
jalan atas kerinduan memiliki sebuah historiografi a longing for a representative historiography merupakan suatu usaha dari dan untuk bersama. world to collaborate in studying Silaban and his
Arsitektur (Modern) Indonesia yang representatif. on Modern Indonesian Architecture. It began own house. This was followed by the publication
Diawali lewat sebuah kunjungan ke rumah with a visit to Silaban Residence. The drawings Pada Modern Indonesian Architecture Workshop of this monograph. This activity abandoned the
keluarga F. Silaban di Bogor kami menyaksikan stacked in shelves of the bureau N.V. F. Silaban at I (12-25 Juli 2007) ini modern Asian Architecture conventional top-down approach. Instead,
bergulung-gulung gambar karya F. Silaban Jalan Gedung Sawah were rather untouched by Network Indonesia (mAAN Indonesia) bersinergi it placed the participants (mostly students) to
tersusun pada rak-rak ruang kerja bekas kantor sufficient maintenance. Along with the drawings dengan Universitas Tarumanagara melaksanakan spear-head the writing of (a history of) Indonesian
N.V. F. Silaban Arsitek di Jalan Gedung Sawah were also found photo albums, memorabilia, serangkaian kegiatan mulai dari usaha architecture. In the near future, mAAN Indonesia
Bogor dalam kondisi tak tersentuh perawatan books, etc. We felt that through these findings, inventarisasi dan survey, kuliah, seminar, dan would develop this formula in parallel with the
yang memadai. Bersama dengan itu, tumpukan we would be able to understand the life and diskusi, hingga penyusunan monograf. Sejalan writing and publication of Silabans professional
album foto beserta dengan memorabilia, buku- ideas of the maestro. Simultaneously, we were semangat konstruktif yang merupakan jiwa dari biography.
buku, dan berbagai buah pikiran lainnya tersusun thinking of how the archives could be accessed mAAN, kegiatan ini menghadirkan mahasiswa/
sehingga kami juga yakin akan dapat menserap by all, especially in Indonesia. lulusan baru, pengajar, praktisi dari berbagai
berbagai pemikiran dan kehidupan dari sang penjuru dunia untuk bergabung bersama dalam
maestro Arsitektur Indonesia di tempat itu. After planning and doing several things, we memulai menelaah dan mengkaji (dalam hal
Seketika itu pula kami berpikir cara bagaimana started the inventory works on Silabans original ini sosok F. Silaban dan karya rumah tinggal
semua itu bisa dinikmati secara luas oleh works in 2007. This activity was conducted parallel pribadinya) dan akhirnya menyusun sebuah
berbagai kalangan khususnya di Indonesia. to the activity of Comprehensive Inventory penerbitan monograf. Kegiatan ini meninggalkan
Workshops of Modern Urban and Architectural pola pendekatan atas-bawah yang konvensional
Setelah merencanakan dan mengusahakan Heritage (Phase II). Kind support by cSUR, AGS of dan menempatkan peserta (yang umumnya
berbagai hal, kami memulai pekerjaan the University of Tokyo was utilized to set up and adalah mahasiswa) sebagai ujung tombak
inventarisasi karya-karya asli F. Silaban pada organize the archives and legalities necessary for penulisan (sejarah) Arsitektur Indonesia. Dalam
tahun 2007 berbarengan dengan kegiatan the work. Initially it was thought that the inventory waktu dekat, mAAN Indonesia akan terus
Comprehensive Inventory Workshops of Modern would only consist of digitalization of Silabans mengembangkan formula ini paralel dengan
Urban and Architectural Heritage (Phase II). working drawings. penyusunan dan penerbitan biografi profesional
Dukungan murah hati dari cSUR, AGS dari F. Silaban.
Universitas Tokyo kami gunakan secara optimal But, as time went by, newly discovered
untuk menyusun dan merapikan berkas-berkas documents (in rather frail conditions) prompted
dan berbagai legalitas yang dibutuhkan untuk us to realize the necessity to do more.This made
pengkondisian kerja. Kegiatan inventarisasi us to think of how to set up a special formula,
awalnya hanya direncanakan sebagai which might work in longer term, while it would
pekerjaan sederhana digitalisasi dokumen- effectively disseminate knowledge and ignite
dokumen gambar F. Silaban, namun pada interests on the subject matter. The formula should
perkembangannya dokumen-dokumen baru also accommodate the diversity of interpretation
dan penting (dan dalam kondisi fisik rapuh) terus and analyses, while tur ning the activity of
ditemukan dan menyebabkan waktu dan dana narrating history into collaborative works of all, for
yang direncanakan tidak lagi memadai. all.

Namun hal tersebut tidak serta merta dapat In the Modern Indonesian Architecture Workshop halaman 68
page 68
menyelesaikan kerja besar yang akan datang I (12 th-25th July 2007), modern Asian Architecture
sehingga membuat kami berpikir keras untuk Network Indonesia (mAAN Indonesia), together 45 Sisi barat interior rumah Silaban
West end interior of Silaban's house
dapat menciptakan sebuah formula khusus yang with Tarumanagara University conducted a series
akan dapat bertahan lama sekaligus dapat of activities, such as inventory, survey, lecture, halaman berikut
secara efektif menyebarluaskan minat dan seminar, and discussion, as well as preparation of next page
pengetahuan. Formula tersebut juga harus dapat a monograph. In accordance to mAANs spirit, 46 Silaban di Parthenon (awal 1960s)
mengakomodasi keragaman tafsir dan telaah the workshop involved students/fresh graduates, Silaban at the Parthenon (early 1960s)

70 71
Tentang Workshop
About Workshop

Pada Desember 2005, kami menemukan sebuah In December 2005, we discover a way to fullfil sekaligus membuat usaha penyusunan sejarah academics, and practicioners from around the
jalan atas kerinduan memiliki sebuah historiografi a longing for a representative historiography merupakan suatu usaha dari dan untuk bersama. world to collaborate in studying Silaban and his
Arsitektur (Modern) Indonesia yang representatif. on Modern Indonesian Architecture. It began own house. This was followed by the publication
Diawali lewat sebuah kunjungan ke rumah with a visit to Silaban Residence. The drawings Pada Modern Indonesian Architecture Workshop of this monograph. This activity abandoned the
keluarga F. Silaban di Bogor kami menyaksikan stacked in shelves of the bureau N.V. F. Silaban at I (12-25 Juli 2007) ini modern Asian Architecture conventional top-down approach. Instead,
bergulung-gulung gambar karya F. Silaban Jalan Gedung Sawah were rather untouched by Network Indonesia (mAAN Indonesia) bersinergi it placed the participants (mostly students) to
tersusun pada rak-rak ruang kerja bekas kantor sufficient maintenance. Along with the drawings dengan Universitas Tarumanagara melaksanakan spear-head the writing of (a history of) Indonesian
N.V. F. Silaban Arsitek di Jalan Gedung Sawah were also found photo albums, memorabilia, serangkaian kegiatan mulai dari usaha architecture. In the near future, mAAN Indonesia
Bogor dalam kondisi tak tersentuh perawatan books, etc. We felt that through these findings, inventarisasi dan survey, kuliah, seminar, dan would develop this formula in parallel with the
yang memadai. Bersama dengan itu, tumpukan we would be able to understand the life and diskusi, hingga penyusunan monograf. Sejalan writing and publication of Silabans professional
album foto beserta dengan memorabilia, buku- ideas of the maestro. Simultaneously, we were semangat konstruktif yang merupakan jiwa dari biography.
buku, dan berbagai buah pikiran lainnya tersusun thinking of how the archives could be accessed mAAN, kegiatan ini menghadirkan mahasiswa/
sehingga kami juga yakin akan dapat menserap by all, especially in Indonesia. lulusan baru, pengajar, praktisi dari berbagai
berbagai pemikiran dan kehidupan dari sang penjuru dunia untuk bergabung bersama dalam
maestro Arsitektur Indonesia di tempat itu. After planning and doing several things, we memulai menelaah dan mengkaji (dalam hal
Seketika itu pula kami berpikir cara bagaimana started the inventory works on Silabans original ini sosok F. Silaban dan karya rumah tinggal
semua itu bisa dinikmati secara luas oleh works in 2007. This activity was conducted parallel pribadinya) dan akhirnya menyusun sebuah
berbagai kalangan khususnya di Indonesia. to the activity of Comprehensive Inventory penerbitan monograf. Kegiatan ini meninggalkan
Workshops of Modern Urban and Architectural pola pendekatan atas-bawah yang konvensional
Setelah merencanakan dan mengusahakan Heritage (Phase II). Kind support by cSUR, AGS of dan menempatkan peserta (yang umumnya
berbagai hal, kami memulai pekerjaan the University of Tokyo was utilized to set up and adalah mahasiswa) sebagai ujung tombak
inventarisasi karya-karya asli F. Silaban pada organize the archives and legalities necessary for penulisan (sejarah) Arsitektur Indonesia. Dalam
tahun 2007 berbarengan dengan kegiatan the work. Initially it was thought that the inventory waktu dekat, mAAN Indonesia akan terus
Comprehensive Inventory Workshops of Modern would only consist of digitalization of Silabans mengembangkan formula ini paralel dengan
Urban and Architectural Heritage (Phase II). working drawings. penyusunan dan penerbitan biografi profesional
Dukungan murah hati dari cSUR, AGS dari F. Silaban.
Universitas Tokyo kami gunakan secara optimal But, as time went by, newly discovered
untuk menyusun dan merapikan berkas-berkas documents (in rather frail conditions) prompted
dan berbagai legalitas yang dibutuhkan untuk us to realize the necessity to do more.This made
pengkondisian kerja. Kegiatan inventarisasi us to think of how to set up a special formula,
awalnya hanya direncanakan sebagai which might work in longer term, while it would
pekerjaan sederhana digitalisasi dokumen- effectively disseminate knowledge and ignite
dokumen gambar F. Silaban, namun pada interests on the subject matter. The formula should
perkembangannya dokumen-dokumen baru also accommodate the diversity of interpretation
dan penting (dan dalam kondisi fisik rapuh) terus and analyses, while tur ning the activity of
ditemukan dan menyebabkan waktu dan dana narrating history into collaborative works of all, for
yang direncanakan tidak lagi memadai. all.

Namun hal tersebut tidak serta merta dapat In the Modern Indonesian Architecture Workshop halaman 68
page 68
menyelesaikan kerja besar yang akan datang I (12 th-25th July 2007), modern Asian Architecture
sehingga membuat kami berpikir keras untuk Network Indonesia (mAAN Indonesia), together 45 Sisi barat interior rumah Silaban
West end interior of Silaban's house
dapat menciptakan sebuah formula khusus yang with Tarumanagara University conducted a series
akan dapat bertahan lama sekaligus dapat of activities, such as inventory, survey, lecture, halaman berikut
secara efektif menyebarluaskan minat dan seminar, and discussion, as well as preparation of next page
pengetahuan. Formula tersebut juga harus dapat a monograph. In accordance to mAANs spirit, 46 Silaban di Parthenon (awal 1960s)
mengakomodasi keragaman tafsir dan telaah the workshop involved students/fresh graduates, Silaban at the Parthenon (early 1960s)

70 71
Workshop Silaban: Hasil-Hasil Pentingnya
The Silaban Workshop: Its Significant Results
- Shin Muramatsu

Saya ingin menyatakan kegembiraan hati saya Id like to express my heartfelt delight that the
bahwa workshop yang baru-baru ini diadakan recent workshop designed to document the
untuk mendokumentasikan karya Friedrich works of Friedrich Silaban (1912-84), an Indonesian
Silaban (1912-84), seorang arsitek Indonesia architect from Bogor, has concluded with great
dari Bogor, telah dilaksanakan dengan sukses. success. Hosted by mAAN Indonesia from July 12th
Diselenggarakan oleh mAAN Indonesia dari to 25th at the site of the architects old home, this
12 hingga 25 Juli di tempat tinggal sang international workshop marks another significant
arsitek, workshop internasional ini menandai milestone for mAAN international organizations,
sebuah pijakan penting bagi organisasi mAAN which have been trying to evaluate, conserve,
internasional, yang selama ini mencoba and revitalize the 19 th and 20th century built
mengevaluasi, melestarikan, dan merevitalisasi environments in Asia with Asian awareness and
lingkungan binaan abad ke-19 dan ke-20 di Asia methods.
dengan kesadaran dan metodologi Asia.
The primary significance of the workshop is that
Keunggulan utama dari workshop ini adalah it has shed light on the achievements of the
bahwa kegiatan ini telah memberikan perhatian architect and their significance. We who belong
pada pencapaian sang arsitek dan berbagai to Asia-say, the non-Western world-tend to have
pengaruhnya. Kita di Asia-katakan, dunia bukan- an extraordinary amount of historical knowledge
Barat cenderung mendapatkan banyak sekali about Western architects while knowing almost
pengetahuan sejarah mengenai para arsitek nothing about the architects of our own and
Barat namun hampir tidak sama sekali mengenai other countries in Asia. This is not because there
para arsitek kita sendiri dan negara-negara lain has been no architect of great achievements
di Asia. Ini bukan dikarenakan tidak adanya in our own sphere. We simply didnt know them,
pencapaian hebat dari para arsitek di dunia kita. and didnt have opportunities to know about
Kita hanya tidak mengenal dan tidak memiliki them. In many Asian countries, especially those
kesempatan untuk mengenal mereka. Banyak that gained their independence after the WW
negara di Asia, terutama yang memperoleh II, there was a need to express their joy of the
kemerdekaan setelah PD II, memiliki keinginan new independence in terms of architecture and
untuk mengekspresikan semangat kemerdekaan urban design. Thus came into being the "national
dalam rancangan arsitektur dan penataan kota. architects" such as Kenzo Tange (1913-2005)
Hal ini menghasilkan "arsitek-arsitek nasional" of Japan, Liang Xicheng (1901-72) of China,
seperti Kenzo Tange (1913-2005) dari Jepang, Leandro V. Locsin (1928-94) of the Philippines, Kim
Liang Xicheng (1901-72) dari China, Leandro Swoo-guen (1931-86) and Kim Chung-up (1922-
V. Locsin (1928-94) dari Filipina, Kim Swoo-guen 88) of South Korea, and Vann Molyvann (1926) of
(1931-86) dan Kim Chung-up (1922-88) dari Korea Cambodia. And, it is necessary for us to share and
Selatan, dan Vann Molyvann (1926) dari Kamboja. critically inherit their life and work, not only in their
Dan, menjadi penting bagi kita untuk berbagi own native countries but across Asia. To examine
dan dengan kritis mewarisi kehidupan dan karya- the original documents related to Silaban and
karya mereka, tidak terbatas pada negara asal systematically illustrate the achievements of
mereka tapi meliputi Asia. Aktivitas menyelidiki this Indonesian post-independence national
dokumen-dokumen asli ter hubung dengan architect is the first step in the direction of
Silaban dan secara sistematis mengilustrasikan rewriting our history of architecture.
pencapaian arsitek nasional Indonesia pasca-
kemerdekaan merupakan langkah pertama
menuju penulisan kembali sejarah arsitektur kita.

72 73
Workshop Silaban: Hasil-Hasil Pentingnya
The Silaban Workshop: Its Significant Results
- Shin Muramatsu

Saya ingin menyatakan kegembiraan hati saya Id like to express my heartfelt delight that the
bahwa workshop yang baru-baru ini diadakan recent workshop designed to document the
untuk mendokumentasikan karya Friedrich works of Friedrich Silaban (1912-84), an Indonesian
Silaban (1912-84), seorang arsitek Indonesia architect from Bogor, has concluded with great
dari Bogor, telah dilaksanakan dengan sukses. success. Hosted by mAAN Indonesia from July 12th
Diselenggarakan oleh mAAN Indonesia dari to 25th at the site of the architects old home, this
12 hingga 25 Juli di tempat tinggal sang international workshop marks another significant
arsitek, workshop internasional ini menandai milestone for mAAN international organizations,
sebuah pijakan penting bagi organisasi mAAN which have been trying to evaluate, conserve,
internasional, yang selama ini mencoba and revitalize the 19 th and 20th century built
mengevaluasi, melestarikan, dan merevitalisasi environments in Asia with Asian awareness and
lingkungan binaan abad ke-19 dan ke-20 di Asia methods.
dengan kesadaran dan metodologi Asia.
The primary significance of the workshop is that
Keunggulan utama dari workshop ini adalah it has shed light on the achievements of the
bahwa kegiatan ini telah memberikan perhatian architect and their significance. We who belong
pada pencapaian sang arsitek dan berbagai to Asia-say, the non-Western world-tend to have
pengaruhnya. Kita di Asia-katakan, dunia bukan- an extraordinary amount of historical knowledge
Barat cenderung mendapatkan banyak sekali about Western architects while knowing almost
pengetahuan sejarah mengenai para arsitek nothing about the architects of our own and
Barat namun hampir tidak sama sekali mengenai other countries in Asia. This is not because there
para arsitek kita sendiri dan negara-negara lain has been no architect of great achievements
di Asia. Ini bukan dikarenakan tidak adanya in our own sphere. We simply didnt know them,
pencapaian hebat dari para arsitek di dunia kita. and didnt have opportunities to know about
Kita hanya tidak mengenal dan tidak memiliki them. In many Asian countries, especially those
kesempatan untuk mengenal mereka. Banyak that gained their independence after the WW
negara di Asia, terutama yang memperoleh II, there was a need to express their joy of the
kemerdekaan setelah PD II, memiliki keinginan new independence in terms of architecture and
untuk mengekspresikan semangat kemerdekaan urban design. Thus came into being the "national
dalam rancangan arsitektur dan penataan kota. architects" such as Kenzo Tange (1913-2005)
Hal ini menghasilkan "arsitek-arsitek nasional" of Japan, Liang Xicheng (1901-72) of China,
seperti Kenzo Tange (1913-2005) dari Jepang, Leandro V. Locsin (1928-94) of the Philippines, Kim
Liang Xicheng (1901-72) dari China, Leandro Swoo-guen (1931-86) and Kim Chung-up (1922-
V. Locsin (1928-94) dari Filipina, Kim Swoo-guen 88) of South Korea, and Vann Molyvann (1926) of
(1931-86) dan Kim Chung-up (1922-88) dari Korea Cambodia. And, it is necessary for us to share and
Selatan, dan Vann Molyvann (1926) dari Kamboja. critically inherit their life and work, not only in their
Dan, menjadi penting bagi kita untuk berbagi own native countries but across Asia. To examine
dan dengan kritis mewarisi kehidupan dan karya- the original documents related to Silaban and
karya mereka, tidak terbatas pada negara asal systematically illustrate the achievements of
mereka tapi meliputi Asia. Aktivitas menyelidiki this Indonesian post-independence national
dokumen-dokumen asli ter hubung dengan architect is the first step in the direction of
Silaban dan secara sistematis mengilustrasikan rewriting our history of architecture.
pencapaian arsitek nasional Indonesia pasca-
kemerdekaan merupakan langkah pertama
menuju penulisan kembali sejarah arsitektur kita.

72 73
Arti penting lain dari workshop ini adalah dalam Another importance of this workshop is in terms misalnya, mewawancarai anggota keluarga So many things were new to the host as well as
bidang pendidikan. Di berbagai negara Asia, of education. In many Asian nations, when sang arsitek, yang mana memberikan petunjuk the participants of this workshop, and, as all of
ketika seseorang mencoba mempelajari sejarah someone tries to study the countrys architectural tidak langsung. Sementara itu, seluruh proses us can see in this publication as well as in the
arsitektur dan kota sebuah negara, ia akan and urban history, he or she will find out that the tersebut direkam dalam video. video, their fresh excitement and sense of mission
menemukan bahwa institusi-institusi intelektual intellectual institutions and available historical have brought such fruitful results. I hope that
dan materi-materi sejarah yang diperlukan materials necessary for such studies are overall Banyak hal baru yang ditemukan bagi this workshop will lead to continuation of similar
secara keseluruhan masih terikat pada still very much bound to the side of the ex- penyelenggara maupun para peserta pada activities in Indonesia as well as across all Asia,
pandangan sebagai bekas-jajahan, yang mana colonizers, which is a major problem. In order to workshop ini, dan, sebagaimana kita saksikan contributing to our utilization of past memory and
merupakan masalah besar. Untuk membebaskan get free from such constraints, what is necessary dalam penerbitan ini maupun dalam video, practices for the purposes of the future.
diri dari batasan tersebut, peneliti-peneliti Asia for Asian researchers is to build their nations bahwa semangat dan rasa tanggungjawab
perlu untuk membangun program pendidikan own educational programs. Through the recent telah membuahkan hasil yang baik. Saya
mereka sendiri. Melalui workshop ini, saya workshop, I believe that the young architects berharap bahwa workshop ini akan mempelopori
percaya bahwa para arsitek muda dan para and students were given a chance to participate kelanjutan dari kegiatan serupa di Indonesia
mahasiswa diberikan kesempatan berpartisipasi in the process of unearthing, recording, and maupun di Asia, dan berkontribusi pada
dalam proses mengungkapkan, merekam, dan analyzing materials as well as disseminating the pemanfaatan ingatan dan praktek-praktek masa
menganalisa materi dan juga menyebarkan results to the outside world themselves, which lampau demi tujuan-tujuan di masa mendatang.
hasilnya ke dunia, yang pastinya memberikan should have given them an experience of who
mereka pengalaman akan jati diri mereka they are and what the writing of history should
dan makna penulisan sejarah. Pengalaman mean. Such experiences should certainly allow
demikian hendaklah memberikan mereka them to reclaim as their own the intellectual
peluang untuk merangkul kembali infrastruktur infrastructure relevant to architecture; such
intelektual arsitektur mereka sendiri; yang pada bases in turn will help them create architectural
waktunya akan memberikan bekal bagi mereka designs and urban planning in the future. It is
dalam menciptakan rancangan arsitektural dan also my hope that not only Indonesian, but
penataan kota di masa depan. Besar harapan also Cambodian and Japanese students who
saya bahwa tak hanya orang Indonesia tapi juga participated will build on their experiences of
orang Kamboja dan Jepang yang turut menjadi the workshop and continue to have better
peserta akan membangun pengalaman mereka involvement with Asian and the worlds
sendiri dari workshop tersebut dan terus turut architecture in the future.
melibatkan diri dalam perkembangan arsitektur
Asia dan dunia di masa mendatang. The third significance of the workshop is that
of creating and accumulating records. This
Arti penting ketiga dari workshop ini adalah project does not just stop at unearthing Silaban's
menciptakan dan mengumpulkan catatan- achievements, but it also aims to record,
catatan. Proyek ini tidak akan berhenti accumulate, and eventually make them public
hanya pada mengemukakan pencapaian- so that many more people can have access to
pencapaian Silaban, tapi juga bertujuan untuk them. With this goal in mind, the participants this
mencatat, mengakumulasikan, dan pada time organized many things Silaban himself left-
saatnya membukanya pada publik sehingga architectural drawings, letters, photos, books,
lebih banyak orang lagi memiliki akses untuk and the residence itself-and also tried to obtain
mempelajarinya. Dengan tujuan ini, para peserta the secondary materials as much as possible by,
telah mengelola banyak hal yang diwariskan for example, interviewing the architects family
Silaban gambar-gambar arsitektural, surat- members, which would illuminate Silabans
surat, foto-foto, buku-buku, dan rumahnya sendiri achievements indirectly. Meanwhile, these
dan juga mencoba mengumpulkan materi- processes themselves were recorded on video.
materi sekunder sebanyak mungkin dengan,

74 75
Arti penting lain dari workshop ini adalah dalam Another importance of this workshop is in terms misalnya, mewawancarai anggota keluarga So many things were new to the host as well as
bidang pendidikan. Di berbagai negara Asia, of education. In many Asian nations, when sang arsitek, yang mana memberikan petunjuk the participants of this workshop, and, as all of
ketika seseorang mencoba mempelajari sejarah someone tries to study the countrys architectural tidak langsung. Sementara itu, seluruh proses us can see in this publication as well as in the
arsitektur dan kota sebuah negara, ia akan and urban history, he or she will find out that the tersebut direkam dalam video. video, their fresh excitement and sense of mission
menemukan bahwa institusi-institusi intelektual intellectual institutions and available historical have brought such fruitful results. I hope that
dan materi-materi sejarah yang diperlukan materials necessary for such studies are overall Banyak hal baru yang ditemukan bagi this workshop will lead to continuation of similar
secara keseluruhan masih terikat pada still very much bound to the side of the ex- penyelenggara maupun para peserta pada activities in Indonesia as well as across all Asia,
pandangan sebagai bekas-jajahan, yang mana colonizers, which is a major problem. In order to workshop ini, dan, sebagaimana kita saksikan contributing to our utilization of past memory and
merupakan masalah besar. Untuk membebaskan get free from such constraints, what is necessary dalam penerbitan ini maupun dalam video, practices for the purposes of the future.
diri dari batasan tersebut, peneliti-peneliti Asia for Asian researchers is to build their nations bahwa semangat dan rasa tanggungjawab
perlu untuk membangun program pendidikan own educational programs. Through the recent telah membuahkan hasil yang baik. Saya
mereka sendiri. Melalui workshop ini, saya workshop, I believe that the young architects berharap bahwa workshop ini akan mempelopori
percaya bahwa para arsitek muda dan para and students were given a chance to participate kelanjutan dari kegiatan serupa di Indonesia
mahasiswa diberikan kesempatan berpartisipasi in the process of unearthing, recording, and maupun di Asia, dan berkontribusi pada
dalam proses mengungkapkan, merekam, dan analyzing materials as well as disseminating the pemanfaatan ingatan dan praktek-praktek masa
menganalisa materi dan juga menyebarkan results to the outside world themselves, which lampau demi tujuan-tujuan di masa mendatang.
hasilnya ke dunia, yang pastinya memberikan should have given them an experience of who
mereka pengalaman akan jati diri mereka they are and what the writing of history should
dan makna penulisan sejarah. Pengalaman mean. Such experiences should certainly allow
demikian hendaklah memberikan mereka them to reclaim as their own the intellectual
peluang untuk merangkul kembali infrastruktur infrastructure relevant to architecture; such
intelektual arsitektur mereka sendiri; yang pada bases in turn will help them create architectural
waktunya akan memberikan bekal bagi mereka designs and urban planning in the future. It is
dalam menciptakan rancangan arsitektural dan also my hope that not only Indonesian, but
penataan kota di masa depan. Besar harapan also Cambodian and Japanese students who
saya bahwa tak hanya orang Indonesia tapi juga participated will build on their experiences of
orang Kamboja dan Jepang yang turut menjadi the workshop and continue to have better
peserta akan membangun pengalaman mereka involvement with Asian and the worlds
sendiri dari workshop tersebut dan terus turut architecture in the future.
melibatkan diri dalam perkembangan arsitektur
Asia dan dunia di masa mendatang. The third significance of the workshop is that
of creating and accumulating records. This
Arti penting ketiga dari workshop ini adalah project does not just stop at unearthing Silaban's
menciptakan dan mengumpulkan catatan- achievements, but it also aims to record,
catatan. Proyek ini tidak akan berhenti accumulate, and eventually make them public
hanya pada mengemukakan pencapaian- so that many more people can have access to
pencapaian Silaban, tapi juga bertujuan untuk them. With this goal in mind, the participants this
mencatat, mengakumulasikan, dan pada time organized many things Silaban himself left-
saatnya membukanya pada publik sehingga architectural drawings, letters, photos, books,
lebih banyak orang lagi memiliki akses untuk and the residence itself-and also tried to obtain
mempelajarinya. Dengan tujuan ini, para peserta the secondary materials as much as possible by,
telah mengelola banyak hal yang diwariskan for example, interviewing the architects family
Silaban gambar-gambar arsitektural, surat- members, which would illuminate Silabans
surat, foto-foto, buku-buku, dan rumahnya sendiri achievements indirectly. Meanwhile, these
dan juga mencoba mengumpulkan materi- processes themselves were recorded on video.
materi sekunder sebanyak mungkin dengan,

74 75
Tentang Pappie , Sang Arsitek
About Pappie, The Architect
- Panogu Silaban

Saya menikmati betul tinggal di rumah ini. I truly enjoyed living in the house. Every room and dilakukan mAAN, saya mencoba menelusuri heavens, but I am pretty sure that what we are
Setiap ruang dan pojoknya memiliki arti dan corner gave deep meanings and values into karya-karya pappie , seraya membayangkan presenting for him at the moment will make him
makna mendalam dalam kehidupan saya, my own life, even every inch of the yard, foliage kenikmatan berbagi idea dan pengalaman proud and honored as well as thankful to present
bahkan setiap jengkal tanah halamannya and grass growing upon it had contributed to all sebagai dua orang kolega arsitek yang berkarya generation of architects who wholeheartedly
serta pepohonan dan rumput yang tumbuh events and influenced my personal development. bersama. give an appropriate appreciation to his ideas,
di atasnya, turut memberikan andil dan At the house, I was raised by the breath, sweat, works, and creations.
peran dalam seluruh peristiwa dan sangat and energy of architecture. The pappie figure, Kini, pappie telah ber henti berkarya dan
mempengaruhi perkembangan pribadi saya. my father, with his architectural studio activities, mencipta. Ia telah lama kembali ke Rumah Thanks to mAAN, thanks to architecture
Di rumah ini saya di besarkan dalam nafas, had introduced me into the world of architecture Bapa, Sang Maha Pencipta. Namun, karya dan colleagues, thanks to the uniqueness and power
keringat, dan energi arsitektur. Sosok pappie , even since I was born. I think that had brought pemikirannya tetap hidup diantara kita, dalam of the architecture which united pappie with
ayah saya, dengan aktivitas studio arsitekturnya, me into what I am today. diri saya, dalam bangsa dan Negara Indonesia, Soekarno as two friends, which had given him
memperkenalkan saya dengan dunia aritektur serta dalam dunia dan masyarakat arsitektur. the opportunities to create with all his heart and
secara dini semenjak saya dilahirkan. Rasanya, During my study, I doubted my fathers Meskipun kita yakin, bahwa segala yang baik dan mind, pouring everything he got. Thanks to Holy
hal inilah yang membawa saya untuk mengambil theoretical-academical skill, though at the same menyenangkan selalu terjadi di Rumah Bapa, Father who granted the extraordinary talent and
sebagai dunia dan hidup saya. time I also admiring his inteligence, talent, skill, namun saya yakin apa yang kita persembahkan architectural skill.
diligence, hard work, faith, and his love to the untuknya saat ini akan membuatnya sangat
Pada masa studi, saya pernah meragukan profession, and to his extraordinary works. His bangga dan terhormat sekaligus berterima kasih Cinere, August 11th 2007
kemampuan teori-akademikal arsitektur ability to create form-space and his capability kepada para arsitek generasi kini, yang dengan
pappie, meskipun pada saat bersamaan saya of pouring and expressing ideas into drawings, sepenuh hati memberikan penghargaan yang
juga takjub pada kepandaiannya, bakat, which I believe had been acknowledged by pantas pada buah pikir, buah karya, dan buah
kemampuan, ketekunan, kerja keras, kesetiaan, many, among the public, colleagues, even by ciptanya.
dan kecintaannya pada profesi, serta pada the appreciative and admiring, charismatic
karya-karyanya yang tidak biasa itu. Daya cipta Soekarno. Probably my doubts had triggered Terima kasih mAAN, terima kasih kolega arsitektur,
massa-ruang serta kemahiran menuangkan by the lack of thoughts/ideas sharing between terima kasih kepada keunikan dan kekuatan
dan mengekspresikan idea-gagasan ke pappie and me. We had never collaborated as arsitektur yang telah mempertemukan pappie
dalam media gambar, saya yakin telah diakui a synergy of senior-junior professionals. There has dengan Soekarno sebagai dua orang sahabat,
banyak orang, mulai dari masyarakat luas, not been a beautiful fusion as in a Beethoven yang telah memberinya kesempatan berkarya
kolega arsiteknya, bahkan sampai pada symphony, between experience-laden dengan sepenuh kekuatan hati dan pikirannya,
pengakuan dan kekaguman seorang Soekarno. professional and a junior apprentice. Because penumpahan segenap jiwa raganya. Terima
Mungkin keraguan ini timbul akibat kurangnya of that, it is never crossed my mind to claim that kasih dan sujud syukur kepada Bapa yang
kesempatan pappie berbagi pengatahuan dan I am a successor of F. Silaban. Truly, a regretful telah menganugerahi bakat dan kemampuan
pikirannya dengan saya. Kami tidak pernah irony. arsitektur yang tidak biasa itu.
bekerja sama sebagai dua orang arsitek yang
berkarya dengan semangat sinergi senior-junior. However, with mAAN, I have regained the missed Cinere, 11 Agustus 2007
Tidak pernah terjadi paduan indah, selayaknya opportunity. With the chain of events done by
simfoni Beethoven, antara professional yang sarat mAAN, I tried to revisit pappies works along with
pengalaman dengan pemula yang magang. imagining the pleasure of sharing ideas and
Oleh karena itu, tidak pernah terlintas dalam experiences as two colleagues working together.
pikiran saya untuk berani mengaku-aku, bahwa
saya adalah arsitek generasi penerus F. Silaban. Now, pappie had stopped working and creating.
Sungguh, suatu ironi yang patut disayangkan. He had gone to heaven for sometime. But, his
works and ideas continue to live among us, inside
Namun, bersama mAAN saya seolah me, inside the Nation, as well as in the world and
menemukan kembali kesempatan yang tidak architectural community. Even if we are sure that
pernah ada itu. Melalui rangkaian kegiatan yang everything good is already happening in the

76 77
Tentang Pappie , Sang Arsitek
About Pappie, The Architect
- Panogu Silaban

Saya menikmati betul tinggal di rumah ini. I truly enjoyed living in the house. Every room and dilakukan mAAN, saya mencoba menelusuri heavens, but I am pretty sure that what we are
Setiap ruang dan pojoknya memiliki arti dan corner gave deep meanings and values into karya-karya pappie , seraya membayangkan presenting for him at the moment will make him
makna mendalam dalam kehidupan saya, my own life, even every inch of the yard, foliage kenikmatan berbagi idea dan pengalaman proud and honored as well as thankful to present
bahkan setiap jengkal tanah halamannya and grass growing upon it had contributed to all sebagai dua orang kolega arsitek yang berkarya generation of architects who wholeheartedly
serta pepohonan dan rumput yang tumbuh events and influenced my personal development. bersama. give an appropriate appreciation to his ideas,
di atasnya, turut memberikan andil dan At the house, I was raised by the breath, sweat, works, and creations.
peran dalam seluruh peristiwa dan sangat and energy of architecture. The pappie figure, Kini, pappie telah ber henti berkarya dan
mempengaruhi perkembangan pribadi saya. my father, with his architectural studio activities, mencipta. Ia telah lama kembali ke Rumah Thanks to mAAN, thanks to architecture
Di rumah ini saya di besarkan dalam nafas, had introduced me into the world of architecture Bapa, Sang Maha Pencipta. Namun, karya dan colleagues, thanks to the uniqueness and power
keringat, dan energi arsitektur. Sosok pappie , even since I was born. I think that had brought pemikirannya tetap hidup diantara kita, dalam of the architecture which united pappie with
ayah saya, dengan aktivitas studio arsitekturnya, me into what I am today. diri saya, dalam bangsa dan Negara Indonesia, Soekarno as two friends, which had given him
memperkenalkan saya dengan dunia aritektur serta dalam dunia dan masyarakat arsitektur. the opportunities to create with all his heart and
secara dini semenjak saya dilahirkan. Rasanya, During my study, I doubted my fathers Meskipun kita yakin, bahwa segala yang baik dan mind, pouring everything he got. Thanks to Holy
hal inilah yang membawa saya untuk mengambil theoretical-academical skill, though at the same menyenangkan selalu terjadi di Rumah Bapa, Father who granted the extraordinary talent and
sebagai dunia dan hidup saya. time I also admiring his inteligence, talent, skill, namun saya yakin apa yang kita persembahkan architectural skill.
diligence, hard work, faith, and his love to the untuknya saat ini akan membuatnya sangat
Pada masa studi, saya pernah meragukan profession, and to his extraordinary works. His bangga dan terhormat sekaligus berterima kasih Cinere, August 11th 2007
kemampuan teori-akademikal arsitektur ability to create form-space and his capability kepada para arsitek generasi kini, yang dengan
pappie, meskipun pada saat bersamaan saya of pouring and expressing ideas into drawings, sepenuh hati memberikan penghargaan yang
juga takjub pada kepandaiannya, bakat, which I believe had been acknowledged by pantas pada buah pikir, buah karya, dan buah
kemampuan, ketekunan, kerja keras, kesetiaan, many, among the public, colleagues, even by ciptanya.
dan kecintaannya pada profesi, serta pada the appreciative and admiring, charismatic
karya-karyanya yang tidak biasa itu. Daya cipta Soekarno. Probably my doubts had triggered Terima kasih mAAN, terima kasih kolega arsitektur,
massa-ruang serta kemahiran menuangkan by the lack of thoughts/ideas sharing between terima kasih kepada keunikan dan kekuatan
dan mengekspresikan idea-gagasan ke pappie and me. We had never collaborated as arsitektur yang telah mempertemukan pappie
dalam media gambar, saya yakin telah diakui a synergy of senior-junior professionals. There has dengan Soekarno sebagai dua orang sahabat,
banyak orang, mulai dari masyarakat luas, not been a beautiful fusion as in a Beethoven yang telah memberinya kesempatan berkarya
kolega arsiteknya, bahkan sampai pada symphony, between experience-laden dengan sepenuh kekuatan hati dan pikirannya,
pengakuan dan kekaguman seorang Soekarno. professional and a junior apprentice. Because penumpahan segenap jiwa raganya. Terima
Mungkin keraguan ini timbul akibat kurangnya of that, it is never crossed my mind to claim that kasih dan sujud syukur kepada Bapa yang
kesempatan pappie berbagi pengatahuan dan I am a successor of F. Silaban. Truly, a regretful telah menganugerahi bakat dan kemampuan
pikirannya dengan saya. Kami tidak pernah irony. arsitektur yang tidak biasa itu.
bekerja sama sebagai dua orang arsitek yang
berkarya dengan semangat sinergi senior-junior. However, with mAAN, I have regained the missed Cinere, 11 Agustus 2007
Tidak pernah terjadi paduan indah, selayaknya opportunity. With the chain of events done by
simfoni Beethoven, antara professional yang sarat mAAN, I tried to revisit pappies works along with
pengalaman dengan pemula yang magang. imagining the pleasure of sharing ideas and
Oleh karena itu, tidak pernah terlintas dalam experiences as two colleagues working together.
pikiran saya untuk berani mengaku-aku, bahwa
saya adalah arsitek generasi penerus F. Silaban. Now, pappie had stopped working and creating.
Sungguh, suatu ironi yang patut disayangkan. He had gone to heaven for sometime. But, his
works and ideas continue to live among us, inside
Namun, bersama mAAN saya seolah me, inside the Nation, as well as in the world and
menemukan kembali kesempatan yang tidak architectural community. Even if we are sure that
pernah ada itu. Melalui rangkaian kegiatan yang everything good is already happening in the

76 77
Apa yang Harus Dilakukan
What Needs to be Done

Komentar oleh/Remarks by :
bahwa ada perubahan iklim di Bogor. Saat construction (1958-1959), Bogor was cooler and
Sutrisno Murtiyoso, Josef Prijotomo & Gunawan Tjahjono
rumah Silaban dibangun (1958-1959), Bogor lebih it rained frequently. In 1980s however, the city
dingin dan sering hujan. Sejak 1980an, Bogor started to get hotter. Hence a consideration
Cukup berlebihan untuk mengatakan monograf It would be pretentious to claim completeness menjadi lebih panas. Perlu juga dicatat bahwa upon the house in this climatic concept. It was
ini sudah lengkap, berhubung waktu persiapan in the making of this monograph, for time was pernah ada pohon besar di taman depan. Hal also noted that there used to be a large, shaddy
yang terbatas. Karenanya, tiga sejarawan limited. So the three architectural historians were ini juga mempengaruhi aspek klimatis rumah tree at the front garden. This would effect the
arsitektur diundang untuk mengomentari invited to comment on the work. Silaban. Demikianlah hal-hal yang dicatat dalam climatic aspect of the house as well. There are
pekerjaan ini. sesi diskusi bersama tiga sejarahwan selama the points being discussed during the session
Some points were brought up. First, the effect workshop berlangsung. between 3 architectural historians and workshop's
Ada beberapa hal yang diangkat. Pertama, of vernacular houses, especially of the Bataks, participants.
pengaruh rumah vernakular, terutama dari Silaban ethnic group, on Silabans house. In Ada banyak hal yang harus dilakukan mengenai
etnis Silaban, Batak, terhadap rumah Silaban. spite of its modernist look, it seems that Silaban rumah dan arsiteknya. There are more things to be done on the matter
Sekalipun memiliki penampilan moder nis, s house shares some logics of vernacular house. of the house and the architect.
nampaknya rumah Silaban memiliki logika rumah The similarity with ver nacular long-houses,
vernakular. Misalnya kemiripan dengan rumah for instance, Silaban did spend some time in
Lamin, yang kemungkinan diperoleh ketika Kalimantan.
Silaban berdinas di Kalimantan.
Another thing has to do with Silabans
Lalu pengalaman Silaban. Ayahnya adalah experience. His father was a priest, so he might
seorang pendeta, jadi nampaknya ia berasal have come from an important family. In such
dari sebuah keluarga penting. Dalam keluarga Batak family, the father figure is paramount. This
Batak seerti itu, figur ayah sangat penting. may explain why the lack of privacy (except
Mungkin ini dapat menjelaskan kurangnya privasi for main bedroom and bathroom) at Silabans
pada rumah Silaban (kecuali pada kamar tidur house. This also explains the position of the main
utama dan kamar mandi). Ini mungkin juga bedroom, which is located rather at front, as if to
dapat menjelaskan posisi kamar tidur utama di watch over the entry passage.
bagian depan rumah, seakan-akan ada di situ
untuk mengawasi jalan masuk. Another thing is Silabans childhood memory.
Unfortunately the unpublished autobiography
Lalu memori masa kecil Silaban. Sayangnya, of Silaban, written in Dutch, had not been
otobiografi Silaban yang belum diterbitkan, translated. It might explains some things about
dalam bahasa Belanda, belum sempat the house if one can trace Silabans childhoood
diterjemahkan. Padahal bagian ini dapat memory.
menjelaskan beberapa hal mengenai rumah
Silaban. Considering his religious background, Silaban
might have subscribed to the concept of design
Mengenai latar belakang relijiusnya, Silaban purity due to his affiliation with the Reformed
mungkin mengikuti konsep kemurnian desain Church, with its calvinist leaning.
karena afiliasinya dengan Gereja Reformed,
dengan calvinismenya. On the subject of the climatic analyses on the
house, the standard of comfort available was
Tentang analisis klimatis rumah Silaban, standar set according to Western European - North
kenyamanan yang ada dan dipakai dibuat American condition. This would effect the result
berdasarkan keadaan Eropa Barat-Amerika of climatic analyses on Silabans house. And,
Utara. Ini dapat mempengaruhi pembacaan something to be noticed is a shift of climatic
analisis klimatis rumah Silaban. Perlu diingat condition of Bogor. At the time of the house

78 79
Apa yang Harus Dilakukan
What Needs to be Done

Komentar oleh/Remarks by :
bahwa ada perubahan iklim di Bogor. Saat construction (1958-1959), Bogor was cooler and
Sutrisno Murtiyoso, Josef Prijotomo & Gunawan Tjahjono
rumah Silaban dibangun (1958-1959), Bogor lebih it rained frequently. In 1980s however, the city
dingin dan sering hujan. Sejak 1980an, Bogor started to get hotter. Hence a consideration
Cukup berlebihan untuk mengatakan monograf It would be pretentious to claim completeness menjadi lebih panas. Perlu juga dicatat bahwa upon the house in this climatic concept. It was
ini sudah lengkap, berhubung waktu persiapan in the making of this monograph, for time was pernah ada pohon besar di taman depan. Hal also noted that there used to be a large, shaddy
yang terbatas. Karenanya, tiga sejarawan limited. So the three architectural historians were ini juga mempengaruhi aspek klimatis rumah tree at the front garden. This would effect the
arsitektur diundang untuk mengomentari invited to comment on the work. Silaban. Demikianlah hal-hal yang dicatat dalam climatic aspect of the house as well. There are
pekerjaan ini. sesi diskusi bersama tiga sejarahwan selama the points being discussed during the session
Some points were brought up. First, the effect workshop berlangsung. between 3 architectural historians and workshop's
Ada beberapa hal yang diangkat. Pertama, of vernacular houses, especially of the Bataks, participants.
pengaruh rumah vernakular, terutama dari Silaban ethnic group, on Silabans house. In Ada banyak hal yang harus dilakukan mengenai
etnis Silaban, Batak, terhadap rumah Silaban. spite of its modernist look, it seems that Silaban rumah dan arsiteknya. There are more things to be done on the matter
Sekalipun memiliki penampilan moder nis, s house shares some logics of vernacular house. of the house and the architect.
nampaknya rumah Silaban memiliki logika rumah The similarity with ver nacular long-houses,
vernakular. Misalnya kemiripan dengan rumah for instance, Silaban did spend some time in
Lamin, yang kemungkinan diperoleh ketika Kalimantan.
Silaban berdinas di Kalimantan.
Another thing has to do with Silabans
Lalu pengalaman Silaban. Ayahnya adalah experience. His father was a priest, so he might
seorang pendeta, jadi nampaknya ia berasal have come from an important family. In such
dari sebuah keluarga penting. Dalam keluarga Batak family, the father figure is paramount. This
Batak seerti itu, figur ayah sangat penting. may explain why the lack of privacy (except
Mungkin ini dapat menjelaskan kurangnya privasi for main bedroom and bathroom) at Silabans
pada rumah Silaban (kecuali pada kamar tidur house. This also explains the position of the main
utama dan kamar mandi). Ini mungkin juga bedroom, which is located rather at front, as if to
dapat menjelaskan posisi kamar tidur utama di watch over the entry passage.
bagian depan rumah, seakan-akan ada di situ
untuk mengawasi jalan masuk. Another thing is Silabans childhood memory.
Unfortunately the unpublished autobiography
Lalu memori masa kecil Silaban. Sayangnya, of Silaban, written in Dutch, had not been
otobiografi Silaban yang belum diterbitkan, translated. It might explains some things about
dalam bahasa Belanda, belum sempat the house if one can trace Silabans childhoood
diterjemahkan. Padahal bagian ini dapat memory.
menjelaskan beberapa hal mengenai rumah
Silaban. Considering his religious background, Silaban
might have subscribed to the concept of design
Mengenai latar belakang relijiusnya, Silaban purity due to his affiliation with the Reformed
mungkin mengikuti konsep kemurnian desain Church, with its calvinist leaning.
karena afiliasinya dengan Gereja Reformed,
dengan calvinismenya. On the subject of the climatic analyses on the
house, the standard of comfort available was
Tentang analisis klimatis rumah Silaban, standar set according to Western European - North
kenyamanan yang ada dan dipakai dibuat American condition. This would effect the result
berdasarkan keadaan Eropa Barat-Amerika of climatic analyses on Silabans house. And,
Utara. Ini dapat mempengaruhi pembacaan something to be noticed is a shift of climatic
analisis klimatis rumah Silaban. Perlu diingat condition of Bogor. At the time of the house

78 79
(3268 PLEASE GIVE ME EDITED ONE)

47 48 47 Gambar asli pra-rencana rumah


Original preliminary design drawing of the house

48 Foto diambil tidak lama setelah rumah berdiri, menampilkan bagian samping timur
Photo was taken not long after the house was completed, showing the east side

80 81
(3268 PLEASE GIVE ME EDITED ONE)

47 48 47 Gambar asli pra-rencana rumah


Original preliminary design drawing of the house

48 Foto diambil tidak lama setelah rumah berdiri, menampilkan bagian samping timur
Photo was taken not long after the house was completed, showing the east side

80 81
Tentang Metode dan Pelaksanaan Workshop
About Workshop Methodology and Implementation

Monograf ini adalah usaha bersama yang This monograph is a collective effort produced Setiap sore setiap kelompok melaporkan, process is coordinated by three supervisors/
dihasilkan para peserta sesuai minat dan by the participants accordingly to their skills mengkoordinasikan, dan memasukkan temuan coordinators. Apart from the inventory survey
keahlian selama berlangsungnya workshop ini. and interests during the intensive workshop. The ke dalam komputer (dalam format CAD). Proses and documentation, selected participants are
Para peserta terdiri dari mahasiswa S1, lulusan participants are consisted of undergraduate ini dikoordinasikan oleh 3 orang koordinator. Di appointed to make sketch and photographic
baru S1, dan mahasiswa S2 dari universitas dalam students, fresh graduates, and graduate students luar dari survey inventarisasi dan dokumentasi, studies of the house. One participant is
maupun luar negeri. Keseluruhan, sebanyak 27 (master candidates) from local and overseas beberapa peserta terpilih ditugaskan untuk documenting the whole process with video
orang turut serta dalam workshop yang dituntun universities. In total, 27 participants officially melakukan kajian sketsa dan fotografi dari rumah recording device. At (almost) every evening,
oleh 6 orang penyelenggara/anggota badan joined the workshop and guided/organized tersebut. Salah satu peserta bertugas untuk we held a short presentation by every team
editor. Para peserta dipandu oleh anggota by 6 organizing commitees/board of editor mendokumentasikan seluruh proses workshop to discuss the difficulties and questions arose
komite ilmiah (yang terdiri dari pengajar, arsitek members. The participants were throughly menggunakan kamera video. Hampir setiap from recents activities. Sokly Yam, a participant
profesional, dan peneliti) dengan pancingan- guided by members of scientific commitee malam, kami mengadakan presentasi singkat from Cambodia, shared his experience on
pancingan dan kritik untuk mendapatkan (consisted of lecturers, design professionals, and oleh setiap kelompok untuk mendiskusikan survey methodology and standards he got from
pemahaman yang meluas tentang rumah researchers) with hints and critiques to have a kesulitan-kesulitan dan pertanyaan-pertanyaan documenting Angkor Wat. The inventory survey
Silaban dan sang arsiteknya. broad understanding of the Silaban house and yang timbul dari kegiatan pada hari yang included specific construction details and unique
the architect. bersangkutan. Sokly Yam, seorang peserta dari design features; as well as built-in and loose
Pada hari pembukaan, kami menyelenggarakan Kamboja, membagikan pengalamannya dalam furniture. Every original details and furniture are
sebuah kuliah dan diskusi menampilkan 3 dosen At the opening day, we had a lecture followed metodologi survey dan standarisasi yang dia listed, documented, and redrawn.
senior dari National University of Singapore (NUS) by discussion session featuring 3 senior lecturers pelajari sewaktu mendokumentasikan Angkor
dan Universitas Tarumanagara (Untar) untuk from National University of Singapore (NUS) and Wat. Survey inventarisasi meliputi detail-detail Since the first day, the scientific committee
mengenalkan F. Silaban dan arsitektur modern Tarumanagara University (Untar) to introduce F. konstruksi yang spesifik dan fitur-fitur desain yang had begun collecting all available sources
Indonesia pada para peserta. Dr. Johannes Silaban and modern Indonesian architecture unik; berikut pula furnitur-furnitur built-in dan about F. Silaban and the house. Conventional
Widodo (NUS) menghadirkan latar belakang to the participants. Dr. Johannes Widodo lepas. Setiap detail orisinil dan furniture didaftar, sources gathered include original drawings (of
sejarah arsitektur modern Indonesia dalam (NUS) presented the historical background on didokumentasi, dan digambar ulang. the house), original photographs, and original
kaitan warisan Belanda di Indonesia. Dr. Lai Chee Indonesian (modern) architectural history and handwrittings/notes. We also use uncoventional
Kien (NUS) menampilkan materi buku (yang the Dutch legacy in Indonesia. Dr. Lai Chee Sejak hari pertama, komite ilmiah mulai sources; such as: interviews with family members,
akan terbit) tentang arsitektur modern Malaysia Kien (NUS) presented his forthcoming book on mengumpulkan seluruh acuan yang ada guided and unguided discussions among
pada tahun 1950an. Dr. Lai juga menjelaskan Malaysian modern architecture during the 1950s. mengenai F. Silaban dan rumah tersebut. workshop participants, books and photo album
penggunaaan sumber-sumber acuan yang tidak Dr. Lai also explained the use of unconventional Sumber-sumber konvensional yang dikumpulkan found in Silabans working studio. The sources
biasa pada penelitiannya untuk menghadirkan sources in his research to help acquiring fresh meliputi gambar-gambar asli (rumah tersebut), help us explains the design of the house as well
pendekatan baru dan otentik pada kajian and authentic approach in studying modern foto-foto asli, dan tulisan/ catatan asli. Kami as F. Silabans professional history.
sejarah arsitektur modern. Dr. Tri Harso Karyono architectural history. Dr. Tri Harso Karyono (Untar) juga menggunakan sumber-sumber tidak biasa;
(Untar) secara singkat menampilkan hipotesa was briefly presenting his micro-climatic design seperti: wawancara dengan anggota keluarga, We had another lecture on the 5th day featuring
perancangan iklim-mikro pada Rumah Silaban, hypothesis on Silaban House, which was used as diskusi terpandu maupun tidak terpandu diantara Han Awal, a senior Indonesian architect who
yang dipergunakan sebagai kerangka kerja the framework of micro-climatic design analysis para peserta, buku-buku dan album foto yang worked once with F. Silaban in the 1960s, and
analisa rancangan iklim-mikro pada rumah of the house. The lecture was held in STPP (Sekolah ditemukan di ruang kerja Silaban. Sumber- Panogu Silaban, a senior architect and F.
tersebut. Acara ini diadakan di STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian), an agricultural sumber tersebut membantu kami menjelaskan Silabans own son. Panogu Silaban talked about
Tinggi Penyuluhan Pertanian), sebuah sekolah training school designed by F. Silaban (in late rancangan rumah tersebut dan sejarah karir F. how he feels about the house he spent his
pelatihan/penyuluhan pertanian yang dirancang 1940s). Silaban. childhood in and his personal recollections on
oleh F. Silaban (pada kurun 1940an). his father as an architect. Han Awal presented
In the first 3 days, the participants were assigned Kami menyelenggarakan kuliah pada hari his recollections on several encounters with F.
Pada 3 hari pertama, para peserta ditugaskan into 8 survey teams in-charge of documenting ke-5 yang menampilkan Han Awal, seorang Silaban. He went on with the topic about design
ke dalam 8 kelompok survey bertugas specific parts of the house. Each team consists of arsitek senior Indonesia yang pernah bekerja experimentation on private houses in Indonesia.
mendokumentasikan bagian-bagian tertentu at least 3 team members; equiped with a digital sama dengan F. Silaban pada tahun 1960an,
dari rumah. Setiap kelompok terdiri dari 3 orang camera, survey sheets, and measurement tools. dan Panogu Silaban, seorang arsitek senior From the 6 th until 11th day, participants were
anggota; dilengkapi dengan sebuah kamera Every evening each team reports, coordinates, d a n s a l a h s e o r a n g p u t r a d a r i F. S i l a b a n re-assigned into into several teams, in-charge
digital, lembaran survey, dan alat-alat ukur. inputs the findings into computers (CAD). The sendiri. Panogu Silaban berbicara mengenai for specific tasks: design analysis, historical

82 83
Tentang Metode dan Pelaksanaan Workshop
About Workshop Methodology and Implementation

Monograf ini adalah usaha bersama yang This monograph is a collective effort produced Setiap sore setiap kelompok melaporkan, process is coordinated by three supervisors/
dihasilkan para peserta sesuai minat dan by the participants accordingly to their skills mengkoordinasikan, dan memasukkan temuan coordinators. Apart from the inventory survey
keahlian selama berlangsungnya workshop ini. and interests during the intensive workshop. The ke dalam komputer (dalam format CAD). Proses and documentation, selected participants are
Para peserta terdiri dari mahasiswa S1, lulusan participants are consisted of undergraduate ini dikoordinasikan oleh 3 orang koordinator. Di appointed to make sketch and photographic
baru S1, dan mahasiswa S2 dari universitas dalam students, fresh graduates, and graduate students luar dari survey inventarisasi dan dokumentasi, studies of the house. One participant is
maupun luar negeri. Keseluruhan, sebanyak 27 (master candidates) from local and overseas beberapa peserta terpilih ditugaskan untuk documenting the whole process with video
orang turut serta dalam workshop yang dituntun universities. In total, 27 participants officially melakukan kajian sketsa dan fotografi dari rumah recording device. At (almost) every evening,
oleh 6 orang penyelenggara/anggota badan joined the workshop and guided/organized tersebut. Salah satu peserta bertugas untuk we held a short presentation by every team
editor. Para peserta dipandu oleh anggota by 6 organizing commitees/board of editor mendokumentasikan seluruh proses workshop to discuss the difficulties and questions arose
komite ilmiah (yang terdiri dari pengajar, arsitek members. The participants were throughly menggunakan kamera video. Hampir setiap from recents activities. Sokly Yam, a participant
profesional, dan peneliti) dengan pancingan- guided by members of scientific commitee malam, kami mengadakan presentasi singkat from Cambodia, shared his experience on
pancingan dan kritik untuk mendapatkan (consisted of lecturers, design professionals, and oleh setiap kelompok untuk mendiskusikan survey methodology and standards he got from
pemahaman yang meluas tentang rumah researchers) with hints and critiques to have a kesulitan-kesulitan dan pertanyaan-pertanyaan documenting Angkor Wat. The inventory survey
Silaban dan sang arsiteknya. broad understanding of the Silaban house and yang timbul dari kegiatan pada hari yang included specific construction details and unique
the architect. bersangkutan. Sokly Yam, seorang peserta dari design features; as well as built-in and loose
Pada hari pembukaan, kami menyelenggarakan Kamboja, membagikan pengalamannya dalam furniture. Every original details and furniture are
sebuah kuliah dan diskusi menampilkan 3 dosen At the opening day, we had a lecture followed metodologi survey dan standarisasi yang dia listed, documented, and redrawn.
senior dari National University of Singapore (NUS) by discussion session featuring 3 senior lecturers pelajari sewaktu mendokumentasikan Angkor
dan Universitas Tarumanagara (Untar) untuk from National University of Singapore (NUS) and Wat. Survey inventarisasi meliputi detail-detail Since the first day, the scientific committee
mengenalkan F. Silaban dan arsitektur modern Tarumanagara University (Untar) to introduce F. konstruksi yang spesifik dan fitur-fitur desain yang had begun collecting all available sources
Indonesia pada para peserta. Dr. Johannes Silaban and modern Indonesian architecture unik; berikut pula furnitur-furnitur built-in dan about F. Silaban and the house. Conventional
Widodo (NUS) menghadirkan latar belakang to the participants. Dr. Johannes Widodo lepas. Setiap detail orisinil dan furniture didaftar, sources gathered include original drawings (of
sejarah arsitektur modern Indonesia dalam (NUS) presented the historical background on didokumentasi, dan digambar ulang. the house), original photographs, and original
kaitan warisan Belanda di Indonesia. Dr. Lai Chee Indonesian (modern) architectural history and handwrittings/notes. We also use uncoventional
Kien (NUS) menampilkan materi buku (yang the Dutch legacy in Indonesia. Dr. Lai Chee Sejak hari pertama, komite ilmiah mulai sources; such as: interviews with family members,
akan terbit) tentang arsitektur modern Malaysia Kien (NUS) presented his forthcoming book on mengumpulkan seluruh acuan yang ada guided and unguided discussions among
pada tahun 1950an. Dr. Lai juga menjelaskan Malaysian modern architecture during the 1950s. mengenai F. Silaban dan rumah tersebut. workshop participants, books and photo album
penggunaaan sumber-sumber acuan yang tidak Dr. Lai also explained the use of unconventional Sumber-sumber konvensional yang dikumpulkan found in Silabans working studio. The sources
biasa pada penelitiannya untuk menghadirkan sources in his research to help acquiring fresh meliputi gambar-gambar asli (rumah tersebut), help us explains the design of the house as well
pendekatan baru dan otentik pada kajian and authentic approach in studying modern foto-foto asli, dan tulisan/ catatan asli. Kami as F. Silabans professional history.
sejarah arsitektur modern. Dr. Tri Harso Karyono architectural history. Dr. Tri Harso Karyono (Untar) juga menggunakan sumber-sumber tidak biasa;
(Untar) secara singkat menampilkan hipotesa was briefly presenting his micro-climatic design seperti: wawancara dengan anggota keluarga, We had another lecture on the 5th day featuring
perancangan iklim-mikro pada Rumah Silaban, hypothesis on Silaban House, which was used as diskusi terpandu maupun tidak terpandu diantara Han Awal, a senior Indonesian architect who
yang dipergunakan sebagai kerangka kerja the framework of micro-climatic design analysis para peserta, buku-buku dan album foto yang worked once with F. Silaban in the 1960s, and
analisa rancangan iklim-mikro pada rumah of the house. The lecture was held in STPP (Sekolah ditemukan di ruang kerja Silaban. Sumber- Panogu Silaban, a senior architect and F.
tersebut. Acara ini diadakan di STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian), an agricultural sumber tersebut membantu kami menjelaskan Silabans own son. Panogu Silaban talked about
Tinggi Penyuluhan Pertanian), sebuah sekolah training school designed by F. Silaban (in late rancangan rumah tersebut dan sejarah karir F. how he feels about the house he spent his
pelatihan/penyuluhan pertanian yang dirancang 1940s). Silaban. childhood in and his personal recollections on
oleh F. Silaban (pada kurun 1940an). his father as an architect. Han Awal presented
In the first 3 days, the participants were assigned Kami menyelenggarakan kuliah pada hari his recollections on several encounters with F.
Pada 3 hari pertama, para peserta ditugaskan into 8 survey teams in-charge of documenting ke-5 yang menampilkan Han Awal, seorang Silaban. He went on with the topic about design
ke dalam 8 kelompok survey bertugas specific parts of the house. Each team consists of arsitek senior Indonesia yang pernah bekerja experimentation on private houses in Indonesia.
mendokumentasikan bagian-bagian tertentu at least 3 team members; equiped with a digital sama dengan F. Silaban pada tahun 1960an,
dari rumah. Setiap kelompok terdiri dari 3 orang camera, survey sheets, and measurement tools. dan Panogu Silaban, seorang arsitek senior From the 6 th until 11th day, participants were
anggota; dilengkapi dengan sebuah kamera Every evening each team reports, coordinates, d a n s a l a h s e o r a n g p u t r a d a r i F. S i l a b a n re-assigned into into several teams, in-charge
digital, lembaran survey, dan alat-alat ukur. inputs the findings into computers (CAD). The sendiri. Panogu Silaban berbicara mengenai for specific tasks: design analysis, historical

82 83
bagaimana kesan-kesan pribadi beliau terhadap background analysis, micro-climatic design
rumah tempat dirinya tumbuh dan kesan- a n a l y s i s , p h o t o g r a p h y , a n d a rc h i t e c t u r a l
kesan pribadi mengenai ayahnya sebagai presentation (scale-model, CAD, and
seorang arsitek. Han Awal bercerita mengenai architectural sketching). Few participants were
beberapa pertemuannya dengan F. Silaban. in-charge for building up texts for the historical
Beliau melanjutkan paparannya pada topik background and design analysis of the house
eksperimentasi rancangan rumah tinggal di and F. Silabans brief biography (and historical
Indonesia. settings). They worked together closely with the
micro-climatic design analysis team to build
Dari hari ke-6 hingga ke-11, para peserta up knowledge on F. Silabans interpretation
ditugaskan ke dalam beberapa kelompok, of tropicality on the house. The architectural
dengan tugas-tugas spesifik: analisa desain, presentation team and the photographic team
analisa sejarah, analisa rancangan iklim-mikro, backed up the analysis team with necessary
fotografi, dan presentasi arsitektural (maket, computer graphics/ models and 1:50 scale-
CAD, dan sketsa arsitektural). Beberapa peserta model of the house. This session was the most
mengembangkan teks latar sejarah dan analisa intensive and exhaustive one since we raced
rancangan rumah dan biografi singkat F. Silaban against the given schedule.
(beserta kajian sejarahnya). Mereka bekerja
sama dengan kelompok analisa rancangan A t t h e 1 2 th d a y , a l l t e a m s p r e s e n t e d t h e
iklim-mikro dalam menyusun kajian mengenai findings in front of 3 senior members of scientific
interpretasi F. Silaban tentang tropikalitas rumah committee; Prof. Gunawan Tjahjono, Sutrisno
tersebut. Kelompok presentasi arsitektural dan Murtiyoso, and Dr. Josef Prijotomo. They provided
fotografi membantu kelompok analisa dengan the participants with overall review of the
model komputer dan maket skala 1:50. Bagian workshop and key points to be developed further
ini merupakan kegiatan paling intensif dan in the future. The scientific committee, then, held
melelahkan sepanjang workshop karena harus a meeting to discuss the content direction of this
berpacu dengan jadwal yang disepakati. book and further strategic moves to be taken
regarding the F. Silaban Inventory Research.
Pada hari ke-12, seluruh kelompok menampilkan
temuan dan hasil di depan 3 orang anggota From the 13 th up to 15 th day, 11 selected
senior komite ilmiah; Prof. Gunawan Tjahjono, participants and 4 members of the board
Sutrisno Murtiyoso, dan Dr. Josef Prijotomo. of editor continued with the publication
Mereka memberikan pandangan menyeluruh preparation. By the 15th day, we produced with
dan beberapa kunci bagi para peserta a draft version of the monograph ready for proof
untuk dikembangkan lebih jauh pada reading and final touch.
langkah selanjutnya. Kemudian, komite ilmiah
mengadakan pertemuan untuk membahas arah
dan langkah-langkah strategis yang akan diambil
mengenai kelanjutan Penelitian Inventarisasi F.
Silaban.

Dari hari ke-14 hingga ke-15, 11 peserta terpilih


dan 4 anggota badan editor melanjutkan 49 49 Studio Silaban yang masih dilengkapi dengan dokumen-dokumen asli
persiapan publikasi. Pada hari ke-15, kami 50
Silabans studio with the original documents still intact
menghasilkan sebuah versi kasar monograf yang 50 Gambar asli rancangan meja kerja dilengkapi rak buku dan gambar
siap diperiksa dan diberi sentuhan akhir. Original design drawing of desk with book and drawing shelves

84 85
bagaimana kesan-kesan pribadi beliau terhadap background analysis, micro-climatic design
rumah tempat dirinya tumbuh dan kesan- a n a l y s i s , p h o t o g r a p h y , a n d a rc h i t e c t u r a l
kesan pribadi mengenai ayahnya sebagai presentation (scale-model, CAD, and
seorang arsitek. Han Awal bercerita mengenai architectural sketching). Few participants were
beberapa pertemuannya dengan F. Silaban. in-charge for building up texts for the historical
Beliau melanjutkan paparannya pada topik background and design analysis of the house
eksperimentasi rancangan rumah tinggal di and F. Silabans brief biography (and historical
Indonesia. settings). They worked together closely with the
micro-climatic design analysis team to build
Dari hari ke-6 hingga ke-11, para peserta up knowledge on F. Silabans interpretation
ditugaskan ke dalam beberapa kelompok, of tropicality on the house. The architectural
dengan tugas-tugas spesifik: analisa desain, presentation team and the photographic team
analisa sejarah, analisa rancangan iklim-mikro, backed up the analysis team with necessary
fotografi, dan presentasi arsitektural (maket, computer graphics/ models and 1:50 scale-
CAD, dan sketsa arsitektural). Beberapa peserta model of the house. This session was the most
mengembangkan teks latar sejarah dan analisa intensive and exhaustive one since we raced
rancangan rumah dan biografi singkat F. Silaban against the given schedule.
(beserta kajian sejarahnya). Mereka bekerja
sama dengan kelompok analisa rancangan A t t h e 1 2 th d a y , a l l t e a m s p r e s e n t e d t h e
iklim-mikro dalam menyusun kajian mengenai findings in front of 3 senior members of scientific
interpretasi F. Silaban tentang tropikalitas rumah committee; Prof. Gunawan Tjahjono, Sutrisno
tersebut. Kelompok presentasi arsitektural dan Murtiyoso, and Dr. Josef Prijotomo. They provided
fotografi membantu kelompok analisa dengan the participants with overall review of the
model komputer dan maket skala 1:50. Bagian workshop and key points to be developed further
ini merupakan kegiatan paling intensif dan in the future. The scientific committee, then, held
melelahkan sepanjang workshop karena harus a meeting to discuss the content direction of this
berpacu dengan jadwal yang disepakati. book and further strategic moves to be taken
regarding the F. Silaban Inventory Research.
Pada hari ke-12, seluruh kelompok menampilkan
temuan dan hasil di depan 3 orang anggota From the 13 th up to 15 th day, 11 selected
senior komite ilmiah; Prof. Gunawan Tjahjono, participants and 4 members of the board
Sutrisno Murtiyoso, dan Dr. Josef Prijotomo. of editor continued with the publication
Mereka memberikan pandangan menyeluruh preparation. By the 15th day, we produced with
dan beberapa kunci bagi para peserta a draft version of the monograph ready for proof
untuk dikembangkan lebih jauh pada reading and final touch.
langkah selanjutnya. Kemudian, komite ilmiah
mengadakan pertemuan untuk membahas arah
dan langkah-langkah strategis yang akan diambil
mengenai kelanjutan Penelitian Inventarisasi F.
Silaban.

Dari hari ke-14 hingga ke-15, 11 peserta terpilih


dan 4 anggota badan editor melanjutkan 49 49 Studio Silaban yang masih dilengkapi dengan dokumen-dokumen asli
persiapan publikasi. Pada hari ke-15, kami 50
Silabans studio with the original documents still intact
menghasilkan sebuah versi kasar monograf yang 50 Gambar asli rancangan meja kerja dilengkapi rak buku dan gambar
siap diperiksa dan diberi sentuhan akhir. Original design drawing of desk with book and drawing shelves

84 85
Gambar Terbangun
As-Built Drawings

15 9 8 7
22
22

16 12 13 14 14 14 14 5 22 22 22 22 22
6 21 22
22
22
19
22
4

17 12 11 10 20 22 22 18
3

1 2

Rencana Lantai 1/Ground Floor Plan Rencana Lantai 2/Second Floor Plan

1 Selasar depan/Front passage 10 Kamar gambar/Drawing room 18 Ruang duduk-duduk/Sitting room


2 Teras beratap/Terrace 11 Kamar tidur utama/Master bedroom 19 Ruang rekreasi anak/Children recreation room
3 Teras depan/Front verandah 12 Kamar mandi/Bathroom 20 Kamar tidur darurat/Spare bedroom
4 Ruang tamu/Living room 13 Kamar pelayan/Maid room 21 Lantai kayu/Wood deck
5 Ruang makan/Dinning room 14 Kamar tidur anak/Children bedroom 22 Void/Void
6 Ruang makan dan dapur/Dinning room and kitchen 15 Tempat setrika/Utility room
7 Dapur/Kitchen 16 Garasi lama/Old garage
8 Teras belakang/Back verandah 17 Garasi baru/New garage
9 Selasar belakang/Back passage

86 87
Gambar Terbangun
As-Built Drawings

15 9 8 7
22
22

16 12 13 14 14 14 14 5 22 22 22 22 22
6 21 22
22
22
19
22
4

17 12 11 10 20 22 22 18
3

1 2

Rencana Lantai 1/Ground Floor Plan Rencana Lantai 2/Second Floor Plan

1 Selasar depan/Front passage 10 Kamar gambar/Drawing room 18 Ruang duduk-duduk/Sitting room


2 Teras beratap/Terrace 11 Kamar tidur utama/Master bedroom 19 Ruang rekreasi anak/Children recreation room
3 Teras depan/Front verandah 12 Kamar mandi/Bathroom 20 Kamar tidur darurat/Spare bedroom
4 Ruang tamu/Living room 13 Kamar pelayan/Maid room 21 Lantai kayu/Wood deck
5 Ruang makan/Dinning room 14 Kamar tidur anak/Children bedroom 22 Void/Void
6 Ruang makan dan dapur/Dinning room and kitchen 15 Tempat setrika/Utility room
7 Dapur/Kitchen 16 Garasi lama/Old garage
8 Teras belakang/Back verandah 17 Garasi baru/New garage
9 Selasar belakang/Back passage

86 87
Tampak Selatan/South Elevation

Tampak Timur/East Elevation

Potongan G-G/Section G-G

Rencana Lantai Dasar beserta lahan/Ground Floor Plan

Potongan H-H/Section H-H

88 89
Tampak Selatan/South Elevation

Tampak Timur/East Elevation

Potongan G-G/Section G-G

Rencana Lantai Dasar beserta lahan/Ground Floor Plan

Potongan H-H/Section H-H

88 89
Potongan A-A/Section A-A Potongan E-E/Section E-E

Potongan B-B/Section B-B Potongan F-F/Section F-F

Potongan C-C/Section C-C Tampak Utara/North Elevation

Potongan D-D/Section D-D Tampak Barat/West Elevation

90 91
Potongan A-A/Section A-A Potongan E-E/Section E-E

Potongan B-B/Section B-B Potongan F-F/Section F-F

Potongan C-C/Section C-C Tampak Utara/North Elevation

Potongan D-D/Section D-D Tampak Barat/West Elevation

90 91
CONTRIBUTORS

Agung Ainul Rochman Agus


Student at 17 Agustus 1945 University, Surabaya Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Photography Architectural Micro-climatic Analysis

Anjarkusuma Widi Hendrajati A.Y.D. Ajeng Dewayani


Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Micro-climatic Analysis
Illustrator

Christopher Surya David A. Sagita


Student at Tarumanagara University, Jakarta mAAN Indonesia - Organizing Committee
Architectural Inventory and Survey Architectural Photography
Architectural Scale-model Presentation Graphic/Photographic Editor
Graphic Designer Co-editor

Dely Anggi Afianti Denny Husin


Student at Bina Nusantara University, Jakarta Graduated from Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis

Dessy Syarlianti Desti Mandasari Putri


Graduated from Sriwijaya University, Palembang Student at Sriwijaya University, Palembang
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Micro-climatic Analysis

Dewi Sartika Elvin Santoso


Graduated from Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Inventory and Survey
51 51 Pandangan keseluruhan maket Architectural Scale-model Presentation
52 53 Overall model view Graphic Designer
52 Pandangan beranda depan maket
Front verandah model view
53 Pandangan sisi barat interior maket
West end interior model view
92 93
CONTRIBUTORS

Agung Ainul Rochman Agus


Student at 17 Agustus 1945 University, Surabaya Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Photography Architectural Micro-climatic Analysis

Anjarkusuma Widi Hendrajati A.Y.D. Ajeng Dewayani


Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Micro-climatic Analysis
Illustrator

Christopher Surya David A. Sagita


Student at Tarumanagara University, Jakarta mAAN Indonesia - Organizing Committee
Architectural Inventory and Survey Architectural Photography
Architectural Scale-model Presentation Graphic/Photographic Editor
Graphic Designer Co-editor

Dely Anggi Afianti Denny Husin


Student at Bina Nusantara University, Jakarta Graduated from Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis

Dessy Syarlianti Desti Mandasari Putri


Graduated from Sriwijaya University, Palembang Student at Sriwijaya University, Palembang
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Micro-climatic Analysis

Dewi Sartika Elvin Santoso


Graduated from Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Inventory and Survey
51 51 Pandangan keseluruhan maket Architectural Scale-model Presentation
52 53 Overall model view Graphic Designer
52 Pandangan beranda depan maket
Front verandah model view
53 Pandangan sisi barat interior maket
West end interior model view
92 93
Indara Wila Ivan Tirtadian Rama Wisnu Putra Ratana Soun
Student at Merdeka University, Malang Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Soegijapranata Catholic University, Semarang Graduated from Royal University of Fine Art, Phnom
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Phen, Cambodia
Archive Documentation Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Inventory and Survey
Illustrator Architectural Photography Architectural Design and Historical Analysis

Johannes Adiyanto Keiko Iwane Rendy Aditya Ryouei Nagano


Faculty Staff at Sriwijaya University, Palembang Master Student at Muramatsu Lab., Tokyo University Graduated from Parahyangan Catholic University, Bandung Master Student at Fujimori Lab., Tokyo University, Japan
Board of Editor/Scientific Committee Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Photography
Graphic/Photographic Editor Architectural Micro-climatic Analysis Graphic/Photographic Editor
Documentary Architectural 2-D/3-D Presentation Illustrator
Documentary

Kezia Paramita Laurensia Ineke Kurniasari Sanita Sepwuchi Setiadi Sopandi


Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Merdeka University, Malang Student at Bina Nusantara University, Jakarta mAAN Indonesia - Organizing Committee
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Professional Architect
Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Photography Board of Editor/Scientific Committee
Illustrator

Larasati Widjaja Lidwitianingrum Sokly Yam Undi Gunawan


Student at Royal University of Fine Art, Phnom Phen, Faculty Staff at Pelita Harapan University, Jakarta
Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Cambodia Architectural Photography
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Inventory and Survey Board of Editor/Scientific Committee
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Micro-climatic Analysis
Architectural Design and Historical Analysis

Luisa Oktameika Widiaputri M. Nanda Widyarta William Sastrawanto Yohannes Khrisna Hadi Putra
Student at Bina Nusantara University, Jakarta Faculty Staff at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Soegijapranata Catholic University, Semarang
Architectural Inventory and Survey Board of Editor/Scientific Committee Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Design and Historical Analysis Architectural 2-D/3-D Presentation

Nicholas Hardianto Wijaya Priscilla Epifania Ariaji Yogi Ferdinand Yohan Buana Iskandar
Graduated from Petra Christian University, Surabaya Tarumanagara University - Organizing Committee Graduated from Pelita Harapan University, Jakarta Student at Sriwijaya University, Palembang
Architectural Inventory and Survey Faculty Staff at Tarumanagara University, Jakarta Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Model Photography Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural 2-D/3-D Presentation
Graphic Designer Co-editor

94 95
Indara Wila Ivan Tirtadian Rama Wisnu Putra Ratana Soun
Student at Merdeka University, Malang Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Soegijapranata Catholic University, Semarang Graduated from Royal University of Fine Art, Phnom
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Phen, Cambodia
Archive Documentation Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Inventory and Survey
Illustrator Architectural Photography Architectural Design and Historical Analysis

Johannes Adiyanto Keiko Iwane Rendy Aditya Ryouei Nagano


Faculty Staff at Sriwijaya University, Palembang Master Student at Muramatsu Lab., Tokyo University Graduated from Parahyangan Catholic University, Bandung Master Student at Fujimori Lab., Tokyo University, Japan
Board of Editor/Scientific Committee Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Photography
Graphic/Photographic Editor Architectural Micro-climatic Analysis Graphic/Photographic Editor
Documentary Architectural 2-D/3-D Presentation Illustrator
Documentary

Kezia Paramita Laurensia Ineke Kurniasari Sanita Sepwuchi Setiadi Sopandi


Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Merdeka University, Malang Student at Bina Nusantara University, Jakarta mAAN Indonesia - Organizing Committee
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey Professional Architect
Architectural Scale-model Presentation Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Photography Board of Editor/Scientific Committee
Illustrator

Larasati Widjaja Lidwitianingrum Sokly Yam Undi Gunawan


Student at Royal University of Fine Art, Phnom Phen, Faculty Staff at Pelita Harapan University, Jakarta
Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta
Cambodia Architectural Photography
Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Inventory and Survey Board of Editor/Scientific Committee
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Micro-climatic Analysis
Architectural Design and Historical Analysis

Luisa Oktameika Widiaputri M. Nanda Widyarta William Sastrawanto Yohannes Khrisna Hadi Putra
Student at Bina Nusantara University, Jakarta Faculty Staff at Tarumanagara University, Jakarta Student at Tarumanagara University, Jakarta Student at Soegijapranata Catholic University, Semarang
Architectural Inventory and Survey Board of Editor/Scientific Committee Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural Micro-climatic Analysis Architectural Design and Historical Analysis Architectural 2-D/3-D Presentation

Nicholas Hardianto Wijaya Priscilla Epifania Ariaji Yogi Ferdinand Yohan Buana Iskandar
Graduated from Petra Christian University, Surabaya Tarumanagara University - Organizing Committee Graduated from Pelita Harapan University, Jakarta Student at Sriwijaya University, Palembang
Architectural Inventory and Survey Faculty Staff at Tarumanagara University, Jakarta Architectural Inventory and Survey Architectural Inventory and Survey
Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural Model Photography Architectural 2-D/3-D Presentation Architectural 2-D/3-D Presentation
Graphic Designer Co-editor

94 95
96 97
96 97
CREDITS
Texts
Johannes Adiyanto
M. Nanda Widyarta
Ratana Soun
Setiadi Sopandi
Sokly Yam
Undi Gunawan
William Sastrawanto

Photos/illustrations
Agung A. Rochman : inside cover
David A. Sagita : pp 5, 38, 41, 46, 53, 55, 57, 58, 59, 85, cover
Priscilla Epifania A. : pp 92
Ryouei Nagano : pp 43, 60, 68, inside cover, freehand sketch
Sanita Sepwuchi : pp 50
Undi Gunawan : pp 38, 40, 44, 47, 48, 51, 56, 59, 61

Photographic editing
Davd A. Sagita
Ryouei Nagano

Graphic layout
Keiko Iwane
David A. Sagita

Architectural graphics
Y. Khrisna Hadi Putra
Nicholas Wijaya
Rendy Aditya
Andjarkusuma W. Hendrajati

Cover graphics
Christopher Surya
Elvin Santoso

copyright 2008 mAAN Indonesia Publishing

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval
system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording, or otherwise, without prior consent of the publishers.
The workshop and publication are a join cooperation between
mAAN Indonesia and the School of Architecture, Tarumanagara University
mAAN Indonesia - F. Silaban inventory research project is supported by
cSUR, AGS of the University of Tokyo
Printed in Indonesia
ISBN

98
CREDITS
Texts
Johannes Adiyanto
M. Nanda Widyarta
Ratana Soun
Setiadi Sopandi
Sokly Yam
Undi Gunawan
William Sastrawanto

Photos/illustrations
Agung A. Rochman : inside cover
David A. Sagita : pp 5, 38, 41, 46, 53, 55, 57, 58, 59, 85, cover
Priscilla Epifania A. : pp 92
Ryouei Nagano : pp 43, 60, 68, inside cover, freehand sketch
Sanita Sepwuchi : pp 50
Undi Gunawan : pp 38, 40, 44, 47, 48, 51, 56, 59, 61

Photographic editing
Davd A. Sagita
Ryouei Nagano

Graphic layout
Keiko Iwane
David A. Sagita

Architectural graphics
Y. Khrisna Hadi Putra
Nicholas Wijaya
Rendy Aditya
Andjarkusuma W. Hendrajati

Cover graphics
Christopher Surya
Elvin Santoso

copyright 2008 mAAN Indonesia Publishing

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval
system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording, or otherwise, without prior consent of the publishers.
The workshop and publication are a join cooperation between
mAAN Indonesia and the School of Architecture, Tarumanagara University
mAAN Indonesia - F. Silaban inventory research project is supported by
cSUR, AGS of the University of Tokyo
Printed in Indonesia
ISBN

98
rumahsilabansilabanshouse
rumahsilabansilabanshouse

i am an architect, but not an ordinary one

supported by

mAAN
modern
Asian
Architecture
Network
I N D O N E S I A

Potrebbero piacerti anche