Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
This research compared rubber quality between smallholder rubber farmers in rubber development program
village and non-program village. The objectives of the research were to identify cause of low-quality rubber,
identify farmers efforts to increase rubber quality, to describe and to test relationship between
socioeconomic characteristics of the farmers, technical factors, and rubber quality among them, and to
analyze farmer benefit after use of rubber quality technology. Data for the research were generated from 64
respondents randomly from three villages. Descriptive statistics, qualitative analysis, binary logistic
regression model, and partial budgets analysis were used in analysing the data. The result of analysis
showed that farmers in program village produced lower grade rubber (average 6.13) than farmers in non-
program village (average 6.98). The identification result suggest that the causes of low-quality rubber were
the use of coagulant other than formic acid, use of additive coagulant and existence of contaminants in
coagulump. The empirical result revealed that majority of farmers did efforts to increase rubber quality
such as cleaning of collecting pans periodic, keeping of coagulump from contaminants, but just minority of
farmer used trained tappers, cleaning of collecting cups before tapping, dissociating types of coagulump
and there were no farmers using of formic acid as coagulant. The qualitative analysis and binary logistic
regression model indicated relationship between education, family size, membership of farmer institution,
participation in social activities and rubber quality at 20% probability level. The partial budgets analysis
proved that use of formic acid as coagulant was profitable in program village and non-program village.
PENDAHULUAN
Karet alam (Hevea brasiliensis) Sekarang ini, karet alam telah menjadi
merupakan komoditas yang banyak komoditas perdagangan internasional, karena
dikembangkan di dunia terutama oleh tidak semua negara di dunia mampu
negara-negara produsen karet alam terbesar menghasilkan lateks dan bekuannya akan
diantaranya Thailand, Indonesia, dan tetapi semua negara membutuhkan produk
Malaysia. Tujuan utama dari pengembangan berbahan dasar karet. Dijadikannya karet
karet alam adalah memroduksi lateks dan sebagai komoditas internasional dapat
bekuannya. Lateks dan bekuannya mendatangkan keuntungan bagi negara
merupakan bahan baku utama bagi industri pengekspor seperti Indonesia, dan membuka
berbasis pertanian untuk memroduksi lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa
produk berbahan dasar karet seperti ban, penghasil karet alam. Namun, perdagangan
sepatu karet, sarung tangan karet, balon, dan internasional karet juga memunculkan
produk-produk karet lainnya (Nazaruddin persaingan antarnegara pengekspor.
dan Paimin, 1992). Persaingan tersebut dapat terlihat dari ekspor
negara-negara produsen karet alam (Tabel 1).
1 Desa program pengembangan karet adalah desa yang pernah mendapatkan program berupa pengadaan bibit, bantuan
teknis, dan pengelolaan perkebunan oleh dinas pertanian. Saat ini program tersebut telah berhenti dan
penyelenggaraan telah diserahkan sepenuhnya kepada petani pemilik lahan.
2 Data Monografi, Profil, keterangan aparat desa dan ketua kelompok tani desa terkait.
analisis anggaran parsial. Dalam uji ASK = ask to PPL = pernah bertanya PPL (1
signifikansi, selang kepercayaan minimal = pernah dan 0 = tidak pernah).
yang digunakan adalah 80%(dengan nilai UOC = use of coagulant = Penggunaan TSP
sebagai koagulan (1 = menggunakan
maksimal sebesar 20%).
TSP dan 0 = jika tidak).
0 = konstanta
MODEL REGRESI KUALITAS KARET 1, 2,.. 13 = koefisien dugaan dari variabel
independen.
Berdasarkan kajian literatur dan kondisi
lapang, terdapat 13 variabel bebas yang
diduga memengaruhi kualitas karet Varibel tak bebas pada model regresi
perkebunan rakyat. Model regresi logistik logisitk biner memiliki dua kemungkinan
biner yang dibangun dari faktor-faktor nilai yakni 1 dan 0. Pada penelitian ini, nilai 1
tersebut adalah: menunjukan kualitas karet lebih tinggi dan 0
menunjukan kualitas karet lebih rendah. Nilai
( )= + + + biner 1 dan 0 merupakan transformasi
+ + + + kualitas dari skala 1 hingga 10 dengan titik
+ + + +
potong adalah rata-rata kualitas seluruh
+ +
responden. Kualitas karet yang di bawah rata-
dimana rata kualitas seluruh responden dimasukan
( ) ( )
( )= dan ( )= kedalam kelompok kualitas lebih rendah
( ) ( )
dilakukan petani di desa non program tersebar merata di kalangan petani. Data
pengembangan karet daripada di desa tersebut juga memperlihatkan kegiatan sosial
program pengembangan karet. Keadaan ini kemasyarakatan merupakan sumber
memberikan kesan bahwa kualitas karet yang informasi paling efektif untuk mengalirkan
diproduksi petani di desa program informasi kualitas karena mayoritas petani
pengembangangan karet bisa jadi lebih buruk mampu mengakses sumber informasi
dibandingkan dengan kualitas karet di desa tersebut. Data lapang ini berbeda dengan
non program pengembangan karet. kondisi di dua desa program karet di Delta
Petani responden rata-rata mengikuti State, Nigeria. Petani karet di Nigeria
pendidikan formal selama 6,63 tahun. memiliki lebih banyak akses informasi yaitu
Sebagian besar mereka (95,31%) dapat PPL, radio atau televisi, kegiatan sosial
membaca3 dengan rincian 43,75% telah (teman/tetangga), perusahaan pengolahan
menamatkan pendidikan dasar, dan sisanya karet (Michelin) dan lembaga riset karet.
menamatkan SMP, SMA dan sampai sarjana Lebih dari separuh (57,81%) responden
masing-masing 10,94%, 17,19% dan 1,56% memiliki jumlah anggota keluarga 2-4 orang
(satu orang). Hanya 4,69% yang tidak yang tinggal satu rumah dengan kepala
mengikuti pendidikan formal. Hasil ini juga keluarga dengan modus di jumlah anggiota
mendukung penelitian Giroh et.al. (2006). keluarga empat orang. Responden yang
Perbandingan antara desa program memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang
pengembangan karet dan desa non program sebesar 39,06%. Data ini memperikan
pengembangan karet menunjukkan bahwa pengertian bahwa upaya peningkatan
rata-rata petani responden di desa program kualitas diduga mampu dilakukan oleh petani
mengikuti pendidikan selama 5,37 tahun, responden. Jika dikaitkan dengan
sedangkan desa non program 7,87 tahun. Hal ketersediaan tanaga kerja dalam keluarga,
ini dapat memberikan dampak bahwa petani diduga petani karet yang memiliki jumlah
di desa non-program pengembangan karet anggota keluarga yang lebih banyak akan
lebih banyak melakukan upaya-upaya memiliki kualitas yang lebih baik.
peningkatan kualitas karet dan lebih mudah Pengalaman petani karet didekati
menerima teknologi peningkatan kualitas dengan menggunakan variabel lamanya
dibandingkan petani di desa program mengusahakan tanaman karet, pernah
pengembangan karet meski keduanya tetap tidaknya bekerja di perusahaan atau KUD
mampu melakukan dan menerima upaya- perkebunan karet dan keikutsertaan petani
upaya peningkatan kualitas karet rakyat. sebagai transmigran program pengembangan
Terdapat tiga sumber informasi yang karet. Secara berurutan, rata-rata lamanya
digunakan petani karet untuk mengakses menanam karet petani di desa program dan
informasi perkaretan yaitu kelompok tani, non program adalah 14,31 tahun dan 13,34
kegiatan sosial kemasyarakatan (misalnya tahun. Pengalaman yang lebih banyak, baik
pengajian) dan PPL. Petani yang lebih lama mengusahakan karet, penah
menggunakan kelompok tani, kegiatan sosial bekerja di perusahaan perkebunan karet atau
kemasyarakatan dan PPL masing-masing KUD, maupun peserta transmigrasi
sebesar 17,19%, 53,12%, dan 20,31%. Dari diharapkan memberikan tambahan
jumlah petani pengakses informasi pengetahuan, teknologi dan informasi
perkaretan, hanya 27 petani (42,19%) yang mengenai pengusahaan karet lebih banyak
mengakses informasi mengenai kualitas karet. daripada yang berpengalaman lebih sedikit.
Dari data empiris tersebut, terlihat bahwa Data pada lampiran 1 menunjukkan
aliran informasi tentang kualitas karet tidak bahwa mayoritas petani (67,19%) memiliki
3 Dengan Asumsi bahwa petani dapat membaca jika pernah mengikuti pendidikan formal, sehingga yang tidak
mengikuti pendidikan formal sama sekali tidak dapat membaca.
pendapatan keluarga diatas tiga juta rupiah. dari separuh (56,25%) menyadap karetnya
Kondisi ini memberikan pengertian bahwa setiap hari, dan hanya 9,38% menyadap
adopsi teknologi peningkatan kualitas yang karetnya dengan frekuensi yang benar sesuai
membutuhkan biaya tunai akan relatif mudah dengan teori penyadapan yakni dua hari
dilakukan terlebih lagi di desa non program. sekali.
Petani di desa non program yang memiliki Mayoritas petani menjual hasil
pendapatan lebih dari 3 juta per bulan lebih produksinya dalam bentuk bahan olah karet
banyak dibandingkan petani di desa program. berupa koagulump atau coagulump (CL) yakni
Luas kebun produktif yang diusahakan getah karet (lateks) yang telah dibeku dengan
mayoritas petani karet (59,38%) adalah 0,25 menggunakan zat pembeku (koagulan).
hingga 1,25 hektar. Petani lainya memiliki Terdapat berbagai jenis CL yang diproduksi
luas lahan karet masing-masing 1,26 hingga petani. Lebih sari separuh petani (56,25%)
2,25 hektar (26,56%) dan diatas 2,26 hektar menjual dalam bentuk CL dua harian.
(19,06%). Alasananya adalah harga relatif tinggi, bobot
tidak terlalu susut, dan penjualan sudah
KARAKTERISTIK USAHATANI relatif banyak karena telah terkumpul hasil
RESPONDEN selama dua hari. Untuk mendapatkan
koagulump, petani menggunakan pupuk air
Lampiran 2 menunjukkan kondisi
rendaman TSP dan tawas sebagai pembeku.
usahatani petani karet di kecamatan Tulang
Sebagain petani menambahkan air ekstrak
Bawang Tengah. Moyoritas petani (93,75%)
umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) untuk
menanam karetnya dengan sistem tumpang
membeku lateks dengan alasan bobot
sari selama tiga tahun pertama penanaman.
koagulump menjadi lebih besar dan mampu
Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi
mengikat/memenjarakan air.
petani karet, dimana selama karet belum
Sebagian besar petani sangat menjaga
menghasilkan mereka harus tetap
kondisi bahan olah karet yang diproduksinya,
berpenghasilan. Cara yang ditempuh adalah
terutama dari kotoran berupa ranting, tatal,
menumpang sari tanaman karetnya. Dampak
dan daun. Sebanyak 42,19% petani
dari sistem tumpang sari adalah kurang
menyatakan terdapat tatal, ranting atau daun
optimalnya perawatan tanaman karet belum
di Cl-nya, bahkan tiga responden diantaranya
menghasilkan dikarenakan pemupukan dan
menyatakan dengan sengaja memasukan tatal
penyiangan tanaman karet dilakukan
kedalam koagulumpnya untuk menambah
bersamaan dan dengan fokus tanaman
bobot karena tatal di dalam koagulump
tumpang sarinya.
mampu memenjarakan air.
Dalam hal pemupukan, 37,5% petani
tidak benar dalam melakukan pemupukan
tanaman karet menghasilkan. Mereka hanya FAKTOR-FAKTOR YANG
memupuk satu kali setahun atau tidak MEMENGARUHI KUALITAS KARET
PERKEBUNAN RAKYAT
melakukan pemupukan minimal dalam satu
tahun analisis penelitian ini. Alasan tidak Analisis Taksonomik
benarnya pemupukan petani adalah tidak Tabel analisis domain pada lampiran 3
terjangkaunya harga pupuk bagi sebagian menunjukkan bahwa terdapat sepuluh faktor
besar petani terutama TSP dan KCl, terlebih yang diduga memengaruhi kualitas karet
lagi setelah penurunan harga karet lebih dari perkebunan rakyat. Dari sepuluh faktor
50% pada akhir tahun 2008. terdapat empat faktor yang memiliki
Dalam hal penyadapan, hanya 32,81% pengaruh positif dan tiga faktor yang
petani yang menggunakan penyadap terlatih. memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas
Sedangkan petani lainya bukanlah penyadap karet yang diproduksi petani. Sedangkan tiga
terlatih. Salah satu dampaknya adalah lebih faktor lainnya berpengaruh secara tidak
konsisten di kedua kelompok desa. Terdapat peningkatan kualitas, pengaruh ketiga faktor
tiga bentuk hubungan semantik antara faktor tersebut mendukung pernyataan Rogers
dan kualitas yakni alasan/rasional, cara (1983) dan Giroh et.al. (2006). Ketiga faktor
ketujuan, dan sebab akibat. tersebut menjadikan petani lebih mudah
Lampiran 4 menunjukkan analisis menerima atau melakukan upaya
taksonomik ketujuh faktor yang peningkatan kualitas sehingga kualitas karet
memengaruhi kualitas. Tujuh faktor tersebut petani yang memiliki ketiga faktor tersebut
merupakan faktor yang hanya diambil dari lebih baik dibandingkan yang tidak
kelompok faktor pengaruh positif dan negatif, memilikinya. Namun, hasil analisis faktor
karena kedua kelompok faktor tersebut pendapatan rumah tangga, pendidikan, dan
adalah domain yang superior yaitu domain luas lahan memberikan pengaruh yang
yang amat penting dan mendominasi berbeda bahkan berkebalikan dari pernyataan
deskripsi tujuan penelitian (Bungin, 2003). Rogers (1983) tentang adopsi.
Dalam penelitian ini, kesuperioran domain Petani yang berpenghasilan rumah
dilihat konsistensi pengaruh terhadap tangga lebih rendah atau memiliki lahan lebih
kualitas. Penggunaan teknik analisis sempit memiliki keinginan lebih besar untuk
taksonomik diharapkan mampu memberikan meningkatkan penghasilan keluarga melalui
gambaran lebih jelas mengenai pengaruh jalur peningkatan kualitas. Hal ini
masing-masing faktor terhadap kualitas. memberikan dorongan bagi petani yang
Sebagian besar faktor memiliki pengaruh berpenghasilan lebih rendah atau berlahan
yang tidak langsung terhadap kualitas. Faktor sempit untuk melakukan upaya peningkatan
tersebut hanya memberikan dorongan kepada lebih banyak yang berdampak pada lebih
petani untuk melakukan atau tidak tinginya kualitas karet yang dimilikinya.
melakukan aktivitas yang memengaruhi Untuk faktor pendidikan, petani yang
kualitas karet, baik pengaruh positif atau berpendidikan lebih tinggi lebih memiliki
negatif. Hanya penggunaan pupuk TSP perhitungan yang lebih baik mengenai usaha
sebagai koagulan yang memberikan peningkatan pendapatan. Peningkatan
pengaruh langsung terhadap kualitas karet pendapatan dapat diperoleh melalui
perkebunan rakyat. Pengaruh langsung peningkatan bobot karet yang diproduksinya
penggunaan pupuk TSP adalah cepat atau peningkatan harga. Petani yang
membeku dan kenyal. Sehingga petani berpendidikan lebih tinggi lebih mampu
pengguna pupuk TSP untuk koagulan membandingkan dan memperkirakan
menjadikan kualitas karetnya lebih baik perubahan pendapatan antara penurunanan
dibandingkan kualitas karet petani yang harga karena penurunan kualitas dengan
menggunakan tawas sebagai pembeku. Bagi peningkatan bobot karet yang mereka
petani, selain alasan cepat membeku dan hasilkan. Pendidikan lebih tinggi juga
kental, penggunaan pupuk TSP sebagai memberikan dampak pada akses informasi
koagulan adalah mudah didapat. Bagi petani yang lebih banyak dari pada petani
pengguna tawas, digunakannya tawas berpendidikan lebih rendah. Hal tersebut
sebagai bahan pembeku karena relatif murah memberikan kemungkinan yang lebih besar
dibandingkan pupuk TSP. bagi petani berpendidikan lebih tinggi untuk
Tiga faktor lain yang memengaruhi melakukan upaya peningkatan pendapatan
kualitas adalah keanggotaan dalam suatu meskipun terkadang upaya peningkatan
kelompok tani, partisipasi petani dalam pendapatan tersebut dapat menurunkan
kegiatan sosial dan jumlah anggta keluarga. kualitas karet yang diproduksinya.
Jika dikaitkan dengan proses adopsi upaya
4 Kualitas karet ditransformasi menjadi variabel dikotomous yaitu kualitas di bawah rata-rata (6,56 dengan skala 1
hingga 10) dikelompokan dalam kualitas lebih rendah (dengan simbol 0) dan kualitas di atas rata-rata dikelompokan
dalam kualitas lebih tinggi (dengan simbol 1)
Tabel 3. Koefisien dan Uji Signifikansi Model Regresi Logistik Biner Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Predictor Coef SE Coef Z P Odds Ratio
Constant 6,32556 3,90741 1,62 0,105
Usia (tahun) -0,10598 0,04432 -2,39 0,017 0,90
Pendidikan (tahun) -0,42746 0,17344 -2,46 0,014 0,65
Pengalaman (tahun) 0,02627 0,05736 0,46 0,647 1,03
Transmigran pengembangan karet 1,53532 1,02964 1,49 0,136 4,64
Jumlah anggota keluarga 0,59857 0,27402 2,18 0,029 1,82
Pendapatan rumah tangga per
-0,0000001 0,0000002 -0,56 0,578 1,00
bulan
Frekuensi pemupukan -0,02964 0,38383 -0,08 0,938 0,97
Luas lahan -0,45551 0,43136 -1,06 0,291 0,63
Partisipasi dalam keg. Sosial 1,73943 1,16907 1,49 0,137 5,69
Keanggotan Kelompok Tani 3,91364 1,19047 3,29 0,001 50,08
Keberadaan PPL di Desa -2,50652 1,54517 -1,62 0,105 0,08
Tanya PPL 1,38891 0,96826 1,43 0,151 4,01
Penggunaan TSP sebagai koagulan -1,05742 1,52101 -0,70 0,487 0,35
Kriteria Uji Serentak (Model): G=24,791, DF=13, P-Value=0,025
tinggi dengan peluang 4,64 kali lebih besar karet untuk meningkatkan kualitas tidak
dari pada petani bukan merupakan membutuhkan pengeluaran atau biaya tunai.
transmigran pengembangan karet di wilayah Sehingga baik petani yang berpenghasilan
Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Lebih besar maupun kecil mampu melakukan
besarnya peluang untuk memroduksi karet upaya peningkatan kualitas.
kualitas lebih tinggi yang dimiliki oleh petani Variabel lain yang pengaruhnya tidak
yang dulunya merupakan transmigran signifikan memengaruhi kulitas karet
pengembangan karet di wilayah Kecamatan perkebunan rakyat di Kecamatan Tulang
Tulang Bawang Tengah dikarenakan pada Bawang Tengah adalah frekuensi
saat program pengembangan karet pemupukan. Tidak signifikannya frekuensi
berlangsung, petani transmigran terlibat pemupukan terhadap kualitas karet
langsung dalam proses penyelenggaraan dikarenakan pemupukan memengaruhi
usahatani yang meliputi penanaman, produksi karet ketika di dalam pohon dan
pemeliharaan, dan penyadapan. Sehingga ketika produksi masih berbentuk getah
informasi perkaretan lebih banyak diketahui (lateks) terutama terkait dengan jumlah dan
oleh petani desa transmigran. Setelah kadar karet kering. Karena bentuk produksi
penyelenggaraan usahatani karet diserahkan petani reponden adalah koagulump,
secara total kepada petani, informasi sedangkan setelah membeku, kadar karet
perkaretan tersebut digunakan dalam kering lateks hanya akan memengaruhi
penyelenggaraan usahatani tersebut. jumlah koagulump yang dihasilkan. Kualitas
Pengaruh positif jumlah anggota CL diukur dari kekenyalan, warna, dan
keluarga terhadap kualitas karet dengan odds proporsi kotoran yang semuanya terkait
ratio yang sebesar 1,82 menunjukkan bahwa dengan aktivitas di luar pohon karet dan
petani karet yang memiliki jumlah anggota proses perubahan getah menjadi koagulump.
keluarga yang mampu membantu Karena itu, pengaruh frekuensi pemupukan
penyelenggaraan usahatani satu orang lebih terhadap kualitas koagulump dalam
banyak maka peluang petani tersebut penelitian ini tidak signifikan. Selain itu,
memproduksi kualitas karet lebih tinggi petani di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
meningkat atau lebih besar 1,82 kali petani melakukan pemupukkan dengan
yang memiliki jumlah anggota keluarga satu penyesuaian dosis dan frekuensi. Pemupukan
orang di bawahnya. dengan frekuensi satu kali menggunakan
Ukuran keluarga yang lebih besar dan dosis per aplikasi lebih banyak dari pada
terdiri atas anggota keluarga yang mampu pemupukan yang frekuensinya dua kali per
melakukan dan membantu penyelenggaraan tahun. Namun, untuk memasukan jumlah
usahatani, menjadikan keluarga petani dan jenis pupuk yang digunakan dalam
tersebut mampu melakukan kegiatan- model relatif sulit dilakukan, mengingat
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas kandungan unsur hara di dalam pupuk
dengan jumlah yang lebih banyak. Lebih berbeda-beda untuk jenis pupuk yang sama.
banyaknya upaya peningkatan kualitas Luas lahan karet yang telah berproduksi
menjadikan lebih baiknya kualitas karet menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak
petani dengan jumlah anggota keluarga lebih signifikan pengaruhnya terhadap kualitas
banyak dibandingkan petani dengan jumlah karet. Hal ini menunjukkan bahwa luas kebun
keluarga lebih sedikit. karet produksi tidak memotivasi petani untuk
Penghasilan rumah tangga (family meningkatkan kualitas karetnya sebagaimana
income) merupakan variabel yang tidak dugaan sebelumnya. Kenyataan ini
signifikan dalam memengaruhi kualitas karet. memberikan pandangan positif bahwa
Tidak signifikannya pengaruh penghasilan peningkatan kualitas dapat dilakukan oleh
rumah tangga terhadap kualitas dikarenakan petani, baik petani berlahan relatif luas
sebagian besar upaya yang dilakukan petani ataupun yang relatif sempit.
Partisipasi dalam kegiatan sosial dan karet sebagaimana mestinya. Kualitas karet
keanggotaan dalam kelompok tani petani di desa tempat PPL berdomisili masih
merupakan dua variabel yang berpengaruh rendah karena usahatani karetnya masih
positif terhadap kualitas karet dan signifikan dijalankan dengan metode konvensional
di dalam model. Besarnya nolai odds ratio (perkiraan petani sendiri) tanpa referensi dari
partisipasi dalam kegiatan sosial dan buku atau PPL. Diharapkan dengan
keanggotaan dalam kelompok tani berturut berubahnya sifat PPL (menjadi multi bidang
turut adalah 5,69 dan 50,08. Nilai odds ratio pertanian) di Kecamatan Tulang Bawang
sebesar 5,69 pada variabel partisipasi dalam Tengah, pengaruh PPL dapat menjadi lebih
kegiatan sosial memberikan arti bahwa baik bagi kualitas karet di wilayah tersebut.
apabila petani yang semula tidak Meskipun keberdaan PPL yang
berpartisipasi dalam kegiatan sosial berdomisili di desa petani responden
kemudian berpertisipasi maka peluang memiliki pengaruh negatif, tapi pernahnya
kualitas karet petani menjadi lebih tinggi dari petani bertanya kepada PPL secara sengaja
rata-rata responden meningkat 5,69 kali mengenai perkaretan memiliki pengaruh
semula. Cara intepretasi serupa dapat positif dan signifikan terhadap kualitas. Nilai
digunakan untuk variabel keanggotaan koefisien variabel pernahnya bertanya kepada
kelompok tani. Nilai odds ratio sebesar 50,08 PPL adalah 1,38891 dengan odds ratio sebesar
pada variabel keanggotaan kelompok tani 4,01. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila
memberikan arti bahwa apabila petani yang petani pernah bertanya kepada PPL mengenai
semula tidak bergabung dengan kelompok perkaretan, maka peluang petani tersebut
tani kemudian bergabung maka peluang memroduksi karet berkualitas lebih tinggi
kualitas karet petani menjadi lebih tinggi dari lebih besar 4,01 kali dari pada petani yang
rata-rata responden meningkat 50,08 kali tidak pernah bertanya kepada PPL tentang
semula. Peningkatan peluang ini dikarenakan perkaretan. Pengaruh positif pernahnya
kelompok tani dan kegiatan sosial dapat petani bertanya kepada PPL menunjukkan
menjadi sarana petani untuk berinteraksi bahwa keaktifan petani untuk mendapatkan
sesama petani karet dan melakukan transfer informasi memberikan nilai lebih dalam
informasi perkaretan termasuk informasi kualitas karet dan sangat diperlukan dalam
mengenai kualitas karet. Petani yang proses adopsi teknologi tidak hanya dalam
bergabung dalam kelompok tani dan kegiatan peningkatan kualitas. Program pemerintah
sosial lebih memungkinkan untuk dalam meningkatkan jumlah PPL diharapkan
mengetahui hal-hal yang dapat meningkatkan mampu memberikan lebih banyak tempat
kualitas dan meningkatkan harga jual karet bertanya bagi petani.
yang diproduksinya sehingga dapat Variabel terakhir adalah penggunaan
melakukannya. Selain itu, petani juga lebih pupuk TSP sebagai koagulan. Varibel ini tidak
memungkinkan untuk mengetahui hal-hal signifikan pada taraf nyata 20%. Dari
yang dapat menurunkan kualitas dan indikator statistik ini dapat diketahui bahwa
menurunkan harga jual karet produksinya penggunaan pupuk TSP ataupun tawas
sehingga dapat menghindarinya. bukan merupakan faktor yang memengaruhi
Keberadaan PPL yang berdomisili di kualitas, sehingga apapun pembeku yang
desa petani responden memiliki pengaruh digunakan, baik TSP ataupun tawas, kualitas
negatif dan signifikan. Pengaruh negatif karet tidak akan berbeda signifikan.
keberadaan PPL tidak langsung memberi Penggunaan pupuk TSP maupun tawas
makna bahwa PPL memberi dampak buruk sebgai koagulan dapat menurunkan kualitas
bagi kualitas karet yang diproduksi petani, karet karena meningkatkan kadar abu pada
namun keberadaan PPL belum memberikan bahan olah karet.
fungsi atau pengaruh terhadap usahatani
Hasil analisis perbandingan menun- kotoran berupa tatal, daun dan ranting, dan
jukkan bahwa jumlah anggota keluarga, pemisahan jenis produksi, bahkan tidak ada
partisipasi dalam kegiatan sosial, dan petani yang menggunakan asam semut
keanggotaan kelompok tani benar-benar sebagai koagulan (Tabel 5). Fakta ini
berpengaruh positif. Pengaruh positif ini menunjukan masih relatif kecilnya upaya
terlihat pada kedua analisis. Hal ini peningkatan kualitas di tingkat petani. Hal ini
memberikan indikasi bahwa pemanfaatan berdampak pada rendahnya kualitas karet
institusi sosial dan kelompok tani dalam yang di produksi oleh perkebunan rakyat.
penyebaran informasi kualitas akan efektif Dalam analisis anggaran parsial peningkatan
mengingat positifnya pengaruh variabel kualitas karet, upaya yang digunakan
tersebut. hanyalah penggunaan asam semut sebagai
Penghasilan rumah tangga, luas lahan koagulan. Hal ini karena penggunaan asam
dan penggunaan pupuk TSP sebagai semut adalah satu-satunya upaya
koagulan tidak signifikan di dalam model. peningkatan kualiats karet yang
Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas karet mengharuskan perubahan struktur biaya
dapat ditingkatkan oleh semua petani baik tunai usahatani karet.
yang berpenghasilan tinggi atau rendah,
maupun petani yang berlahan sempit atau
ANALISIS ANGGARAN
luas.
PARSIAL UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN
PETANI UNTUK MENINGKATKAN KARET
KUALITAS PENERIMAAN TAMBAHAN DENGAN
Terdapat beberapa upaya yang dapat ADANYA PENINGKATAN KUALITAS
dilakukan petani dan termasuk upaya Pada kondisi aktual (pembeku
peningkatan kualitas karet. Upaya-upaya konvensional yakni pupuk TSP dan tawas),
tersebut adalah pembersihan mangkuk setiap produksi karet rata-rata petani desa non
menyadap, membersihkan ember program dan program masing-masing sebesar
penampung, penggunaan penyadap terlatih, 8.670,00 kg dan 8.369,80 kg. Berdasarkan
menjaga getah dari kotoran berupa tatal, daun informasi yang diperoleh dari pedagang
dan ranting, pemisahan jenis produksi, dan karet, bobot (massa) koagulump karet berusia
penggunaan asam semut. Namun tidak dua hari yang menggunakan koagulan asam
semua petani melakukan upaya tersebut. semut adalah 90% dari koagulump karet
Hanya sebagian kecil petani (kurang dari dengan koagulan pupuk TSP. Sehingga
separuh responden) melakukan pembersihan apabila pembeku yang digunakan oleh petani
mangkuk setiap menyadap, penggunaan adalah asam semut maka petani di kedua desa
penyadap terlatih, Menjaga getah dari mampu memroduksi koagulump dua harian
pertama. Tanaman sisipan yang digunakan dibandingkan desa program baik sebelum
mayoritas petani adalah singkong. maupun setelah upaya peningkatan kualitas.
Penyelenggaraan usahatani dilakukan tanpa Dari penelitian ini, disarankan kepada
referensi baku baik dari PPL maupun buku. petani karet agar menggunakan koagulan
Sebagian besar kegiatan budidaya seperti asam semut jika harga koagulump mencapai
pemupukan dan penyadapan berbeda-beda Rp500,00. Pelaksana program peningkatan
dalam jumlah maupun frekuensi sesuai kualitas karet agar memberikan sosialisasi
dengan perkiraan petani sendiri. peningkatan kualitas dari sisi teknis dan
Penyebab rendahnya kualitas karet peningkatan pendapatan melalui kegiata-
perkebunan rakyat di daerah penelitian kegiatan sosial petani serta memperbanyak
adalah penggunaan pembeku selain asam pengadaan asam semut di tempat-tempat
semut yang menyebabkan tinginya kadar abu yang mudah dijangkau petani.
dan rendahnya plastisitas awal, terdapatnya
kontaminan di dalam koagulump, dan tidak
adanya pemisahan jenis produksi sehingga DAFTAR PUSTAKA
tercampur antara karet kualitas rendah (yang [ANRPC] Association of Natural Rubber
berwarna hitam dan kering) dengan karet Producins Countries. 2009. ANRPC
baru. Penyebab lainya adalah penggunaan Monthly Bulletin of Rubber Statistics, Vol.
koagulan aditif seperti air ekstrak umbi 1 No. 4: June 2009.
gadung. Bungin B. 2003. Teknik-teknik analisis dalam
Faktor-faktor yang memengaruhi penelitian sosial. Di dalam: Bungin B.
kualitas karet di daerah penelitian secara Analisis Data Penelitian Kualitatif.
kualitatif dan kuantitatif adalah usia, jumlah Jakarta: Rajawali Pers
anggota keluarga, keanggotaan dan
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007.
partisipasi dalam kelompok tani, dan kegiatan Statistik perkebunan Indonesia 2006-
sosial, pendidikan, peseta transmigran, 2008: karet (rubber). Jakarta: Sekretariat
keberadaan PPL dan pernahnya bertanya Direktorat Jenderal Perkebunan
kepada PPL tentang perkaretan. Kementrian Pertanian.
Berdasarkan analisis anggaran parsial, Giroh DY, Abubakar M, Balogun FE, Wuranti
upaya peningkatan kualitas karet berupa V, Ogbebor OJ. 2006. Adoption of rubber
penjagaan dari kotoran dan penggunaan asam quality innovations among smallholder
semut sebagai koagulan meguntungkan bagi rubber farmers in two farm settlements of
petani dan mampu memberikan tambahan delta State, Nigeria. Journal of Sustainable
Development in Agriculture and
pendapatan. Meski menguntungkan, tidak
Environment, Vol. 2 No. 1: april 2009.
ada petani responden yang menggunakan
asam semut sebagai koagulan. Hal itu karena Nazaruddin, Paimin FB. 1992. Karet: budi
sedikitnya jumlah asam semut yang tersedia daya dan pengolahan, strategi
pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
di toko-toko sarana pertanian dan kurangnya
pengetahuan petani tentang penggunaan Rogers EM. 1983. Diffusion of Innovations 3rd
asam semut sebagai koagulan, sehingga Edition. New York: The Free Press.
petani lebih memilih pembeku TSP dan tawas. Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta:
Jika membandingkan kelompok petani desa Penebar Swadaya
program dan non program, pendapatan
Tomek WG, Robinson KL. 1972. Agricultural
petani di desa non program lebih tinggi
Product Prices. New York: Cornell
University.
Lebih rendah
Akses informasi Upaya Peningkatan Kualitas Lebih
lebih sedikit pendapatan yang Rendah
dapat mengurangi
kualitas lebih sedikit
Lampiran 5. Anggaran Parsial Upaya Peningkatan Kualitas Karet Seluas Satu Hektar Petani
Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009
Tambahan Biaya (Rp) Tambahan Pendapatan (Rp)
Biaya penyadapan
Desa Non Program Rp153.947,00 Desa Non Program Rp461.840,01
Desa program Rp1.028.735,00 Desa program Rp3.086.204,62
Berkurangnya Pendapatan (Rp) Berkurangnya biaya (Rp)
Biaya koagulan
Desa Non Program Rp 0,00 Desa Non Program Rp664.892,86
Desa program Rp 0,00 Desa program Rp792.893,75
Total tambahan biaya dan berkurangnya Total tambahan Pendapatan dan
pendapatan per tahun (A) berkurangnya Biaya per tahun (B)
Desa Non Program Rp153.947,00 Desa Non Program Rp1.126.732,87
Desa program Rp1.028.735,00 Desa program Rp3.879.098,37
Perubahan Bersih = (B) (A)
Desa Non Program Rp972.785,87
Desa program Rp2.850.363,37
Menguntungkan