Sei sulla pagina 1di 13

STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG

Oleh :
Tri Wahyu Kristanto, M. Mustam, Ari Subowo
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Seodarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos. 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

Abstract
HIV (Human Immunodeficiency Virus) is the virus that causes AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) is a set of symptoms that arise due the decline in immunity.
Semarang city as the capital city of Central Java province has the tendencies detection rate of
HIV and AIDS cases that are increasing every year. Various programs have been implemented
so far, but the results still have not seen due to several influence factors. This study uses
descriptive qualitative research methods to describe the situation of HIV and AIDS in the city of
Semarang.
There are several driving factors on the implementation of the program and the strategy
are: the suitability of the vision and mission, the quality of human resources, factors conducive
political, regulatory support, economic growth, as well as the use of technology. While the
inhibiting factors, among others: the lack of budget, the absorption of financial resources less
effective, negative stigma against people living with HIV, and the adverse effects of technology
(pornography).
After analyzing these factors, it has produced some of the recommendation in the
response to HIV and AIDS in the city, which are: make strategic planning, improve coordination
with NGOs and people living with HIV, involving the private sector and community participation
in each program and activity, providing sex education for young people both within schools,
colleges, and Karang Taruna.
Keywords: HIV and AIDS, Strategy, SWOT.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Indonesia. Dari sana kita dapat
Pembangunan nasional telah melihat bahwa tujuan pembangunan
menjadi agenda wajib setiap Negara nasional Indonesia mengarah pada
yang ada di dunia ini. Baik Negara kemakmuran yang adil dan merata
maju maupun Negara berkembang bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali.
seperti Indonesia. Di Indonesia tujuan Tercapainya tujuan pembangunan
pembangunan tertuang dengan jelas nasional merupakan kehendak dan
dalam pancasila, sila ke-5 yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia.
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Untuk itu dalam upaya menghadapi
makin ketatnya persaingan bebas pada tidak mengalami perubahan fisik dan
era globalisasi, upaya peningkatan cenderung tidak berbeda dengan orang
kualitas sumber daya manusia harus yang sehat. HIV/AIDS merupakan
dilakukan. Dalam hal ini peranan salah satu jenis penyakit IMS (infeksi
keberhasilan pembangunan kesehatan menular seksual) atau sering disebut
sangat menentukan. Upaya dengan penyakit kelamin. Sehingga
mempercepat keberhasilan stigma buruk dari masyarakat sulit
pembangunan kesehatan tersebut, sekali dihilangkan. Oleh karena
maka diperlukan kebijakan persoalan diatas biasanya penderita
pembangunan kesehatan yang lebih HIV/AIDS (ODHA) seringkali tidak
dinamis dan proaktif dengan mengetahui keadaan dirinya yang
melibatkan semua sektor terkait, terjangkit HIV dan tidak mau
pemerintah, swasta dan masayarakat. memeriksakan dirinya karena malu
Keberhasilan pembangunan kesehatan dan takut akan dikucilkan masyarakat.
tidak hanya ditentukan oleh kinerja HIV/AIDS merupakan salah satu
sektor kesehatan semata, melainkan ancaman terbesar terhadap
sangat dipengaruhi oleh interaksi yang pembangunan sosial ekonomi,
dinamis dari berbagai sektor. stabilitas dan keamanan pada negara
Tugas pemerintah dalam upaya berkembang termasuk Indonesia.
mewujudkan Indonesia sehat 2015 HIV/AIDS telah menyebabkan
adalah mencegah terjadinya resiko kertepurukan masalah sosial dan
penyakit. Kewajiban negara dalam ekonomi di tengah resesi dunia ini.
melindungi setiap warga negara Efek jangka panjang HIV/AIDS
tertuang dalam pembukaan Undang- yang telah meluas adalah dampak
undang Dasar Negara Republik pada struktur demografi. Karena
Indonesia Tahun 1945 alinea 4 yang tingginya proporsi kelompok umur
berbunyi Negara Indonesia yang yang lebih muda terkena penyakit
melindungi segenap bangsa Indonesia yang membahayakan ini, dapat
dan seluruh tumpah darah Indonesia. diperkirakan nantinya akan
Oleh karena itu pemerintah wajib menurunkan angka harapan hidup.
melindungi warga Negara dari Karena semakin banyak orang yang
berbagai ancaman yang dapat diperkirakan hidup dalam jangka
mengganggu ketertiban umum. waktu yang lebih pendek, kontribusi
Pemerintah wajib memberikan rasa yang diharapkan dari mereka pada
aman bagi setiap masyarakat dari ekonomi nasional dan perkembangan
berbagai ancaman, termasuk dengan sosial menjadi semakin kecil. Hal ini
ancaman penularan penyakit. menjadi masalah yang penting karena
HIV (human immunodeficiency hilangnya individu yang terlatih dalam
virus) adalah virus yang menyebabkan jumlah besar tidak akan mudah
penyakit AIDS yang menyerang digantikan. Mengingat bahwa HIV
sistem kekebalan tubuh sehingga lebih banyak menjangkiti orang muda
penderitanya tidak dapat bertahan dari dan mereka yang berada pada umur
penyakit yang ringan sekalipun. produktif. HIV/AIDS memiliki
Penderita HIV/AIDS tidak dapat dampak yang besar pada ketersediaan
dibedakan dengan melihat secara fisik dan produktivitas angkatan kerja.
semata, karena biasanya penderita
HIV lebih banyak menjangkiti 3. Keputusan Menkokesra
orang muda dan pada umur produktif, no.8/1994 tentang Komisi
sehingga penyakit HIV/AIDS Penanggulangan AIDS
memiliki dampak yang besar pada 4. Keputusan Presiden Republik
ketersediaan dan produktivitas Indonesia no.36/1994 tentang
angkatan kerja. Dari sudut pandang Komisi Penanggulangan
individu HIV/AIDS berarti tidak dapat AIDS
masuk kerja, jumlah hari kerja yang 5. Strategi Nasional
berkurang, kesempatan yang terbatas Penanggulangan HIV/AIDS
untuk mendapatkan pekerjaan dengan 2003-2007
gaji yang lebih baik dan umur masa 6. Peraturan Presiden Republik
produktif yang lebih pendek. Indonesia no.75/2006 tentang
Kita sadari bersama bahwa Komisi Penanggulangan
penyakit HIV/AIDS mengancam AIDS Nasional
kesejahteraan serta ketentraman 7. Strategi Nasional
masyarakat dunia, karena hingga saat Penanggulangan HIV/AIDS
ini belum ditemukan vaksin 2007-2010
penyembuhnya sehingga senantiasa Pemerintah Jawa Tengah pada tahun
menjadi masalah pembangunan 2009 telah menerbitkan perda no 5 tentang
kesehatan yang sangat serius bagi penanggulangan HIV/AIDS mengingat
seluruh bangsa dan negara tidak kasus ini sangat memprihatinkan. Kota
terkecuali Indonesia. semarang sendiri sebagai ibu kota di Jawa
Senantiasa diperlukan Tengah telah memiliki beberapa regulasi
kebersamaan dan kesinergian yang yaitu:
komprehensif dalam upaya 1) Keputusan Walikota
pencegahan serta penanggulangan, Semarang Nomor 433.22/96
sebab HIV/AIDS merupakan ancaman Tahun 2010 Tanggal 30
besar terhadap pembangunan nasional, Maret 2010 tentang
bagi dunia usaha, kesetaraan gender Pembentukan Komisi
dan ancaman bagi peningkatan tenaga Penanggulangan AIDS Kota
kerja. Epidemi ini dapat Semarang, yang berisi tentang
mengakibatkan dampak negatif yang penetapan pembentukan KPA
sangat besar terhadap pertumbuhan Kota Semarang, tugas-tugas
ekonomi angkatan kerja, bisnis, serta KPA Kota semarang,
pekerja dan keluarganya. kewenangan KPA untuk
Adapun regulasi yang telah membentuk Sekretariat
pemerintah buat selama ini adalah Pelaksana dan Kelompok Kerja
sebagai berikut: guna memperlancar
1. Strategi Nasional pelaksanaan tugas, serta
Penanggulangan HIV/AIDS sumber dana untuk seluruh
tahun 1994 kegiatan KPA.
2. SK menkokesra tentang 2) Keputusan Walikota
strategi penanggulangan Semarang Nomor 433.22/97
HIV/AIDS tahun 1994 Tahun 2010 Tanggal 30
Maret 2010 tentang
Pembentukan Sekretariat
Pelaksana dan Kelompok di karenakan perda yang merupakan
Kerja/pokja KPA Kota hasil dari adopsi perda daerah lain
Semarang, berisi tentang sangatlah tidak relevan. Peraturan
kewenangan ketua KPA dalam yang telah disebutkan diatas tersebut
membentuk Sekretariat dan hanya bersifat himbauan sehingga
Kelompok Kerja guna tidak terdapat sanksi yang dapat di
memperlancar tugas-tugas jatuhkan bagi pelanggarnya.
penanggulangan AIDS oleh
KPA Kota Semarang. Sebagai Gambar 1.1
landasan hukum yang lebih Kumulatif Kasus HIV/AIDS 2010
terperinci dari keputusan Maret 2014*
Walikota Semarang nomor (Laporan VCT dan PITC) di Kota
433.22/96 tahun 2010 poin Semarang
ketiga.
3) Instruksi Walikota Semarang Jumlah Pengidap
No 447/3/2005 tentang
penggunaan kondom saat per Tahun
aktifitas seks beresiko dan
jarum suntik steril setiap 600
penyuntikkan, merupakan 400
himbauan oleh Walikota 427 520 430
Semarang dalam upaya 200 287
penanggulangan HIV/AIDS 89
0
dengan program mewajibkan 2010 2011 2012 2013 2014
pemakaian kondom saat
akifitas seks beresiko seperti Sumber: Data KPA Kota Semarang
pada pekerja seks komersial
atau aktifitas seks dengan Pada tahun 2010 jumlah pengidap
pasangan yang berganti-ganti HIV/AIDS di kota Semarang jumlahnya
tanpa mengetahui riwayat mencapai 287 orang. Dan pada tahun
penyakit satu sama lain. berikutnya mengalami peningkatan
Menghimbau kepada seluruh sebanyak 140 kasus sehingga pada tahun
tenaga medis dan masyarakat 2011 jumlah yang ditemukan oleh KPA
untuk menggunakan jarum sebanyak 427 kasus. Pada tahun 2012 lebih
suntik steril setiap kali banyak lagi kasus HIV/AIDS yang
penyuntikan agar resiko diketemukan oleh KPA kota Semarang,
penularan dapat di minimalisir. yaitu mencapai 520 kasus. Tetapi pada tahun
4) Perda Kota Semarang no. 4 berikutnya, 2013, mengalami penurunan
tahun 2013 tentang jumlah kasus yang diketemukan oleh KPA
penanggulangan HIV/AIDS, sebanyak 430 kasus. Tetapi hal tersebut
tidak memberikan rasa puas terhadap
Tetapi hal ini tidak lah cukup, anggota KPA sendiri karena hal tersebut
nyatanya masih saja terjadi dapat saja dipengaruhi oleh beberapa faktor
peningkatan penderita HIV/AIDS seperti jumlah peserta VCT yang menurun,
yang sangat tinggi bahkan terus seperti dugaan yang diutarakan ibu Tini
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sebagai anggota KPA Kota Semarang.
Nyatanya pada tahun 2014 dari bulan januari rumah tangga dan remaja yang terdeteksi
hingga bulan maret telah ditemukan mengidap HIV AIDS.
sebanyak 89 kasus HIV/AIDS yang
dipastikan akan bertambah jumlahnya Dilatarbelakangi berbagai masalah
hingga akhir tahun. yang telah dijabarkan diatas maka penulis
tertarik untuk mengangkat tema Strategi
Diagram diatas menunjukkan bahwa Penanggulangan HIV/AIDS di Kota
tren pertumbuhan jumlah pengidap Semarang. Dengan maksud mencari
HIV/AIDS setiap tahun cenderung strategi dan solusi yang tepat dalam
meningkat dan mengkhawatirkan. Walaupun penanganan penanggulangan HIV AIDS di
memang pada beberapa tahun terlihat Kota Semarang.
penurunan jumlah, itu disebabkan karena
masyarakat yang mengikuti test VCT pada 2. Tujuan
tahun tersebut jumlahnya relatif kecil atau Agar suatu kegiatan itu dapat
menurun dibanding tahun sebelumnya. Data mencapai titik yang optimal, maka
tersebut diatas diperoleh dari hasil test VCT setiap kegiatan hendaknya harus
masyarakat kota Semarang, ini berarti memiliki tujuan yang jelas dan nyata.
pengidap HIV/AIDS yang tidak mengikuti Adapun tujuan penelitian ini adalah :
test VCT belum masuk dalam jumlah 1. Mendeskripsikan program
tersebut diatas. Padahal tingkat kesadaran dan strategi penanggulangan
masyarakat kota Semarang untuk mengikuti HIV/AIDS yang telah
test ini masih relatif rendah. Sehingga dilaksanakan
diperkirakan masih banyak lagi jumlah 2. Mengidentifikasi faktor
ODHA yang terselubung atau tidak terdata penghambat dan pendorong
oleh KPA. Bagaimana hal tersebut bisa dalam pelaksanaan
terjadi disaat pemerintah Kota Semarang penanggulangan HIV/AIDS
telah memiliki regulasi ? hal inilah yang yang dilakukan oleh KPA
menjadi pertanyaan dan alasan mengapa Kota Semarang
penelitian ini mengambil lokus di Kota 3. Memberikan usulan strategi
Semarang. yang dapat digunakan dalam
upaya penanggulangan
Kasus HIV/AIDS yang sangat HIV/AIDS
memprihatinkan ini pemerintah diharapkan 3. Teori
serius dalam menangani kasus ini. Selama 3.1 Manajemen Strategi
ini pemerintah dianggap belum serius dalam Di dalam buku Manajemen
upaya penanggulangan HIV AIDS, dan Strategis:konsep karangan Fred R
hanya memberikan bantuan kepada orang David mengumngkapkan bahwa
yang telah terjangkit penyakit ini dengan strategi merupakan suatu seni
tidak membebani penderita dengan biaya menggunakan kecakapan dan
pemeriksaan dan juga pemberian obat HIV sumber daya suatu organisasi
AIDS dengan Cuma-Cuma. Sedangakan untuk mencapai sasarannya
upaya pencegahan saelama ini hanya melalui hubungannya yang
berkutat pada penyuluhan kepada PSK dan efektif dengan lingkungan dalam
sering kali hanya terfokus pada lokalisasi, kondisi yang paling
padahal tidak PSK saja yang rawan menguntungkan.
terjangkit virus ini tetapi juga banyak ibu Fred R. David (2006)
Manajemen strategis dapat
diartikan sebagai seni dan ilmu dan tidak pada titik
untuk memformulasi, kelemahannya
mengimplementasi, dan 5) sumberdaya adalah sesuatu
mengevaluasi keputusan lintas yang kritis
fungsi yang memungkinkan 6) strategi hendaknya
organisasi dapat mencapai memperhitungkan resiko yang
tujuannya. Perencanaan strategis tidak terlalu tinggi
pada intinya dapat disebut 7) strategi hendaknya disusun
sebagai rencana permainan diatas landasan keberhasilan
(game plan) organisasi. Proses yang telah dicapai
manajemen strategis terdiri atas 8) tanda-tanda dari suksesnya
tiga tahap yaitu formulasi suatu strategi ditampakkan
strategi, implementasi strategi, dengan adanya dukungan dari
dan evaluasi strategi. pihak-pihak yang terkait
Proses manajemen strategis dapat
digambarkan sebagai pendekatan Ada beberapa metode analisis di
yang objektif, logis, dan dalam manajemen strategi, yang sering
siatematik untuk membuat digunakan adalah analisis SWOT (kekuatan,
keputusan besar dalam kelemahan, peluang, dan ancaman). empat
organisasi. Proses ini berusaha tipe strategi dalam matriks SWOT, yaitu:
untuk mengelola informasi
1. Strategi SO, menggunakan kekuatan
kuantitatif dan kualitatif dalam
internal perusahaan untuk
bentuk yang memungkinkan
memanfaatkan peluang eksternal.
keputusan efektif dapat diambil
2. Strategi WO, bertujuan untuk
dalam kondisi yang tidak
memperbaiki kelemahan internal
menentu.
dengan memanfaatkan peluang
Menurut J. Salusu, dalam
eksternal.
bukunya yang berjudul
3. Strategi ST, menggunakan kekuatan
Pengambilan Keputusan
perusahaan untuk menghindari atau
Strategik untuk organisasi publik
mengurangi pengaruh dari ancaman
dan organisasi non profit,
eksternal.
dijelaskan bahwa dalam upaya
4. Strategi WT, adalah taktik defensive
menyukseskan strategi maka ada
yang diarahkan pada pengurangan
beberapa prinsip yang haus di
kelemahan internal dan menghindari
ketahui, yaitu
ancaman eksternal.
1) Strategi haruslah konsisten
dengan lingkungannya 4. Metodelogi
2) Setiap organisasi tidaklah
hanya membuat satu strategi Penelitian ini menggunakan metode
3) Strategi yang efektif penelitian kualitatif bersifat deskriptif,
hendaknya memfokuskan dan karena peneliti ingin melihat bagaimana
menyatukan semua kondisi penanggulangan HIV dan AIDS di
sumberdaya Kota Semarang serta mengetahui faktor
4) Strategi hendaknya penghambat dan pendorong serta faktor
memusatkan perhatian pada kunci dalam implementasi program
apa yang menjadi kekuatannya penanggulngan tersebut.
3. Surveilans HIV/AIDS dan Infeksi
Menular Seksual.
PEMBAHASAN 4. Penelitian dan Riset Operasional.
5. Lingkungan Kondusif.
1. Hasil Penelitian dan Anlisis
6. Koordinasi Multipihak
1.1. Analisis Penanggulangan HIVdan 7. Kesinambungan Penanggulangan.
AIDS di Kota Semarang
1.2 Analisis Lingkungan Strategis
Indonesia telah berupaya keras untuk
Analisis SWOT digunakan untuk
menanggulangi HIV/AIDS tetapi hasilnya
mengidentifikasi faktor-faktor strategis
belum memuaskan. Pendidikan dan
organisasi yaitu kekuatan, kelemahan,
penyuluhan yang didasari oleh norma agama
peluang dan ancaman yang berasal dari
dan budaya telah dilakukan bersamaan
internal maupun eksternal sebelum
dengan intervensi kesehatan masyarakat
merumuskan suatu strategi dalam organisasi.
seperti pencegahan, pengobatan infeksi
Analisis ini diharapkan dapat
menular seksual, upaya pengobatan,
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
perawatan dan dukungan bagi ODHA.
peluang (opportunities), dan secara
Upaya pencegahan dilakukan melalui bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
pendidikan dan penyuluhan masyarakat (weaknesses) dan ancaman (threats).
terutama ditujukan kepada populasi berisiko Berdasar analisis SWOT tersebut, dapat
yang mudah menyebarkan penyakit. Upaya dirumuskan faktor-faktor pendukung yaitu
pengobatan dan perawatan yang dilakukan berasal dari kekuatan dan peluang, serta
baik berbasis klinis maupun masyarakat faktor-faktor pengahambat yang berasal dari
perlu dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan dan ancaman terkait
meningkatnya jumlah ODHA. pengembangan pariwisata di Kota
Semarang.
Berbagai upaya telah dijalankan untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA dan keluarganya, namun
hal ini masih terus berlangsung. Salah satu
cara untuk mengatasinya adalah dengan
peningkatan pemahaman mengenai
HIV/AIDS dikalangan masyarakat termasuk
mereka yang bekerja di unit-unit pelayanan
kesehatan.
Dari kajian berbagai dokumen dan
masukan dari berbagai pihak yang terlibat
dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS
selama ini, diidentifikasi tujuh area prioritas
penanggulangan HIV/AIDS untuk lima
tahun mendatang yaitu:
1. Pencegahan HIV/AIDS.
2. Perawatan, Pengobatan dan
Dukungan terhadap ODHA.
Tabel 1.1 tidak. Tanpa adanya anggaran maka
Ringkasan Analisis SWOT dipastikan suatu pogram tidak dapat
Lingkungan Internal dan Eksternal dijalankan sesuai yang diharapkan.
Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Akibatnya mungkin sasaran dari tujuan
Semarang program belum dapat mencapai target
maksimal dan hanya sekedar berjalan saja.
Penilaian Lingkungan S W O T
Lingkungan internal
Visi dan Misi
Anggaran yang terbatas membuat KPA Kota
1. Kesesuaian Visi dan Semarang harus lebih bijak dalam

Misi dengan Kondisi penggunaan sumber dana yang minim dan
Sumber Daya Manusia terbatas dengan menggunakan skala
1. Kualitas dan Kuantitas
prioritas. Kegiatan yang sifatnya lebih
cukup baik
2. Tenaga Medis dan urgent dan mendesak akan didahulukan.
Kader Dapat
mengedukasi Masyarkat B. Kurang Efektif Dalam Penyerapan
Anggaran
1. Minimnya Anggaran Sumber Dana
Lingkungan Eksternal
Faktor Politik Sumber dana yang terbatas menuntut
1. Keadaan Politik yang pererintah untuk pintar-pintarnya membagi

Stabil
2. Adanya Regulasi
kedalam program dan sub-program yang
Faktor Ekonomi akan dibiayai. Fenomena HIV/AIDS ini
1. Pertumbuhan Ekonomi merupakan fenomena gunung es yang kapan

Masyarakat
2. Penyerapan Sumber
saja siap meledak jadi seharusnya
pemerintah konsen terhadap isu ini karena
Dana Kurang
Faktor Sosial Budaya dapat mengacaukan ketertiban umum.
1. Stigma Negatif
Faktor Teknologi
1. Pemanfaatan
Selama ini dana lebih banyak
Teknologi Secara terserap untuk kegiatan kegiatan yang
Maksimal sifatnya konsumtif, bukan investasi. Dana
2. Dampak Buruk
Teknologi (Pornografi)
dipakai untuk pengadaan kegiatan rapat,
koordinasi,dan konsumsi semata. Dana yang
dipakai untuk kegiatan investasi seperti
perbaikan mutu pelayanan dan
meningkatkan kemampuan tenaga-tenaga
1.2.1 faktor Penghambat medis jumlahnya cukup kecil.
Faktor penghambat dalam Dengan meningkatnya tingkat
optimalisasi strategi Penanggulangan ekonomi masyarakat Kota Semarang
HIV/AIDS di Kota Semarang berasal dari diharapkan pendanaan ini semakin
kelemahan-kelemahan lingkungan internal meningkat, tidak selalu mengandalkan dana
maupun ancaman-ancaman lingkungan dari pemerintah dan luar negeri namun juga
eksternal. Berdasarkan hal tersebut, maka dari masyarakat itu sendiri.
identifikasi faktor-faktor penghambat antara
lain: C. Stigma Negatif Terhadap ODHA

A. Minimnya Anggaran Stigma negatif terhadap ODHA


memang susah sekali dihilangkan, tetapi
Anggaram merupakan faktor dasar setidaknya masyarakat sekarang mulai
apakah suatu program bisa berjalan atau
memahami dan mengerti informasi yang Identifikasi faktor-faktor pendukung
falid dan benar mengenai isu HIV/AIDS ini. tersebut, antara lain:
Dengan tidak simpang siurnya isu dan mitos
dihrarapkan masyarakat lebih paham tentang A. Kesesuaian Visi dan Misi Dengan
bahaya virus HIV tetapi juga tidak takut jika Kondisi
tertular karena hanya dengan bersalaman
Visi merupakan landasan dalam suatu
dsb.
organisasi yang menggambarkan harapan
Stigma negatif ini merupakan serta kekokohan organisasi. Visi dari Komisi
dampak yang tidak terduga dari kegiatan Penanggulangan AIDS di Kota Semarang
sosialisasi yang menakut-nakuti adalah Terkendalinya Penyebaran
masyarakat tentang bahaya HIV. HIV&AIDS di Kota Semarang. Dari sana
Dibayangan masyarakat penyakit ini dapat kita ketahui bahwa tujuan utama yang
mengerikan dan mematikan sehingga sangat diharapka oleh pemerintah dan KPA adalah
dihindari, sampai-sampai akhirnya mereka mengendalikan persebaran virus HIV di
menjauhi ODHA karena takut tertular. Kota Semarang. Hal ini dirasa cukup sulit
memang untuk mengendalikan sesuatu yang
D. Dampak Buruk teknologi tidak dapat dilihat dengan kasat mata.
(pornografi) Namun penjabarannya dari sebuah visi
menjadi misi sudah relevant atau sesuai.
Teknologi menjadi pisau bermata Misi yang dimiliki Komisi Penanggulangan
dua di era globalisasi saat ini. Banyak sekali AIDS dapat membantu dalam pengendalian
manfaat positifnya yang dimanfaatkan HIV/AIDS di Kota Semarang. Penjabaran
masyarakat luas dan pemerintah. Dengan visi dan misi sudah sesuai dengan kebutuhan
semakin majunya teknologi informasi jadi dan tuntutan masyarakat.
semakin tak terbendung baik itu informasi
yang baik maupun yang buruk. Akses B. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya
internet ke dalam situs-situs porno di Manusia
Indonesia termasuk yang tinggi jumlah
pegunjungnya. Hal ini berdampak pada Dalam program penanggulangan
perilaku seks bebas yang makin marak di HIV/AIDS di Kota Semarang ada dua jenis
kalangan remaja. sumber daya manusia yang terlibat, yaitu
yang pertama maerupakan tenaga medis
Dengan minimnya pengetahuan dan seperti: dokret, suster dan tenaga kesehatan
sex education yang dimiliki maka resiko lainnya dan yang kedua adalah tenaga non
terkena IMS dan HIV semakin tinggi. Para medis seperti administrator dan tenaga
remaja hanya mendapatkan informasi dari pemberi penyuluhan.
teman sebaya dan internet yang belum jelas
kebenarannya. Dari dua jenis sumber daya manusia
tersebut saat ini kemampuannya sudah
1.2.2 faktor-faktor pendukung cukup memuaskan. Semua sumber daya
senantiasa dibekali dengan kemampun yang
Faktor-faktor pendukung dalam mumpuni. Program untuk selalu
pengembangan pariwisata di Kota Semarang mengingkatkan kompetensi sumber daya
bersumber dari kekuatan-kekuatan yang manusia ini juga dilakukan secara rutin dan
berasal dari internal serta peluang-peluang berkala. Pelatihan dari Komisi
yang berasal dari lingkungan luar. Penanggulangan AIDS Provinsi diadakan
setiap tiga bulan sekali dan pelatihan dari
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional penyusunan setiap program penanggulangan
dilakukan atau diadakan setiap tahun sekali. HIV/AIDS. Walikota sebagai pucuk
pimpinan KPA Kota Semarang selama ini.
Adapun materi pelatiahnnya selalu menunjukan komitmennya terhadap isu
beragam, dari mulai training tentang HIV/AIDS di Kota Semarang. Secara
administrasi, manajemen organisasi hingga inisiatif dan berkala mengajak KPA untuk
peningkatan kemampuan untuk medis dasar. berdiskusi dalam rangka pencegahan dan
Hal tersebut dirasakan manfaatnya oleh penanggulangan HIV/AIDS di lingkungan
sumber daya manusia baik itu anggota KPA, Kota Semarang.
LSM, atau dari dinas kesehatan.
E. Regulasi penanggulangan HIV/AIDS
C. Tenaga Medis dan Kader yang di Kota Semarang
Mumpuni
Pada tahun 2013 Pemerintah kota
Sumber daya manusia yang terlibat Semarang berhasil membuat regulasi untuk
dalam program penanggulangan HIV/AIDS penanggulangan HIV/AIDS di Kota
di Kota Semarang memiliki kemampuan Semarang. Dengan disahkannya Peraturan
dasar untuk memberikan edukasi bagi Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun
masyarakat dan juga kebutuhan medis dasar 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS,
bagi ODHA. Hal ini cukup penting untuk maka menunjukan keseriusan pemerintah
keberlangsungan program penanggulangan dalam menanggapi isu tersebut. Komisi
HIV karena KPA, LSM, KDS serta Dinas Penanggulangan AIDS memiliki dasar
Kesehatan merupakan tumpuan masyarakat hukum yang jelas dalam setiap kegiatan dan
untuk memperoleh informasi yang benar program penanggulangan HIV/AIDS di
tentang HIV/AIDS. lingkungan Kota Semarang.
Peningkatan kemampuan dan Regulasi ini sangat penting perannya
kualitas sumber daya manusia ini senantiasa karena dapat menjadi pegangan yang jelas
selalu ditingkatkan dengan berbagai untuk pihak yang terkait dalam upaya
program yang sering disebut capacity penanggulangan HIV/AIDS di Kota
building. Pelaytihan dilakukan baik dari Semarang. Proses yang panjang dalam
tingkat KDS, LSM, KPA Kabupaten/Kota, penyusunan Perda ini hendaknya tidak sia-
KPA Provinsi hingga KPA Nasional. sia dan akan terus dipegang teguh demi
terwujudnya masyarakat Kota Semarang
yang sehat dan terbebas dari ancaman
D. Keadaan Politik yang Stabil
infeksi visur HIV.
Politik di Kota Semarang selama ini
F. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
cukup stabil dalam pemerintahan. Suksesi
kepemimpinan pun terjadi dengan sangat Dalam program penanggulangan HIV/AIDS,
mulus tanpa ada hambatan dan ribut-ribut. pertumbuhan ekonomi dapat menjadi faktor
hal tersebut menjadikan kondisi politik di peluang bagi pemerintah dan KPA.
Kota Semarang menjadi faktor yang baik Diharapkan dengan semakin meningkatnya
dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di PAD Kota Semarang maka dana yang
Kota Semarang. dianggarkan untuk program penanggulangan
juga semakin besar dan bertambah
Kondusifnya faktor politik di Kota
jumlahnya.
Semarang memudahkan KPA dalam
G. Pemanfaatan Teknologi Secara
Maksimal
B. Strategi W-O
Dewasa ini teknologi di dalam
masyarakat semakin maju dan makin luas 1. Menggunakan regulasi dalam upaya
pemanfaatannya. Tidak ketinggalan pula meningkatkan anggaran.
pemerintah dalam era good governance ini 2. Memanfaatkan pertumbuhan
mengutamakan transparansi informasi ekonomi masyarakat untuk
kepada masyarakat sangat terbantu dengan menambah sumber pendanaan.
adannya teknologi yang semakin maju dan 3. Memanfaatkan teknologi dalam
murah. Komisi Penanggulangan AIDS upaya meminimalisir pemakaian
sendiri merasakan manfaatnya dalam segala anggaran.
aspek di dalam program dan kegiatannya.
C. Strategi S-T
Pemanfaatan teknologi komunikasi
1. Memanfaatkan SDM untuk
yang makin maju di gunakan Komisi
mengedukasi masyarakat dalam
Penanggulangan AIDS untuk sosialisasi
upaya menguragi stigma buruk
diberbagai sarana yang ada seperti: iklan di
terhadap ODHA.
televise, sosialisasi di radio, iklan di radio,
2. Memanfaatkan SDM untuk
sosialisasi dengan video di YouTube dan
mengefektifkan penyerapan sumber
juga menyediakan informasi yang falid di
dana.
web Komisi Penanggulangan AIDS
3. Memanfaatkan SDM untuk
Nasional.
sosialisasi dampak buruk pornografi.
Setelah melakukan identifikasi
D. Strategi W-T
mengenai faktor pendukung dan
penghambat penanggulangan HIV/AIDS di 1. Menambah anggaran untuk program
Kota Semarang, selanjutnya ditentukan apa edukasi bagi masyarakat tentang sex
saja isu-isu strategis yang ada dalam education.
penanggulangan HIV di Kota Semarang. 2. Meningkatkan penyerapan sumber
Isu-isu strategis ini diperoleh dari hasil dana untuk meningkatkan anggaran
interaksi antara lingkungan internal dan
eksternal dalam matriks SWOT. Hasil Selanjutnya dalam menentukan
analisis ini akan menghasilkan 4 macam prioritas strategi digunakan uji litmus
strategi yaitu S-O, S-T, W-O, dan W-T. (litmus test) untuk menentukan tingkat
Berikut hasil identifikasi isu-isu strategis kesinergisan dari isu-isu strategis yang ada.
penanggulangan HIV di Kota Semarang: Pengujian ini dilakukan dengan mengajukan
pertannyaan-pertanyaan dengan bobot skor
A.Strategi S-O antara 1 sampai 3, kemudian dijumlahkan.
Jumlah nilai tersebut kemudian
1. Memanfaatkan regulasi untuk
dikategorikan, apakah strategi itu bersifat
meningkatkan kesesuaian visi dan
operasional (1-13), moderat (14-26) dan
misi.
strategis (27-39). Hasil evaluasi isu-isu
2. Menggunakan kualitas sumber daya
strategis menghasilkan 2 kategori yaitu:
manusia dalam pengoptimalan
strategi yang bersifat strategis sebanyak 4
pemanfaatan teknologi.
strategi dan strategi yang bersifat moderat
3. Pemanfaatan teknologi dalam upaya
sebanyak 7 strategi. Berikut hasil uji limus
meningkatkan pelayanan medis.
tentang strategi penanggulangan HIV di Setelah strategi dirumuskan,
Kota Semarang: selanjutnya ditentukan faktor kunci yang
menunjang keberhasilan pelaksanaan
A. Strategi yang bersifat Strategis strategi penanggulangan HIV di Kota
Semarang. Faktor kunci yang didapat adalah
1. Pemanfaatan teknologi dalam upaya
sebagai berikut:
meningkatkan pelayanan medis.
2. Menggunakan regulasi dalam upaya a. Landasan hukum yang kuat
meningkatkan anggaran. b. Komitmen, koordinasi dan kerjasama
3. Memanfaatkan pertumbuhan pihak terkait
ekonomi masyarakat untuk c. Dukungan dari masyarakat
menambah sumber pendanaan.
4. Meningkatkan penyerapan sumber SARAN
dana untuk meningkatkan anggaran
Berdasarkan penelitian yang telah
B. Strategi yang bersifat Moderat dilakukan serta simpulan di atas, maka saran
yang ditujukan untuk penanggulangan
1. Memanfaatkan regulasi untuk HIV/AIDS terkait dengan hambatan-
meningkatkan kesesuaian visi dan hambatan yang dihadapi oleh Komisi
misi. Penanggulangan AIDS Kota Semarang
2. Menggunakan kualitas SDM dalam dalam penanggulangan HIV/AIDS. Saran
pengoptimalan pemanfaatan tersebut adalah sebagai berikut:
teknologi.
3. Memanfaatkan teknologi dalam 1. KPA Kota Semarang diharapkan
upaya meminimalisir anggaran. membuat rencana strategis (renstra)
4. Memanfaatkan SDM untuk agar bisa menjadi pedoman dalam
mengedukasi masyarakat dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.
upaya mengurangi stigma buruk 2. KPA Kota Semarang lebih
terhadap ODHA. meningkatkan koordinasi dengan
5. Memanfaatkan SDM untuk LSM sehingga aspirasi yang diterima
mengefektifkan penyerapan sumber oleh LSM dari masyarakat bisa
dana. ditampung dan akhirnya nanti dapat
6. Memanfaatkan SDM untuk digunakan sebagai bahan
sosialisasi dampak buruk pornografi. pertimbangan yang akan
7. Menambah anggrana untuk program disampaikan kepada pemerintah.
sex education bagi masyarakat 3. Melibatkan peran serta swasta dan
masyarakat dalam setiap pelaksanaan
Faktor lingkungan yang paling program dan kegiatan dalam rangka
berpengaruh dalam upaya penanggulangan penanggulangan HIV/AIDS di Kota
HIV/AIDS di Kota Semarang adalah faktor Semarang.
anggaran dan faktor sosial budaya. Isu 4. Menambah jumlah anggota KPA,
strategis dalam penanggulangan HIV/AIDS karena sekarang ini hanya ada enam
adalah meningkatkan kapasitas sumber daya orang saja dan saya rasa kurang
manusia secara kuantitas dan kualitas dalam cukup untuk mengcover segala
upaya mengubah persepsi, sikap dan permasalahan penanggualngan
perilaku masyarakat. HIV/AIDS di Kota Semarang.
5. Mengusahakan pengadaan alat test
HIV yang lebih canggih sehingga
dapat mengidentifikasi lebih cepat, Suyanto,M. 2007. Strategic Management
tidak perlu menunggu masa jendela. Global Most Admired Companies.
6. Memberikan sex education bagi Yogyakarta: ANDI
remaja baik dilingkungan sekolah,
kampus, maupun karang taruna.

DAFTAR PUSTAKA
Bryson, jhon M. 1999. Perencanaan strategis
bagi organisasi sosial. Yogyakarta: pustaka
pelajar
Bungin, Burhan. Analisis data Penelitian
Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan
Metodologis Penguasaan Model Aplikasi.
2003. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Djunaedi, Achmad. 2002. Proses
perencanaan strategis kota/daerah:
Universitas Gadjah Mada
Moleong, Prof. Dr. Lexy J. M.A.
Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi. 2007. Bandung : PT Remajam
Rosdakarya.
Muhammad,Suwarsono. 2004. Manajemen
Strategis Konsep dan Kasus. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
Nawawi,Hadari. 2005. Manajemen Strategik
Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
R David, Fred. 2005. Manajemen Strategis
Konsep. Jakarta: Salemba Empat
Salusu,J. 2005. Pengambilan Keputusan
Strategik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non Profit. Jakarata: Grasindo
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Suwitri, Sri. Konsep Dasar Kebijakan
Publik. 2008. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro

Potrebbero piacerti anche