Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
Agroindustry based agropolitan institution is required to ensure the sufficiency of supply of raw material
and delivery of agroindustry products both quality and quantity. The agropolitan institutions could be adopted
from one of of those have been existing. Through the institutional development, local resources value can be
optimized according to their potential advantages. The purpose of this research was to establish institutional
analysis model in agroindustry based agropolitan. Analytical Network Process (ANP) was used for designing
and analyzing the appropriateness of agropolitan institution model. The model was verified and applied at
Kabupaten Probolinggo. It was concluded that vertical integrated institution is the most appropriate model for
agroindustry based agropolitan.
berbasis agroindustri sehingga nilai tambah dapat kepentingan yang dapat saling bertentangan dan
dinikmati oleh semua stakeholder yang terlibat. terdapat interaksi/ketergantungan yang bervariasi.
Permasalahan pemilihan kelembagaan yang Model pemilihan kelembagaan agropolitan berbasis
sesuai pada suatu kawasan agropolitan berbasis agroindustri dikembangkan dengan pendekatan
agroindustri bersifat kompleks karena melibatkan ANP. Hal ini karena metoda ANP memungkinkan
banyak pihak (masyarakat, pengusaha industri variasi interaksi yang tinggi terhadap setiap
pertanian, pedagang, petani, pemerintah, dll) dengan komponen dalam model.
beragam kepentingan, interaksi dan ketergantungan
diantaranya. Untuk itu dalam pengembangan model Analytical Network Process
pemilihan kelembagaan digunakan Metoda ANP Pendekatan ANP (Analytical Network
(Analytic Network Process). Hal ini disebabkan Process) banyak diabaikan dibandingkan dengan
karena metoda ANP (Analytic Network Process) pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process)
mengakomodasikan hubungan timbal balik yang yang berstruktur linear dan tidak mengakomodasikan
berguna pada sektor publik yang memerlukan adanya feed-back. Hal ini dikarenakan AHP relatif
pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan,
interaksi yang banyak dan memiliki tingkat sedangkan ANP lebih dalam dan luas, sesuai
kompleksitas yang tinggi (Saaty, 2001; Azis, 2004, diterapkan pada pengambilan keputusan yang rumit,
Chen et al., 2008). kompleks serta memerlukan berbagai variasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengem- intertaksi dan ketergantungan. Sebagai metode
bangkan model pemilihan kelembagaan di kawasan pengembangan dari metode AHP, ANP masih
agropolitan berbasis agroindustri yang kemudian menggunakan cara Pairwise Comparison Judgement
model tersebut divalidasi di Kabupaten Probolinggo, Matrices (PCJM) antar elemen yang sejenis.
Jawa Timur. Perbandingan berpasang-an ANP dilakukan antar
elemen dalam komponen/ kluster untuk setiap
METODE PENELITIAN interaksi dalam network.
Saaty (1996) dan Saaty (2001), menyatakan
Kerangka Pemikiran bahwa jaringan umpan balik adalah struktur untuk
Pengembangan kawasan agropolitan berbasis memecahkan masalah yang tidak dapat disusun
agroindustri yang melibatkan seluruh stake-holder dengan menggunakan struktur hirarki. Jaringan
akan menjamin keberlangsungan kawasan agro- umpan balik terdiri dari interaksi dan ketergantungan
politan. Untuk itu dalam perencanaan dan pengem- antara elemen pada level yang lebih rendah. Struktur
bangannya diperlukan keterlibatan lintas sektoral. umpan balik tidak mempunyai bentuk linier dari atas
Termasuk dalam pengembangan dan perencanaan ke bawah, tetapi nampak seperti sebuah jaringan
kawasan agropolitan berbasis agroindustri adalah siklus pada masing-masing klaster dari setiap elemen
pemilihan pola kelembagaan yang sesuai. serta dapat berbentuk looping pada klaster itu
Kelembagaan merupakan hal yang penting untuk sendiri. Bentuk ini tidak dapat disebut sebagai level.
ditentukan agar sistem berkelanjutan. Hal ini Umpan balik juga mempunyai sumber (source) dan
disebabkan karena kelembagaan dapat meningkatkan tumpahan (sink). Titik sumber menunjukkan asal
kualitas sumberdaya manusia, kapabilitas kelem- dari jalur kepentingan dan tidak pernah dijadikan
bagaan dan dapat meningkatkan akses masyarakat tujuan dari jalur kepentingan lain, sedangkan titik
perdesaan terhadap sumberdaya. tumpahan adalah titik yang menjadi tujuan dari jalur
Pemilihan pola kelembagaan agropolitan kepentingan dan tidak pernah menjadi asal untuk
merupakan proses yang berorientasi jangka panjang kepentingan lain.
serta memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Kompleksitas ini menyangkut berbagai tujuan dan
Source Component
(Komponen sumber) Source Component /
Feed Back Loop
(Komponen Sumber /
Lingkaran timbal balik)
Intermediate Component /
Transient State
(Komponen Antara /
Wilayah Antara )
Sink Component
/Absorbing State
(Komponen Tumpahan /
Wilayah Penyerapan )
Sink Component
(Komponen Tumpahan)
Hubungan
Short-run Hubungan
Bounded Long Term
Rationality
Mengarah pd
sikap Pembagian
oppourtunism Keuntungan
complexity
Pembagian
Keterbatasan
Informasi
Distribusi
yang
Informasi
Terbuka
Sistem pasar (spot market). Pola masing, 2) perusahaan mitra sama-sama memperoleh
kelembagaan pasar umumnya mengikuti pola manfaat dari aliansi dan secara bersama-sama
hubungan ekonomi rasional dan tergantung sekali mengendalikan kinerja dari pekerjaan yang ditentu-
pada dinamika dan peluang pasar. Interaksi antar kan, dan 3) perusahaan mitra secara berkelanjutan
pelaku ekonomi tercermin dalam proses transaksi mendukung satu atau beberapa area strategis yang
dan penentuan harga produk pertanian yang merupakan kunci seperti teknologi, pengembangan
dipasarkan, sehingga sistem pasar ini memiliki produk dan sebagainya.
sistem pengendalian atau koordinasi eksternal Koperasi. Koperasi adalah perkumpulan
melalui harga dan pembakuan kualitas. Pemilik otonom dari orang-orang yang bersatu secara
modal umumnya sebagai penguasa dan berada di sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
puncak organisasi, sedangkan posisi petani, yang aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya
biasanya tidak memiliki modal, berada di bawah dan bersama melalui perusahaan yang mereka kendalikan
kurang berkuasa. Pemilik modal umumnya secara demokratis. Dalam koperasi primer anggota-
membutuhkan fungsi petani sebagai pemasok bahan anggota mempunyai hak-hak suara yang sama (satu
mentah pertanian yang bernilai tambah ekonomi anggota, satu suara), dan koperasi pada tingkatan-
relative rendah. Pengambilan keputusan dalam tingkatan lain juga diatur secara demokratis.
keorganisasian biasanya dilakukan secara sepihak Pengendalian dan koordinasi dilakukan melalui
oleh penguasa modal dan petani sepenuhnya sebagai struktur dan terdesentralisasi.
penerima keputusan (price taker). Integrasi vertikal. Seperti pada koperasi,
Sistem kontrak. Sistem pengendalian atau integrasi vertikal juga dikoordinasikan oleh
koordinasi yang berperan dalam sistem kontrak pengendalian internal melalui struktur yang
adalah melalui spesifikasi dan ikatan legal. terdesentralisasi. Karakteristik koordinasinya adalah
Karakteristik koordinasinya tidak hanya mengandal- kepentingan bersama, hubungan kerjasama jangka
kan keuntungan pribadi, hubungan kerjasama lebih panjang, pembagian keuntungan dan informasi
panjang dan lebih memperhatikan pembagian terbuka, dan ketergantungannya stabil.
keuntungan dibandingkan sistem pasar, informasi Menurut Pranadji (2003), Kebutuhan
lebih terbuka dan ketergantungan lebih tinggi masyarakat terhadap kelembagaan adalah kebutuhan
dibandingkan sistem pasar. terhadap pengembangan dan adopsi teknologi,
Aliansi strategik. Aliansi strategik adalah kebutuhan terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan
bentuk kerjasama jangka panjang yang memiliki tiga sosial (pengurangan kesenjangan lapangan kerja,
karakteristik, yakni: 1) dua atau lebih perusahaan peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan),
bersatu untuk mencapai tujuan yang disepakati kebutuhan akan kegiatan hukum dan politik, serta
dengan tetap mempertahankan independensi masing- kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya.
adalah penentuan kriteria dan alternatif. Tahap sistem kontrak, integrasi vertikal, koperasi dan yang
kedua adalah menentukan interaksi antara alternatif terakhir adalah aliansi strategis.
dan kriteria. Tahap ketiga yaitu memasukkan Untuk mendukung keberhasilan implementasi
penilaian pendapat untuk menentukan bobot kriteria bentuk kelembagaan yang terpilih maka perlu
dan bobot alternatif bagi masing-masing hirarki. dukungan dari berbagai aspek: (1) Pemasaran
Tahapan akhir pada model ini adalah sintesis dengan penekanan pada peningkatan peluang pasar;
keseluruhan model dengan menghitung nilai bobot (2) Biaya dengan penekanan pada biaya penegakan
untuk keseluruhan hirarki. Jaringan model pemilih- hukum; (3) Pemodalan dengan penekanan pada
an kelembagaan agropolitan berbasis agroindustri prosedur perolehan pinjaman dan bunga pinjaman;
dengan menggunakan Super Decision 16. dapat (4) pendidikan dan pelatihan dengan penekanan pada
dilihat pada Gambar 4. ketersediaan program pendidikan dan pelatihan; (5)
Gambar jaringan ANP di atas diantaranya Pengetahuan dan teknologi dengan penekanan pada
menunjukkan bahwa di antara sub kriteria hukum kemutahiran; (6) Hukum dan politik dengan
dan politik memiliki hubungan timbal balik. Selain penekanan pada perlindungan hak; (7) Pengendalian
itu ditunjukkan pula bahwa kriteria hukum dan ekologi dan sumberdaya alam; dan (8) Ketersediaan
politik selain mempengaruhi alternatif kelembagaan sarana dan prasarana.
juga mempengaruhi kriteria ekologi, pemodalan, Pemilihan jenis kelembagaan sangat di-
sarana prasarana dan biaya. pengaruhi oleh potensi sumberdaya manusia dan
Dengan menggunakan aplikasi pendukung potensi kelembagaan yang saat ini telah berkembang
Superdecisions 1.6.0., maka diperoleh bahwa pola pada suatu daerah. Kabupaten Probolinggo
kelembagaan di kawasan agropolitan di Kabupaten mayoritas penduduknya bermata pencaharian di
Probolinggo dengan prioritas tertinggi adalah sektor pertanian. Sasaran petani kawasan agro-
integrasi vertikal. Berdasarkan hasil perhitungan politan Kabupaten Probolinggo adalah petani jagung.
yang dapat dilihat pada Tabel 1, Integrasi Vertikal Petani jagung relatif kurang mandiri dibandingkan
memiliki nilai prioritas tertinggi di antara petani padi sehingga masih memerlukan kelembaga-
kelembagaan lainnya, kemudian berturut-turut an yang kuat dan stabil seperti integrasi vertikal.
prioritas tertinggi hingga yang terendah adalah
Gambar 4. Jaringan ANP dalam model pemilihan kelembagaan Agropolitan berbasis agroindustri
Rustiadi E. dan S. Hadi 2004. Pengembangan Saaty T.L. 1996. Decision Making For Leaders: The
Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan Analytical Hierarchy Process for Decision
Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. in Complex World. RWS Publications.
Makalah Workshop Pengembangan Agro- Pittsburgh.
politan Sebagai Strategi Pembangunan Saaty T.L. 2001. Decision Making With Dependence
Perdesaan dan Wilayah Secara Berimbang. and Feedback. The Analytic Network
P4W-IPB dan P3PT. Bogor. Process. 2nd Ed. RWS Publication.
Saaty R.W. 2004. Why Brazilais Criticisms of AHP Pittsburgh.
are Incorrect. Indonesia Symposium on
Analytic Hierarchy Process III. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.