Sei sulla pagina 1di 8

Zulfa Fitri Ikatrinasari, Syamsul Maarif, Endang Gumbira Said,

Tajuddin Bantacut, Aris Munandar


.
MODEL PEMILIHAN KELEMBAGAAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI DENGAN
ANALYTICAL NETWORK PROCESS

AGROINDUSTRY BASED AGROPOLITAN INSTITUTIONAL DESIGN WITH


ANALYTICAL NETWORK PROCESS
Zulfa Fitri Ikatrinasari1, Syamsul Maarif2, Endang Gumbira Said2,
Tajuddin Bantacut2, Aris Munandar3
1
Program Pascasarjana Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana
Gedung Tedja Buana Lt.4, Jl. Menteng Raya No. 29, Jakarta Pusat 10340
Email: zulfafitri@gmail.com
2
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
3
Departemen Arsitektur Landcape, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Agroindustry based agropolitan institution is required to ensure the sufficiency of supply of raw material
and delivery of agroindustry products both quality and quantity. The agropolitan institutions could be adopted
from one of of those have been existing. Through the institutional development, local resources value can be
optimized according to their potential advantages. The purpose of this research was to establish institutional
analysis model in agroindustry based agropolitan. Analytical Network Process (ANP) was used for designing
and analyzing the appropriateness of agropolitan institution model. The model was verified and applied at
Kabupaten Probolinggo. It was concluded that vertical integrated institution is the most appropriate model for
agroindustry based agropolitan.

Keywords: agropolitan, agroindustry, analytical network process, institutional design.

PENDAHULUAN hubungan interaksi antar individu-individu.


Masyarakat membuat pengaturan perilaku kepada
Agropolitan atau kota pertanian merupakan individual bertujuan agar individual tidak meng-
salah satu konsep pengembangan pertanian dengan ancam/merusak keberlanjutan kehidupan masyarakat
basis pengembangan wilayah yang dapat meng- keseluruhan. Contoh dari kelembagaan adalah
optimalkan pemanfaatan sumberdaya potensial dan kelembagaan pertukaran dari barang dan jasa melalui
peningkatan dayasaing pada suatu daerah (Harun, ekonomi pasar (market economy) atau kelembagaan
2004; Nainggolan, 2004; Rustiadi dan Hadi, 2004). non pasar yang banyak terdapat di wilayah pedesaan
Otonomi lokal merupakan syarat bagi pengembang- seperti bagi hasil atau sewa atau hak pakai, di mana
an agropolitan sehingga setiap kawasan memiliki pembagian hasil diatur menurut kesepakatan
wewenang terhadap sumber-sumber ekonomi. bersama.
Selain itu, keuntungan yang diperoleh dari kegiatan Kelembagaan formal seperti hukum (undang-
setempat harus ditanam kembali untuk menaikkan undang, peraturan pemerintah) ataupun kelembagaan
daya-hasil dan menciptakan suatu keadaan yang non formal seperti banyak di pedesaan (munaseuh,
mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya lembaga adat, nagari, pesirah, penyakapan lahan,
(Friedmann dan Douglass, 1976). ijon, dll) akan berperan dalam mengatur dan
Agropolitan berbasis agroindustri adalah mengkoordinasikan kegiatan individual atau
suatu kawasan di mana pertanian berkontribusi besar kelompok petani ke arah kerjasama pada suatu
terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Namun kebanyakan kelem-
masyarakatnya dan pada pusat agropolitannya bagaan masyarakat komunal di wilayah pedesaan
dikelola suatu agroindustri yang dapat meningkatkan yang sebenarnya mampu mengelola sumberdaya
nilai tambah hasil pertanian sehingga dapat alam kearah pengelolaaan berlanjut telah banyak
menjamin keberlangsungan agropolitan. Kelem- tidak berfungsi. Hal ini disebabkan banyaknya
bagaan di suatu agropolitan berbasis agroindustri aturan perilaku atau program-program yang sifatnya
sangat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan top-down dan banyak aturan tersebut diambil begitu
jumlah dan kualitas pasokan bahan baku dan saja dari negara lain yang tidak dapat diwujudkan di
pemasaran produk agroindustri. negara berkembang.
Kelembagaan atau institusi dapat diartikan Berdasarkan hal di atas maka sangat penting
sebagai aturan main (rules of the game). Institusi ditelaah aspek kelembagaan dalam kawasan agro-
juga sering diartikan sebagai organisasi yang politan yang disesuaikan dengan kelembagaan
melaksanakan rules of the game, atau sebagai player tradisional yang telah berkembang sebelumnya,
of the game atau aturan main yang telah mengalami sehingga melalui kelembagaan pemberdayaan
keseimbangan (equilibrium rules of the game). masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan
Kelembagaan pada dasarnya merupakan perangkat potensi yang dimilikinya. Selain itu dengan
formal dan non formal yang mengatur perilaku kelembagaan yang sesuai diharapkan dapat
(behavioural rules) dan dapat memfasilitasi mengelola keberlangsungan kawasan agropolitan
terjadinya koordinasi atau mengatur hubungan-

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137 130


Model Pemilihan Kelembagaan Agropolitan Berbasis........

berbasis agroindustri sehingga nilai tambah dapat kepentingan yang dapat saling bertentangan dan
dinikmati oleh semua stakeholder yang terlibat. terdapat interaksi/ketergantungan yang bervariasi.
Permasalahan pemilihan kelembagaan yang Model pemilihan kelembagaan agropolitan berbasis
sesuai pada suatu kawasan agropolitan berbasis agroindustri dikembangkan dengan pendekatan
agroindustri bersifat kompleks karena melibatkan ANP. Hal ini karena metoda ANP memungkinkan
banyak pihak (masyarakat, pengusaha industri variasi interaksi yang tinggi terhadap setiap
pertanian, pedagang, petani, pemerintah, dll) dengan komponen dalam model.
beragam kepentingan, interaksi dan ketergantungan
diantaranya. Untuk itu dalam pengembangan model Analytical Network Process
pemilihan kelembagaan digunakan Metoda ANP Pendekatan ANP (Analytical Network
(Analytic Network Process). Hal ini disebabkan Process) banyak diabaikan dibandingkan dengan
karena metoda ANP (Analytic Network Process) pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process)
mengakomodasikan hubungan timbal balik yang yang berstruktur linear dan tidak mengakomodasikan
berguna pada sektor publik yang memerlukan adanya feed-back. Hal ini dikarenakan AHP relatif
pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan,
interaksi yang banyak dan memiliki tingkat sedangkan ANP lebih dalam dan luas, sesuai
kompleksitas yang tinggi (Saaty, 2001; Azis, 2004, diterapkan pada pengambilan keputusan yang rumit,
Chen et al., 2008). kompleks serta memerlukan berbagai variasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengem- intertaksi dan ketergantungan. Sebagai metode
bangkan model pemilihan kelembagaan di kawasan pengembangan dari metode AHP, ANP masih
agropolitan berbasis agroindustri yang kemudian menggunakan cara Pairwise Comparison Judgement
model tersebut divalidasi di Kabupaten Probolinggo, Matrices (PCJM) antar elemen yang sejenis.
Jawa Timur. Perbandingan berpasang-an ANP dilakukan antar
elemen dalam komponen/ kluster untuk setiap
METODE PENELITIAN interaksi dalam network.
Saaty (1996) dan Saaty (2001), menyatakan
Kerangka Pemikiran bahwa jaringan umpan balik adalah struktur untuk
Pengembangan kawasan agropolitan berbasis memecahkan masalah yang tidak dapat disusun
agroindustri yang melibatkan seluruh stake-holder dengan menggunakan struktur hirarki. Jaringan
akan menjamin keberlangsungan kawasan agro- umpan balik terdiri dari interaksi dan ketergantungan
politan. Untuk itu dalam perencanaan dan pengem- antara elemen pada level yang lebih rendah. Struktur
bangannya diperlukan keterlibatan lintas sektoral. umpan balik tidak mempunyai bentuk linier dari atas
Termasuk dalam pengembangan dan perencanaan ke bawah, tetapi nampak seperti sebuah jaringan
kawasan agropolitan berbasis agroindustri adalah siklus pada masing-masing klaster dari setiap elemen
pemilihan pola kelembagaan yang sesuai. serta dapat berbentuk looping pada klaster itu
Kelembagaan merupakan hal yang penting untuk sendiri. Bentuk ini tidak dapat disebut sebagai level.
ditentukan agar sistem berkelanjutan. Hal ini Umpan balik juga mempunyai sumber (source) dan
disebabkan karena kelembagaan dapat meningkatkan tumpahan (sink). Titik sumber menunjukkan asal
kualitas sumberdaya manusia, kapabilitas kelem- dari jalur kepentingan dan tidak pernah dijadikan
bagaan dan dapat meningkatkan akses masyarakat tujuan dari jalur kepentingan lain, sedangkan titik
perdesaan terhadap sumberdaya. tumpahan adalah titik yang menjadi tujuan dari jalur
Pemilihan pola kelembagaan agropolitan kepentingan dan tidak pernah menjadi asal untuk
merupakan proses yang berorientasi jangka panjang kepentingan lain.
serta memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Kompleksitas ini menyangkut berbagai tujuan dan

Source Component
(Komponen sumber) Source Component /
Feed Back Loop
(Komponen Sumber /
Lingkaran timbal balik)
Intermediate Component /
Transient State
(Komponen Antara /
Wilayah Antara )
Sink Component
/Absorbing State
(Komponen Tumpahan /
Wilayah Penyerapan )
Sink Component
(Komponen Tumpahan)

Gambar 1. Struktur jaringan umpan balik pada ANP (Saaty, 2004)

131 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137


Zulfa Fitri Ikatrinasari, Syamsul Maarif, Endang Gumbira Said,
Tajuddin Bantacut, Aris Munandar
.
Sebuah jaringan yang utuh terdiri dari titik merepresentasikan feedback pada ANP maka
sumber (source node), titik antara (intermediate diperlukan matriks berukuran besar yang disebut
node) yang berasal dari titik asal (source node), titik sebagai supermatrix yang terdiri dari beberapa sub
siklus, atau sebuah jalur yang menuju pada titik matriks.
tumpahan (sink node), dan bagian akhir adalah titik
tumpahan itu sendiri (sink node). Struktur ANP Pengumpulan dan Pengolahan Data
terdiri atas ketergantungan antar elemen dari Diagram alir tahapan pengumpulan dan
komponen dalam (inner dependence) dan dari pengolahan data pada pemilihan kelembagaan
ketergantungan antar elemen dari komponen luar agropolitan berbasis agroindustri dapat dilihat pada
(outer dependence) seperti ditampilkan pada Gambar Gambar 2. Pengumpulan dan pengolahan data
1. Adanya jaringan (network) dalam suatu ANP dilakukan dengan metoda studi pustaka dan survei
dimungkinkan dapat merepresentasikan beberapa lapangan. Survei lapangan ditujukan untuk mem-
masalah tanpa terfokus pada awal dan kelanjutan peroleh data primer dengan cara observasi,
akhir seperti pada AHP. wawancara dan pengisian kuesioner.
Supermatriks ANP akan secara otomatis
menghasilkan bobot yang tepat bagi kriteria dan DESAIN MODEL PEMILIHAN
alternatif jika data yang digunakan adalah vektor KELEMBAGAAN
prioritas pada supermatriks. Hal ini merupakan cara
yang sederhana karena tidak membutuhkan pemikir- Model pemilihan kelembagaan dikembang-
an per bagian pada pengguna. Hanya mengetahui kan dengan lima alternatif pola kelembagaan seperti
data dan supermatriks akan menghasilkan prioritas yang telah dikembangkan oleh Anwar (2004), yaitu
pada setiap titik pada model (Saaty, 2004). Menurut sistem pasar, sistem kontrak, aliansi strategis,
Azis (2004) dengan umpan balik, alternatif bukan koperasi dan integrasi vertikal. Karaktersitik setiap
hanya dapat tergantung pada kriteria tetapi juga pola kelembagaan dapat dijelaskan seperti pada
dapat tergantung antara satu alternatif dengan Gambar 3.
alternatif lainnya. Kriteria itu sendiri dapat
tergantung pada alternatif dan faktor lain. Untuk

Biaya Kelembagaan (biaya transaksi, biaya informasi, biaya


negosiasi dan biaya penegakkan aturan).
Pendidikan & Pelatihan (kemudahan mengikuti Diklat,
ketersediaan program Diklat, Materi diklat)
Pemodalan (kemudahan prosedur peminjaman, keringanan bunga)
Ekologi (Pengendalian ekologi & sumberdaya alam)
Sarana Prasarana (ketersediaan Sapras)
Hukum & Politik (perlindungan hak-hak & penegakkan kewajiban)
Pemasaran & Distribusi (kemudahan akses pasar, peningkatan
peluang pasar, kemudahan distribusi)
Pengetahuan & Teknologi (kemudahan akses, kemudahan
peneraoan & kemutakhiran)

Penentuan prioritas kriteria pemilihan pola


kerjasama dan kelembagaan dengan ANP

Alternatif kelembagaan (sistem pasar,


sistem kontrak, aliansi strategis,
koperasi & integrasi vertikal)
Bobot masing-masing kriteria
Skor relatif setiap alternatif
kelembagaan

Penentuan prioritas pola kerjasama &


kelembagaan dengan ANP

Urutan prioritas pemilihan kelembagaan

Gambar 2. Diagram alir tahapan pengumpulan dan pengolahan data

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137 132


Model Pemilihan Kelembagaan Agropolitan Berbasis........

Pilihan-pilihan strategis ke arah koordinasi vertikal


Karakteristik Karakteristik
koordinasi dari Sistem Aliansi Integrasi koordinasi
Sistem Pasar Koperasi
Kontrak Strategis Vertikal

Invisible Hand Mutual


Self Interest Interest

Hubungan
Short-run Hubungan
Bounded Long Term
Rationality
Mengarah pd
sikap Pembagian
oppourtunism Keuntungan
complexity
Pembagian
Keterbatasan
Informasi
Distribusi
yang
Informasi
Terbuka

Flexibility Stability Inter-


Independence dependence

Pengendalian Pengendalian Saling Pengendalian Pengendalian


eksternal eksternal mengontrol internal via internal via
melalui harga & melalui pihak satu struktur struktur
pembakuan spesifikasi & terhadap terdesentrali terdesentrali
kualitas ikatan legal yang lain sasi sasi
Sistem pengendalian / koordinasi yang berperan

Gambar 3. Karakteristik beberapa pola kelembagaan (Anwar, 2004)

Sistem pasar (spot market). Pola masing, 2) perusahaan mitra sama-sama memperoleh
kelembagaan pasar umumnya mengikuti pola manfaat dari aliansi dan secara bersama-sama
hubungan ekonomi rasional dan tergantung sekali mengendalikan kinerja dari pekerjaan yang ditentu-
pada dinamika dan peluang pasar. Interaksi antar kan, dan 3) perusahaan mitra secara berkelanjutan
pelaku ekonomi tercermin dalam proses transaksi mendukung satu atau beberapa area strategis yang
dan penentuan harga produk pertanian yang merupakan kunci seperti teknologi, pengembangan
dipasarkan, sehingga sistem pasar ini memiliki produk dan sebagainya.
sistem pengendalian atau koordinasi eksternal Koperasi. Koperasi adalah perkumpulan
melalui harga dan pembakuan kualitas. Pemilik otonom dari orang-orang yang bersatu secara
modal umumnya sebagai penguasa dan berada di sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
puncak organisasi, sedangkan posisi petani, yang aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya
biasanya tidak memiliki modal, berada di bawah dan bersama melalui perusahaan yang mereka kendalikan
kurang berkuasa. Pemilik modal umumnya secara demokratis. Dalam koperasi primer anggota-
membutuhkan fungsi petani sebagai pemasok bahan anggota mempunyai hak-hak suara yang sama (satu
mentah pertanian yang bernilai tambah ekonomi anggota, satu suara), dan koperasi pada tingkatan-
relative rendah. Pengambilan keputusan dalam tingkatan lain juga diatur secara demokratis.
keorganisasian biasanya dilakukan secara sepihak Pengendalian dan koordinasi dilakukan melalui
oleh penguasa modal dan petani sepenuhnya sebagai struktur dan terdesentralisasi.
penerima keputusan (price taker). Integrasi vertikal. Seperti pada koperasi,
Sistem kontrak. Sistem pengendalian atau integrasi vertikal juga dikoordinasikan oleh
koordinasi yang berperan dalam sistem kontrak pengendalian internal melalui struktur yang
adalah melalui spesifikasi dan ikatan legal. terdesentralisasi. Karakteristik koordinasinya adalah
Karakteristik koordinasinya tidak hanya mengandal- kepentingan bersama, hubungan kerjasama jangka
kan keuntungan pribadi, hubungan kerjasama lebih panjang, pembagian keuntungan dan informasi
panjang dan lebih memperhatikan pembagian terbuka, dan ketergantungannya stabil.
keuntungan dibandingkan sistem pasar, informasi Menurut Pranadji (2003), Kebutuhan
lebih terbuka dan ketergantungan lebih tinggi masyarakat terhadap kelembagaan adalah kebutuhan
dibandingkan sistem pasar. terhadap pengembangan dan adopsi teknologi,
Aliansi strategik. Aliansi strategik adalah kebutuhan terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan
bentuk kerjasama jangka panjang yang memiliki tiga sosial (pengurangan kesenjangan lapangan kerja,
karakteristik, yakni: 1) dua atau lebih perusahaan peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan),
bersatu untuk mencapai tujuan yang disepakati kebutuhan akan kegiatan hukum dan politik, serta
dengan tetap mempertahankan independensi masing- kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya.

133 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137


Zulfa Fitri Ikatrinasari, Syamsul Maarif, Endang Gumbira Said,
Tajuddin Bantacut, Aris Munandar
.
Berdasarkan hal di atas maka ditetapkan kriteria mudah kelembagaan tersebut mengakses sumber
pemilihan kelembagaan agropolitan terdiri dari permodalan akan semakin tinggi penilaian yang
kriteria biaya kelembagaan, pendidikan dan diberikan.
pelatihan, pemodalan, ekologi, sarana prasarana,
Kriteria Pemasaran
hukum dan politik, pemasaran dan distribusi,
Petani dan pengusaha industri pengolahan
pengetahuan dan teknologi.
hasil pertanian seringkali tidak mampu memenuhi
Kriteria Biaya Kelembagaan permintaan pasar yang menuntut kestabilan mutu,
Biaya transaksi. Transaksi melalui sistem jumlah pesanan yang besar, delivery cepat dan tepat
pasar dicirikan oleh adanya persetujuan bersama waktu. Kriteria ini akan memberikan penilaian
untuk melakukan transaksi di antara partisipan yang apakah kelembagaan yang dipilih mampu
terlibat. Dalam setiap transaksi partisipan masing- meningkatkan peluang pasar yang akan diperoleh
masing memiliki kesempatan dan pembatas yang atau tidak. Semakin tinggi peluang pemasaran dan
mungkin berbeda. Kelembagaan yang memungkin- kemudahan distribusi yang akan diciptakan dengan
kan anggotanya mengeluarkan biaya transaksi kelembagaan tersebut maka akan semakin tinggi
seminimal mungkin akan menguntungkan bagi penilaian yang diberikan.
pengembangan kawasan agropolitan. Kriteria Hukum dan Politik
Biaya informasi. Biaya informasi akan tinggi Kelembagaan sebagai aturan main dapat
jika pemilik informasi mencegah pihak lain diartikan sebagai himpunan aturan mengenai tata
memanfaatkan sumber daya dan informasi yang hubungan di antara orang-orang, di mana hak-hak
dimiliki. Kondisi ini akan mendatangkan masalah mereka ditentukan, dilindungi hak-haknya, kepemili-
free rider yaitu kelompok individu yang menikmati kan hak-hak istimewa dan tanggung jawabnya.
sesuatu yang dihasilkan oleh orang lain tanpa Semakin tinggi hak kepemilikan, batas yuridiksi dan
memberikan kontribusi dan informasi terhadap representasi dapat dipenuhi oleh kelembagaan maka
produksi komoditi tersebut. semakin tinggi pula nilai kriteria pemenuhan
Biaya negosiasi. Melalui proses negosiasi, kebutuhan hukum & politiknya.
kedua belah pihak dapat setuju atau tidak untuk
mentransfer apa yang mereka miliki. Proses nego- Kriteria Ekologi
siasi akan membutuhkan biaya tinggi jika anggota Pengembangan kawasan agropolitan diharap-
kelembagaan tidak memiliki jaminan kesetaraan kan tidak berdampak buruk bagi pengendalian
terhadap anggota yang lain. Kelembagaan yang ekologi dan sumberdaya alam. Semakin tinggi
memiliki kemampuan menjamin biaya negosiasi kelembagaan dapat menjamin keberlangsungan
yang rendah sangat menguntungkan bagi pengem- lingkungan pada kawasan agropolitan maka semakin
bangan kawasan agropolitan. tinggi pemenuhan kebutuhan pengendalian ekologi
Biaya penegakkan aturan. Peranan dan sumberdaya alamnya.
kelembagaan adalah memudahkan penegakkan
aturan dan koordinasi di antara anggotanya dengan Kriteria Pendidikan dan Pelatihan
cara membantu memenuhi harapan-harapan mereka Kelembagaan dalam kawasan agropolitan
melalui kerjasama secara wajar dalam hubungannya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
satu sama lain. Semakin tinggi usaha yang diperlu- dan pelatihan bagi para anggotanya. Jika pemenuhan
kan dalam penegakkan aturan di suatu organisasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat diberikan
maka akan meningkatkan biaya penegakkan aturan oleh suatu kelembagaan semakin tinggi maka
kelembagaan. semakin baik pula keuntungan yang diperoleh bagi
anggota kelembagaan.
Kriteria Pengetahuan dan Teknologi
Penguasaan teknologi produksi, daya inovasi Kriteria Sarana dan Prasarana
dan skala usaha industri pengolahan pertanian dalam Infrastruktur termasuk pelayanan sistem
kawasan pedesaan sebagian besar masih terbatas. transportasi dan fasilitas umum mempunyai dimensi
Kelembagaan pada kawasan agropolitan diharapkan teknologi yang kuat dan penting dalam mendukung
dapat meningkatkan produktivitas setiap elemen kegiatan di kawasan agropolitan. Kemampuan
dalam kawasan agropolitan sehingga akan mampu kelembagaan yang dapat menjamin tersedianya
bersaing. Kriteria ini akan memberikan penilaian sarana prasarana yang dibutuhkan dapat memberikan
tinggi jika ketersediaan pengetahuan dan informasi arti yang positif bagi pengembangan dan keber-
mudah diakses petani, pengusaha, dan masyarakat langsungan kawasan agropolitan.
secara umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria Modal
Model pemilihan kelembagaan agropolitan
Salah satu kebutuhan setiap elemen yang
berbasis agroindustri diimplementasikan dengan
berada dalam kawasan agropolitan dalam mengem-
menggunakan perangkat lunak pendukung Super
bangkan usahanya adalah modal usaha. Kriteria ini
Decision 16., yaitu sebuah aplikasi yang digunakan
akan memberikan penilaian kelembagaan yang
untuk penerapan metoda Analytic Network Process
dipilih berkaitan dengan kemampuan kelembagaan
(ANP). Tahap pertama penggunaan model ini
tersebut mengakses sumber permodalan. Semakin

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137 134


Model Pemilihan Kelembagaan Agropolitan Berbasis........

adalah penentuan kriteria dan alternatif. Tahap sistem kontrak, integrasi vertikal, koperasi dan yang
kedua adalah menentukan interaksi antara alternatif terakhir adalah aliansi strategis.
dan kriteria. Tahap ketiga yaitu memasukkan Untuk mendukung keberhasilan implementasi
penilaian pendapat untuk menentukan bobot kriteria bentuk kelembagaan yang terpilih maka perlu
dan bobot alternatif bagi masing-masing hirarki. dukungan dari berbagai aspek: (1) Pemasaran
Tahapan akhir pada model ini adalah sintesis dengan penekanan pada peningkatan peluang pasar;
keseluruhan model dengan menghitung nilai bobot (2) Biaya dengan penekanan pada biaya penegakan
untuk keseluruhan hirarki. Jaringan model pemilih- hukum; (3) Pemodalan dengan penekanan pada
an kelembagaan agropolitan berbasis agroindustri prosedur perolehan pinjaman dan bunga pinjaman;
dengan menggunakan Super Decision 16. dapat (4) pendidikan dan pelatihan dengan penekanan pada
dilihat pada Gambar 4. ketersediaan program pendidikan dan pelatihan; (5)
Gambar jaringan ANP di atas diantaranya Pengetahuan dan teknologi dengan penekanan pada
menunjukkan bahwa di antara sub kriteria hukum kemutahiran; (6) Hukum dan politik dengan
dan politik memiliki hubungan timbal balik. Selain penekanan pada perlindungan hak; (7) Pengendalian
itu ditunjukkan pula bahwa kriteria hukum dan ekologi dan sumberdaya alam; dan (8) Ketersediaan
politik selain mempengaruhi alternatif kelembagaan sarana dan prasarana.
juga mempengaruhi kriteria ekologi, pemodalan, Pemilihan jenis kelembagaan sangat di-
sarana prasarana dan biaya. pengaruhi oleh potensi sumberdaya manusia dan
Dengan menggunakan aplikasi pendukung potensi kelembagaan yang saat ini telah berkembang
Superdecisions 1.6.0., maka diperoleh bahwa pola pada suatu daerah. Kabupaten Probolinggo
kelembagaan di kawasan agropolitan di Kabupaten mayoritas penduduknya bermata pencaharian di
Probolinggo dengan prioritas tertinggi adalah sektor pertanian. Sasaran petani kawasan agro-
integrasi vertikal. Berdasarkan hasil perhitungan politan Kabupaten Probolinggo adalah petani jagung.
yang dapat dilihat pada Tabel 1, Integrasi Vertikal Petani jagung relatif kurang mandiri dibandingkan
memiliki nilai prioritas tertinggi di antara petani padi sehingga masih memerlukan kelembaga-
kelembagaan lainnya, kemudian berturut-turut an yang kuat dan stabil seperti integrasi vertikal.
prioritas tertinggi hingga yang terendah adalah

Gambar 4. Jaringan ANP dalam model pemilihan kelembagaan Agropolitan berbasis agroindustri

135 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137


Zulfa Fitri Ikatrinasari, Syamsul Maarif, Endang Gumbira Said,
Tajuddin Bantacut, Aris Munandar
.
Tabel 1. Hasil perhitungan model pemilihan kelembagaan agropolitan berbasis agroindustri
Normalized Normalized
Keterangan Limiting Keterangan Limiting
By Cluster By Cluster
ALTERNATIF PEMASARAN
1 Kemudahan Akses
1 Sistem Pasar 0,047 0,203
Pasar 0,021 0,181
2 Peningkatan
2 Sistem Kontrak 0,055 0,236
Peluang Pasar 0,054 0,465
3 Kemudahan
3 Aliansi Strategis 0,025 0,108
Distribusi 0,041 0,353
4 Koperasi 0,038 0,162 PEMODALAN
1 Kemudahan
5 Integrasi Vertikal 0,068 0,292 Prosedur
Peminjaman 0,029 0,503
2 Keringanan Bunga
BIAYA Pinjaman 0,029 0,497
1 Biaya Transaksi 0,022 0,199 DIKLAT
1 Kemudahan
2 Biaya Informasi 0,034 0,311
Mengikuti Diklat 0,023 0,292
2 Ketersediaan
3 Biaya Negosiasi 0,016 0,145
Program Diklat 0,037 0,467
3 Materi Diklat
4 Biaya Penegakkan Aturan 0,038 0,345
Dapat Diterapkan 0,019 0,241
EKOLOGI PENGETAHUAN & TEKNOLOGI
Pengendalian Ekologi & 1 Kemudahan Akses
Sumberdaya Alam 0,069 1,000 IPTEK 0,034 0,184
2 Kemudahan
HUKUM & POLITIK Penerapan IPTEK 0,011 0,062
3 Kemutakhiran
1 Perlidungan Hak-hak 0,089 0,598
IPTEK 0,068 0,368
2 Penegakkan Kewajiban 0,060 0,402 SARANA PRASARANA
Ketersediaan Sapras 0,071 0,386

KESIMPULAN DAN SARAN Chen Z., H. Li, A. Ross, M.M.A.Khalfan, S.C.W.


Kong. 2008. Knowledge-Driven ANP
Kesimpulan Approach to Vendor Evaluation for
Model pemilihan kelembagaan agropolitan Sustainable Construction. Construction
berbasis agroindustri menggunakan metoda ANP Engineering and Management 134 (12) :
karena bersifat kompleks dan terdiri dari komponen- 928-941.
komponen kriteria dan alternatif yang memiliki Friedmann J. dan M. Douglass. 1976. Agropolitan
beragam variasi interaksi. Development. Towards a New Strategy for
Berdasarkan validasi model dapat diketahui Regional Planning in Asia. University of
bahwa integrasi vertikal merupakan kelembagaan California, Los Angeles. The Seminar on
yang paling diprioritaskan bagi kawasan agropolitan Industrialization Strategies and Growth Pole
berbasis agroindustri di Kabupaten Probolinggo. Approach to Regional Planning and
Development: The Asian Experience (4-13
Saran November1975). United Nations Centre for
Saran dalam penelitian ini adalah bahwa Regional Development. Nagoya. Japan.
secara teknis kelembagaan integrasi vertikal yang Terjemahan Oleh LPEM FE-UI. Jakarta.
direkomendaskan dapat berupa perusahaan daerah di Harun U.R. 2004. Perencanaan Pengembangan
bawah koordinasi Bupati Kabupaten Probolinggo. Kawasan Agropolitan dalam Sistem Perkota-
an Regional di Indonesia. Makalah
DAFTAR PUSTAKA Workshop Pengembangan Agropolitan
Sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan
Anwar A. 2004. Masalah Kompleksitas Institusi/ dan Wilayah Secara Berimbang. P4W-IPB
Kelembagaan di Kawasan Agropolitan, dan P3PT. Bogor.
Wilayah Pedesaan. Prosiding Workshop Nainggolan K. 2004. Perkembangan Kawasan
Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Agropolitan Ditinjau dari Sudut Pandang
Pembangunan Perdesaan dan Wilayah Secara Pakar dan Praktisi. Kelompok Kerja
Berimbang. P4W-IPB dan P3PT. Bogor. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Azis I.J. 2004. A New Approach of Impact Study Departemen Pertanian. Jakarta.
With Feedback Influence. Indonesia Pranadji T. 2003. Penajaman Analisis Kelembaga-
Symposium on Analytic Hierarchy Process an dalam Perspektif Penelitian Sosiologi
III. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Pertanian dan Pedesaan. Forum Penelitian
Agro Ekonomi (FAE) 21(1): 12 25.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137 136


Model Pemilihan Kelembagaan Agropolitan Berbasis........

Rustiadi E. dan S. Hadi 2004. Pengembangan Saaty T.L. 1996. Decision Making For Leaders: The
Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan Analytical Hierarchy Process for Decision
Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. in Complex World. RWS Publications.
Makalah Workshop Pengembangan Agro- Pittsburgh.
politan Sebagai Strategi Pembangunan Saaty T.L. 2001. Decision Making With Dependence
Perdesaan dan Wilayah Secara Berimbang. and Feedback. The Analytic Network
P4W-IPB dan P3PT. Bogor. Process. 2nd Ed. RWS Publication.
Saaty R.W. 2004. Why Brazilais Criticisms of AHP Pittsburgh.
are Incorrect. Indonesia Symposium on
Analytic Hierarchy Process III. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.

137 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(3), 130-137

Potrebbero piacerti anche