Sei sulla pagina 1di 15

Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )

Sebagai Obat Hipnotik Sedatif

Loka Purnomo*, Lusiana Darsono**, Slamet Santosa***


* Mahasiswa Fakultas Kedokteran UK Maranatha Semester VIII
** Dosen Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UK Maranatha
*** Dosen Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran UK Maranatha

Abstract
Stress often comes in our daily life and can cause many physical disorders. Because of
that, it is needed to find hypnotic sedative agents and traditional drugs such as Kayu Ules
(Helicteres isora L) may be one of them. The aims of this study is to know the hypnotic sedative
effect of the infusa of Kayu Ules fruit.
This true laboratory experimental (preclinical) study used 25 mices which divided into
5 groups. Diazepam used as positive control, aquadest used as negative control and the tested
materials were infusa of Kayu Ules fruit (Helicteres isora L) dosage I (15,6 mg / 0,5 ml),
dosage II (78 mg / 0,5 ml) and dosage III (156 mg / 0,5 ml) which given by oral administration.
The hypnotic sedative effect was observed by measured the onset of action (OOA) of each
group. The datas ware analysed statistically by ANOVA method, proceeded with Tukey HSD at
95 % CI.
The result show that the OOA of Diazepam was 20.60 minutes ; aquadest none ; infusa
of kayu ules dosage I 72.60 minutes ; dosage II 29.60 minutes and dosage III 36.60 minutes.
The conclusions are the Infusa of Kayu Ules fruit (Helicteres isora L) has hypnotic sedative
effect with p<0,05 ; and dosage II ( 78 mg / 0.5 ml ) of the infusa of Kayu Ules fruit (Helicteres
isora L) has the best Onset Of Action than the other tested dosages.

Key Words : stress, hypnotic sedative, Kayu Ules (Helicteres isora L)

Pendahuluan stres seperti hormonal, ling-


Kehidupan di dunia se- kungan, bahkan pola hidup
makin kompleks dengan masa- yang salah. Tubuh manusia be-
lah-masalah baru yang selalu reaksi terhadap stres dalam 3
saja bermunculan. Permasalahan tingkatan yaitu siaga, pertaha-
yang tidak terpecahkan dapat nan, dan kelelahan. Pada tahap
membuat kita berada dalam ke- siaga, tubuh akan merasakan
adaan stres. Stres adalah tekan- hadirnya stres dan biasanya
an psikologis yang dapat me- tubuh akan mempersiapkan diri
nimbulkan penyakit fisik mau- untuk menghindar dari stres
pun penyakit jiwa. (Albert bahkan melawan, persiapan ini
M.Hutapea, 1993). Terdapat ber- akan merangsang hormon dari
bagai faktor pemicu terjadinya kelenjar endokrin yang akan

96
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

mengakibatkan detak jantung Indonesia dan didasarkan pada


dan nafas yang tinggi, kadar pengalaman serta warisan nenek
gula dalam darah meningkat, moyang, maka kita dapat men-
berkeringat, mata membelalak cari alternatif pengobatan de-
dan gangguan pada pencernaan. ngan efek samping yang lebih
Tahapan yang terakhir adalah minimal, yaitu melalui penggu-
kelelahan, apabila hal ini ber- naan obat-obatan tradisional.
lanjut lama maka dapat muncul Cara lain untuk mengurangi
berbagai gangguan tubuh. stres adalah dengan terapi relak-
(Hutapea, 1993) Gangguan tu- sasi dan terapi biofeedback. Terapi
buh ini akan tampak dalam ben- relaksasi sebenarnya sering dila-
tuk kelainan dan penyakit yang kukan setiap hari yaitu tidur.
berhubungan dengan stres, anta- Tidur dapat melemaskan dan
ra lain : gangguan tidur / memperbaiki kondisi tubuh
insom-nia, sakit kepala, gastritis, yang mengalami kelelahan. Te-
hiper-tensi, dan menurunnya rapi biofeedback mengajarkan
daya tahan tubuh. untuk mengontrol fungsi tubuh,
Salah satu cara untuk me- seperti tekanan darah yang nor-
ngatasi gangguan stres tersebut malnya dikontrol dalam alam
adalah menggunakan obat-obat bawah sadar. Akupuntur atau
golongan hipnotik sedatif. Obat- pemijatan juga bermanfaat da-
obat ini berguna untuk mene- lam pengaturan fungsi tubuh.
nangkan, membuat kantuk, me-
nidurkan pemakainya. Tujuan
dari terapi hipnotik sedatif Tidur
adalah untuk menghilangkan Tidur adalah suatu kea-
ansietas berat sehari-hari tanpa daan bawah sadar dimana sese-
menurunkan sensasi sensorik, orang dapat dibangunkan de-
responsibilitas terhadap ling- ngan pemberian rangsang senso-
kungan atau kewaspadaan di rik atau rangsang lainnya yang
bawah level aman. (Metta Sinta adekuat. (Guyton dan Hall,
dan Toni Handoko, 2001). Na- 1997). Tidur merupakan aktivi-
mun demikian, penggunaan tas otak yang dikondisikan oleh
obat-obatan tersebut perlu dia- rangsang dari hipotalamus,
wasi karena efek sampingnya bagian dari diencephalon dan
yang cukup berbahaya. Dengan formatio retikularis (Houssay,
memanfaatkan kekayaan alam 1955).

97
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Gambar 1. Mekanisme perjalanan rangsang impuls pada otak saat keadaan tidur.

Kebanyakan orang dewa- an usus lebih aktif, kebanyakan


sa tidur selama 7-8 jam dalam otot-otot tubuh menjadi relaks
satu hari, bayi kurang lebih 16 dan secara umum metabolisme
jam, sedangkan orangtua hanya tubuh dapat menurun sampai
perlu beberapa jam saja untuk 20%.(Beny Atmadja, 2002)
tidur meskipun hal ini tergan- Secara klinis, tahap-tahap
tung dengan pemilihan waktu dan tingkatan tidur dapat di-
dan pekerjaan seseorang. Pada gambarkan melalui pola Elektro-
keadaan tidur terjadi peningkat- ensefalogram (EEG), Elektroretin-
an aktivitas saraf-saraf parasim- ogram (ERG), Elektromyogram
patis sehingga tekanan darah (EMG). Hasil dari perekaman di-
menurun, nadi lambat, pernafas- atas dapat menggambarkan jenis
an menurun, suhu tubuh menu- dan kedalaman tidur seseorang.
run, vasodilatasi perifer, gerak- Ada 2 macam jenis tidur yaitu

98
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

Rapid Eye Movement (REM) dan selanjutnya relatif konstan


Non-REM (NREM). untuk seumur hidup. Bila fase
tidur REM terganggu dan
Rapid Eye Movement (REM) menjadi lebih singkat waktunya,
Dalam satu siklus tidur maka pasien akan mengalami
yang normal, tidur REM ber- tidur yang tidak nyenyak,
langsung selama 5 - 30 menit. merasa tidak segar sesudah
Pada tahap tidur REM biasanya bangun pada keesokan harinya.
orang lebih sukar untuk diba- Hal ini dapat menimbulkan
ngunkan walaupun telah diberi gangguan psikis dan kesehatan.
rangsangan sensorik. Pada fase
ini terjadi banyak impian, maka Non Rapid Eye Movement
disebut juga tidur mimpi. (Tan Pada waktu tidur non-
Hoan Tjay & Kirana Rahardja, REM, gelombang otak makin
1997) Pada fase ini frekuensi lembat dan teratur. Hal ini di-
denyut jantung dan pernafasan ikuti dengan denyut jantung,
menjadi tidak teratur, timbul tekanan darah dan pernafasan
beberapa gerakan otot yang yang teratur, relaksasi otot tanpa
tidak teratur seperti pergerakan gerakan-gerakan otot muka atau
cepat dari mata meskipun ada mata, dan kecepatan metabolis-
hambatan yang kuat pada otot- me basal menurun 10% sampai
otot perifer. Dengan pemeriksa- 30%. (Tan Hoan Tjay & Kirana
an EEG, terlihat gelombang otak Rahardja, 1997)
yang sangat aktif serupa dalam NREM dibagi menjadi 4
keadaan siaga, metabolisme di tingkatan;
otak meningkat sebanyak 20%. Tingkat 1 :
(Guyton and Hall, 1997) Hasil seseorang merasa mengantuk,
penelitian menunjukkan bahwa ditandai dengan amplitudo yang
tidur REM diperlukan otak un- kecil (30-50 V) dan frekuensi
tuk berkembang sesudah lahir, EEG yang cepat (8-13 Hz). Disebut
dan ini menerangkan mengapa sebagai gelombang alfa.
bayi membutuhkan banyak ti- Tingkat 2 :
dur. Bayi yang baru lahir ditandai dengan tanda sleep
membutuhkan tidur kurang spindle pada EEG. Amplitudo 50
lebih 16 jam sehari dimana 50% V dengan frekuensi 12-16 Hz.
dari tidurnya merupakan tidur Orang berada dalam keadaan tidur
REM. Tidur REM ini akan yang masih rendah. Gelombang alfa
menurun sampai 20-25% pada digantikan dengan gelombang teta.
akhir tahun pertama dan

99
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Gambar 2. Rekaman EEG Seseorang Saat Sadar sampai Tertidur


( Fase 4 tidur dan Saat Tidur REM.)

Tingkat 3 : ngun pada fase ini dia tidak da-


ditandai dengan menurunnya pat menceritakan adanya mim-
frekuensi EEG dan meningkatnya pi. Setiap malam dapat berlang-
amplitudo dari gelombang EEG. sung 4 sampai 5 siklus tidur de-
Amplitudo gelombang ini berupa ngan penambahan periode REM
20% sampai 50% merupakan pada tahap berikutnya, disertai
gelombang delta (0,5-4 Hz) dan pengurangan periode non-REM
gelombang teta (4-8 Hz) (terutama pada tingkat 3 dan 4).
Tingkat 4 : Pada orang yang tidur selama 8
ditandai frekuensi EEG sangat jam, akan menjalani 2 jam tidur
lambat dan amplitudo gelombang REM dan 6 jam tidur non-REM.
EEG amat besar. Gelombang delta Gangguan tidur yang pa-
(0,5-4 Hz) lebih dominan daripada ling sering adalah insomnia.
gelombang teta ( 4-8 Hz) Menurut hasil penelitian 20-30%
Tidur non-REM yang pa- orang dewasa di seluruh dunia
ling dalam adalah pada tingkat 3 mengalami insomnia dalam hi-
dan 4, dan bila seseorang terba-

100
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

Gambar 3. Grafik Tidur dengan Fase Tidur REM dan Non-REM

dupnya. Insomnia cenderung nakan obat tidur yang memiliki


meningkat dengan bertambah- onset dan durasi singkat.
nya usia dan menyerang kira-
kira 40% wanita dan 30% pria.
Insomnia yang ditimbulkan oleh Kayu Ules ( Helicteres isora L )
stres ini dapat membentuk suatu Salah satu tumbuhan obat
lingkaran setan. Pertama, tidak asli Indonesia yang diduga ber-
bisa atau sulit tidur karena khasiat sebagai hipnotik sedatif
perasaan khawatir. Kedua, me- adalah Kayu Ules (Helicteres
rasa lebih khawatir karena sulit isora L). Kayu Ules memiliki
tidur. beberapa nama lain yaitu
Ada beberapa usaha yang Puteran, Jelum-pang, Dlumpangan
dapat dilakukan untuk mengata- dan merupa-kan tumbuhan
si gangguan tidur ini antara lain perdu dengan tinggi sampai 4
dengan membiasakan tidur pa- meter dengan penyebaran di
da waktunya secara teratur, pulau Jawa dan Madura.
olahraga yang teratur, suasana Tumbuh di daerah ber-musim
tidur yang tenang dan nyaman, kemarau, kuat di dalam semak
minum segelas susu hangat se- belukar dan terutama ba-nyak di
belum tidur. Bila cara diatas ti- hutan-hutan jati. Bagian-bagian
dak berhasil barulah dapat digu- yang berkhasiat dan di-gunakan

101
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

adalah buah, akar dan kulit Kelas : Pterospermae


kayunya. (Heyne, 1987) Subkelas : Dicotyledoneae
Kulit kayunya di Jawa di- Famili : Sterculiaceae
pergunakan sebagai bahan pe- Genus : Helicteres
ngikat dan dipilin menjadi tali, Spesies : Helicteres isora L
sehingga rupanya seperti goni. Buah kayu ules memiliki bebe-
Masyarakat sekitar sering mem- rapa komponen kimiawi antara
pergunakannya sebagai karung. lain alkaloid (15-25%), saponin
Daya serat ini baik untuk dipa- (20-30%), fitosterol (3-10%), flo-
kai sebagai tali temali meskipun batanin (3-8%), asam hidroksi-
tidak cocok untuk ditenun. karboksilat (2-7%) dan gula (37-
Buahnya dapat membangkitkan 45%). (Bruneton, 1999)
nafsu makan, sebagai obat ca- Saponin merupakan bagi-
cing, anti konvulsan, obat kejang an dari glikosida yang terdapat
perut, dan sebagai tonik sehabis pada tumbuhan. Berdasarkan
bersalin. Sedangkan kulit kayu strukturnya, saponin dapat di-
dan akarnya dapat menurunkan klasifikasikan menjadi dua bagi-
demam (anti piretik), antihel- an yaitu : steroidal saponin dan
mintik, membangkitkan nafsu triterpenoid saponin. Steroidal
makan dan mengobati rematik. saponin terutama terdapat pada
(Sastroamidjojo, 1999) monocotyledon angiospermae, anta-
ra lain : asparagus dan temba-
kau. Triterpenoid saponin terda-
pat pada dicotyledon angiosper-
mae, serta berperan dalam me-
nurunkan tegangan permukaan
sehingga metabolisme dan
trans-misi neural terganggu
sehingga akan menimbulkan
efek hipno-tik sedatif. Saponin
larut dalam air dengan
membentuk cairan yang
Gambar 4. Tanaman Kayu Ules berbusa. Saponin dapat be-kerja
(Helicteres isora L) sebagai zat anti kanker in vivo,
memiliki khasiat spermicidal
yang kuat. Saponin bekerja
Taksonomi (Heyne, 1987) dengan menurunkan tegangan
Kingdom : Plantae permukaan dan teori adsorpsi
Phylum : Spermatophyta pada anestesia umum menyata-

102
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

kan bahwa bila terjadi pengum- mempermudah tidur serta mem-


pulan zat (saponin) pada permu- pertahankan tidur yang menye-
kaan sel, dapat juga menyebab- rupai tidur fisiologis. (Metta
kan proses metabolisme dan Sinta dan Toni Handoko, 2001)
transmisi neural terganggu se- Obat ini dapat menimbulkan ke-
hingga timbul anestesia. (Metta tergantungan fisik maupun psi-
Sinta dan Toni Handoko, 2001) kologis. Penggunaan yang lama
Saponin berikatan dengan resep- dapat mengakibatkan toleransi,
tor GABA sehingga aktifitas dimana penderita harus memi-
reseptor GABA meningkat, lalu num dosis yang lebih besar
saluran klorida terbuka, klorida untuk mendapatkan efek yang
masuk ke dalam sel, menyebab- sama. Jika penggunaan obat ini
kan hiperpolarisasi dan menu- dihentikan secara mendadak,
runkan eksitasi. Ada dugaan dapat timbul sindroma putus
bahwa saponin juga dapat me- obat, berupa tidak bisa istirahat,
rangsang pusat inhibisi di for- insomnia, dan ansietas sampai
matio reticularis. Dengan ter- konvulsi dan kematian.
angsangnya bagian tersebut ma- Beberapa obat hipnotik
ka efek yang dirasakan adalah dan sedatif, terutama golongan
menurunnya kesadaran dan tim- benzodiazepin digunakan juga
bul rasa kantuk bahkan tidur. sebagai pelemas otot, antiepilep-
si, antiansietas dan sebagai
penginduksi anestesi. (Metta
Obat Hipnotik Sedatif Sinta dan Toni Handoko, 2001)
Obat Hipnotik sedatif Benzodiazepin adalah o-
merupakan golongan obat de- bat hipnotik sedatif yang sering
pressan SSP yang relatif tidak digunakan. Kini penggunaan
selektif, mulai dari yang ringan benzodiazepin dapat menggan-
yang menyebabkan ketenangan tikan barbiturat dan meproba-
atau kantuk, menidurkan, hing- mate sebagai obat antiansietas.
ga yang berat yaitu hilangnya Benzodiazepin terikat pa-
kesadaran, keadaan anestesi, ko- da sisi spesifik allosteric dari re-
ma dan mati, bergantung pada septor GABA. Pengikatan ben-
besar kecilnya dosis obat. Pada zodiazepin memacu afinitas re-
dosis terapi, obat sedatif mene- septor GABA untuk neuro-
kan aktivitas, menurunkan res- transmiter yang bersangkutan,
pons terhadap rangsangan emo- sehingga saluran klorida ter-
si dan menenangkan. Obat hip-
notik menyebabkan kantuk dan

103
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Tabel 1. Obat Hipnotik Sedatif

Benzodiazepin Barbiturat Non Barbiturat Sedatif

Clorazepate Phenobarbital Kloral Hidrat


Chlordiazepoxide Pentobarbital Etklorvinol
Diazepam Sekobarbital Glutetimid
Flurazepam Amobarbital Metiprilon
Quazepam Tiopental Meprobamat
Alprazolam Paraldehid
Lorazepam Etinamat
Temazepam Anti Histamin
Oxazepam
Triazolam

buka. Keadaan tersebut akan farmako-logi dan fitofarmaka


memacu hiperpolarisasi dan dari tum-buhan obat Indonesia.
menghambat letupan neuron.
(Gambar 5). Efek klinis berbagai Alat, Bahan dan Cara Kerja
benzodiazepin bergantung pada Alat yang digunakan ada-
afinitas ikatan masing-masing lah timbangan gram, blender,
obat pada kompleks saluran ion, panci infusa, penangas air, ca-
yaitu kompleks GABA reseptor wan uap, sonde peroral (gava-
dan klorida. (Mycek, Harvey & ge), stopwatch, kandang mencit.
Champe, 2001) Bahan yang digunakan adalah
Penelitian ini bertujuan diazepam, infusa buah kayu ules
untuk mengetahui efek hipnotik (Helicteres isora L), aquadest.
sedatif dari buah Kayu Ules Hewan uji adalah 25 ekor mencit
sehingga diharapkan dapat di- jantan galur Bupsy dewasa umur
jadikan sebagai obat alternatif kurang lebih 8 minggu dengan
untuk mengatasi gangguan berat antara 20-25 gram yang
tidur sekaligus memperluas diperoleh dari Laboratorium
cakrawa-la pengetahuan bidang Biofarma, Bandung.

104
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

Gambar 5. Mekanisme Kerja Benzodiazepin-GABA-Saluran ion Chlorida (Mycek


M.J., Harvey R.A., Champe P.C. 2001. p 93)

Pembuatan Infusa Buah Kayu Metode Penelitian


Ules (Helicteres isora L) Penelitian ini merupakan
Pertama-tama buah kayu penelitian laboratorium eksperi-
ules (Helicteres isora L) diha- mental sungguhan dengan me-
luskan sampai derajat halus ter- makai Rancangan Acak Lengkap
tentu. Setelah ditimbang sesuai (RAL) pada hewan uji mencit
kebutuhan, infusa dibuat sesuai yang dibagi dalam 5 kelompok
dengan prosedur Farmakope yaitu :
Indonesia. 1. Kelompok pertama, kelom-
Simplisia yang diguna- pok kontrol positif diberi
kan sebanyak 10%, yang dipa- Diazepam (0,026 mg / 0,5 cc)
naskan diatas penangas air se- 2. Kelompok kedua, kelompok
lama 15 menit terhitung saat su- kontrol negatif diberi aqua-
hu mencapai 900 Celcius. Filtrat dest (0,5 cc / menci )
yang didapat kemudian diuap- 3. Kelompok ketiga diberi infu-
kan di penangas air sampai sa kayu ules dosis 1 kali
konsentrasi yang diinginkan.

105
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

dosis manusia (0,0156 g / 0,5 Variabel perlakuan : ba-


cc) han uji infusa buah kayu ules
4. Kelompok keempat diberi in- dengan dosis 1 DM, 5 DM, 10
fusa kayu ules dosis 5 kali DM, Diazepam sebagai kontrol
dosis manusia ( 0,0312 g / 0,5 positif, dan aquadest sebagai
cc) kontrol negatif.
5. Kelompok kelima diberi infu- Variabel respons : mula
sa kayu ules dosis 10 kali do- kerja bahan uji untuk menim-
sis manusia (0,0624 g / 0,5 bulkan tidur dalam menit.
cc)

Metode Analisis
Cara kerja Analisis data untuk memban-
1. Perhatikan dan catat tingkah dingkan mula tidur dengan
laku mencit tiap 30 menit menggunakan ANAVA satu a-
2. Catat mula kerja (OOA : rah dilanjutkan dengan uji beda
Onset of Action ), yaitu waktu rata-rata Tukey HSD. ( < 0,05)
dari permulaan diberinya ba-
han uji sampai mata menu-
tup 100 persen (tertidur) da- Hasil dan Pembahasan
lam menit. Pada tabel 2 dan gambar 6 dapat
dilihat nilai rata-rata (mean)
mula kerja berbagai senyawa uji.
Variabel Penelitian
Variabel terkendali : ga-
lur, jenis kelamin, berat badan,
dan umur mencit

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Mula Tidur Mencit Pada Pemberian Diazepam,


Aquadest, Infusa Buah Kayu Ules 1 DM, 5 DM, 10 DM.
NO DIAZEPAM AQUADEST IKU 1 DM IKU 5 DM IKU 10 DM
(MENIT) (MENIT) (MENIT) (MENIT) (MENIT)
1 18 - 79 27 33
2 18 - 71 28 35
3 20 - 75 30 38
4 24 - 68 29 37
5 23 - 70 31 40
Mean 20.60 - 72.60 29.00 36.60
Keterangan : IKU (1 DM, 5 DM, 10 DM) = Infusa Kayu Ules dalam dosis manusia.

106
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

80
70
60 Kontrol Positif
50 Kontrol Negatif
Waktu
40 DM 1
(menit)
30 DM 5
20 DM 10
10
0
Bahan Perlakuan

Gambar 6. Nilai rata-rata Mula Tidur Mencit pada Pemberian berbagai senyawa uji

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Mula Tidur Mencit Pada Pemberian Diazepam,


Aquadest, Infusa Buah Kayu Ules 1 DM, 5 DM, 10 DM Menurut
ANAVA
Kontrol Kontrol IKU IKU IKU F hit F tab P
+ - 1 DM 5 DM 10 DM
OOA
(Menit)
X 20.60 - 72.60 29.00 36.60 55.2 2.87 < 0,05
SD 4.393 11.343 4.183 12.442
Keterangan : IKU (1 DM, 5 DM, 10 DM) = Infusa Kayu Ules dalam dosis manusia
X = rata-rata mula tidur; SD = Standar deviasi

Ketiga dosis senyawa uji infusa dapat di-katakan bahwa infusa


Kayu Ules terlihat memiliki efek buah kayu ules memiliki efek
sebagai hipnotik sedatif dengan hipnotik sedatif.
dosis 5 x dosis manusia ( 5 DM ) Tabel 4 memperlihatkan
sebagai dosis yang hampir ada-tidaknya perbedaan mula
menyerupai diazepam sebagai tidur antar kelompok senyawa
kontrol positif. uji secara statistik menurut uji
Pada tabel 3 terlihat Tukey HSD. Terlihat bahwa
bahwa F hi-tung ( 55,2 ) > F tabel sebagian besar kelompok memi-
( 2,87 ), se-hingga secara statistik liki perbedaan, kecuali antara

107
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Tabel 4. Perbedaan Mula Tidur mencit pada pemberian berbagai senyawa uji
menurut Tukey HSD ( p < 0,05 )
Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel
1&2 1&3 1&4 1&5 2&3 2&4 2&5 3&4 3&5 4&5
OOA Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak
Keterangan: Kel 1 = Kelompok yang diberi Diazepam (kontrol positif)
Kel 2 = Kelompok yang diberi Aquadest (kontrol negatif)
Kel 3 = Kelompok yang diberi infusa kayu ules dosis 1 DM
Kel 4 = Kelompok yang diberi infusa kayu ules dosis 5 DM
Kel 5 = Kelompok yang diberi infusa kayu ules dosis 10 DM
DM = Dosis manusia

kelompok 1 dan kelompok 4 dan unan efek pada dosis 10 DM,


antara kelompok 4 dan kelom- namun secara statistik tidak ber-
pok5. Hal ini menunjukkan beda bermakna. Dari hasil anali-
bahwa infusa kayu ules dosis 5 sis tersebut dapat disimpulkan
DM memiliki efek hipnotik bahwa dosis 5 DM merupakan
sedatif yang tidak berbeda seca- dosis yang paling optimal dalam
ra statistik dengan diazepam menghasilkan efek hipnotik
dan walaupun terdapat penu- sedatif.

Kesimpulan Daftar Pustaka


1. Infusa buah kayu ules Albert M. Hutapea, 1993. Menuju gaya
(Helicteres isora L) memiliki hidup sehat, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 89-95
efek hipnotik sedatif. Beny Atmadja, 2002. Fisiologi Tidur.
2. Infusa buah kayu ules JKM vol.1 no.2. 98-101.
(Helicteres isora L) dosis 5 Bruneton J. 1999. Saponin. Dalam :
DM mempunyai efek mula Pharmacognosy : Phytochemistry
tidur yang tercepat dan Medical Plants. 2nd.ed. Paris :
Intercept Ltd., 567-568
setara dengan diazepam Guyton and Hall. 1997. Tidur. Dalam :
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Saran Jakarta : EGC. 945-948
Penelitian mengenai buah Heyne K. 1987. Kayu Ules. Dalam :
Kayu Ules (Helicteres isora L) Tumbuhan Berguna Indonesia III.
Jakarta : Badan Penelitian Pe-
per-lu dilanjutkan dengan uji
ngembangan Kehutanan.
lama tidur, uji toksisitas dan uji Houssay B.A. 1955. Physiology of
klinis pada manusia. Sleep. Dalam : Human Fisiology.
2nd. ed. London : McGraw-Hill
Book Company Inc.

108
Efektivitas Infusa Kayu Ules ( Helicteres isora L )
Sebagai Obat Hipnotik Sedatif
Loka Purnomo, Lusiana Darsono, Slamet Santosa

Jacob L.S. 1999. National Medical Series tas dan Hipnotik Sedatif. Dalam :
for Independent Study. 4 th. Ed. Farmakologi: Ulasan Bergambar.
Philadelphia : A Waferly Com- Jakarta : Widya Medika. 89-95
pany. 50-53 Sastroamidjojo A. Seno. 1999. Djelum-
Metta Sinta Sari Wiria, Toni pang. Dalam : Obat Asli Indonesia.
Handoko. 2001. Hipnotik Sedatif Jakarta : Dian Rakyat. 179 no 141
dan Alkohol Dalam : Sulistia G. Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja.
Ganiswara, editors : Farmakologi 1997. Tidur. Dalam : Obat-obat
dan Terapi. 4th.ed. Jakarta : Penting : Khasiat, Penggunaan,
Bagian Farmakologi FK UI. 124- Efek-efek Sampingnya. Jakarta:
147. Depkes. 357-374.
Mycek MJ., Harvey R.A. Champe
P.C., Fisher B.D. 2001. Antiansie-

109
110

110

Potrebbero piacerti anche