Sei sulla pagina 1di 6

Tempo yang Menulis, Ahok yang Dilaporkan ke Polisi 19 November 2016 17:20:52 Diperbarui:

20 November 2016 10:43:52 Dibaca : 8,289 Komentar : 100 Nilai : 47 Tempo yang Menulis,
Ahok yang Dilaporkan ke Polisi Para serigala itu selalu mengintai Ahok. Setiap gerak-gerik dan
ucapan Ahok selalu dipantaunya, untuk dicari-cari kesalahannya. Begitu mereka anggap Ahok
berbuat suatu kesalahan, maka kesempatan itu pun langsung disambar, di-blow-up, untuk
kemudian dijadikan bahan menyerangnya untuk menjatuhkannya. Jika kesalahan itu tidak ada,
bisa saja diada-adakan, dengan cara diplintir suatu pernyataan Ahok sedemikian rupa supaya
seolah-olah Ahok salah, lalu diserang, difitnah, dan dilaporkan ke polisi. Serigala-serigala itu di
antaranya yang bergabung di dalam Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), yang dipimpin oleh
Habiburokhman dari Partai Gerindra. Orang yang pernah membuat rompi tahanan KPK yang
kata dia dibuat khusus untuk Ahok, tetapi ternyata justru dikenakan oleh koleganya sendiri, M
Sanusi. Kamis kemarin (17/11/2016), orang ini bersama rekannya, Herdiansyah melaporkan
Ahok ke Bareskrim Polri. Mereka menuduh Ahok telah melakukan fitnah dan pencemaran nama
baik terhadap para pengunjuk rasa 4 November 2016, karena ketika diwawancara sebuah media
daring dari Australia, ABC.net, menurut mereka, Ahok mengatakan para pengunjuk rasa itu telah
menerima uang Rp. 500.000 per orang. Selain Habiburokhman dan Herdiansyah, tuduhan Ahok
telah mengfitnah para pengunjuk rasa menerima uang Rp. 500.000 per orang itu juga datang dari
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) yang sebagian besar
anggotanya dari FPI itu. Bahkan tuduhan terhadap Ahok itu pun dijadikan bagian dari alasan
mereka mengadakan lagi aksi unjuk rasa besar-besaran pada 2 Desember mendatang. Atas
perkataannya itu, GNPF-MUI menilai Ahok telah kembali mengulangi perbuatannya dengan
menghina para pengunjuk rasa yang juga terdiri dari para ulama itu, oleh karena itu mereka
menekan Polri akan segera menangkap dan menjebloskan Ahok ke dalam penjara. Apakah benar
Ahok telah menuduh para pengunjuk rasa menerima uang Rp. 500.000 itu saat diwawancara oleh
ABC.net itu? Jika kita mendengar baik-baik dengan hati yang bersih, maka jelas pernyataan
Ahok tersebut tidak melakukan tuduhan tersebut. Yang Ahok katakan kepada wartawan ABC.net
adalah: Its not easy, you send more than 100.000 people, most of them,If you look at the news,
said they got the money Rp. 500.000 ..., tidak mudah mengerahkan lebih dari 100.000 orang,
jika anda membaca berita-berita, dikatakan bahwa sebagian besar dari mereka menerima Rp.
500.000... Yang dikatakan Ahok kepada wartawan ABC.net itu adalah: Jika anda membaca
berita-berita itu, maka ada disebutkan para pengunjuk rasa itu menerima bayaran Rp. 500.000.
Jadi, bukan Ahok yang menuduh demikian, tetapi ada media yang memberitakan seperti itu.
Video asli wawancara ABC.net dengan Ahok itu bisa dilihat di sini, menit ke 02:57 Ahok sendiri
ketika dikonfirmasi, di Pademangan, Jakarta Timur, 18/11/2016, mengatakan: "Saya enggak
bilang menuduh, kok. Sayakan bilang sampaikan. Kamu baca saja berita-berita yang ada, kan
sosmed-sosmed ada." Namun, bantahan Ahok itu pasti tidak akan pernah mau didengar,
meskipun faktanya memang Ahok tidak mengatakan seperti yang mereka tuduhkan itu., mereka
pasti tetap ngotot Ahok bilang begitu. Otak dan hati mereka sudah disetting untuk selalu yakin
Ahok harus dipersalahkan apapun kebenarannya. Maka itu, saat memasukkan laporan mereka ke
Bareskrim Polri itu, Herdiansyah pun menantang Ahok untuk membuktikan kebenaran
tuduhannya kepada pengunjuk rasa 4 November itu (padahal Ahok tidak melakukan tuduhan itu):
"Saya mewakili pendemo difitnah dengan mengatakan saya dibayar Rp 500.000. Pak Ahok,
tolong tunjukkan siapa yang dibayar dalam aksi 4 November." Padahal, laporan ke polisi dan
tantangan itu lebih tepat ditujukan kepada Majalah Tempo,karena majalah inilah salah satu dari
media yang menulis tentang para pengunjuk rasa 4 November itu ada yang menerima uang.
Majalah Tempo edisi 14-20 November 2016, di halaman36 dan 38, di bawah judul: Bagi-Bagi

Uang di Jumat Siang, Tempo menulis laporan tentang adanya bagi-bagi duit untuk para
pengunjuk rasa itu. Menurut Tempo, berdasarkan pengakuan pengunjuk rasa itu, uang yang
diterima sebanyak Rp. 200.000, yang terdiri atas 2 lembar pecahan Rp. 100.000 baru yang dilipat
dua dan ujungnya distapler, dan dimasukkan ke dalam saku baju-baju koko yang dibagikan
kepada peserta unjuk rasa. Orang yang membagikan baju-baju koko itu, katanya, tidak
memberitahu ada uang di saku busana muslim tersebut. Mereka hanya bilang,tolong pakai baju
ini saat demonstrasi, kata sumber Tempo itu. Di laporannya itu, Tempo juga menulis, tentang
bagi-bagi uang untuk para demontran di depan kompleks gedung parlemen, Senayan, Jakarta.
Aksi itu merupakan lanjutan unjuk rasa di depan Istana Merdeka. Berlangsung Jumat malam
sampai dengan Sabtu dini hari. Unjuk rasa yang melewati batas waktu unjuk rasa itu dipimpin
oleh Rizieq Shihab, Ketua FPI. Massa baru berangsur-angsur meninggalkan lokasi sekitar pukul
4 dini hari, setelah perwakilan mereka yang dipimpin Riziq Shihab diterima pimpinan MPR dan
sejumlah anggota DPR. Tempojuga meliput kejadian Sabtu itu, sekitar pukul 6 pagi, beberapa
demonstran yang masih tersisa menghampiri juru bicara FPI, Munarman. Setelah mereka
bercakap-cakap sebentar, Munarman tampak mengeluarkan amplop putih tebal, dan membagibagi uang pecahan Rp. 50.000 kepada para demonstran itu. Menurut pengakuan Munarman, uang
yang diberikan kepada para demonstran itu adalah uang jalan karena mereka ditinggalkan
kelompoknya yang lebih dulu pulang. Munarman menyebutklan para pengunjuk rasa itu
kesulitan kembali ke daerah asalnya, seperti Bandung dan Bekasi, karena tidak membawa uang.
Munarman mengatakan, FPI sebagai motor penggerak unjuk rasa itu tidak pernah membayar
orang untuk ikut serta dalam aksi tersebut. Ia juga tidak mau menjelaskan dari mana sumber
uang itu. Munarman hanya mengatakan uang yang ia bagi-bagikan itu merupakan sumbangan
kemanusiaan. Namun demikian, sebelum aksi unjuk rasa itu berlangsung, kita sudah membaca
beritajuga tentang pengakuan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI Bachtiar Nasir,
yang mengatakan pihaknya telah menerima lebih dari Rp. 100 miliar untuk aksi unjuk rasa 4
November tersebut. Tetapi, lagi-lagi dari mana sumber dana itu, tidak disebutkan. Selain itu, di
laporan yang sama, Tempo juga ada menulis bahwa pada unjuk rasa 14 Oktober 2016, dengan
thema yang sama: Membela Islam), sejumlah peserta unjuk rasa juga menerima uang sebesar Rp.
50.000, yang diselipkan di dalam kotak nasi jatah makan siang mereka. Uang itu dimasukkan ke
dalam sebuah plastik kecil. Lalu sebenarnya, dari mana dana untuk membiayai aksi dua unjuk
rasa yang pasti sangat besar jumlah itu, terutama sekali unjuk rasa 4 November yang sudah sejak
di awal dirancang secara besar-besar itu? Kita belum tahu, tetapi rasanya Presiden Jokowi sudah
tahu melalui laporan intelijen negara. Yang meskipun tidak diumumkan, tetapi anehnya, sudah
ada orang berbadan besar yang tersinggung, merasa prihatin atas fitnah yang lebih kejam
daripada pembunuhan yang dirasakan ditujukan kepadanya, serta meminta doa kepada rakyat
Indonesia agar kiranya Tuhan memberi kekuatan dan ketabahan hati kepada kepadanya dan
keluarganya. Polri juga dikabarkan sedang berupaya mengusut asal-usul dana yang pasti sangat
besar itu, upaya tersebut dilakukan dengan menggandeng Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK). Semoga pengusutan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga
rakyat juga mengetahui siapa sebenarnya di balik aksi unjuk rasa besar-besaran yang semakin
lama semakin kelihatan bahwa Ahok hanya dijadikan sasaran antara, sedangkan target utamanya
adalah Presiden Jokowi itu. Kembali kepada persoalan tuduhan baru musuh-musuh politik Ahok
tersebut kepada Ahok tersebut di atas. Bukankah semakin kelihatan niat jahat mereka dibalik
tuduhan dan laporan-laporan ke polisi itu? Ahok tidak mengfitnah, tetapi justru mereka yang
mengfitnahnya. Majalah Tempo yang jelas-jelas yang menulis laporan tentang adanya bagi-bagi
uang untuk para pengunjuk rasa 4 November 2016 itu, malah tidak digubris, mereka pura-pura

tidak tahu, tetapi Ahok yang hanya bilang di media ada yang memberitakan tentang itu justru
yang dilaporkan ke polisi. Logika dan fakta dijungkir-balik, ketika hati nurani pun diabaikan.
***** ADVERTISEMENT
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/tempo-yang-menulis-ahok-yangdilaporkan-ke-polisi_58302784e4afbd4a111cdc23
SAMANTHA HAWLEY, REPORTER: Downtown Jakarta, November 4. More than 100,000
Muslims, led by hardline groups, take to the streets.
After dark, a protest morphs into a riot. With a new dawn, an uneasy calm returns to the same
streets.
The question is, how long will it last in a flourishing but still maturing democracy?
Jakarta, a city of 10 million people, has arrived at a crossroad.
This is the man at the centre of the controversy, the Governor of Jakarta, never elected but
elevated to a position so powerful, it launched his predecessor Joko Widodo into the presidency.
The protesters accuse Ahok, as he is widely known, of an age-old criminal charge of blasphemy,
of insulting the Koran.
That he is Christian and ethnic Chinese has only inflamed their anger. 7.30 is granted exclusive
access inside his modest campaign headquarters and a rare sit-down interview.
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA, JAKARTA GOVERNOR: How come I want to
blasphemy the Islam, I am not stupid. 85 percent of my voters are Islam and Muslim.
SAMANTHA HAWLEY: So if it is not blasphemy...
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: I don't know. We have to wait for the police
decision.
SAMANTHA HAWLEY: Should the police be investigating?
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: I don't know.
SAMANTHA HAWLEY: This is what police are investigating. Uploaded on YouTube, seen by
millions - Ahok questioning why his opponents use verse 51 of the Koran to argue the faithful
cannot vote for a non-Muslim.
TRANSLATION: Maybe in your heart you think you couldn't vote for me, but you are being lied
to by using Alma Ida 51.

SAMANTHA HAWLEY: A comment taken so seriously the Governor has been named as a
suspect, cannot leave the country and is now at the mercy of the Indonesian court system.
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: I believe I am not guilty, that's why I prefer to bring
it to the court.
If we bring it to the court, everybody will see the evidence. Everybody will see the video and
people will realise.
SAMANTHA HAWLEY: So this is political? This is a political campaign against you?
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: That's why I need to go to court to prove that this is
political not the law.
SAMANTHA HAWLEY: And who's funding it?
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: I don't know, I really don't know. But I believe the
President knows from the intelligence. I believe they know. it's not easy, you send more than
100,000 people. Most of them if you look at the news said they got the money 500,000 rupiah.
SAMANTHA HAWLEY: This is about much more than just one man. It's a complicated web of
religion, politics and race. And battle between moderate and hardline Islam.
Abu Jibril leads a radical Islamic group which played a key role in the November 4 protest. On
the outskirts of Jakarta, he addresses an all-female study group. The message, for now, is clear
and focused.
ABU JIBRIL, HARDLINE CLERIC: The Profit and the Koran were insulted by an infidel
whose name is Ahok. I'm going to read you the verse so you understand why an infidel can't be a
leader for people of faith. "All Muslims, don't you make the Jews and Christians your leader,
they can be leader for their infidel community. Whoever amongst you makes an infidel your
leader, then you will be included as an infidel".
SAMANTHA HAWLEY: We interviewed the Governor Ahok yesterday, we interviewed him,
and he says that your protests are politically motivated, nothing more, that the protesters were
paid 500,000 rupiah to turn up, is that correct?
ABU JIBRIL: God said that infidels are liars, infidels are hypocrites and liars. If Ahok really said
that, he can be sued.
SAMANTHA HAWLEY: Jakarta's Chinatown is a bustling hub for ethnic Chinese Indonesians a minority group. For many, they've experienced ethnic tensions before. In 1998, during the fall
of Saharto - looting rape, murder - they thought they had left those days behind.
TRANSLATION: I felt anxious, a bit afraid, but I don't want to say anything about politics. We
don't want to be in the spotlight again.

TRANSLATION: Yes, we're worried, we've had the 1998 experience, we're afraid. Everyone's
being cautious, no-one is going out.
SAMANTHA HAWLEY: 57-year-old Santoso Kurniadi, was there in '98, his business looted, his
family feared for their lives. In Jakarta's Chinatown today, his clothing business thrives, but he
can't hide his worry.
SANTOSO KURNIADI, BUSINESSMAN: The extremists have been given an ultimatum. We
are brothers, all brothers, so what's the point of fighting each other?
The point is that if the extremists pass through here, don't bother them, they only pass through,
there is no harm in it.
But if we do bother them, they'd be angry, saying, "This is not your country".
SAMANTHA HAWLEY: Ahok has support beyond his fellow ethnic Chinese. He is popular
among moderate Muslims, too - seen as an anti-corruption campaigner, ridding the city of slums
and trying to tackle the imperfections of a chaotic capital.
He believes their support will take him all the way to the top.
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: I believe this is the status quo, the corruptor strike
back against me because I cut too much corruption in this city and this nation and they are afraid.
Maybe one day when they call us a minority I could be elected as a President.
This means we accomplish the roof, the topping.
SAMANTHA HAWLEY: Is that your end aim? To be President?
BASUKI "AHOK" TJAHAJA PURNAMA: Yes that is my aim one day.
SAMANTHA HAWLEY: What do you think about a Christian, maybe, one day, being the
President of Indonesia?
ABU JIBRIL: If Ahok doesn't get the punishment he deserves, not according to the demands of
Muslims, then Muslims will get angrier and when they get angrier, we don't know what will
happen.
https://www.youtube.com/watch?v=oLM_yJOV60o
https://www.youtube.com/watch?v=Z6EKrK_RT-8
https://www.youtube.com/watch?v=exFr6ex0HCc
https://www.youtube.com/watch?v=wku6MFeKLtY

https://www.youtube.com/watch?v=oVDj40FXy8A
https://www.youtube.com/watch?v=Wevzu2JvFu8

Potrebbero piacerti anche