Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintahan di dalam suatu negara
merupakan unsur yang sangat penting. Pemerintahan merupakan sebuah
unsur yang digunakan sebagai suatu syarat berdirinya suatu negara. Tanpa
pemerintahan, maka suatu negara tidak akan dapat terbentuk. Pemerintah
memiliki peran dan fungsi yang sangat vital terutama di dalam mengayomi
dan melayani masyarakat.
Untuk mewujudkan fungsi dan peran pemerintah maka pemerintahan
tersebut haruslah bersih dan memiliki etika yang baik. Etika merupakan
sesuatu yang sangat pokok di dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan.
Berbicara tentang etika penyelenggara Pemerintahan tidak terlepas dari etika
Birokrasi atau Pegawai Negeri Sipil Sipil (PNS) yang merupakan tombak
utama dalam penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
Etika
Pegawai
Negeri
Sipil
(PNS)
dalam
penyelenggaraan
BAB II
PEMBAHASAN
2
Provinsi
Kabupaten/Kota,
Kepaniteraan
Pengadilan,
atau
perilaku
di
tengah-tengah
masyarakat
dalam
melayani
masyarakat apakah sudah sesuai dengan aturan main atau tidak, apakah
etis atau tidak.
Menurut
Drs.Haryanto,
MA, Etika
merupakan
instrumen
dalam
memainkan
perannya
sesuai
dengan
aturan
main
yang
pembangunan
yang
telah
meningkatkan
dalam
lingkungannya.
Kemampuan
untuk
bias
melakukan
pengembangan
etika
PNS
sangat
penting
bagi
E. Nilai-Nilai Masyarakat
Terbentuknya Etika PNS tidak terlepas dari kondisi yang ada di dalam
masyarakat yang bersangkutan, sesuai dengan aturan, norma, kebiasaan
atau budaya di tengah-tengah masyarakat dalam suatu komunitas tertentu.
Nilai-nilai yang ada dan berkembang di dalam masyarakat mewarnai sikap
dan perilaku yang nantinya dipandang etis atau tidak etis dalam
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan yang merupakan bagian dari
fungsi aparat birokrasi itu sendiri.
Di negara kita yang masih kental budaya paternalistik atau tunduk dan
taat kepada Bapak atau pemimpin pemerintahan yang juga merupakan
pemimpin birokrasi, sehingga sangat sulit bagi masyarakat untuk menegur
para aparat Birokrasi bahwa yang dilakukannya itu tidak etis atau tidak
bermoral, mereka lebih banyak diam dan malah manut saja melihat perilaku
yang adan dalam jajaran aparat birokrasi.
Dalam kondisi seperti di atas, inisiatif penetapan Etika bagi aparat
PNS atau penyelenggara pemerintahan hampir sepenuhnya berada di
tangan pemerintah. Dimana pemerintah atau organisasi yang disebut
birokrasi merasa paling berkuasa dan merasa dialah yang mempunyai
kewenangan untuk menentukan sesuatu itu etis atau tidak bagi dirinya
menurut versi atau pandangannya sendiri, tanpa mempedulikan aturan main
di masyarakat. Permasalahan ini sangat rumit karena Etika PNSi cenderung
diseragamkan
melalui
peraturan
Kepegawaian
yang
telah
diatur oleh Birokrasi tingkat atas atau pemerintah pusat, sementara dalam
pelaksanaan
tugasnya
dia
berada
di
tengah-tengah
masyarakat.
yang lebih jauh lagi disebut moral. Di sini tidak akan dipermasalahkan Etika
PNS itu diformalkan atau tidak tetapi yang terpenting adalah bagaimana
penerapannya serta sanksi yang jelas dan tegas, ini semua membutuhkan
kemauan baik dari Aparat PNS itu sendiri untuk menaatinya.
Pelaksanaan Etika PNS dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia, sebagaimana telah disinggung di atas perlu diperhatikan perihal
sanksi yang menyertainya, karena Etika pada umumnya tidak ada sanksi
fisik atau hukuman tetapi berupa sanksi sosial, seperti dikucilkan, dihujat dan
yang paling keras disingkirkan dari lingkungan masyarakat tersebut.
Sementara bagi Aparat PNS sangat sulit, karena masyarakat enggan dan
sungkan (budaya Patron yang melekat).
Begitu rumit dan kompleksnya permasalahan pemerintahan dewasa
ini membuat para aparat PNS (birokrasi) mudah tergelincir atau terjerumus
kedalam perilaku yang menyimpang. Kondisi lain, tuntutan atau kebutuhan
hidupnya sendiri turut menentukan perilaku tersebut. Untuk itu perlu adanya
penegasan payung hukum atau norma aturan yang perlu disepakati
bersama untuk dilakukan. Perlu juga diayomi dengan aturan hukum yang
jelas dan sanksi yang tegas bagi siapa saja pelanggarnya tanpa pandang
bulu di dalam jajaran Birokrasi di Indonesia. Seiring dengan itu Paul H.
Douglas dalam bukunya Ethics in Government yang dikutip oleh oleh Drs.
Haryanto, MA, terdapat tindakan-tindakan yang hendaknya dihindari oleh
seorang pejabat pemerintah yang juga merupakan aparat PNS yaitu :
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta
untuk
keuntungan
pribadi
dengan
mengatasnamakan
jabatan kedinasan.
2. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swasta pada saat ia
melaksanakan transaksi untuk kepentinagn dinas.
3. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada
saat ia berada dalam tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah.
4. Membocorkan informasi komersial atau ekonomis yang bersifat
rahasia kepada pihak-pihak yang tidak berhak.
dimaksudkan untuk
menciptakan
kondisikondisi
moril
yang
10
seberapa
jauh
dan
juga
belum
dapat
dipantau
secara
jelas apakah perbuatan seseorang melanggar Etika atau Kode Etik atau
tidak, karena belum jelas batasannya dan apa sanksinya. Dengan demikian
Kode Etik dapat benar-benar dipergunakan sebagai ukuran atau kriteria
untuk menilai perilaku atau tingkah laku aparat Birokrasi sehingga disebut
beretika atau tidak. Namun demikian, apapun maksud yang hendak dicapai
dengan membentuk dan ,menanamkan Kode Etik tersebut adalah demi
terciptanya Aparat Birokrasi (Pegawai Negeri Sipil) lebih jujur, lebih
bertanggung jawab, lebih berdisiplin, dan lebih rajin serta yang terpenting
lebih memiliki moral yang baik serta terhindar dari perbuatan tercela seperti
korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya.
Agar tercipta Aparat PNS yang lebih beretika sesuai harapan di atas,
maka perlu usaha dan latihan ke arah itu serta penegakkan sangsi yang
tegas dan jelas kepada mereka yang melanggar kode Etik atau aturan yang
telah ditetapkan. Dalam hubungannya dengan Kode Etik Pegawai Negeri
yaitu dengan betul-betul menjiwai, menghayati dan melaksanakan Sapta Pra
Setya Korpri, serta aturan-aturan kepegawaian yang telah ditentukan atau
ditetapkan sebagai aturan main para aparat Birokrasi.
Adapun aturan-aturan pokok yang melekat pada seorang Pegawai
Negeri atau Aparat Birokrasi yang dapat dijadikan acuan Kode Etiknya dapat
dilihat sebagai berikut :
11
berdayaguna
dan
berhasilguna
dalam
rangka
usaha
sebagai
salah
satu
kewajiban
dan
langkah
usaha
pemerintahan
dan
pembangunan,
pelayanan
kepada
baik,
dianggap
berjasa
bagi
negara
dan
masyarakat.
gajinya
diharapkan agar
sesuai
menjadi
pangkat.
contoh
melaksanakan tugas.
12
Tujuan
kepada
penghargaan
yang
lain
ini
dalam
tentang
Disiplin
Pegawai
Negeri Sipil
diatur
dalam
tersebut
antara
lain
diatur
hal-hal
sebagai
jujur,
tertib,
cermat,
bersemangat
untuk
kepentingan negara.
Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada
hal
yang
dapat membahayakan
atau
merugikan
negara/
material.
Mentaati ketentuan jam kerja.
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Bersikap adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
Menjadi atau memberikan contoh teladan terhadap bawahannya.
13
Memberikan
kesempatan
kepada
bawahannya
untuk
meningkatkan kariernya.
Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku
sopan santun terhadap masyarakat, sesama pegawai dan
atasannya.
Sementara larangan bagi aparat
Birokrasi
atau
pegawai
Negeri
yang
diketahui
atau patut
dapat
diduga
bahwa
14
disiplin
ringan
antara
lain
teguran
lisan, teguran
yang
setingkat
lebih
rendah
paling
lama
satu
permintaan
sendiri
selaku
pegawai
negeri
sanksi
atas
pelanggaran
Etika
tersebut,
betul-betul
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian-uraian dari makalah yang disajikan di atas, hanya merupakan
konsep ideal yang diharapkan dari aparat pelaksana pemerintahan di
Indonesia yang merupakan aparat birokrasi di negara kita dengan tugas dan
fungsi pokok untuk melayani masyarakat, mengatur masyarakat dan
memberdayakan masyarakat. Fungsi-fungsi ini dapat dilaksanakan dengan
16
baik apabila Aparat Birokrasi pemerintahan dalam hal ini Pegawai Negeri
Sipil (PNS) memiliki Etika dalam bekerja.
Etika Birokrasi (Pegawai Negeri Sipil) bukan hanya sekedar retorika
yang didengungkan baik lewat Sapta Pra Setya Korpri maupun Sapta Marga
dan sederetan
Undang-undang
atau
Peraturan
Pemerintah Tentang
Dan
Pelatihan
Prajabatan
Golongan
III.Jakarta.Lembaga
Administrasi Negara.
Kencana, Inu. 1991, Sistem Pemerintahan Indonesia:Jakarta.Gema Insane
Press.
17
http://aiardian.wordpress.com/2009/07/22/contoh-makalah-etikapemerintahan/
http://politikana.com/baca/2011/03/05/etika-pemerintahan.html
http://makalainet.blogspot.com/2014/01/etika-pemerintahan-2.html
18
http://bima-san.blogspot.com/2013/07/pelanggaran-atas-hak-merekjenang.html
19