Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Amalan Sunnah Di Bulan Muharram
Amalan Sunnah Di Bulan Muharram
.
Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam sampai di Madinah, sementara
orang-orang yahudi berpuasa Asyura. Mereka mengatakan: Ini adalah hari di
mana Musa menang melawan Firaun. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda kepada para sahabat: Kalian lebih berhak terhadap Musa
dari pada mereka (orang yahudi), karena itu berpuasalah. (HR. Al Bukhari)
Keterangan:
Puasa Asyura merupakan kewajiban puasa pertama dalam islam, sebelum
Ramadlan. Dari Rubayyi binti Muawwidz radliallahu anha, beliau
mengatakan:
)) :
: ((
Suatu ketika, di pagi hari Asyura, Nabi shallallahu alaihi wa
sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu kampung penduduk
Madinah untuk menyampaikan pesan: Siapa yang di pagi hari sudah makan
maka hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah puasa,
hendaknya dia lanjutkan puasanya. Rubayyi mengatakan: Kemudian setelah
itu kami puasa, dan kami mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami
buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta
makanan, kami memberikan mainan itu. Begitu seterusnya sampai datang
waktu berbuka. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasalah hari Asyura dan jangan sama dengan model orang yahudi.
Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. (HR. Ahmad, Al
Bazzar).
Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadis ini juga dikuatkan
hadis lain, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra dengan
lafadz:
Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.
Dengan menggunakan kata hubung ( yang berarti dan) sementara hadis
sebelumnya menggunakan kata hubung ( yang artinya atau).
Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan status hadis di atas:
Hadis ini diriwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi dengan sanad dhaif, karena
keadaan perawi Muhammad bin Abi Laila yang lemah. Akan tetapi dia tidak
sendirian. Hadis ini memiliki jalur penguat dari Shaleh bin Abi Shaleh bin
Hay. (Ittihaf al-Mahrah, hadis no. 2225)
Demikian keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Munajed.
Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa puasa tanggal 11 tidak
disyariatkan, karena hadis ini sanadnya dhaif. Sebagaimana keterangan Al
Albani dan Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam taliq musnad Ahmad. Hanya
saja dianjurkan untuk melakukan puasa tiga hari, jika dia tidak bisa
memastikan tanggal 1 Muharam, sebagai bentuk kehati-hatian.
Imam Ahmad mengatakan:
Jika awal bulan Muharram tidak jelas maka sebaiknya puasa tiga hari:
(tanggal 9, 10, dan 11 Muharram), Ibnu Sirrin menjelaskan demikian. Beliau
mempraktekkan hal itu agar lebih yakin untuk mendapatkan puasa tanggal 9
dan 10. (Al Mughni, 3/174. Diambil dari Al Bida Al Hauliyah, hal. 52).
disebabkan pada saat ini, orang yahudi dan nasrani tidak lagi melakukan
puasa tanggal 10.
Beliau menjawab:
Makruhnya puasa pada tanggal 10 saja, bukanlah pendapat yang disepakati
para ulama. Diantara mereka ada yang berpendapat tidak makruh
melakukan puasa tanggal 10 saja, namun sebaiknya dia berpuasa sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya. Dan puasa tanggal 9 lebih baik dari pada
puasa tanggal 11. Maksudnya, yang lebih baik, dia berpuasa sehari
sebelumnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam : Jika
saya masih hidup tahun depan, saya akan puasa tanggal sembilan
(muharram). maksud beliau adalah puasa tanggal 9 dan 10 muharram..
Pendapat yang lebih kuat, melaksanakan puasa tanggal 10 saja hukumnya
tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik adalah diiringi puasa sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya. (Majmu Fatawa Ibn Utsaimin, 20/42)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/8907-amalan-di-bulan-muharram.html