Sei sulla pagina 1di 17

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II


PUSKESMAS PAYANGAN
Nama Mahasiswa :
I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi

(1002005013)

Ni Luh Candra Mas Ayuni

(1102005181)

Zulaikha Osman

(1102005224)

Dokter Pembimbing Kampus

: Dr. Luh Seriani

Dokter Pembimbing Puskesmas

: dr. I Made Udayana

1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Desak Putu Ernawati

Umur

: 45 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku

: Bali

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SMA

Status perkawinan

: Kawin

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Desa Melinggih, Kecamatan Payangan

Identitas Suami Pasien


Nama

: Dewa Ketut Semarawina

Umur

: 49 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Suku

: Bali

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Identitas Anak Pasien 1


Nama

: Desak Gita

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan

: Tamat SMA

Identitas Anak Pasien 2


Nama

: Desak Made Herlin

Umur

: 18 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan

: Tamat SMA

Identitas Anak Pasien 3


Nama

: Desak Koming Ria Swandewi

Umur

: 12 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan

: SD

Identitas Anak Pasien 4


Nama

: Desak Intan

Umur

: 6,5 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan

: SD

II. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1
(tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes tipe 1
biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia
dewasa pertengahan (40-50 tahun).

Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara


berkembang termasuk Indonesia Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari
angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. UPT
Kesmas Payangan sendiri mencatat setidaknya terdapat 18 pasien diabetes per
bulan yang rutin menjalani pengobatan yang termasuk dalam program
PROLANIS, dan diperkirakan masih banyak kasus diabetes mellitus dimasyarakat
yang tidak terungkap karena kurang pahamnya masyarakat tentang gejala dari
penyakit diabetes mellitus itu sendiri dan keengganan masyarakat untuk berobat
atau memeriksakan diri ke puskesmas. Angka kejadian DM di Indonesia
menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. DM perlu diamati
karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat
dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga
penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih
banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun, gejala
tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, pengobatan
sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya. Oleh karena itu perlu
adanya pemahaman tentang penyakit DM itu sendiri baik pada pasien maupun
keluarga pasien, mengingat genetik merupakan faktor resiko dari DM.
DM jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh
darah kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non
DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung
koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika.
Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung
koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%.
Komplikasi ini tidak menutup kemungkinan terjadi pada pengidap DM yang sudah
menjalani pengobatan. Hal ini dikarenakan pengobatan DM yang membutuhkan
waktu yang panjang sering kali membuat pasien mengalami kebosanan dalam

menjalani pengobatan sehingga kemungkinan terjadinya kadar gula darah yang


fluktiatif dan komplikasi akibat DM sangat besar.
Pada program kedokel kali ini dipilih Ibu Desak sebagai pasien kedokel.
Dipilihnya beliau sebagai pasien kedokel karena Ibu Desak sudah menjalani proses
pengobatan yang cukup panjang dan tergolong pasien yang rutin untuk kontrol,
namun dilain pihak kadar gula ibu Desak sering kali fluktuatif. Kondisi ini kami
rasa perlu ditelusuri lebih jauh mengingat pengobatan dari DM

tidak cukup

dengan modalitas farmakoterapi.


Ibu Desak saat ini berumur 45 tahun. Umur ini tergolong masih muda,
namun teteap sangat rentan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan DM.
Saat ini memang belum tampak manifestasi klinis komplikasi dari DM pada Ibu
Desak oleh karena perlu adanya pemahaman yang cukup baik dari pasien maupun
keluaraga tentang penatalaksanaan dan kemungkinan komplikasi penyakit dari DM
sehingga pasien dan keluarga dapat mencegah maupun mengenali sedini mungkin
jika terjadi komplikasi.

III. KONDISI PASIEN


III.1.Anamnesis
Keluhan utama : Badan Lemas
Riwayat penyakit sekarang
Pasien terdiagnosa memiliki penyakit diabetes sejak 6,5 tahun yang lalu (sejak
melahirkan anak bungsunya). Keluhan yang dirasakan oleh pasien sebelum
terdiagnosa penyakit ini yaitu, pasien sering kencing khususnya dimalam hari yaitu
sebanyak kurang lebih lima kali dalam satu malam sebanyak satu gelas (200 ml)
setiap kali kencingnya. Pasien juga merasakan lebih sering mengkonsumsi air,
karena sering merasakan haus. Intensitas makan juga meningkat dalam seharinya,
tetapi berat badan pasien tidak pernah bertambah, malah semakin menurun, yang
awalnya pasien gemuk sekarang menjadi kurus. Saat di periksakan ke puskesmas
diketahui kadar gula pasien tidak stabil. Nafsu makan saat ini dikatakan normal,
keluhan BAK sering juga sudah mulai berkurang dan mata dikatakan normal. Luka
yang lama sembuh dikatakan tidak ada.

Riwayat Penyakit Terdahulu


Riwayat sakit jantung, hipertensi, alergi dan sakit ginjal disangkal oleh pasien.
Pasien sempat mengalami keguguran 3 kali yaitu pada kehamilan kedua, ketiga
dan kelima. Pada kehamilan ketujuh (anak bungsu) juga lahir prematur dengan
berat lahir 800 gram. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab keguguran
yang dialaminya.
Riwayat Keluarga
Ibu pasien menderita diabetes melitus yang diketahui sejak pasien masih sekolah
dan saat ini sudah meninggal. Sedangkan ayah pasien tidak diketahui karena tidak
pernah memeriksakan kadar gula darahnya. Kakak pasien yang kedua dan kelima
juga menderita diabetes dan masih menjalani pengobatan dengan insulin sampai
saat ini.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai pedagang di kantin UPT Kesmas Payangan. Saat diketahui
menderita DM pasien sempat tidak bekerja selama 2 tahun, gula darah yang
fluktuatif membuat pasien lemas dan tidak bisa bekerja.
Pasien mengatakan sebelumnya makan tidak teratur, gemar makan makanan manis
seperti kue atau jajanan pasar dan tidak pernah memperhatikan pola makannya.
Riwayat minum-minuman beralkohol dan merokok disangkal pasien. Pasien
sebelumnya suka minum kopi, namun sekarang sudah mulai mengurangi.
III.2. Pemeriksaan fisik
Status present
Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 84 x/mnt

Respirasi

: 22 x/mnt

Suhu aksila

: 36,8C

Berat badan

: 56kg

Tinggi badan

: 162 cm

pemeriksaan GDS

: 320mg/dl

Status general
Kepala : Normocephali, rambut normal, warna cokelat-kehitaman

Mata :

Mata cowong (-)

Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor, injeksi konjungtiva -/THT

Toraks :

- Telinga

: sekret -/-

- Hidung

: rhinorea -/-

- Tenggorok

: hiperemi (-)

- Inspeksi

: statis dan dinamis: semetris; retraksi (-)

- Palpasi

: simetris, normal

- Perkusi

: sonor pada seluruh lapang paru

- Auskultasi

: - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)


: - pulmo : wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen:

Inspeksi

: distensi (-)

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Perkusi

: timpani di seluruh bagian abdomen

Ekstremitas: Atas: Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri Tekan (-), ROM bebas, luka (-)
Bawah: Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri Tekan (-), ROM Bebas, luka (-)
III.3. Diagnosis
Diabetes Mellitus Tipe II
III.4.Terapi
-

NovoRapid

Levemir

IV. ANALISA FAKTOR RISIKO


IV.1.Genetik
Jika melihat dari riwayat keluarga pasien ini, Ibu Desak memiliki ibu dan dua
saudara kandung yang memiliki riwayat DM sebelumnya, dan saat ini saudaranya
tersebut masih menjalani pengobatan dengan insulin sedangkan ibunya sudah
meninggal karena menderita DM. Belum jelas apakah ayah dari Ibu Desak
memiliki riwayat diabetes atau tidak karena tidak pernah diperiksakan ke dokter.

Namun ayah pasien dikatakan pernah mengeluhkan gejala yang sama seperti
pasien yaitu sering haus dan sering buang air kecil khususnya malam hari.
Jika melihat dari literatur yang membahas terkait faktor risiko DM
disebutkan bahwa kepekaan reseptor terhadap glukosa ternyata diturunkan ke
generasi berikutnya. Sehingga bila orang tua mengalami DM, kemungkinan besar
anaknya juga akan mengalami DM. Melihat kondisi ini genetik menjadi salah satu
faktor resiko terjadinya DM pada pasien ini.

IV.2.Usia
Usia bisa menjadi faktor risiko karena seiring bertambahnya umur terjadi
penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk reseptor yang membantu
pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini semakin lama akan semakin tidak
peka terhadap adanya glukosa dalam darah. Sehingga yang terjadi adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun Ibu Desak sendiri saat ini berumur
45 tahun, dan pasien mulai mengalami gejala-gejala kencing manis sejak 6,5 tahun
yang lalu. Umur yang dapat dibilang belum lanjut usia, namun sudah lebh dari 40
tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya DM pada
pasien ini. Kondisi umur saat ini juga tidak tertutup kemungkinan terjadinya
komplikasi berkaitan dengan DM.

IV.3. Jenis Kelamin


Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang sama
mengalami DM. sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun, wanita lebih berisiko
mengalami DM. Pada wanita yang telah mengalami menopause, gula darah lebih
tidak terkontrol karena terjadi penurunan produksi hormon esterogen dan
progesteron. Hormon etrogen dan progesteron ini mempengaruhi bagaimana sel-sel
tubuh merespon insulin

IV.4.Perilaku
Berdasarkan wawancara kepada penderita didapatkan bahwa sebelumnya penderita
bekerja sebagai pedagang dan seringkali mengkonsumsi kue dan jajanan bali setiap
hari baik di rumah maupun di tempat berjualan. Pasien biasanya makan kue dan

jajan bali saat pagi minum kopi atau sore saat minum teh, pasien juga sering makan
kue saat ada odalan di desanya.
Pola makan pasien dahulu tidak teratur, pasien memiliki kebiasaan makan
yang sekaligus banyak. Diketahui bahwa kebiasan makan yang seperti ini menjadi
faktor resiko DM. Makan yang sekaligus banyak memacu insulin dan reseptor
untuk bekerja lebih keras, sehingga reseptor akan mudah rusak. Pola makan seperti
ini juga membuat pasien dahulu berbadan gemuk. Kondisi tubuh yang gemuk ini
juga menjadi faktor risiko terjadi DM. Tubuh yang gemuk tentunya akan
menyimpan cadangan lemak lebih banyak. Banyaknya lemak dalam tubuh
meningkatkan jaringan adiposa. Padahal reseptor-reseptor glukosa terdapat pada
jaringan non-adiposa. Jaringan adiposa yang banyak mendesak jaringan nonadiposa. Akibatnya, jumlah reseptor glukosa juga semkain sedikit. Sehingga, yang
terjadi adalah peningkatan kadar gula dalam darah.

IV.5. Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan pedesaan. Lingkungan pedesaan seperti ini tidak
banyak msayarakat yang paham atau peduli tentang penyakit DM. Kondisi ini
membuat rendahnya pengetahun masyarakat, keluarga, dan pasien tentang DM,
gejala, penatalaksanaan, maupun komplikasinya. Kurangnya pengetahuan ini
seringkali membuat terlambatnya penegakkan diagnosa maupun penanganan DM
itu sendiri dan kompliksainya.
Pasien memiliki anak bungsu yang perkembangannya belum normal karena
lahir peramtur. Pasien sering merasa sedih melihat keadaan anaknya tersebut.
Pasien juga dituntut untuk mempunyai anak laki-laki, namun sampai kehamilan
ketujuh pasien tidak memiliki anak laki-laki. Semua kondisi ini terkadang
membuat pasien tertekan dan stres. Stres mempunyai pengaruh yang merugikan
langsung terhadap kadar gula darah. Dalam keadaan stress tubuh akan membentuk
hormon anti insulin yang akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah. Makin
lama seseorang menderita stress makin besar kemungkinan kadar gula darah akan
meningkat lebih tinggi meskipun penderita telah meminum obat sesuai anjuran
dokter.

V. PENDEKATAN KEDOKEL
V.1. PERSONAL
Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar
mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara holistik dari
semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual. Memberikan konseling
kepada seluruh keluarga untuk terus memberikan motivasi kepada pasien. Dalam
keadaan sakit ini pasien sangat membutuhkan pengertian dan dukungan dari
keluarga. Pengobatan jangka panjang, selain membutuhkan biaya yang cukup
besar, juga membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga.

V.2. PARIPURNA (KOMPREHENSIF)


a. Pencegahan Primer :
Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu penyakit DM, faktor
risiko, gejala-gejala, komplikasi dan penatalaksanaannya. Diharapkan dengan
diketahuinya informasi terkait DM, keluarga dapat mengetahui sejak dini gejala
penyakit ini apabila mengenai anggota keluarga yang lain. Hal ini penting untuk
dilakukan mengingat salah satu faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya DM adalah genetik.
Mengatur pola makan dengan mengurangi makanan yang berlemak,
banyak mengandung gula, dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan. Hal ini diberikan kepada pasien dan keluarga pasien. Hal ini penting
karena pola makan yang salah akan memperbesar kemungkinan anggota
keluarga mengidap DM. Oleh karena itu untuk menghidarkan anggota keluarga
yang sudah memilki riwayat keluarga dengan DM dapat dilakukan dengan
menjaga pola makan.
b. Pencegahan Sekunder :
Pengobatan dengan NovoRapid dan Lexemir jangan sampai dihentikan.
Menganjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan dan memotivasi penderita
agar penderita ingat menyuntikan insulin sesuai dengan dosis dan jadwal yang
dianjurkan dokter (pengobatan tepat). Proses pengobatan ini akan sangat
panjang oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dari pasien. Keluarga juga

sangat diperlukan sebagai pengawas dalam pengobatan insulin agar pasien ingat
makan setelah suntik insulin. Pengawas ini penting karena pengobatan jangka
panjang seringkali membuat pasien merasa bosan dan lupa menyuntikan insulin.
Melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur pada pasien.
Pemeriksaan ini untuk melihat efektifitas pengobatan sekaligus mengetahui
kadar gula darah secara periodik. Pemeriksaan gula darah ini dapat dilakukan
dirumah, puskesmas, maupun dirumah sakit. Saat ini pasien rajin memeriksa
kadar gula darahnya di UPT Kesmas Payangan tempatnya bekerja. Selain
pemeriksan gula darah harian tersebut, dapat juga dilakukan pemeriksaan Hba1c
untuk menilai apa gula darah pasien terkontrol atau tidak.
Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala penyakit DM (sering haus, merasa cepat lapar,
frekuensi buang air kecil meningkat, dan berat badan menurun) untuk cepat
memeriksakan diri ke dokter. Seseorang yang memiliki anggota keluarga
dengan riwayat DM akan rentan terkena DM. Oleh karena itu diperlukan
kewaspadaaan dan deteksi dini dari masing-masing anggota keluarga untuk
menghindari terjadinya keterlambatan dalam penanganan DM.
Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang berusia 40 tahun keatas untuk memeriksakan kadar gula darahnya
minimal 1 kali tiap tahun apabila memungkinkan. Hal ini penting karena pada
usia tersebut telah terjadi kemunduran fungsi organ. Begitu juga organ yang
mengatur kadar gula dalam darah dan reseptor glukosa juga telah mengalami
kemunduran fungsi.
c. Pencegahan Tersier :
Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang
pentingnya dukungan keluarga terhadap perbaikan kondisi pasien. Dukungan
yang diberikan dapat berupa dukungan fisik, mental, dan material. Dukungan
fisik ini dapat ditunjukkan dengan membantu pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Dukungan mental dapat dilakukan dengan menghibur pasien agar
pasien terhindar dari stres. Dukungan material dapat dilakukan dengan
membiayai pengobatan dan kebutuhan pasien selama pengobatan. Hal ini akan

10

meringankan pasien dan sekaligus memberikan perasaan nyaman selama proses


pengobatan
Menganjurkan penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung gula serta
perbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada pasien ini kami melakukan
analisa kebutuhan gizi dan kemudian menyusun pola makanan seimbang yang
dapat diterapkan oleh pasien.
Analisa Kebutuhan Gizi
Perhitungan kebutuhan kalori bagi penderita ini dihitung dengan menggunakan
rumus Brocca dengan tinggi 162 cm dan berat 56 kg. Adapun perhitungan
dengan rumus Brocca adalah sebagai berikut :
BB ideal
= 90% x ( TB-100)x 1 kg
= 90% x (162-100) x 1 kg
= 55,8 kg 10%
Jadi, berat badan ideal berada di dalam rentang 50,22 61,38 kg.
Kalori yang dibutuhkan
Kebutuhan kalori basal pasien
= 51 kg x 25 kal/kgbb = 1275 kal
Pasien hanya beraktivitas ringan = 1275 kal + (20% x 1275 kal)
= 1530 kal
Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori penderita
adalah 1530 kalori per hari.
Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar, yakni
a.
b.
c.
d.
e.

Makan pagi 20% = 306 kalori


Makan siang 30% = 459 kalori
Makan malam 25% = 328,5 kalori
Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 153 kalori
Asupan di sela siang dan malam 15% = 229,5 kalori
Adapun distribusi makanan pada setiap waktu makan adalah

Waktu

Protein

Lemak

makan
60%
Makan Pagi 183,6 kalori
Makan
275,4 kalori

20 %
61,2 kalori
91,8 kalori

20%
61,2 kalori
91,8 kalori

Siang
Makan

65,7 kalori

65,7 kalori

Malam

Karbohidrat

197,1 kalori

Total
306 kalori
459 kalori
328,5
kalori

11

Dengan perhitungan dibawah ini maka dicoba untuk memberikan suatu


pola jadwal yang mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah makanan. Penulis
mencoba menyusun pola makanan yang sudah diubah dalam bentuk ukuran yang
dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun disesuaikan dengan
makanan yang tersedia di pasien. Sebagai catatan, setiap jenis makanan
mengandung kalori sesuai tabel distribusi makanan.
Waktu
Makan
Makan

Karbohidrat

Protein

Lemak

- Roti putih tawar: Protein hewani

Pagi

3 iris

- Ayam tanpa kulit 1

- Nasi putih:
gelas
-

Sale:

potong sedang
- Putih telur ayam 2

biji

sedang

butir

butir
- Telur bebek
asin butir
- Hati ayam

- Teri kering 1 sdm

- Mi basah : 2 - Ikan pindang


gelas

- Telur ayam

potong
sedang

ekor

- Biskuit: 4 buah Protein Nabati


besar

- Kacang hijau 2
sdm
- Kacang tanah 1
sdm
- Tahu biji besar
- Tempe 1 potong

Makan

sedang
- Nasi putih 1 Protein hewani

siang

gelas

- Ayam tanpa kulit

- Roti tawar 4

iris

sedang

- Telur ayam 1
butir

potong - Telur bebek


asin 1 butir

- Mi basah 2 - Teri kering 1 - Hati ayam 1


gelas

sdm
- Putih telur ayam 4

potong
sedang

btr

12

Protein Nabati
- Kacang hijau 2
sdm
- Kacang tanah 2
sdm
- Tahu 1 biji besar
- Tempe 2 potong
Makan

sedang
- Nasi putih Protein hewani

Malam

gelas

- Ayam tanpa kulit

- Roti tawar 3

iris

sedang

- Telur ayam 1
butir

potong - Telur bebek


asin 1 butir

- Mi basah 2 - Teri kering 2 - Hati ayam 1


gelas

sdm
- Putih telur ayam

potong
sedang

3 btr
Protein Nabati
- Kacang hijau 2
sdm
- Kacang tanah 2
sdm
- Tahu 1 biji besar
- Tempe 2 potong
sedang
Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari
penyakit DM (misal : luka susah sembuh dan mudah menjadi borok, gangguan
pada penglihatan, mati rasa pada tangan dan kaki), untuk itu penderita dianjurkan
untuk menjaga kesehatannya, suntik insulin sesuai jadwal dan menggunakan alas
kaki untuk menghindari luka pada kaki.

13

Menjelaskan kepada penderita mengenai efek samping insulin yaitu


hipoglikemi, gejala-gejala hipoglikemi berupa : keringat dingin, berdebar-debar,
telapak tangan dan kaki teraba dingin, dan kepala terasa pusing, mual muntah, serta
apa yang harus dilakukan saat penderita merasakan gejala-gejala hipoglikemi yaitu
dengan mengulum permen, minum air gula, dan makan, kemudian memeriksakan
diri ke dokter.
Pasien dengan DM memiliki imunitas yang lebih rendah daripada orang
normal. Kondisi ini menyebabkan pasien sangat rentang terinfeksi penyakit. Oleh
karena itu apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan
penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.

V.3.BERKESINAMBUNGAN
Pasien dipantau terus tentang kadar gula darah dan perkembangan penyakitnya.
Dalam hal ini pasien dianjurkan untuk melanjutkan kebiasaan kontrol rutin tiap 1
bulan ke tempat pelayanan kesehatan tempat ia biasa berobat yaitu UPT Kesmas
Payangan. Pengawasan berkesinambungan ini juga bertujuan memberikan
pengetahuan kepada pasien dan keluarga terkait penyakitnya sekaligus mengubah
perilaku dari perilaku sakit menjadi perilaku sehat.

V.4. KOORDINATIF DAN KOLABORATIF


a. Melakukan koordinasi dengan bagian lab puskesmas/RS untuk melakukan
pengecekan kadar gula darah secara rutin.
b. Berkoordinasi dengan balai pengobatan dan bagian farmasi di puskesmas dalam
rangka penyediaan obat diabetes melitus.
c. Berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk memberikan motivasi kepada
pasien dan berperan aktif mendukung pengobatan pasien demi kesehatan pasien.

V.5.MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk menjaga dan mengatur pola
makan yang sehat (dengan kurangi makanan yang berlemak, banyak
mengandung gula, dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan).

14

b. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk mengadakan olah-raga bersama


secara teratur minimal 3x seminggu, dan menjadikan olah raga bersama sebagai
bagian dari kebiasaan hidup.
c. Menyarankan kepada anggota keluarga penderita untuk rileks dan tabah dalam
menjalani hidup serta meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan yang
Maha Esa.
d. Mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes melitus dengan cara menjaga
kesehatan lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat.
e. Anggota keluarga juga dianjurkan menjaga kesehatan lingkungan dan
menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Hal ini untuk mencegah bertambahnya
naggota keluarga yang menderita DM.

V.6.MEMBERDAYAKAN KELUARGA DAN MASYARAKAT


Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga pasien tentang pentingnya hidup
sehat antara lain mengatur pola makan seimbang, olah raga teratur, tidak merokok
dan minum minuman beralkohol. Dukungan dari suami dan anak-anak pasien
sangat diperlukan mengingat faktor psikologis pasien juga berpengaruh dalam
proses pengobatan. Pasien harus diberikan suasana yang nyaman dari segi fisik dan
psikologisnya. Keluarga pasien harus membatasi aktivitas pasien agar tidak
membebani fisik pasien dan lebih banyak mengajak pasien berinteraksi untuk
mengurangi beban psikologisnya.

VI. EVALUASI DARI PENDEKATAN


a. Pasien dan keluarga pasien mulai paham tentang penyakit diabetes mellitus
b. Pasien sudah mau mengkonsumsi makanan yang dianjurkan sesuai dengan
analisa kebutuhan gizi yang dibuat
c. Keluarga mulai memperhatikan psikologis pasien, suami pasien tidak lagi
mengungkit masalah anak mereka yang semua perempuan, hal ini terlihat ketika
melakukan kunjungan pasien selalu bercerita suaminya sekarang sering
mendengarkan ceritany dan sangat jarang bertengkar. Masalah tidak memiliki
anak laki-laki juga tidak pernah dibahas oleh suaminya.

15

d. Pasien mengatakan saat ini perasaanya lebih baik karena anak bungsunya
semakin membaik kondisinya. Di sekolah sudah bisa melakukan kegiatan
belajar seperti anak-anak lain pada umumnya.

Tempat tidur pasien

Kamar mandi pasien

16

Dapur pasien

Pasien bersama pemeriksa

Pasien bersama pemeriksa

17

Potrebbero piacerti anche