Sei sulla pagina 1di 13

A.

DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas
secara sepontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau
persalinan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2005).
B. ETIOLOGI
Asfiksia dapat terjadi karena beberaa faktor:
1. Faktor ibu:
a. Hipoksia ibu
b. Gangguan aliran darah fetus
1) Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamlamsia
c. Primi tua, Diabetes Melitus, anemia, ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor plasenta
Abruptio Plasenta, Solusio Plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi
tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
C. TANDA GEJALA
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ lebih dari 160 x/mnt dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ kurang dari 100 x/mnt dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir


a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respirator
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,
nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.
D. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Asfiksia dilasifikasikan sebagai berikut:
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak
lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
E. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus
vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O 2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin

lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,
denyut jantung mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsurangsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara
teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh
yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam
basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.

F. PATHWAY
Persalinan lama, lilitan tali pusat,

Paralisis pusat pernafasan

presentasi janin abnormal

factor lain : anestesi,


obat-obatan narkotik

ASFIKSIA
Janin kekurangan O2

paru-paru terisi cairan

Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Ketidakefektifan
Bersihan jalan
nafas

Ketidakefektifan
Pola nafas
Apneu

suplai O2
Ke paru

suplai O2
dlm darah
Kerusakan otak G3 metabolisme
Resiko
ketdkseimbangn
suhu tubuh

& perubahan asam basa

DJJ & TD
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan

Kematian bayi

Asidosis respiratorik

Penurunan suplai
O2 ke otak

G3 perfusi ventilasi
Resiko cedera

kejang

Gangguan
pertukaran gas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun
b.

karena O2 dalam darah sedikit.


Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi

preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.


c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering
terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
b. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
H. PENATALAKSANAAN UMUM
a. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir

yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan

membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir
mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
c. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan Umum
1) Pengawasan suhu

2) Pembersihan jalan nafas


3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti
ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30
mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika
ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 :
3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi
dinding torak. Jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali,
mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang
belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau
stenosis jalan nafas.
2) Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu 3060 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera
dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat
1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan
dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan

gerakan

dinding

torak

dan

abdomen.

Bila

bayi

memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan


tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke
rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventitasi dari mulut ke

mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi


dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan
nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak jika
setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens jantung atau
perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal harus segera dilahirkan,
bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit
setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi
telah dilakukan dengan adekuat.
b. Terapi Medikamentosa
1. Epinefrin
Indikasi:
a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
b. Sistotik
c. Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg 0,03 mg /
kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume Ekspander
Indikasi:
a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak
ada respon dengan resueitasi.
b. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada
resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat.
Jenis Cairan :
a. Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10
ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.
b. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.
3. Bikarbonat
Indikasi:
a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia. Dosis : 1-2
mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (74%). Cara :
diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan
secara

i.v dengan kecepaten min 2 menit. Efek sarnping : pada

keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak furgsi


miokardium dan otak.
4. Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan
depresi pernapasan.
Indikasi:
a. Depresi pernapasan pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan
narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan.
b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
c. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-tiba
pada sebagian bayi. Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml). Cara :
i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c

H. FOKUS PENGKAJIAN
a. Sirkulasi

Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60

sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).


Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di

kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.


Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

b. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

c. Makanan/ cairan

Berat badan : 2500-4000 gram


Panjang badan : 44-45 cm
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

d. Neurosensori

Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.


Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,

edema, hematoma).
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

e. Pernafasan

Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.


Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

f. Keamanan

Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi

tergantung pada usia gestasi).


Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal :
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata,
atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d penurunan suplai oksigen dalam darah.
5. Resiko cidera b.d penurunan suplai oksigen ke otak (kejang).
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.
Airway suction :
- Auskultasi suara napas sebelum suctioning.
- Monitor oksigenasi pasien
- Buka jalan napas menggunakan head tilt, chin lift.
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
Oxigen Therapy :
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trachea
- Pertahankan jalan napas paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Air way management :


- Monitor respirasi dan status oksigenasi.
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Pasang mayo bila perlu.
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu.
4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d penurunan suplai oksigen dalam darah.
Newborn care:
- Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil.
- Pantau TTV
- Pantau warna dan suhu kulit.
- Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.
- Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi dan bawah pemanas.
- Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan.
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan.
- Berikan antipiretik bila perlu.
5. Resiko cidera b.d penurunan suplai oksigen ke otak (kejang).
Environment management
-

Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien


Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi

kognitif pasien dan riwayat terdahulu pasien.


Menghindarkan lingkungan yang berbahaya.
Memasang siderail tempat tidur.
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
Membatasi pengunjung.
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Hardi & Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.
Saihudin Bari Abdul, Adriansz George, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi 1.YBP-SP. Jakarta.

T. Heather Herdman, PhD, Rn. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.
Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Buku Saku Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Depkes : Jakarta.
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria
Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Potrebbero piacerti anche