Sei sulla pagina 1di 8

PANDUAN ADMISI DAN PEMULANGAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

A.

Pendahuluan
Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur
pasien pulang (discharge sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan pasien pada semua sektor pelayanan di rumah sakit. Kerjasama
sangat dibutuhkan untuk memastikan pelayanan kesehatan yang diberikan itu
telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai dengan pendekatan berbasis
pasien (patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
memberikan rasa berkeadilan. Pola

pelayanan kesehatan yang berbasis

pasien ini menuntut rumah sakit untuk bersungguh-sungguh memperhatikan


pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat.
Saat ini, keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan
perusahaan asuransi, tetapi oleh pasien dan dokter mereka sendiri. Mengutip
beberapa hal tentang pelayanan pasien dari buku tentang Admissions and
Discharge Guidelines Health Strategy Implementation Project tahun 2003.
Pelayanan terhadap pasien yang akan dirawat hingga pasien pulang,
pelayanan yang diberikan itu harus bersifat sebagai berikut
Berbasis kepada pasien yang mengutamakan keselamatan pasien,

kualitas dan standar pelayanan klinik


Pasien harus turut serta dalam pengambilan keputusan dalam masa

perawatan.
Pelayanan kedokteran dan perawatan harus berdasarkan evidence

base dan update ilmu terbaru.


Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf,

tim audit dan tim medis.


Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen.
Rawat jalan, gawat darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check
up).

B.

Admisi (ADMISSIONS)
Proses admisi di rumah sakit itu bisa bersifat elektif dan gawat darurat
tergantung dari kasus yang ditemukan oleh dokter. Admisi yang bersifat elektif
biasanya pada pasien yang tidak mengalami sakit yang mendadak dan tidak
mengancam nyawa, sedangkan admisi yang bersifat gawat darurat itu bersifat
mendadak, mengalami trauma berat, penyakit dalam grade lanjutan dan
penyakit yang mengancam nyawa pasien.

Dokter adalah orang yang menentukan apakah pasien perlu dirawat atau
tidak. Proses admisi ini sangat penting karena ditakutkan akan terjadi
tumpang tindih dan perebutan jenis pelayanan tertentu antara pasien yang
berasal dari unit elektif (rawat jalan) dan unit gawat darurat.
Untuk mempermudah proses admisi ini, maka rumah sakit di luar negeri telah
membuat suatu unit atau departemen sendiri yang disebut departemen
admisi yang tugasnya mengatur alur pasien, mengatur tujuan pengiriman
pasien ke ruang bangsal dan menentukan posisi pasien dalam daftar tunggu
(waiting list) untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan penunjang.
Jika tidak bisa membentuk satu unit atau departemen sendiri maka rumah
sakit bisa menunjuk satu orang yang bertugas mengawasi proses admisi ini
(Admission Manager) yang memiliki kebijakan dan kewenangan dalam
mengatur alur pasien.
1.

Sebelum dirawat di rumah sakit (pre admission)


Harus diketahui bersama bahwa proses admisi bukan hanya proses saat
pasien tersebut telah tiba di rumah sakit, namun sebelum pasien tersebut
datang ke rumah sakit yang biasanya bersifat elektif. Garis besar penting
yang harus diperhatikan dalam proses pre-admission ini adalah:
Harus jelas terlebih dahulu apakah pasien itu akan masuk melalui
pintu rawat jalan atau gawat darurat. Penjelasan tersebut harus
berdasarkan rujukan dan keputusan dari dokter keluarga/ dokter

pelayanan primer.
Pasien yang baru akan dirawat (pre-admission) masih belum dianggap
sebagai pasien rawat inap (outpatient) jika masih ada tatalaksana
yang seharusnya masih dilakukan oleh dokter keluarga/ dokter
layanan primer yang masih belum dilakukan oleh pasien (misalnya

pemeriksaan penunjang radiologi dan laboratorium).


Pasien harus diberikan penjelasan mengenai kondisi kesehatannya,
rencana terapi dan prosedur yang akan dijalaninya.

2.

Admisi Elektif (electif admissions)


Inti dari pelayanan admisi elektif ini adalah perencanaan. Setiap pasien
yang masuk secara elektif (rawat jalan) harus sudah melalui proses preadmission terlebih

dahulu.

Proses pre-admission ini

harus

menjadi

prosedur standar untuk semua admisi elektif dalam pelaksanaan


pengobatan pasien.
Selain itu pada admisi yang bersifat elektif ini harus ada penjadwalan yang
baik, waiting list yang tersentralisasi sehingga memudahkan pasien untuk
mengetahui posisi mereka pada saat ini. Bahkan pada proses admisi ini

harus sudah bisa merencanakan waktu pasien pulang (discharge) pasien


sejak dari hari pertama pasien itu datang ke rumah sakit.
Pasien yang bisa melakukan admisi elektif adalah yang tidak mengalami
kegawatdaruratan, misalnya:
pasien rujukan dari dokter keluarga/ dokter pelayanan primer

pasien yang datang dengan rencana operasi

pasien yang masuk berdasarkan hasil konsultasi dan pemeriksaan di


poliklinik

3.

Admisi Gawat Darurat (emergency admissions)


Admisi Gawat Darurat didefinisikan sebagai proses masuknya pasien
yang tidak direncanakan dikarenakan trauma (cedera) atau penyakit akut
yang tidak bisa ditangani sebagai pasien rawat jalan. Prinsip pelayanan
melalui ke bagian gawat darurat adalah hanyalah pasien yang mengalami
kegawatdaruratan.
Faktor yang penting dalam memasukkan pasien melalui gawat darurat
adalah sebagai berikut:
adanya proses triase, penilaian kondisi klinis pasien, pemeriksaan

radiologi dan patologi klinik yang cepat.


dari hasil tersebut dapat dilakukan pendiagnosisan penyakit yang

cepat
adanya keputusan dari dokter senior saat pengambilan keputusan

perawatan.
adanya kerjasama antar multidisiplin ilmu.

Menurut Texas Department of Aging and Disability Services tahun 2013 ada
tiga tipe admisi rumah sakit.
1.

Tipe Expedited Admission:


Ketika individu itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental, Disabilitas fisik
dan Disabilitas intelektual dan ditemukannya kriteria seperti dalam kondisi
stadium terminal, penyakit dalam kondisi berat, delirium, dan koma

2.

Tipe Exempted Hospital Discharge:


Ketika dokter telah bisa menentukan individu yang Penyakit Mental,
Disabilitas fisik dan Disabilitas intelektual itu mempunyai waktu perawatan
kurang dari 30 hari sejak individu itu dirawat

3.

Pre-admission:
yaitu ketika seseorang itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental,
Disabilitas fisik dan Disabilitas intelektual tapi tidak termasuk ke dalam
dua tipe di atas.

C.

OBSERVASI (OBSERVATION)
Saat pasien masuk rumah sakit, tidak serta merta pasien tersebut pasti
dirawat, karena tidak semua pasien yang masuk ke rumah sakit baik itu
melalui poliklinik maupun gawat darurat itu dirawat. Rumah sakit mengenal
istilah observasi. Observasi adalah salah satu cara rumah sakit untuk
mengurangi angka pasien yang tidak perlu dirawat (inpatient) namun
memerlukan perhatian khusus. Observasi adalah saat ketika dokter masih
belum bisa memutuskan apakah pasien tersebut perlu rawat inap atau tidak,
karena itu dokter akan mengevaluasi kondisi pasien di ruang observasi.
Ada beberapa penyakit yang paling banyak diobservasi di rumah sakit,
penyakit itu diantaranya:
Nyeri dada

Gangguan saluran pencernaan

Pingsan

Gangguan gizi

Denyut jantung tidak teratur

Gangguan peredaran darah

Gangguan pernafasan

78% pasien yang diobservasi ini adalah pasien yang berasal dari unit gawat
darurat,sementara 9%-nya berasal dari pasien yang baru selesai operasi.
Sisanya adalah pasien dengan tindakan ringan, diagnostik maupun terapi;
CT-Scan kontras, BNO-IVP, pemeriksaan darah dan bedah minor.
Adanya ruang observasi ini menjadi penting karena biaya pasien yang
berada di ruang observasi itu jauh lebih besar dibandingkan biaya pasien di
rawat inap biasa. Selain itu, beberapa perusahaan asuransi yang menjamin
perawatan pasien, tidak memasukkan perawatan di ruang observasi sebagai
salah satu klausul pasien yang dirawat inap (inpatient). Pasien yang berada di
ruang observasi masih dianggap outpatient sehingga asuransi tidak akan
membayar

biaya

pengobatan

dan

perawatan

pasien

yang

masih

berstatus outpatient.
Karena itulah, maka diperlukan suatu cara agar tidak terjadi kesalahpahaman
apakah pasien tersebut cukup diobservasi atau perlu dirawat inap
dikembangkan

instrumen

yang

disebut Appropriateness

Evaluation

Protocol (AEP). AEP dikembangkan pada tahun 1981 oleh Gertman dan
Restuccia disusun berdasarkan tiga kriteria tertentu yang jika salah satunya

terpenuhi maka pasien perlu dirawat inap. Kriteria itu dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan bantuan
hidup, serta faktor kondisi pasien.(Vijay Aruldas, 1999)
D.

DISCHARGE PLANNING
Selesainya pasien dari proses perawatan bukanlah suatu proses biasa.
Proses ini memerlukan pengaturan dan pelajaran sendiri. Rumah sakit harus
mempunyai kebijakan operasional tersendiri dan dalam hal memulangkan
pasien (discharge) dan di dalam standar prosedurnya harus bisa menjaga
segi kepuasan dan kualitas perawatan pasien.
Kunci utama dalam proses discharge ini adalah:
Adanya transfer ilmu dari perawat ke keluarga atau orang yang akan
merawat pasien di rumah.
Adanya keterlibatan dan partisipasi aktif dari anggota keluarga yang
merawat selama proses perawatan pasien di rumah sakit.
Menjadikan anggota keluarga sebagai mitra dan ikut bekerjasama di dalam
tim perawatan dalam proses discharge.
Perencanaan pasien pulang (discharge planning) itu sudah dimulai bahkan
sebelum pasien tersebut dirawat inap.
Jika selama perawatan ditemui penyakit yang lebih kompleks dan
dibutuhkan perawatan tambahan, maka dokter harus memberikan
perkiraan waktu pulang kepada pasien dan mendiskusikan hal tersebut
kepada pasien dan keluarga pasien.
Rumah Sakit harus waspada untuk setiap variasi keluhan pasien yang
dapat memperpanjang LOS.
Edukasi mengenai obat-obatan pulang, interaksi yang mungkin terjadi dan
efek samping obat yang paling sering muncul setelah pasien pulang.

E.

KONDISI NYATA DI RUMAH SAKIT


Pola pelayanan kesehatan yang diberikan berbasis rumah sakit dan belum
berbasis pasien dan masih berjalan secara konvensional. Keputusan untuk
merawat pasien ditentukan sepenuhnya oleh dokter. Pasien tidak terlibat
dalam pengambilan keputusan. Pelayanan yang diberikan hanya terdiri dari
dua jenis saja yaitu rawat jalan dan gawat darurat.

F.

PROSES ADMISI, OBSERVASI DAN DISCHARGE


1. ADMISI (ADMISSIONS)
Proses admisi rumah sakit hanya dianggap proses biasa, tidak ada
departemen adsmisi ataupun dokter penanggung jawab yang berfungsi

sebagai Manager Admisi. Belum ada prosedur khusus mengenai proses


preadmisi. Bahkan pasien yang akan dirawat dan seharusnya masuk ke
dalam rawat inap elektif malah masuk melalui pintu gawat darurat.
Pasien yang akan dirawat langsung dianggap sebagai pasien rawat inap
walaupun pemeriksaan penunjang dan rujukan dari dokter keluarga/
dokter layanan primer belum lengkap. Belum jelasnya rantai rujukan
tersebut membuat hubungan antara rumah sakit dan dokter layanan
primer terputus. Pada saat preadmisi ini juga pasien juga tidak
mendapatkan

penjelasan

apapun

mengenai

kondisi

kesehatannya

rencana terapi dan prosedur yang akan dijalaninya.


Pada pasien yang masuk melalui unit gawat darurat biasanya akan
dilakukan pemeriksaan singkat mengenai kondisi pasien. Keputusan untuk
merawat atau tidak merawat pasien berada pada dokter unit gawat
darurat. Dokter akan menilai kondisi klinis pasien dan melakukan
pemeriksaan radiologi dan patologi klinik jika diperlukan.
Dasar

penilaian

perlu

tidaknya

dirawat

berdasarkan

dari hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Belum ada protokol


khusus atau checklist yang mengatur apakah pasien ini perlu dirawat inap
atau cukup diobservasi. Keputusan yang diambil dokter ini berdasarkan
data-data dasar anamnesis yang meliputi:
Sumber Informasi

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan

Informasi Biografis

Riwayat Keluarga

Riwayat Psikososial

2. OBSERVASI (OBSERVATION)
Seperti halnya dalam memutuskan untuk merawat pasien, saat ini rumah
sakit belum punya protokol khusus yang menentukan bahwa pasien perlu
dimasukkan ke dalam ruang observasi. Dalam hal ini dokter UGD akan
meminta pendapat dokter spesialis apakah pasien bisa dirawat inap atau
perlu diobservasi terlebih dahulu.
3. DISCHARGE PLANNING
Selesainya pasien dari proses perawatan dianggap proses biasa dengan
alur sebagai berikut:

Dokter menyatakan bahwa pasien pulang.

Perawat membuat resume medis pasien pulang, verifikasi seluruh


biaya, dan menyiapkan obat pulang.
Perawat memberitahukan jumlah biaya kepada keluarga pasien.

Perawat menceritakan resume diagnosis dan perawatan, rencana

tindak lanjut, dan memberikan kertas kontrol ulang kepada pasien.


Perawat melakukan edukasi obat-obatan kepada pasien dan

keluarga pasien, memberi obat pulang .


Perawat mengantar pasien hingga

ke pintu depan untuk

memastikan pasien tetap aman sampai keluar dari rumah sakit.

Pada saat ini, rumah sakit dan perawat hanya melakukan transfer ilmu
keperawatan secara terbatas, dalam artian tidak menyediakan waktu
khusus dalam rangka melakukan edukasi pasien yang akan pulang.
Selain itu, rumah sakit belum melibatkan anggota keluarga sebagai mitra
dalam merawat pasien.

G.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


1.

Pembuatan Kebijakan
Kebijakan
yang

diambil

dalam

strategi

pengembangan rumah sakit adalah utnuk menciptakan alur (pathway)


perawatan pasien yang yang aman dan dilaksanakan secara
konsisten.

Objektif dari kebijakan yang akan dibuat adalah


untuk membuat standar klinis yang bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan admisi dan discharge pasien.


Kebijakan yang dibuat harus melibatkan semua lini
pelayanan dari rumah sakit mulai dari direktur utama, direktur umum,

kepala bagian hingga para staf pelaksana.


Kebijakan yang diambil harus bisa memastikan
bahwa semua kebutuhan pasien terpenuhi secara adil dan merata.

2.

Tujuan
mencegah admisi yang tidak penting

mengurangi angka timbulnya re-admisi

meminimalkan adanya kejadian delayed discharge

meyakinkan pasien bahwa ia dilayani tepat waktu dan tepat terapi dan

sesuai dengan kebutuhan


mendukung pengelolaan tempat tidur rumah sakit, hari rawat dan
interval penggunaan tempat tidur secara optimal.

memastikan pasien dan anggota keluarga lainnya bahwa mereka


menerima informasi yang sama dan jelas serta terlibat langsung mulai
dari proses admisi sampai proses discharge.

3.

Pembuatan Pedoman Pelayanan yang terdiri dari:

Ruang lingkup tugas unit pelayanan

Tugas tiap unit pelayanan

Tanggung jawab tiap unit pelayan

Penentuan jenis admisi dan observasi

Penetapan kriteria admisi, elektif dan gawat darurat

Penetapan kriteria ekslusi admisi

4. Pembuatan standar prosedur operasional yang terdiri dari

Prosedur alur proses admisi

Prosedur alur pasien yang diobservasi

Prosedur alur proses discharge

Pembuatan alur tanggung jawab berjenjang

Pembuatan alur kerjasama dan koordinasi antar unit yang terkait.

Potrebbero piacerti anche