Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
POLA MUSKULOSKELETAL
81
BAB 18
Informasi klinis
pendekatan yang penting dalam diagnosis tumor tulang. Kista tulang aneurisma jarang
giant cell
Metode pencitraan
erosi korteks dan reaksi periosteal. Bila foto memperlihatkan destruksi korteks dan massa
Tempat lesi
82
83
Gambar 18.1.
Gambar ini
menunjukkan fraktur
yang disebabkan
enkondroma yang
terletak di falangs
proksimal jari
kelingking. Tulang
tubulus jari
merupakan tempat
khas terjadinya
enkondroma.
Tepi lesi
memperlihatkan sklerosis dan juga zona transisi yang sempit.
84
Gambar 18.2.
Lesi osteolitik
berbatas tegas
dengan tepi sklerotik
yang jelas dan zona
transisi yang sempit
di bagian distal tibia
NDQDQDNLEDWEURPD
QRQRVLNDVL
Gambar 18.3.
Lesi osteolitik
ekspansif di dalam
area subartikular
femur distal yang
sesuai dengan
gambaran tumor sel
raksasa.
85
Gambar 18.4.
Foto polos sarkoma
osteogenik pada
humerus proksimal
kiri seorang anak.
Terdapat lesi
osteolitik di daerah
GLDPHWDVLV\DQJ
menunjukkan zona
transisi yang buruk.
Terdapat reaksi
periosteum
sunburst di
dekatnya dan massa
jaringan lunak.
Jenis matriks
popcorn
Gambar 18.5.
Foto polos
menunjukkan
NDOVLNDVLGLGDODP
kavitas medula
akibat tumor
kondroid.
86
dengan daerah
Reaksi periosteum
87
Proses nonneoplastik
stress fracture
Kista pascatraumatik atau degeneratif
Tumor coklat hiperparatiroidisme
88
letak tumor
tepi lesi
jenis matriks
jenis destruksi tulang
jenis reaksi periosteum
ada tidaknya perluasan ke jaringan lunak
GHVWUXNVLWXODQJJHRJUDN
tepi sklerotik
padat, reaksi periosteum solid, atau tidak ada respons periosteum
tidak terdapat massa jaringan lunak
BAB 19
Reaksi periosteum
Lai-Ping Chan & Wilfred C. G. Peh
petunjuk penting mengenai etiologi reaksi periosteum.
Diagram 19A
lasi yang lain adalah
gelangan tangan dan kaki. Pasien ini juga mungkin
. Sering kali
Diagram 19B
89
90
.
jejak atau saluran sinus dapat dideteksi.
Gambar 19.1.
Osteoma osteoid
pada korpus tibia
dengan reaksi
periosteum padat
tebal dan penebalan
korteks. Perhatikan
nidus kecil yang
radiolusen.
Gambar 19.2.
Abses Brodie pada
bagian proksimal
tibia memperlihatkan
reaksi periosteum
tebal dengan
sklerosis di
sekitarnya.
91
Gambar 19.3.
Osteomielitis kronik
pada humerus
memperlihatkan
penebalan korteks
yang nyata dengan
reaksi periosteum
tebal.
Diagram 19C
Diagram 19D
92
Gambar 19.4.
Reaksi periosteum
berselubung
(cloacking) di
sepanjang korpus
tibia yang terjadi
NDUHQDVLOLV
kongenital.
Gambar 19.5.
Reaksi periosteum
kulit bawang pada
VDUNRPD(ZLQJGL
klavikula.
osteomielitis kronik.
dan korteks tulang yang. Tulang yang terkena kurang termineralisasi
. Pada penyakit scurvy
Diagram 19E
93
Gambar 19.6.
Hematoma subperiosteum dengan
NDOVLNDVL\DQJKHEDW
di sekitar femur distal
pada penderita scury.
hair-on
ekspansi sumsum tulang di dalam tengkorak kepala.
94
Gambar 19.7.
Reaksi periosteum
hair on end pada
tengkorak kepala
seorang anak yang
menderita talasemia
mayor.
sekitar lutut. Biasanya tumor ini meluas dan menghancurkan
sunray.
Diagram 19F
Diagram 19G
95
Gambar 19.8.
Reaksi periosteum
sun burst yang
disebabkan oleh
osteosarkoma pada
PHWDVLVIHPXU
distal.
Gambar 19.9.
Fraktur yang
menyembuh pada
metatarsal II yang
dikelilingi oleh kalus.
96
Gambar 19.10.
Pasien dengan
osteomielitis akut
pada femur
proksimal yang
memperlihatkan
reaksi periosteum
ireguler yang halus.
Reaksi periosteum adalah hasil reaksi tulang terhadap berbagai cedera. Penyakit yang sama dapat menghasilkan beberapa gambaran
reaksi periosteum.
BAB 20
Trauma ekstremitas
Siew-Kune Wong & Wilfred C. G. Peh
Pendahuluan
Arti penting foto rontgen
follow-up
c.
Gambar 20.1.
Pembentukan
kalus terlihat di
sekitar fraktur stres
pada tulang
metatarsal IV.
97
98
d.
e.
Gambar 20.2.
Foto (a) dan inversi
(b) pada
pergelangan kaki
memperlihatkan
cedera ligamentum
lateral.
99
Gambar 20.3.
Perhatikan
pergeseran
bantalan lemak (fat
pad) ke arah
posterior dari sendi
siku akibat fraktur
suprakondiler.
Gambar 20.4.
Foto lateral lutut
dengan sinar
horizontal
memperlihatkan fat
XLGOHYHOEDWDV
lemak-cairan)
akibat fraktur.
100
c.
d.
scan tulang dan foto rontgen tulang
secara serial.
Gambar 20.5.
Stress fracture
pada korpus tibia
memperlihatkan
garis fraktur dan
sklerosis di
sekitarnya.
101
Fraktur Bennett
Fraktur Barton
dilihat pada proyeksi lateral oleh karena orientasi koronal dari garis fraktur.
Gambar 20.6.
Fraktur Bennet
pada tulang
metakarpal I.
102
Gambar 20.7.
Fraktur depresi
pada plato tibia
lateral.
Gambar 20.8.
Fraktur maleolus
medialis dengan
sebuah fragmen
yang terlepas.
103
Gambar 20.9.
Fraktur-dislokasi
pada pergelangan
kaki.
Fraktur kalkaneus
Diagram 20.1
scan dapat memperlihatkan posisi fragmen tulang
Gambar 20.10.
Fraktur kominutif
pada kalkaneus.
104
FRAKTUR NON-ARTIKULAR
Fraktur Colles
105
Gambar 20.12.
Pandangan lateral
pergelangan
tangan
memperlihatkan
fraktur Smith
(kebalikan fraktur
Colles).
Fraktur Smith
Fraktur suprakondiler
Gambar 20.13.
Fraktur suprakondiler pada
humerus distal
seorang anak.
106
Fraktur Jones
Tulang skafoid
non-union
Kolum femoris
non-union
Gambar 20.14.
Fraktur skafoid
dengan pergeseran
yang disertai
dengan fraktur
pada radius distal.
Gambar 20.15.
Fraktur dengan
pergeseran kolum
femoris kiri.
107
Gambar 20.16.
Fraktur Galeazzi
pada radius
dengan dislokasi
sendi radioulnar
distal.
FRAKTUR/DISLOKASI
Galeazzi
Monteggia
terdiri dari fraktur ulna proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi
anterior kaput radius
Fraktur Maisonneuve
medial.
108
Gambar 20.17.
Foto AP dan lateral
pergelangan
tangan menunjukkan fraktur
transkafoid yang
bergeser dengan
dislokasi
perilunatum.
Fraktur Lisfranc
DISLOKASI/SUBLUKSASI SENDI
109
Gambar 20.18.
'LVORNDVLIUDNWXU
Lisfranc kaki.
dislokasi yang mengalami pergeseran komplit. Bila fraktur disertai dengan dislokasi atau
Dislokasi bahu
hatchet
light-bulb
110
Gambar 20.19 .
'LVORNDVLDQWHUR
inferior pada bahu
kanan.
Gambar 20.20.
Fraktur kompresi
pada kaput
humerus medial.
111
Diagram 20.3
Diagram 20.2
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Tipe 5
crush injury
Diagram 20.4
BAB 21
)UDNWXUNODVLNDVLSHQ\DWXDQGDQNRPSOLNDVL
Lesley A. Goh & Wilfred C. G. Peh
Klasifikasi fraktur
komplit dan inkomplit
greenstick fracture
Gambar 21.1.
Fraktur spina tibia anterior yang disebabkan oleh cedera avulsi pada ligamentum cruciatus anterior.
112
Diagram 21.1
Fraktur komplit dan inkomplit:
a. Fraktur inkomplitgreenstick.
b. Fraktur komplit.
113
Diagram 21.2
Jenis-jenis fraktur komplit
21.2a
Transversal
21.2e
Kominutif
21.2b
Oblik
21.2f
Fraktur intraartikularfraktur
kapitatum
21.2c
Spiral
21.2d
Impaksi
21.2g
Fraktur avulsi
terlepasnya
sebagian (avulsi)
epikondilus medialis
114
Fraktur komplit
komplit:
a.
c.
d.
e.
Gambar 21.2.
Fraktur spiral
pada bagian distal
EXOD
Gambar 21.3.
Fraktur Colles
impaksi pada sendi
pergelangan tangan.
115
Gambar 21.4.
Fraktur intra-artikular
pada tibia proksimal
yang meluas ke
kondilus tibia
lateralis.
Fraktur inkomplit
adalah:
Gambar 21.5.
Greenstick fracture
pada radius distal
seorang anak.
Perhatikan frakturnya
tidak komplit dan
tidak meluas ke
korteks dorsal.
116
Fraktur kompresi (gambar 21.6)
alami deformitas.
Gambar 21.6.
Kompresi baji
anterior korpus
vertebra T12.
greenstick
fraktur kompresi jarang sekali dapat direduksi dengan sempurna.
nonunion
follow-up terhadap suatu fraktur.
Tabel I. Waktu penyembuhan tulang tubulus pada orang dewasa
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Kalus awal
23 minggu
23 minggu
Konsolidasi lanjut
68 mingggu
1216 minggu
117
Gambar 21.7.
Fraktur fatigue tibia
proksimal pada
penderita
osteoartrosis berat di
persendian lututnya.
Gambar 21.8.
Fraktur patologik
karena lesi displasia
EURVDSDGDUDGLXV
proksimal.
118
Penyatuan
Konsolidasi lanjut
tahap konsolidasi lanjut dan dikatakan telah terjadi konsolidasi jika pada foto terlihat kalus
Komplikasi
sistemik atau lokal terhadap tulang
Komplikasi lokal nontulang dapat mengenai jaringan lunak dan persendian yang
fraktur korpus.
Delayed union
non-union.
Non union
non-union.
119
Gambar 21.9.
1RQXQLRQKLSHUWURN
pada fraktur kosta.
Gambar 21.10.
1RQXQLRQDWUR
yang terjadi sesudah
fraktur kolumna
humerus.
stress
Terdapat dua jenis utama non-union: reaktif dan nonreaktif.
non-union
Malunion
120
Gambar 21.11.
Malunion pada
fraktur korpus
humerus yang
menyebabkan
angulasi.
dapat dikenali dan ditangani secara dini.
Infeksi
non-union
non-viable
Tempat fraktur
121
Gambar 21.12.
Nekrosis avaskular
fragmen proksimal
pada fraktur skafoid
dan tulang lunatum.
Gangguan pertumbuhan
tas.
POKOK-POKOK PEMBELAJARAN: FRAKTUR
FrakturGDSDWGLWDQJDQLVHFDUDNRQVHUYDWLIDWDXSHPEHGDKDQEHUJDQWXQJSDGDMHQLVIUDNWXUVHKLQJJDPHPHUOXNDQNODVLNDVL
radiologis secara tepat.
Komplikasisistemik.
lokal tulang, jaringan lunak, sendi.
Komplikasi pada uniondelayed union (tulang gagal menyatu dalam 1618 minggu).
non-union (tidak menyatu).
malunion (penyatuan pada posisi yang tidak tepat).
Penting untuk mengenali penyatuan abnormal dan penyebabnya (mekanis, suplai darah, infeksi) serta memberikan pengobatan yang
tepat dengan segera.
Komplikasi lokal lainnya yang mengenai tulang juga akan memberikan hasil yang baik jika diagnosis dan penanganan dilakukan
secara dini.
infeksi
nekrosis avaskular
GLVWURUHHNVVLPSDWHWLN
gangguan pertumbuhan
BAB 22
pada medula spinalis dan radiks saraf dapat terhindar serta
Diagram 22.1
Proyeksi foto
dengan gangguan kesadaran atau cedera kepala. Penting untuk tidak memindahkan leher
,
.
122
123
Gambar 22.1.
Penampakan
vertebra servikal
yang tidak adekuat.
Foto lateral awal
yang hanya
menunjukkan C1-6
(a). Foto ulangan
dengan bahu ditarik
ke bawah
menunjukkan
dislokasi fasies
bilateral C6/7. Juga
terdapat fraktur clay
shoveller C6 (b).
124
Garis 1: Garis jaringan lunak pravertebra
Diagram 22.2
125
Jenis 2
Jenis 3
Gambar 22.3.
Fraktur prosesus
odontoid. Foto lateral
menunjukkan
pergeseran prosesus
odontoid ke arah
depan dengan
putusnya garis
vertebra anterior dan
posterior serta garis
spinolaminar (a).
Tomogram lateral
menunjukkan fraktur
jenis 2 secara
optimal (b).
126
Gambar 22.4.
Foto lateral vertebra
memperlihatkan
fraktur Hangman.
Gambar 22.5.
Foto lateral vertebra
menunjukkan fraktur
clay shoveler pada
prosesus spinosus
C6.
127
Gambar 22.6.
Fraktur teardrop
HNVLSDGDYHUWHEUD
C5.
Gambar 22.7.
'LVORNDVLIDVLHV
bilateral C6/7.
128
Gambar 22.8.
'LVORNDVLIDVLHV
unilateral C5/6
dengan pergeseran
C5 ke arah anterior
sejauh sepertiga
lebar korpus vertebra
(a). Foto AP
menunjukkan deviasi
ke sebelah kanan
dari prosesus
spinosus vertebra
yang terletak di
sebelah superior
dislokasi (b).
bow tie
129
Gambar 22.9a
& 22.9b.
Fraktur Chance
melalui vertebra L2
(tanda panah).
130
Fraktur Burst
retropulsion
Gambar 22.10.
Fraktur kompresi baji
pada korpus vertebra
L2.
POKOK-POKOK PEMBELAJARAN
Trauma vertebra dapat menyebabkan kerusakan pada medula spinalis dan akar saraf dan harus didiagnosis dengan tepat.
Pencitraan radiologis bermanfaat untuk menunjukkan tanda-tanda yang mendukung konsep ketidakstabilan.
Foto rontgen, terutama foto vertebra serviks lateral, harus diinterpretasikan dengan cara yang sistematik.
-HQLVMHQLVIUDNWXUDWDXGLVORNDVLWXODQJEHODNDQJXPXPQ\DGLNODVLNDVLNDQEHUGDVDUNDQPHNDQLVPHFHGHUD\DQJPHQRQMRO
BAB 23
Pendahuluan
crosssectional
ini.
Trauma wajah
131
132
Gambar 23.1.
Pandangan OM
normal.
Fraktur hidung
Gambar 23.2.
Pandangan nasal
lateral
memperlihatkan (a)
tulang hidung normal
dan (b) fraktur.
Perhatikan adanya
pemutusan garis di
korteks dan
pergeseran tulang di
dalam gambar 23.2b.
133
Gambar 23.2.
Pandangan nasal
lateral memperlihatkan (a) tulang hidung
normal dan (b)
fraktur. Perhatikan
adanya keretakan di
korteks dan
pergeseran tulang
pada gambar 23.2b.
Fraktur mandibula
tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar atau pasien yang sangat kritis yang
reverse
menilai pergeseran segmen yang fraktur dan perhatikan kemungkinan terkenanya gigi dan
klinisnya.
134
Gambar 23.3.
Fraktur mandibula.
Fraktur korpus
terlihat dengan baik
pada pandangan PA
namun fraktur
kondilus kiri lebih
samar dan mungkin
lebih baik dilakukan
foto panoramik atau
pandangan Towne
terbalik (reverse
Towne).
Gambar 23.4.
Fraktur tripod.
Perhatikan garis
frakturnya. Fraktur
dasar orbita tidak
tampak jelas,
namun terdapat
bukti sekunder
fraktur dengan
adanya bayangan
opak pada sinus
maksilaris kanan.
Gambar 23.5.
Pandangan SMV
fraktur arkus
zigomatikus kiri.
135
Fraktur maksila
Fraktur Le Fort I
Fraktur Le Fort II
lempeng pterigoid.
Fraktur Le Fort III
dinding maksila lateral dan memisahkan tulang
scan
dalam evaluasi praoperatif.
Fraktur orbita
Diagram 23.2
blow-out Fraktur Le Fort
scan.
136
Gambar 23.6.
(PVHPDRUELWDO
yang disebabkan
oleh fraktur pada
dinding medial orbita
kanan.
Fraktur pelvis
ini adalah pandangan AP.
Fraktur stabil adalah fraktur yang:
pada ala ossis iliaka.
Gambar 23.7.
Fraktur pelvis stabil.
Terlihat fraktur avulsi
pada tulang iliaka
anterior inferior
kanan.
Gambar 23.8.
Fraktur pelvis stabil.
Tampak fraktur
stelata pada ala
ossis iliaka kiri (Atas
kebaikan L.A. Goh).
137
Gambar 23.9.
Fraktur tidak stabil
pada gelang pelvis
yang mengenai
ramus pubis kanan
dan juga kedua ala
VDNUXP6LPVLV
pubis putus. Terdapat
juga diastasis ringan
pada sendi S1 kiri,
yang terlihat lebih
baik dengan CT scan
(tidak diperlihatkan).
gelang pelvis hanya pada satu tempat.
Fraktur tidak stabil
serta organ dalam yang penting sehingga kerusakan pada struktur ini sama pentingnya atau
Fraktur asetabulum
Gambar 23.10.
Fraktur asetabulum
kiri.
138
Sering berkaitan dengan cedera lainnya yang harus dicari dan dikelola secara aktif.
Kenali fraktur yang stabil; sisanya adalah fraktur tidak stabil!
BAB 24
Infeksi tulang
Peter Corr
Osteomielitis
krum
Artritis septik
atau
.
139
140
Gambar 24.1.
Anak dengan osteitis
akut yang menunjukkan reaksi periosteum, destruksi
korteks, dan
destruksi litik yang
melakukan penetrasi
pada femur kanan.
Gambar 24.2.
Bayi dengan osteitis
kronik pada femur
dengan pembentukan tulang baru yang
ekstensif
(involukrum).
141
Gambar 24.3.
Orang dewasa
dengan abses Brodie
SDGDHSLVLVGDQ
PHWDVLVWLELDGLVWDO
yang menunjukkan
kavitas berbatas
tegas di dalam tulang
dan tepi sklerotik.
ankilosis tulang.
Gambar 24.4.
Bayi dengan artritis
septik pada sendi
panggul kiri yang
memperlihatkan
pergeseran femur ke
arah lateral dengan
dislokasi kaput femur
yang disebabkan
oleh adanya pus di
dalam sendi.
Artritis tuberkulosis
142
Gambar 24.5a
& 24.5b.
Orang dewasa
dengan artritis
tuberkulosis pada
sendi panggul kiri
menunjukkan
osteopenia fokal
dengan penyempitan
rongga sendi dan
erosi tepi sendi.
Gambar 24.6.
Orang dewasa
dengan keterlibatan
tuberkulosa pada
sendi sakroiliaka kiri
yang menunjukkan
pelebaran rongga
sendi dan erosi.
Spondilitis infeksiosa
143
Gambar 24.7.
Orang dewasa
dengan spondilitis
piogenik akibat
infeksi Stap. aureus
pada diskus intervertebralis L5/S1
yang memperlihatkan
penyempitan ruang
diskus, erosi endplate dan sklerosis di
sekitarnya.
Spondilitis tuberkulosis
anterior pada
144
Gambar 24.8.
Orang dewasa
dengan spondilitis
tuberkulosis yang
menunjukkan erosi
end-plate vertebra
setinggi L3 dan L4.
Bruselosis
adalah yang merupakan infeksi intraseluler dan sangat sulit untuk
2VWHRPLHOLWLVVHULQJPHQJHQDLPHWDVLVWXODQJSDQMDQJDQDNDQDN
Gambaran foto terlihat normal pada tiga hari pertama sesudah terjadinya infeksi.
Tanda-tanda awal osteomielitis adalah pembengkakan jaringan lunak dan kerusakan jaringan.
Reaksi periosteum terdeteksi pada hari ke-7.
Abses Brodie merupakan osteitis lokal.
Artritis septik sering terjadi di sendi panggul dan lutut bayi.
Pelebaran rongga sendi dan pergeseran garis lemak jaringan merupakan tanda pertama artritis septik.
Spondilitis piogenik lebih sering terjadi pada penderita diabetes dan pasien imunosupresi.
Spondilitis tuberkulosis lebih sering mengenai end-plate vertebra torakolumbal.
Pada penderita AIDS sering terjadi tuberkulosis multifokal.