Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah penyakit infeksi yang menyerang meningen yaitu selaput
lapisan yang berisi cairan serebro spinal yang menyelimuti otak, otak kecil dan
sumsum tulang belakang yang dapat terjadi secara akut atau kronis disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur atau zat kimia.
2. Epidemiologi Meningitis
Meningitis tuberkulosa (TB) terjadi pada 712% penderita tuberkulosis.
Insidensi meningitis TB secara langsung berhubungan dengan prevalensi infeksi
tuberkulosis yang dipengaruhi oleh keadaan sosio-ekonomi dan higeinitas. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara
endemis meningitis tuberkulosis. Penelitian di Bandung, yang merupakan wilayah
pandemi meningitis menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dibawa ke Rumah
Sakit setelah mempunyai gejala meningitis lebih dari 14 hari dan 50% di
antaranya datang dalam berbagai tingkat penurunan kesadaran. Meningitis tidak
hanya disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, tapi juga infeksi virus
dan infeksi bakteri lain, seperti meningokokus. Meningitis viral sering terjadi pada
anak-anak dan bayi sedangkan meningitis meningokokus sering terjadi pada
jemaah haji.
3. Klasifikasi Meningitis
3.1 Meningitis Bakterialis
Meningitis bakterialis seringkali digunakan bersamaan dengan meningitis
bakterialis akut atau meningitis purulenta, yaitu infeksi meningitis yang terjadi
1
dalam waktu kurang dari 3 hari. Penyebab paling sering adalah Neisseria
meningitides (meningokokus), Streptococcus pneumonia (pneumokokus), dan
Hemophylus influenza.
Pada orang dewasa gejala diawali dengan infeksi saluran napas atas yang
ditandai dengan panas badan dan keluhan-keluhan pernapasan diikuti dengan
munculnya gejala-gejala SSP seperti nyeri kepala dan kaku kuduk yang nyata.
Gejala lain yang mungkin ada adalah muntah, penurunan kesadaran
(drowsy,bingung), kejang dan fotofobia.
3.2 Meningitis Tuberkulosis
Meningitis TB merupakan meningitis subakut/kronis yang paling sering
didapatkan pada pasien. Seringkali pasien dibawa berobat setelah timbulnya
gejala akibat komplikasi kenaikan tekanan intrakranial (kejang, penurunan
kesadaran), hemiparese/hemiplegi dan lain-lain.
British Medical Research Counsil (BMRC) pada tahun 1948 membuat
klasifikasi meningitis TB berdasarkan penampilan klinik. Klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
Stadium I
Stadium II
Stadium III
5. Patofisiologi Meningitis
a. Meningitis Tuberkulosa
primer sehingga terjadi infeksi pulmonal & meningeal / miliar & meningeal.
Eksudat dasar otak menyebabkan kelumpuhan saraf cranial, dapat terjadi
Hidrosefalus obstruktif, tuberkuloma & oklusi vaskular menyebabkan defisit
neurologis & kejang. Keterlibatan meningen di spinal menyebabkan paraplegia
(spastik atau flasid).
b. Meningitis Bakterial
7. Anamnesis
Hal yang harus digali pada anamnesis antara lain gejala klinis klasik seperti
demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk dan gejala tingkat lanjut, seperti penurunan
kesadaran, kejang, muntah, dan tanda defisit neurologis. Onset meningitis TB
biasanya lebih lama daripada meningitis bakterialis yang onsetnya kurang dari 3
hari.
Riwayat menggunakan narkoba suntik, seks bebas, dan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat membantu dalam menentukan faktor risiko
dari meningitis. Gejala infeksi tuberkulosis berupa demam keringat malam
disertai batuk lama dapat mengarahkan diagnosis meningitis TB. Biasanya
terdapat riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada meningitis
bakterialis. Gejala meningitis viral tidak seberat meningitis bakterialis atau
meningitis TB sehingga kadang-kadang terdiagnosis sebagai influenza biasa.
8.
penurunan kesadaran atau perubahan tingkat kesadaran, parese saraf otak, tanda
tanda perangsangan meingen seperti kaku kuduk positif, atau ditemukan adanya
gangguan motorik seperti paralisis atau plegia. Defisit neurologis seperti parese
saraf otak, gangguan motorik atau sensorik menunjukkan adanya komplikasi
vaskulitis/arteritis yang dapat menyebabkan infark. Lesi kulit berupa eksantema
atau ptekiae yang disebut Sindrom Waterhouse sering ditemukan pada infeksi
meningokokus.
9.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit pasien meningitis bakterial biasanya
Meningitis Viral
Meningitis TB
Bakterialis
70200
Tekanan CSS
Warna
Nonne
Pandy
Sel
mmH2O
Jernih
05/mm3
Normal
meningkat
Meningkat
Jernih
5100/mm3
Xantokrom
-/+
-/+
100500/mm3
Keruh
++/+++
++/+++
1000
Hitung jenis
Glukosa
Protein
<5 MN
>45 mg/dl
<45 mg/dl
MN>PMN
>45 mg/dl
<45 mg/dl
MN>PMN
<40 mg/dl
>75 mg/dl
10000/mm3
MN<PMN
040 mg/dl
100500 mg/dl
10. Diagnosis
10.1 Diagnosis Meningitis Bakterialis
a.
b.
Pemeriksaan CSS:
1.
2.
3.
Kadar glukosa CSS rendah, umumnya kurang dari 30% dari kadar
gula darah sewaktu lumbal pungsi dikerjakan.
4.
5.
10
c.
Kultur darah positif pada 30-80% kasus dan dapat positif sekalipun di
dalam CSS negatif.
d.
e.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan CSS:
11
1.
2.
3.
Kadar glukosa CSS pada umumnya normal (kurang lebih 2/3 dari
kadar glukosa darah sewaktu).
4.
5.
Kultur virus dan PCR dapat menemukan virus penyebab pada 4070% kasus, namun teknisnya sulit dan tidak tersedia di Indonesia.
b.
Kultur dari darah, tinja atau apus tenggorok dapat mengeluarkan hasil
positif pada beberapa jenis infeksi virus, namun seringkali harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologi (didapatkan IgM dan/atau
kenaikan titer IgG lebih dari sama dengan 4 kali lipat dalam jangka waktu 4
minggu) untuk memastikan diagnosis.
12
c.
Pemeriksaan CSS:
1.
2.
3.
4.
5.
13
6.
7.
PPD test positif pada 50-80% kasus, namun pemeriksaan ini tidak
sensitif pada daerah endemis TB seperti di Indonesia.
8.
14
15
Antibiotika
Ampisilin + sefotaksim.
Seftriakson atau
Sefotaksim, dapat
ditambah vankomisin
Seftriakson, dapat
ditambahkan
>50 tahun
S. pneumonia
L. Monocytogenes
Bakteri gram negatif
vankomisin
Vankomisin, ditambah
ampisilin ditambah
seftriakson
Seftriakson
(maksimum 600mg),
12 tahun: 125mg IM
dosis tunggal
dosis tunggal
16
Siprofloksasin
direkomendasikan
dosis tunggal
12.2 Meningitis TB
Pengobatan meningitis TB masih mengikuti pola pengobatan TB.
Kortikosteroid dianjurkan untuk diberikan pada setiap kecurigaan meningitis TB,
tanpa memperhatikan stadium penyakit. Pemberian steroid ini terbukti
menurunkan angka kematian, namun tidak mengurangi sekuele meningitis jika
sudah sempat terbentuk defisit neurologi pada perjalanan klinisnya.
Tabel 4. Pengobatan meningitis TB
Nama Obat
Dosis
Isoniazid (H)
2 bulan pertama:
5mg/kg p.o (maksimum
Catatan
Berikan piridoksin 50
mg/hari
450mg p.o
2 bulan pertama: 10
Paling sering
menyebabkan hepatitis
600mg p.o
2 bulan pertama:
25mg/kg p.o
Etambutol (E)
(maksimum 2 g/hari)
2 bulan pertama:
20mg/kg p.o
Streptomisin (S)
(maksimum 1 g/hari)
pasien yang
mempunyai riwayat
17
pengobatan TB
sebelumnya.
12.3 Meningitis Viral
Meningitis viral seringkali sembuh dengan sendirinya, pengobatan hanya
ditujukan kepada pengobatan simtomatik. Manfaat obat antiviral tidak diketahui
secara pasti.
13.
Komplikasi Meningitis
Prognosis
Kenaikan tekanan intrakranial dapat dijumpai pada fase akut meningitis
viral tetapi, umumnya meningitis viral dapat sembuh sendiri dalam 35 hari.
Prognosis meningitis bakterialis tergantung pada kecepatan mendiagnosis dan
ketepatan pemberian antibiotika. Kematian paling banyak ditemukan pada pasien
yang terinfeksi S. Pneumoniae dan yang mengalami penurunan kesadaran.
Deksametason terbukti menurunkan kematian dan gejala sisia neurologi pada
pasien anak dan dewasa.
Hidrosefalus dan herniasi serebri seringkali menyebabkan kematian pada
meningitis TB. Pemasangan shunt ventrikel sementara atau permanen dapat
menurunkan angka kematian. Mortalits meningitis TB secara umum 30% tetapi
penelitian di Bandung mendapatkan tingkat kematian yang tinggi, yaitu 50% pada
18
minggu pertama perawatan, dan 67% pada bulan pertama. Pasien yang datang
pada stadium lebih lanjut mempunyai risiko kematian yang lebih besar. Sekuele
neurologi yang dapat dijumpai jika pasien meningitis TB bertahan hidup
bermacam-macam, seperti hemiparesis, paraparesis, hemiplegi, gangguan kognisi,
dan lain-lain. Sekuele ini berhubungan dengan stadium penyakit saat pasien
masuk dalam perawatan. Outcome pasien meningitis TB berdasarkan stadiumnya
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Outcome pasien meningitis TB berdasarkan stadium
Stadium
Angka Kematian
Sekuele Neurologis
I
<10%
Minimal
II
2030 %
40%
III
6070 %
Sering didapatkan
15.
19
16.
Pencegahan Meningitis
20
BCG. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene
seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
16.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini
dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik
petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
16.3 Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi dan kecacatan
akibat meningitis, serta membantu penderita untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi dan mengurangi kemungkinan
dampak neurologis jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
21
Ganiem AR, Parwati I, Wisaksana R, Zanden VD, Beek VD, Sturme P, et al.
The effect of HIV infection on adult meningitis in Indonesia: a prospective
cohort study. AIDS 2009, 23: 2309-16.