Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Oleh:
Desianti Dwi Utami
Devi Riyanti Ratnasari
Ester Yuliani
Novi Rahayu
Tantri Sumaya
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL
A. Definisi
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian
perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.
Ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya,
akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap lima menit dan
berlangsung sampai 60 detik (Aprilia, 2010).
Persalinan merupakan fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk konsepsi
(janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepas dan dikeluarkan dari uterus
melalui vagina ke dunia luar (Oxorn dan Forte, 2010).
Persalinan adalah tindakan melahirkan anak. Terdapat tiga tahap (kala), tahap pertama
adalah dari permulaan kontraksi (his) sampai terjadi pembukaan lengkap ostium uteri
serviks, tahap kedua berlangsung dari pembukaan lengkap ostium uteri serviks hingga
pelahiran bayi, tahap ketiga adalah sampai plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan
disertai kontrol perdarahan (Brooker, 2008).
B. Jenis-Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan : persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir
2. Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dengan tindakan operasi secaria.
3. Persalinan anjuran : Persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk
hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan
dalam persalinan dengan pemberian pitosin atau prostaglandin.
C. Faktor-Faktor Persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
1. Power kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu,
yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau meneran.
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
2. Passage bagian tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul (displacement).
Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina sebelum dilahirkan.
Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau resistensi yang
ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
3. Passenger terutama janin (secara khusus, bagian kepala janin) plus plasenta,
selaput dan cairan ketuban/amnion.
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin, dan bagian janin yang paling
penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih
lebar daripada bahu dan kurang-lebih seperempat dari panjang bayi. 96% bayi
dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama.
D. Penyebab Mulainya persalinan
Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan dimulai masih belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang turut berperan dan saling terkait :
1. Perubahan kadar hormon
Perubahan kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan terjadi
sebagai berikut :
- Kadar progesteron menurun (relaksasi otot menghilang),
- Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi,
- Oksitosin pituitaria dilepaskan (pada kebanyakan kehamila, produksi hormone
ini akan disupresi).
2. Distensi uterus
Distensi uterus menyebabkan terjadinya hal berikut :
- Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya akan bereaksi dengan
mengadakan kontraksi.
- Produksi dan pelepasan prostaglandin F myometrium.
- Sirkulasi plasenta mungkin terganggu sehingga menimbulkan perubahan
hormonal (seperti diatas).
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya di dalam uterus, ia akan
menyebabkan :
- Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus,
- Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul kontraksi.
Faktor-faktor lain berupa :
1. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah,
2. Gangguan emosional yang kuat (lewat rantai kortek-hipotalamus-hipofisis) dapat
menyebabkan pelepasan oksitosin.
E. Tanda-tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda dini akan dimulainya persalinan adalah :
1. Lightening
Terbenamnya kepala janin ke dalam rongga panggul karena berkurangnya tempat
di dalam uterus dan sedikit melebarnya simfisis, keadaan ini sering meringankan
keluhan pernafasan serta heartburn dan pada primigravida akan terlihat pada
amnion juga dapat terjadi sebelum perslainan dimulai sehingga peristiwa ini tidak
bisa dianggap secara kaku sebagai tanda dimualinya persalinan. Jika cairan amnion
sudah ditemukan sebelum atau sesudah persalinan di mulai sementara engagement
kepala dalam panggul belum bisa dipastikan, pemeriksaan per vaginam harus
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengetahui apakah terjadi prolapsus
funikuli.
F. Tahap-tahap Persalinan
1. Kala I
Durasi rata-rata kala I persalinan adalah 10-12 jam pada primigravida dan sekitar 46 jam pada multipara. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyebabkan
berkurangnya ukuran kavum uteri dengan pemendekan serta penebalan segmen
atas uterus dan pemanjangan serta penipisan segmen bawah uterus. Dengan
demikian :
a) Serviks akan tertarik ke atas mengalami effacement
b) Kepala janin mulai bergerak turun ke dalam panggul
c) Selaput amnion (yang tidak elastis) akan terlepas dari segmen bawah uterus
yang teregang itu.
d) Tonjolan ketuban (bag of forewater) terbentuk di depan kepala janin.
e) Serviks secara berangsur-angsur berdilatasi (effacement) dan dilatasi terjadi
secara bersamaan/simultan pada multipara dengan penarikan segmen bawah
uterus ke atas dan penekanan tonjolan ketuban atau kepala janin ke bawah.
Pada akhir kala I :
a) Serviks mengalami dilatasi penuh
b) Uterus, serviks dan vagina membentuk satu saluran yang kontinyu
c) Selaput amnion mengalami ruptur (jika ruptur belum terjadi)
d) Kontraksi uterus yang kuat akan terjadi, dan biasanya kontraksi terjadi setiap 2
hingga 3 menit seklai yang lamanya antara 50 dan 60 detik untuk setiap
kontraksi
e) Kepala janin akan bergerak turun ke dalam pelvis.
2. Kala II
Kala II persalinan merupakan stadium desendus penuh dan ekspulsi janin. Kala II
berlangsung selama rata-rata hingga 1 jam pada primigravida dan selama sekitar
15-30 menit pada multipara. Transisi dari kala I ke kala II kerapkali terjadi dengan
sangat cepat pada multipara.
Pelintasan (passage) janin lewat vagina untuk dilahirkan tercapai melalui :
a) Kontraksi uterus yang kuat, lama tetapi mungkin kurang frekuen dan retraksi
uterus.
b) Penggunaan tenaga sekunder otot-otot abdomen dan diafragma untuk
membantu mendorong janin bergerak turun dalam jalan lahir.
- disuruh mengedan sehingga tali pusat ikut serta turun atau memanjang, bila
mengedan di hentikan dapat terjadi :
- Tali pusat tertarik kembali, berarti placenta belum lepas
- Tali pusat tetap ditempat berarti placenta telah lepas.
c) Perasat strastman
- Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok bila getarannya sampai pada tali
pusat berarti placenta belum terlepas.
d) Perasat Manuaba
- Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan
kanan memegang dan mengecangkan tali pusat, kedua tangan ditarik
berlawanan, sehingga dapat terjadi :
- Tarikan terasa berat dan talipusat tidak memanjang berrarti placenta belum
lepas
- Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali pusat memanjang berarti placenta telah
lepas.
Pemeriksaan Placenta dan selaputnya
a) Kotiledon berjumlah 20 buah
b) Permukaan placenta janin
c) Kemungkinan terdapat placenta suksenturiata
Plasenta dan air ketuban
a) Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2,5
sampai 3 cm. Berat plasenta 500 gram.
b) Plasenta terbentuk pada minggu ke 16 dimana desidua parietalis dan desidua
kapsularis telah menjadi satu.
c) Implantasi plasenta terjadi pada fundus uteri depan atau belakang.
Air ketuban
Likuor amnii (air ketuban) jumlahnya antara 1000ml sampai 1500ml pada
kehamilan aterm. Likuor amnii terdiri dari 2,3 % bahan organik (protein, vernik
kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan spingimielin) dan 97 % sampai 98
% bahan anorganik (air, garam yang larut dalam air ).
Fungsi air ketuban :
a) Saat hamil berlangsung
- Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas kesegala arah.
- Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung
- Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin
- Menghindari trauma langsung terhadap janin.
b) Saat inpartu
- Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka.
- Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan
desinfektan Sebagai pelicin saat persalinan.
sebagai
4. Kala IV
Kala IV persalinan merupakan istilah yang kadang-kadang digunakan untuk
periode satu atau dua jam sesudah persalinan, dalam periode ini tugas fisiologis
yang paling penting adalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang
kuat. Tugas uterus ini dapat dibantu dnegan memberikan obat-obat oksitosik seperti
ergometrin maleat, syntocinon atau syntometrin secara profilaksis atau terapeutik.
Obat-obat ini sering diberikan pada akhir kala II persalinan sesudah keberadaan
kehamilan kembar yang tidak terdiagnosis disingkirkan. Obat-obat oksitosik dapat
membuat tanda-tanda pelepasan plasenta menjadi tidak begitu jelas karena
cepatnya dan kuatnya kontraksi uterus berikutnya.
G. Mekanisme Persalinan
Proses penurunan, putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran
manusia disebut mekanisme persalinan. Tujuh gerakan cardinal presentasi puncak
kepala pada mekanisme persalinan :
1. Engangement (masuknya kepala janin kedalam pintu atas panggul). Hal ini terjadi
sebelum persalinan aktif dimulai, karena otot-otot Abdomen masih tegang,
sehingga bagian presentasi melewati panggul).
2. Penurunan (gerakan bagian presentasi melewati panggul). Penurunan terjadi akibat
tiga kekuatan yaitu:
a) Tekanan dari cairan amnion
b) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c) Konraksi diafragma dan otot-otot abdomen
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau dasar
panggul, dapat masuk kedalam pintu bawah panggul.
4. Putaran paksi dalam
Di mulai pada bidang setinggi spira iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai
sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah ketika oksiput berputar
kearah anterior, wajah berputar kearah posterior setiap kali terjadi kontraksi, kepala
janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot-otot dasar panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. Pertama-tama oksiput, kemudian
wajah, dan akhirnya dagu.
6. Resistensi dan Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat
ia memasuki pintu atas, ketika ia mencapai pintu bawah bahu berputar kearah garis
tengah dan dilahirkan dibawah lengkung pubis (Bahu anterior turun lebih dahulu),
bahu posterior diarahkan kearah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus
vagina.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu dan badan
bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis, ketika seluruh
tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai, ini merupakan akhir tahap kedua
persalinan dan waktu saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat dalam catatan
medis.
H. Pemantauan dan Penatalaksanaan Ibu selama Persalinan
1. Tanda vital ibu.
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu ibu dievaluasi setiap
4 jam.
2. Pemeriksaan dalam
Hal-hal yang diperhatikan pada pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut :
a) Serviks
Dilakukan penilaian terhadap perlunakan, derajat pendataran, lebarnya
pembukaan dan arah serviks yang dikategorikan sebagai berikut: posterior
(sakral), posisi tengah (aksial), dan anterior. Dilakukan penilaian pada bagian
terbawah janin untuk menilai keutuhan selaput ketuban.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga terjadi pendataran dan penipisan serviks, kemudian ostium
uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah
sedikit terbuka, sehingga pembukaan Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Dilatasi serviks
ditentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata pembukaan serviks. Jari
pemeriksa menelusuri tepi serviks dari satu sisi ke sisi yang berlawanan, dan
diameter yang dilintasi dinyatakan dalam cm. Serviks dikatakan membuka
penuh bila diameternya 10 cm.
b) Penurunan bagian terbawah janin
Dilakukan identifikasi derajat penurunan bagian terbawah janin di jalan lahir.
Penurunan bagian terbawah janin dapat ditentukan dengan menggunakan bidang
Hodge, untuk menilai sampai sejauh mana bagian terendah janin sudah turun di
rongga panggul pada proses persalinan.
1) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
dengan bagian atas simfisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3) Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4) Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I, II, dan
III, terletak setinggi os koksigeus.
c) Adekuasi panggul
Panggul yang adekuat merupakan salah satu syarat mutlak pada persalinan
pervaginam. Adekuasi panggul bisa ditentukan secara radiologis maupun klinis.
Pada pemeriksaan klinis yang dinilai adalah konjugata diagonalis, linea
inominata, spina ischiadika, arkus pubis panggul dan kecekungan os sakrum dan
mobilitas os koksigeus.
I.
Posisi Persalinan
1. Posisi Jongkok atau Berdiri
Keuntungan :
a) Membantu menurunkan kepala bayi
b) Memperbesar ukuran panggul
c) Menambah 28% ruang autletnya
d) Memperbesar dorongan untuk meneran ( Dapat memberi kontrubusi pada
laserasi )
2. Berbaring Miring Kiri
Keuntungan :
a) Memberi rasa santai bagi Ibu yang letih
b) Memberi oksigen yang baik bagi bayi
c) Membantu mencegah terjadi laserasi
3. Posisi merangkak
Keuntungan :
a) Baik untuk persalianan dengan punggung yang sakit.
b) Membantu bayi melakukan rotasi
c) Peregangan minimal pada perineum.
4. Duduk atau setengah duduk
Keuntungan :
a) Lebih mudah bagi penolong untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati perineum.
J.
Konsep Partograf
Partograf WHO menetapkan dasar sebagai berikut :
1. Fase aktif mulai pembukaan 3 cm
2. Fase laten lamanya 8 jam
3. Pada fase aktif pembukaan untuk primi dan multigravida sama tidak boleh kurang
dari 1 cm/jam
4. Pemeriksaan dalam hanya dilakukan dengan interval waktu 4 jam
5. Keterlambatan persalinan selama 4 jam, memerlukan intervensi medis, dengan
mempertimbangkan indikasi dan keadaan umum ibu maupun janin.
Komponen dalam Partograf WHO
Dalam setiap partograf WHO harus tercantum tiga komponen pokok, yaitu :
1. Rekaman kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
Dasar ketetapan partograf WHO fase aktif mulai pembukaan 3 cm dan
perhitungan setiap jam pembukaan minimal 1 cm maka pembukaan lengkap
tercapai dalam waktu 7 jam. Perhitungan fase laten selama 8 jam dan ditetapkan
pembukaan sebesar 3 cm, maka dari kedua titik tersebut akan dapat dibuat garis
yang mencerminkan kurva partograf WHO yang normal. Garis ini dikenal
sebagai garis waspada. Keterlambatan persalinan masih di adaptasi selama 4 jam
dan selebihnya harus diambil tindakan definitif. Garis sejajar dengan garis
waspada yang dibuat dengan memperhitungkan kelambatan persalinan selama 4
jam disebut garis tindakan.
b) Penurunan kepala
Sebelum inpartu kepala dianggap berada satu telapak tangan (lima jari ) diatas
simpisis. Pada primigravida dimana kepala janin telah masuk PAP minggu 36
berarti kemungkinan tidak berhadapan dengan kesempitan panggul. Dengan
memperhitungkan kepala lima jari diatas simpisis, dam selanjutnya his akan
menyababkan panurunan kepala dengan perhitungan sebagai berikut:
c) Kekuatan His
Kekuatan His diperhitungkan dalam 10 menit :
- 2 sampai 3 kali, durasi kurang dari 20 detik
- 4 kali, durasi 20 sampai 40 detik
- 5 kali, durasi labih dari 40 detik.
2. Rekaman keadaan janin
a) Denyut jantung janin
- Denyut jantunh jannin normal 120 sampai 160 per menit
- > 160/menit-takikardi permulaan asfiksia
- < 120/menit-bradikardi,asfiksia lebih lanjut
- < 100/menit- asfiksia intrauterin berat.
b) Air ketuban
Air ketuban dapat memberikan petunjuk keadaan janin dalam rahim berkaitan
dengan asfiksia intrauterin. Air ketuban yang perlu mendapakan perhatian
adalah :
- Jumlahnya
- Tonus istirahat
3) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan
pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya
4) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan
- Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah
-
Diagnosa Keperawatan
a. Fase Laten
1. Nyeri b/d intensitas kontraksi.
Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi :
a. Menggunakan teknik pernapasan
R/ Tehnik pernapasan dapat meningkatkan relaksasi otot otot abdomen
dengan demikian menambah ukuran kapasitas abdomen sehingga
mengurangi gesekan (priksi) antara uterus dan dinding abdomen
b. Melakukan masage atau gosokan pada pinggang (teori gate kontrol
terhadap nyeri)
R/ Merupakan suatu tehnik untuk mengkanter dan digunakan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari nyeri
c. Menganjurkan untuk memberikan air hangat untuk mengomprtes
pinggang bawah.
R/ Membantu relaksasi, meningkatkan kenyamanan .
d. Memberikan HE pada klien bahwa respon nyeri ini sudah indikasi positif
dan memang harus ada untuk mengakhiri kala I dan mendekati kala
transisi
R/ Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan dan merupakan
salah satu aspek sayang ibu
2. Takut b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa takut teratasi.
Intervensi :
a. Perkenalkan diri pada klien dan berikan support
R/ Memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada klien
dan support yang diberikan dapat menambah semangat hidup klien
dalam menanti kelahiran .
6. Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam perslainan
Tujuan : Klien mampu merawat diri setelah proses persalinan
Intervensi :
a. Lakukan teknik effluerage
R/ Meningkatkan relaksasi dan kenyamanan
b. Anjurkan ambulasi dan posisi yang nyaman
R/ Ambulasi dan posisi yang nyaman merupakan salah satu cara dalam
melakukan rawat diri pada ibu untuk mencegah kekakuan
Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum
Tujuan : Ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan
rasa nyaman
Intervensi :
1) Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri
R/ Menghidari penekanan pada vena cava, sehingga meningkatkan sirkulasi
ke ibu maupun janin
masase
(eufflerage/deep
back
massage/firm
counter
pressure/abdominal lifting)
R/ Impuls rasa sakit diblok dengan memberikan rangsangan pada syaraf
berdiameter besar sehungga gate kontrol tertutup dan rangsangan sakit tidak
diteruskan kekorteks cerebral
8) Pertahankan rasa nyaman dengan pengaturan bantal un tuk menyokonh
tubuh
R/ Memberikan posisi yang nyaman pada ibu dan mengurangi tekanan pada
daerah punggung yang dapat menghambat sirkulasi kejaringan
b. Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB
Tujuan :
Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu yang
normal
Intervensi :
1) Memberitahukan pada ibu, bahwa bukan merupakan suatu hal yang biasa
bagi ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama melahirkan
2) R/ Motilitas gastro intestinal menurun dalam persalinan dan usaha yang
ekspulsif. Diiringi penurunan bagian terendah janin menyebabkan
pengeluaran tinja
3) Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya dan menyumbat bila mungkin,
sementara ubu memberikan timbal balik yang positif dalam usaha
mengedan
R/ Jika perawat tidak beraksi secara negatif, atensi ibu akan teralihkan dari
pergerakan bowelnya ke usaha mengedan
c. Resiko tinggi cedera pada ibu dabn janian b/d penggunaan secara tetap
manuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : Tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi :
1) Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk dengan
bahu dan pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
R/ Memperlancar aliran darah dari ibu ke janin dan memudahkan penolong
untuk membantu melahirkan.
2) Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah
R/ Untuk mengetahui keadaan umum ibu
3) Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi
R/ Meningkatkan identifikasi awal bahaya pada fetal
4) Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang
menyenangkan dan rileks
R/ Ibu tenang dan tetap koopretif
5) Bila perinium menonjol, anus membuka kepal anak mterlihat didepoan vulva
sat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai memimpin
persalinan
R/ Merupakan tanda-tanda yang tepat untuk memimpin dan menolong
persalinan
6) Penolong cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril
R/ Mencegah kontaminasi dan transmisi dari mikroorganisme
7) Jika ada dorongan untuk mengedan bantulah persalinan dengan :
- Melahirkan kepala
- Periksa lilitan tali pusat pada leher
- Melahirkan bahu depan dan belakang
- Melahirkan badan bayi
- Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem
tersebut
- Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
- Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya
janin yang lain
- Injeksi oksitoksin
3. Kala III
praktisi
keperawatan
primer
mengeluarkan
plasenta
perawat
persalinan
Tujuan : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta
Intervensi :
1) Jelaskan pada ibu dan suaminya apa yang dioharapkan dalam tahap ke 3
dari persalinan
R/ Untuk mendapatkan kerja sama
2) Pertahankan posisi ibu
R/ Untuk memudahkan lahirnya plasenta
3) Tanyakan pada ibu jika ia ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
R/ Mengikuti kebiasan budaya tertentu
b. Kelelahan b/d pengeluaran energi selama persalinan dan kelahiran
Tujuan : Energi ibu pulih kembali
Intervensi :
1) Ajarkan ibu dan suaminya tentang perlunya istirahat dan tentukan waktuwaktu tertentu untuk istirahat dan tidur
R/ Untuk memastikan bahwa ibu dapat memulihkan energi yang hilang
dalam persiapan untuk merawat bayi baru lahir
2) Observasi tingkat kelelahan ibu dan jumlah istirahat yang seharusnya
R/ Untuk memastikan pemulihan energi
c. Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang salam
proses persalinan
seperti: pulse
1) Anjurkan untuk merubah posisi selang seling dan menghindari duduk untuk
beberapa waktu
R/ Tekanan dari tempat satu posisi dapat menyebabkan bertambahnya nyeri
2) Berikan bantal untuk alas ketika duduk dikursi
R/ Untuk meningkatkan kenyamanan
3) Pemberian analgetik sesuai program dokter
R/ Analgetik bekerja pada bagian atas otak untuk mengurangi rasa nyeri
4) Beri penjelasan mengenai rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan
halus
R/ Penggunaan bantuan topikal meningkatkan kenyamanan di daerah
perianal
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menyusi yang baik
R/ Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu dalam menyusui
bayinya sehingga kita dapat membantu tentang bagaimana teknik
menyusui yang baik
2) Kaji konsistensi payudara dan lakukan massage
R/ Apakah terjadi bendungan pada payudara dan untuk merangsang
pembentukan ASI, sehingga mengatasi bendungan
3) Anjurkan ibu untuk menyusuai bayinya sesering mungkin
R/ Isapan bayi merangsang oksitosin sehingga merangsang refleks let
down yang menyebabkan ejeksi asi ke sinus laktiferus
kemudian
Daftar Pustaka
Aprilia, Yesie. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan
Melahirkan. Jakarta : GagasMedia
Brooker, Chris. 2008. Churchill Livingstones mini encyclopaedia of nursing :
Ensiklopedia keperawatan. Alih bahasa : Andry Hartono. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. Forte, William R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : YEM.
Cunningham FG, McDonald DC,
Gant
NF. Williams
Obstetric,
21thed.