Sei sulla pagina 1di 41

Membangun Soft Competency di Era Global

Memanfaatkan demographic dividend untuk Indonesia Emas


Sebuah sumbangan pemikiran: Nizam

Asian Century

institutions and natural endowments. Its transformation into the worlds most dynamic economic region has been a defining development of our time. Over the past 20 years, one-third of the worlds population has re-engaged with the global economy and more are set to do so (Chart 1.1). Living standards for billions of people in Asia have improved at a rate not previously experienced in human history.

Asias Rising
Chart 1.1: Asias rising
Share of world output

100

Per cent

Per cent

100

75

75

50

50

25

25

0 1950 Asia 1970 North America and Europe 1990 2010 Rest of the world

Note: GDP is adjusted for purchasing power parity (2011 prices). See glossary for the definition of country groupings in this chart. Source: Conference Board (2012).

Between 2000 and 2006, around a million people were lifted out of poverty every

Asia has shifted global production, trade and investment

With the emergence of Factory Asia, Asia has become the production engine for the world (Chart 1.5). As it has done so, it has also transformed the way the world produces goods and services.

Asias manufacturing output


Chart 1.5: Asias manufacturing output
Share of world production
Per cent

50

Per cent

50

40

40

30

30

20

20

10

10

0 1970

1975

1980

1985

1990

1995 South Korea

2000

2005

0 2010

China India Japan Indonesia Note: See glossary for the definition of Asia in this chart. Source: UN (2011a).

Rest of Asia

trajectory. As the large boom cohorts reached prime working and saving age (Chart 1.2), the productive capacity of economies such as Japan and South Korea expanded. During this phasefrom 1965 to 1990East Asias working-age population grew nearly four times faster than its dependent population (Bloom & Williamson 1997).

Demographic dividend
Chart 1.2: Asias demographic dividend
Share of working-age population

80

Per cent

Per cent

80

80

Per cent

Per cent

80

70

70

70

70

60

60

60

60

50

50

50

50

40 1950

1975
Australia Japan Thailand

2000

40 2025
China Malaysia

40 1950

1975
India Philippines

2000
Indonesia South Korea

40 2025

Source: UN (2011b).

MP3EI

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 -2025

Kesempatan Emas Demografi Indonesia 2020-2035


..merupakan modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan pengembangan pasar domestik...
Golden Opportunity"

Sumber: Menko Perekonomian, 2010

Perbandingan Piramida Populasi 2030


USA Japan

Malaysia

Indonesia

Golden opportunity!

Diolah dari world demography, 2010

Demographic Disaster

Demographic Disaster

Kondisi

Produktivitas SDM Indonesia


8: Average working hours: 2100 hrs/yr

SEBAGAI INDIVIDU & SEBAGAI KELOMPOK MASYARAKAT


(Hasil Survey IMD tahun 2012 dari 59 Negara Terkemuka)

10

20
27: Values System of Society 31: Corporate value toward employee 33: Image of Indonesia abroad

20: Acceptance of foreign ideas

27: Brain drain 31: Flexibility & adaptability 33: Emphasis on customers satisfaction

30

28: Attitudes toward Globalization 32: Workers motivation

28: Atracting & retaining talents 32: Employee training

34: Entrepreneurship 39: Auditing & accounting practices implementation 44: Ethical practices

36: Values System of Society 41: Competent Senior Manager 41: Adaptability of companies to market change

34: Social system sesponsibility

40

45: Quality of skilled labor 48: Efficiency of SMEs 57: Productivity of Services (PPP)

47: Labor relations 52: Productivity of agricultures (PPP) 58: Labor productivity

50

47: International experiences

47: Efficiency of large companies

52: Productivity of Industry (PPP)

58

58: Overall productivity Indonesia

Output per person


Per cent of United States output per person
100 Per cent Per cent 100

Chart 2.6: Output per person

80

80

60

60

40

40

20

20

0 1950 China

1965 India

1980 Indonesia

1995 Japan

2010

0 2025 South Korea

Note: GDP adjusted for purchasing power parity (2011 prices). Sources: UN (2011b), Conference Board (2012), IMF (2012c), Maddison (2010) and Treasury projections.

With few exceptions, economies in Asia have been rapidly catching up with the

labor force composition by schooling attained


Education Attainment Up to primary Education Junior HS 2001 63.0% 17.7% 2006 55.5% 20.2% 2010 51.5% 18.9%

General HS
Vocational General HS Diploma I,II,III University

10.3%
5.5% 1.6% 1.8%

12.7%
6.2% 2.2% 3.2%

14.6%
7.8% 2.7% 4.6%

Source: BPS, 2010

Labor force structure & unemployment in Indonesia


(BPS, July 2010)

Labor Force Structure


Nasional University 4,6% University Diploma I,II,III 2,7% Diploma I,II,III Vocational General HS 7,8% Vocational General HS General HS 14,6% General HS Junior HS 18,9%

Unemployment Rate
7,4%

14,2%

15,7%

13,8%

11,9%

Junior HS 51,5%

7,6%

Up to primary Education

Up to primary Education 0,0%

3,7% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0%

0,0% 10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%

Source: BPS, 2010


15

GCI Indonesia (2011)

Global Competitiveness Report 2009

Perbandingan antara Kontribusi Sektor pada GDP dan Serapan Tenaga Kerja (2009)
Kontribusi GDP (%)
Pemerint.& Pertahanan 5% Perbankan &Keuangan 7% Transp. & Komunikasi 6% Perdaganga n 12% Konstruksi 10% Listrik, Gas, Air 1% Jasa Lainnya 10%

Serapan Tenaga Kerja (%)


Perbankan dan Keuangan 2% Transp. & Komunikasi 6% Pemerint. & Pertahanan 13% Pertanian 41%

Pertanian 14% Pertambang an dan Penggalian 10%

Industri Pengolahan 25%

Perdagangan 21% Konstruksi Industri Pengolahan 4% 12% Listrik, Gas, Air 0%

Pertambangan 1%

Diolah dari BPS, 2010

17

Demografi Indonesia
200,0 180,0 160,0 Population (million) 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 2040 2050 Sumber: sri moertiningsih adioetomo /Seminar API, 2013
18

Jumlah anak menurun, jumlah pekerja dan lansia meningkat, Indonesia 1950-2050
Sri Moertiningsih Adioetomo diolah dari UN Population Projection 2008

187,0 167,2

Usia kerja 15-64 thn

60,9 43,9

Anak <15 thn


16,1

51,9 47,8

Lansia 65+

Kunci kemajuan: SDM dan IPTEK

1
Kebutuhan Kompetensi Abad 21

21st Century Skills

Bernie & Charles, 2011

Skills for the 21st Century


Learning and innovation skills
Creativity & innovation Critical thinking & problem solving

Communication & collaboration


Information, media, and technology skills
Information literacy: Access, use, and manage information Media literacy ICT literacy

Life & career skills


Flexibility & adaptability Initiative & self directive Social & cross-cultural skills Productive & accountable Leadership & responsible Sumber: p21.org

Soft skills/competency
Sering dikaitkan dengan eq (emotional quotient)
Communication skills Intra-personal skills Inter-personal skills Entrepreneurial skills Initiative Marketing skills

cukupkah?
Betulkah?

Competency
Soft Competency ~ karakter

Skills

Attitude

Hard Competency

Knowledge

Pengembangan Kompetensi

Skills

Attitude

Knowledge

Adaptasi pemikiran Ki Hardjar Dewantara

Komponen karakter
keluarga

masyarakat

sekolah

agama

sosial

media masa

Sisi buruk/baik karakter manusia Indonesia


(Mochtar Lubis, 1977)

Hipokrit alias munafik Tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya Berjiwa feodal Percaya takhayul
pemboros alias tidak hemat, senang pesta, suka penampilan bagus, tidak suka kerja keras (kecuali terpaksa atau dipaksa), bermalas-malasan karena dimanja alam, ingin cepat jadi orang kaya secara instan tanpa kerja keras, suka pakai gelar sekalipun harus membeli gelar atau memalsukannya demi prestise, tidak sabar, suka mengeluh, dan iri hati (dengki), suka menyombongkan diri, suka mengamuk, mengeroyok, membunuh, berkhianat

Berjiwa seni
ramah, mudah tertawa sekalipun mengalami hal pahit, suka menolong, suka damai, hatinya lembut, sayang keluarga, dan kekuatan ikatan keluarga besar (extended family), mudah belajar, dan cepat belajar keterampilan

Pilar-pilar karakter
Honesty Responsibility Trustworthiness Respect Courage Fairness/Justice Diligence Caring Integrity Citizenship Kejujuran Tanggung-jawab Amanah Rasa hormat Keberanian Adil Tekun Setiakawan Integritas Kebangsaan

Karakter Dasar yang Harus Ada


Kejujuran (honesty) Integritas (integrity) Kepedulian (empathy) Kerja keras (hard working) Kompeten (competency) Visioner Ulet tak mudah menyerah Taat hukum

Pembangunan Karakter
Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter kalau tidak dilakukan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli!
[Soekarno]

Keprihatinan (tak hanya di Indonesia): Modern educators have placed more emphasis on competence than character
[Huitt, et.al., 2000]

Faktor pengaruh
Keluarga Pengalaman masa kanak-kanak Tokoh panutan (orang tua/dewasa/karakter lain) Pengaruh teman Lingkungan sosial, budaya, fisik Media massa Pelajaran sekolah, agama (masjid, gereja, pura, dsb) Kondisi-kondisi lainnya

Faktor Perkembangan Karakter


Keluarga Tetangga Sekolah Teman
Lingk Kerja
Media
Komunikasi

Lingk Sosial/b udaya

Figur/To koh

Pendidikan Karakter
Tiga isu besar pendidikan:
Visi: menemukan apa yang mungkin terjadi pada diri dan masyarakat; termasuk menemukan pilihan misi hidup dan gaya hidup Kompetensi: pengembangan pengetahuan, nilai, sikap, ketrampilan yang diperlukan untuk berhasil di masyarakat Karakter: kualitas moral, pilihan nilai dan perilaku
[Huitt,et.al, 2000]

Pendidikan Karakter
Tiga isu besar pendidikan:
Visi: menemukan apa yang mungkin terjadi pada diri dan masyarakat; termasuk menemukan pilihan misi hidup dan gaya hidup Kompetensi: pengembangan pengetahuan, nilai, sikap, ketrampilan yang diperlukan untuk berhasil di masyarakat Karakter: kualitas moral, pilihan nilai dan perilaku
[Huitt,et.al, 2000]

Sastra dan pembangunan karakter


Usia Usia emas dan berlian Karya sastra Dongeng Komik Usia kanakkanak Komik Cerpen/Novelet Puisi Usia remaja Komik remaja Cerita pendek Novel Non-fiksi Tantangan Dongen tutur semakin jarang Komik impor dominan Komik impor dominan Dominasi impor & terjemahan Semakin jarang Komik impor dominan Dominasi impor & terjemahan Semakin jarang Dominasi impor & terjemahan Peluang Pendongen profesional, multi media Gerakan komik di beberapa daerah Gerakan komik di beberapa daerah Pengarang-pengarang muda bermunculan Sastrawan Gerakan komik di beberapa daerah Pengarang-pengarang muda bermunculan Sastrawan Ilmiah populer

Langkah-langkah membangun karakter


Leadership/tokoh panutan

Pendidikan formal
Mulai PAUD hingga perguruan tinggi Guru dan dosen sebagai panutan Hidden curriculum, soft skills Kegiatan ekstra kurikuler Penanaman nilai-nilai melalui perilaku dan lingkungan yang mendukung

Pendidikan non-formal & informal


Sanggar remaja, pramuka, karang taruna, pecinta alam, BLK, media massa!!

Langkah-langkah membangun karakter


Membangun literacy
Melek aksara fungsional Melek karya sastra Melek teknologi informasi Melek budaya

Character building corner


Yang sekarang ada:
American corner Iranian corner

Mari kita bangun character building corner, Indonesian corner, dimana anak-anak kita bisa menikmati karya-karya sastra Indonesia dari para founding fathers dan berdiskusi tentang pemikiran-pemikiran besar bangsa

Pertanyaan besar
Kenalkah anak-anak kita dengan pemikiran-pemikiran besar dari Soekarno? Muhammad Hatta? Muhammad Yamin? Sutan Syahrir? Ki Hadjar Dewantara? Sutan Takdir Alisyahbana? Sudjatmoko? dan sederet nama-nama besar yang menyemai karakter bangsa ini.... Di mana mereka bisa menemukan buku-buku beliau? Bagaimana mereka akan tertarik pada tulisan-tulisan beliau

Semailah karakter
Sow a thought and you reap an action; sow an act and you reap a habit; sow a habit and you reap a character; sow a character and you reap a destiny." Ralph Waldo Emerson (1803 - 1882) Semailah pikiran kan kau panen perbuatan; semailah perbuatan kan kau panen kebiasaan; semailah kebiasaan kan kau panen karakter; semailah karakter kan kau panen takdirmu." Ralph Waldo Emerson (1803 - 1882)

Terima kasih

Nizam@ugm.ac.id

Potrebbero piacerti anche