Sei sulla pagina 1di 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN IX IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID

DISUSUN OLEH: NAM NIM KELOMPOK KELAS ASISTEN : RANDI BETTENG : F1F1 10 036 : III :B : AGUNG WIBAWA

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID

A. Tujuan Untuk dapat melakukan identifikasi glikosida flavonoid dalam suatu simplisia. B. Tinjauan pustaka Glikosida adalah suatu senyawa yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan gugus aglikon(genin) dan molekul gula(glikon). Bagian gula yang terdapat pada glikosida dapat berupa gula yang tidak spesifik(misalnya glukosa) atau gula yang spesifik(misalnya digitoksosa, sarmaentosa). Molekul gula yang sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah -Dglukosa, tetapi kadang-kadang ditemukan juga gula jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa dan lain-lain. Bila ikatan glikosidik terjadi dengan molekul glukosa maka disebut glukosida, sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain(bukan glukosa) disebut glikosida. Glikosida pada umumnya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh karena itu cara ekstraksinya akan berbeda (Anonim, 2012). Berdasarkan atom apa yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula, maka dikenal 4 macam glikosida yaitu : 1). O-glikosida, jika atom 0 menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida inim mudah dihidrolisa dengan asam dan enzim, 2). N-glikosida, jika atom N menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula ( gugusan amino) seperti; nukleosida, ribosa, purin, visin, dan krotonosida. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya misal; asam uronik, 3). C-

glikosida, jika atom C menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini tahap terhadap hidrolisa asam.Hidrolisa dapat terjadi dengan bantuan pemanasan atau oksidator, dan 4). S- glikosida, jika atom S

menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini hanya terdapat pada famili famili tertentu misal Cruciferae (Waston, 2005). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-,3,4-, atau 3,4,5-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, 1996). Flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi flavon, flavonol, flavonon, flavononon, isoflavon, calkon, dihidrokalkon, auron, antosianidin, katekin, dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007). Flavonoid terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan pada telah sifat kelarutan dan reaksi warna (Harbone 1987). Flavonoid pada tumbuhan berfungsi dalam pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja

antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga (Robinson 1995).

C. Alat dan bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Hot plate Tabung reaksi Pipet tetes Gelas kimia Cawan petri Lampu UV 366 Sendok tanduk

2. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Serbuk Orthosiphonis follium (kumis kucing) Akuadest Metanol Kertas saring Dietil eter Etanol Logam Zn HCl 2 N dan HCl pekat Logam Mg Aseton Asam borat Asam oksalat Asam sitrat Etil asetat Aseton

D. Prosedur kerja 1. Pembuatan larutan percobaan 0,5 gram serbuk daun kumis kucing Disari dengan 10 ml metanol selama 10 menit di atas penangas air. Disaring selagi pelarut masih panas dengan menggunakan kertas saring berlipat Filtrat Filtrat diencerkan dengan 10 ml air dan dipindahkan dalam corong pisah Residu Residu dilarutkan dalam 5 ml etil asetat Diambil bagian yang jernih untuk larutan percobaan Ditambahkan dietil eter Dikocok dengan hati-hati Didiamkan beberapa saat Dipisahkan fase metanol Diuapkan fase metanol higga kering

Larutan percobaan

2. Uji glikosida 3-flavonol Larutan percobaan Diambil 1 ml Diuapkan hingga kering Sisanya dilarutkan dalam 2 ml etanol Ditambahkan logam Zn dan 2 ml HCl 2 N Didiamkan selama 1 menit Ditambahkan HCl pekat Didiamkan selama 5 menit sampai terjadi perubahan warna. Tidak terjadi perubahan warna 3. Uji shinoda Larutan percobaan Diambil 1 ml Diuapkan hingga kering Sisanya dilarutkan dalam 2 ml etanol Ditambahkan logam Mg dan 10 ml HCl pekat Diamati terjadinya perubahan warna.

Tidak terjadi perubahan warna

4. Reaksi Taubeck Tint untuk flavonoid Larutan percobaan Diambil 1 ml Diuapkan hingga kering Sisanya dibasahi dengan aseton Ditambahkan serbuk asam borat dan asam oksalat Dipanaskan diatas penagas air, hindari panas yang berlebihan Ditambahkan dietil eter Diamati di bawah sianar UV366

Warna kuning 5. Reaksi Wilson untuk flavonoid Larutan percobaan Diambil 1 ml Diuapkan hingga kering Sisanya dibasahi dengan aseton Ditambahkan serbuk asam borat dan asam sitrat Dipanaskan diatas penagas air, hindari panas yang berlebihan Ditambahkan aseton Diamati warna yang terbentuk

Warna kuning

6. Reaksi lain untuk flavonoid Larutan percobaan Diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda Diuapkan hingga kering Sisanya dilarutkan dalam 2 ml etanol Dilakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi FeCl3 2%, Pb asetat 25%, dan larutan NaOH 0,2 N. Diamati warna atau endapan yang terjadi

Serbuk daun kumis kucing Tabung 1 + FeCl3 = kuning Tabung 2 + Pb asetat = hijau kehitaman Tabung 3 + NaOH 0,2 N = hijau kecoklatan Daun kumis kucing utuh yang belum diserbukkan Tabung 1 + FeCl3 = kuning pucat Tabung 2 + Pb asetat = orange Tabung 3 + NaOH 0,2 N = kuning

E. Hasil pengamatan Tabel 1. Uji glikosida 3-flavonol Perlakuan 1 ml larutan percobaan, diuapkan Sisanya dilarutkan dalam 2 ml etanol Ditambahkan logam Zn Ditambahkan 2 ml HCl 2 N Didiamkan selama 1 menit Ditambahkan HCl pekat Daun Orthosiphonis kering = kuning Daun Orthosiphonis basah = kuning pucat

Hasil

Tabel 2. Uji Shinoda Perlakuan 1 ml larutan percobaan, diuapkan Sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol Ditambahkan logam Mg Ditambahkan 10 ml HCl pekat Didiamkan selama 2 menit sampai 5 menit

Hasil

Daun Orthosiphonis basah = hijau pucat

Daun Orthosiphonis kering = hijau kuning

Tabel 3. Uji Taubeck Tint untuk flavonoid Perlakuan 1 ml larutan percobaan, diuapkan Sisanya ditambahkan aseton Ditambahkan serbuk asam borat dan asam oksalat Dipanaskan Ditambahkan dietil eter Diamati di bawah sinar UV366

Hasil

Daun Orthosiphonis basah = kuning

Daun Orthosiphonis kering = kuning

Tabel 4. Reaksi Wilson untuk flavonoid Perlakuan 1 ml larutan percobaan, diuapkan Sisanya ditambahkan aseton Ditambahkan serbuk asam borat dan asam sitrat Dipanaskan Sisanya ditambahkan aseton

Hasil

Daun Orthosiphonis basah = kuning pucat

Daun Orthosiphonis kering = kuning

Tabel 5. Reaksi lain untuk flavonoid Perlakuan 1 ml larutan percobaan, diuapkan Sisanya dilarutkan dalam 2 ml etanol Dilakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi

Hasil

Daun Orthosiphonis basah FeCl3 2% = orange Pb asetat 25% = kuning pucat NaOH 0,2 N = kuning

FeCl3 2% dalam air, Pb asetat 25% dalam air dan larutan NaOH Daun Orthosiphonis kering 0,2 N. Diamati warna endapan yang terjadi FeCl3 2% = kuning Pb asetat 25% = hijau kehitaman NaOH 0,2 N = hijau kecoklatan

F. Pembahasan Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Kepolaran senyawa flavonoid adalah dari non polar sampai dengan polar sehingga disari dalam penyari yang non polar sampai dengan polar. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atauamoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itumenunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnyaterdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Glikosida flavonoid merupakan jenis glikosida yang gugus aglikonnya (bukan gula) adalah senyawa flavonoid. Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Golongan terbesar flavonoida mempunyai cincin piral yang menghubungkan rantai karbonnya. Flavonoid

terdapat pada semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada akar, daun, kulit, kayu, benang sari, bunga, buah dan biji buah. Sedangkan pada hewan hanya dijumpai pada kelenjar bau berang-berang, sekresi lebah(propolis) dan dalam sayap kupu-kupu. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu simplisia, apakah mengandung suatu glikosida flavonoid atau tidak. Bahan atau simpilisia yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daun kumis kucing(Orthosiphonis follium). Ada dua bentuk simplisia ini yaitu bentuk kering yang telah diserbukkan dan yang masih dalam bentuk basahnya. Digunakan dalam dua bentuk berbeda agar dapat dibandingkan kandungan flavonoid yang terkandung dalam dua bentuk bahan tersebut. Ada beberapa uji yang dilakukan yaitu uji glikosida 3 flavonol, uji shinoda, reaksi Taubeck tint untuk flavonoid, reaksi Wilson untuk flavonoid, dan reaksi lain untuk flavonoid. Dalam uji yang pertama yaitu uji glikosida 3-flavonol, baik bahan basah maupun kering diambil 1 mL yang kemudian diuji dengan menggunakan bahan yang sama dan akan didapatkan perbandingannya. Uji ini untuk mengetahui apakah dalam bahan uji ada glikosida 3-flavonol atau tidak. Dari hasil penambahan pelarut yaitu etanol 95%, Zn, HCl 2N, dan HCl pekat ini tidak didapatkan perubahan warna, artinya masih sama dengan larutan ujinya dalam hal ini apabila tidak terjadi perubahan warna maka larutan uji tidak mengandung glikosida 3-flavonol. Digunakan pelarut etanol

karena, flavonoid larut dalam etanol. Uji flavonoid berikutnya yaitu uji Shinoda. Uji selanjutnya yaitu uji shinoda, dalam uji ini akan dilihat apakah bahan mengandung suatu flavonoid, flavon, kalkon, dan auron. Dari sebuah pusataka mengatakan bahwa apabila terjadi perubahan warna merah sampai merah ungu maka menunjukkan adanya flavonoid, sedangkan apabila berwarna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron. Dan hasil yang didapatkan yaitu tidak terjadi perubahan warna pada bahan uji, dan dapat dikatakan bahwa dalam bahan tidak mengandung flavonoid. uji reaksi Taubeck tint untuk falvonoid ini menggunakan bahan yaitu aseton, asam borat, dan asam oksalat. Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dibawah sinar UV366. Setelah dilakukan pengamatan dibawah sinar UV ditemukan adanya warna kuning, yang menunjukkan bahwa ada flavonoid di dalam bahan uji. Reaksi Wilson untuk Flavonoid. Reaksi ini dilakukan dengan penambahan aseton, asam borat dan asam sitrat. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning. Pada praktikum yang dilakukan dengan reaksi Wilson hasilnya positif megandung flavonoid yaitu ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Flavonoid dapat membentuk ikatan pada kedudukan yang lain dengan campuran asam borat dan asam sitrat pada pemanasan.

G. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat saya tarik dari percobaan ini adalah identifikasi ini dilakukan dengan menggunaka bebagai macam metode, dan dari hasilnya ada yang menunjukkan adanya flavonoid dan ada yang tidak. Dalam uji Wilson dan Taubeck menunjukkan adanya flavonoid dalam bahan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Penuntun Pratikum Farmakognosi II. Universitas Haluoleo. Kendari. Harborne JB. 1987. Metode fitokimia. Edisi kedua. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Robinson T. 1995. Kandungan organik tumbuhan tinggi. Edisi keenam. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: The organic constituents of higher plants. Sastrohamidjojo H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB. Watson. D, 2005, Analisi Farmasi edisi 2, EGC, Jakarta

Potrebbero piacerti anche