Sei sulla pagina 1di 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur,dan nilai gizinyadisamping itu adalagi faktor lain,misalnya sifat mikrobiologis.tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu,warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan.baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengelolaan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. Di Indonesia,karena undang-undang penggunaan zat pewarna untuk sembarang zat pewarna belum ada, terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian . Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value,hue,dan cheroma.nilai value menunjukkan gelap terangnya warna,nilai hue mewakili panjang gelombang yang dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah,hijau, atau kuning, sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna.ketiga komponen ini diukur degan menggunakan alat khusus yang mengukur nilai chromatisitas petmukaan suatau bahan. Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna yaitu : a. Pigmen yang secara alai terdapat pada tanaman dan hewan misalnya klorofil berwarna hijau,karoten berwarna jingga,dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.

Universitas Sumatera Utara

b.

Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membenk warna coklat,misalnya warna coklat pada kembang gula atau roti yang dibakar.

c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard,yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi,misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap. d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam, atau cokelat gelap.Reaksi oksidasi ini dipercpat oleh adanya logam serta enzim,misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong. e. Penambahan zat warna,baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk di dalam golongan bahan aditif makanan. Masing masing pigmen tersebut mempunyai kestabilan yang berlainan terhadap berbagai kondisi pengolaan seperti terlihat pada table L1. Di Indonesia, karena undang-undang penggunaan zat pewarna berada, terdapat kecendrungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk

sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini jelas sangat barnahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan, atau disebabkan kaena tidak adanya penjelasan dalam Tabel L2. ( Minor,J.L. 1985.)

Universitas Sumatera Utara

2.1. Pengertian zat adiktif

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami.

Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker. (Wikipedia.org)

Universitas Sumatera Utara

2.2. Macam-macam Zat Aditif

2.2.1.Zat Pewarna

Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik.Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:

a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)

b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)

c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)

d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)

2.2.2.Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa

Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.

2.2.3.Penyedap rasa dan aroma (flavour)

Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)

2.2.4.Penguat rasa (flavour echancer)

Universitas Sumatera Utara

Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.

2.2.5. Zat pemanis buatan

Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan serbitol.

2.2.6. Pengawet

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:

a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.

b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.

c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.

d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

2.2.7. Anti oksidan

Universitas Sumatera Utara

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.Contoh:

a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.

b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan

c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.

2.2.8.. Pengemulsi, pemantap, dan pengental

Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

2.2.9. Pemutih dan pematang tepung

Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu

pemanggangan.Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat

2.2.10. Pengatur keasaman

Zat

aditif

ini

dapat

mengasamkan,

menetralkan,

dan

mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat

Universitas Sumatera Utara

2.2.11. Anti kempal

Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

2.2.12. Pengeras

Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)

2.2.13. Sekuestran

Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA

2.2.14. Penambah gizi

Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan.Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D. (www. ZAT ADITIF Forum Positif dari Dahlanforum.htm)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Pewarna
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No.

722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan.Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), kunir, karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranyemerah). Pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh. (Permenkes RI No 722/Menkes/PER/IX/88)

2.4..Pembagian Pewarna.

2.4.1.Pewarna makanan Alami Pewarna makanan alami mempunyai sejarah panjang dalam melindungi atau menjaga konsumsi manusia, walaupun faktanya sulit untuk menguji dengan prosedur toxicological (Dinesen 1975). Evaluasi Toxilogical dari ekstrak sayuran dibuat secara kompleks dengan memunculkan beberapa senyawa, daripada

menginvestigasikan. Penelitian tertentu mengindentifikasikan batalaines, pigmen pada gul merah, bisa menemukan aplikasi pamasaran dalam makanan

Universitas Sumatera Utara

tertentu, saat meoda pemurnian telah dikembangkan dalam skala besar.(Von Elbe 1975).Ciri-cirinya, penggunaan makanan, dan manfaat dari karotenoid sebagai pewarna makanan telah di laporkan oleh Bauenfe ind 1975. Arithocyamins dari wine atau penyesuaian juice anggur berlimpah-limpah sulit untuk ditemukan dan tidak stabil secara kimia. Laporan ini untuk pembatasan penggunaannya sebagai pewarna makanan (francis 1975). Pigmen pewarna Lake FD dan C pigmen pewarna lake telah membantu untuk membuat makanan baru dengan tepat dengan menyelesaikan masalah-masalah warna ketika warna terlarut (dapat larut) tidak memuaskan. Pada makanan instan, dan campuran saus, minuman sarapan, dan campuran kombinasi kue dan kue kering dari lake dan dyes digunakan. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu.Pewarna lakes juga digunakan dalam produk permen tablet dengan pengeringan pertama kali, menghaluskan gula, rasa, dan pigemn warna dan memadatkan campuran. Tujuan manisan coklat,buah dan mint rasa manis rendah lemak, dan produk kecap protein. Meirukan daging dan kacang memberikan stabilitas warna degan menggunakan lake pigments.Polimerik pewarna makanan yang tidak terabsorbsi (nonabsorbable0 bulan februsri 28 tahun 1977, 4 tahun setelah meresmikan suatu upaya penelitian intensif, polymeric food dyes dari mulai dengan pe,berian makanan studi untuk FDA untuk disetujui, telah sukses

mendemonstrasikan bahwa warna primer dyes dan polimer yang diikat akan melewati tubuh tanpa di absorbs. Mereka tidak akan

Universitas Sumatera Utara

menawarkan efek potensial toxic dari bahan-bahan absorbs di manusia setelah sejarah panjang dari konsumsi sehari-hari. Dengan teknik ini, polimer adiktif akan memperlihatkan fungsinya pada makanan melewati bidang gastrointestinal dengan mengeliminasi melalui feses(Furia 1977). Poli dyes dan lakes mempunyai nilai pakai yang besar pada makanan termasuk minuman, sirup toutain, konsentrasi, agar-agar, pudding, toping, es krim, serbat, dan yogurt. (Minor.J.L. 1985)

2.4.2. Pewarna Sintetis Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu : - Warna kuning : tartrazine, sunset yellow, metanil yallow - Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, rodamin B - Warna biru : biru berliant

Diantara beberapa bahan tambahan makanan, yang sangat sering digunakan adalah pemanis dan perwarna sintetik/Pewarna Makanan Kue. Pemanis sintetik sering digunakan oleh produsen pada makanan/minuman jajanan. untuk mendapatkan rasa yang lebih manis dengan harga yang murah dibandingkan pemanis alami (Pewarna Kue), yang pemakaiannya menurut peraturan menteri kesehatan 208/ menkes/ per/ IV/ 85, hanya digunakan pada penderita diabetes

Universitas Sumatera Utara

mellitus dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori yaitu sakarin dan siklamat (Depkes, 1997). Sementara Pewarna Makanan digunakan produsen untuk memberikan penampilan yang menarik pada hasil produksi mereka melalui penggunaan bahanbahan tambahan kimiawi untuk makanan (BTM) atau Food Additives. Lihat Makanan Kue dan Pewarna Makanan Kue.Untuk menghasilkan produk-produk Makanan yang bermutu harus menggunakan beberapa jenis bahan tambahan makanan yang aman dikonsumsi dan telah diizinkan Depkes. Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan untuk mendapatkan mutu produk yang optimal. Dalam hal ini penggunaan bahan tambahan makanan, tentunya tidak terlepas dari aspek-aspek pemilihan atau penetapan, pembelian, aplikasi, cara mendapatkannya, ketersediaan Bahan Tambahan Makanan, dan peraturan pemerintah mengenai bahan tambahan.

Penggunaan Bahan Tambahan Makanan yang tidak memenuhi syarat termasuk bahan tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti pewarna, pemanis dan bahan pengawet. Pelarangan juga menyangkut dosis penggunaan bahan tambahan makanan yang melampaui ambang batas maksimum yang telah ditentukan (Effendi, 2004). Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500 mg - 3 g/kg bahan, sedangkan untuk sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan (Depkes, 1997). Batas Maksimun Penggunaan pewarna sintetik yang dizinkan seperti Pancrew 4 R : 300mg/Kg bahan makanan, tatrazin, brilliant blue dan

Universitas Sumatera Utara

sunset yellow : 100mg/Kg bahan makanan (Depkes, 1998). (www.mengenal-bahan-tambahan-makanan.html)

Perusahaan

susu,

minuman-minuman,

benda-banda

dipanggang, rempah-rempah, agar-agar, gula-gula, olahan daging, dan telur timur sedikitmenggunakan pewarna sintetik. Menurut NAS, total penggunaan dan pewarna makanan di United States sekitar 0,012 Ib per rang per tahun. Pengusaha pabrik telah membuat studi teratologikal secara teliti pada semua penanda pewarna makanan untuk kurma, tes menunjukknan tidak ada efek yang merugikan.

11 FD & C dyes telah diakui FDA : Biru No 1, Biru No 2, hijau No 3, kuning No 5, Kuning No 6, Merah No 2, Merah No 3, Merah No 6, Merah NNo 40,Orange B, dan Merah Citrus No 2. Delapan mungkin digunakan untuk makanan umum, sedangkan 3 terbatas untuk menggunakan spesifik : FD dan C No 4 hanya untuk pewrana chery maraschino dalam jumlah tidak lebih dari 150 ppm.Orange B hanya untuk mewarnai luar tau permukaan dari sosis yang terbuat dari daging sapi dan saus dalam jumlah tidak lebih dari 150 ppm, merah No 2 hanya untuk mewarnai kulit dari pada keseluruhan berat jeruk.(Weissler 1975) Pada tahun 1972 FDA merah no 2 dari penggunaan lain, walaupun dia merupakan pengguna terbanyak pewarna merah karena pengujian binatang tidak bisa memecahkannya walaupun ia menyebabkan kanker.

Universitas Sumatera Utara

2.5.Analisis zat pewarna dengan kromatografi

Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda.

2.5.1. kromatografi kertas

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip,

Universitas Sumatera Utara

dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.

Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.

Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.

2.5.2. Jenis kromatografi kertas


2.5.2.1. kromatografi kertas satu arah

Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Sampel tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah

Universitas Sumatera Utara

yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama. Dalam gambar, pena ditandai 1, 2 dan 3 serta tinta pada pesan ditandai sebagai M.

Gambar 2.1. contoh kromatografi kertas

Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Gambar berikutnya tidak menunjukkan terperinci bagaimana kertas di gantungkan karena terlalu banyak kemungkinan untuk mengerjakannnya dan dapat mengacaukan gambar. Kadangkadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah.

Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. kromatografi kertas dengan eluen

Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponenkomponen yang berbeda dari campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke atas.

Gambar 2.3. Bergraknya eluen

Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari pena yang ditulis pada pesan yang mengandung pewarna yang

Universitas Sumatera Utara

sama dengan pena 2. Anda juga dapat melihat bahwa pena 1 mengandung dua campuran berwarna biru yang kemungkinan salah satunya mengandung pewarna tunggal terdapat dalam pena 3. 2.5.2. kromatografi kertas dua arah Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam

menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai R f yang sangat serupa.Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas. Dalam gambar, posisi pelarut ditandai dengan pinsil sebelum kertas kering. Posisi ini ditandai sebagai SF1 yaitu pelarut depan untuk pelarut pertama. Kita akan menggunakan dua pelarut yang berbeda

Gambar 2.4. Kromatografi kertas dua arah

Jika anda melihatnya lebih dekat, anda dapat melihat bahwa bercak pusat besar dalam kromatogram sebagian biru dan sebagian hijau. Dua pewarna dalam campuran memiliki nilai Rf yang hampir sama. Tentunya, nilai-nilai ini bisa saja sama, keduanya memiliki warna yang sama; kertas kering seluruhnya, dan putar 90o dan

Universitas Sumatera Utara

perlakukan kromatogram kembali dengan pelarut yang berbeda.Hal yang sangat tidak dipercaya bahwa dua bercak yang membingungkan akan memiliki nilai Rf dalam pelarut kedua sama halnya dengan pelarut yang pertama, dengan demikian bercak-bercak akan bergerak dengan jumlah yang berbeda.

Gambar 2.5. bergeraknya eluen

Gambar berikutnya menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada berbagai bercak pada kromatogram awal. Posisi pelarut kedua juga ditandai.Bercak-bercak telah bergerak! Kromatogram akhir akan tampak seperti ini:

Gambar 2.6. kromatogram kromatografi kertas dua arah

Universitas Sumatera Utara

Kromatografi dua arah secara seluruhnya terpisah dari campuran menjadi empat bercak yang berbeda.Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa.

Gambar 2.7. struktur dari selulosa Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan

kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas. Kompleksitas timbul karena seratserat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekulmolekul air yang berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.

2.6.menentukan jarak relative (Rf)

Universitas Sumatera Utara

Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut; beberapa laiinya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:

jarak yang ditempuh oleh senyawa jarak yang ditempuh oleh pelarut

Misalnya, jika salah satu komponen dari campuran bergerak 9.6 cm dari garis dasar, sedangkan pelarut bergerak sejauh 12.0 cm, jadi Rf untuk komponen itu:

Dalam contoh tidak perlu menghitung nilai Rf karena anda akan membuat perbandingan langsung dengan hanya melihat

kromatogram.ada dua bercak pada kromatogram akhir dengan warna yang sama dan telah bergerak pada jarak yang sama pada kertas, dua bercak tersebut merupakan senyawa yang hampir sama. Hal ini tidak selalu benar, senyawa-senyawa berwarna yang sangat mirip dengan nilai Rf yang juga sangat mirip. ( www.jim clark)

Universitas Sumatera Utara

Potrebbero piacerti anche