Sei sulla pagina 1di 9

A.

Definisi Sarkoma Kaposi adalah penyakit mirip kanker atau neoplasma vaskuler sebagai akibat terjadinya proliferasi dari sel jaringan ikat yang ditandai dengan timbulnya makula berwarna merah ungu atau biru-coklat, plak (plaque) dan nodula pada kulit dan organ tubuh yang lain. Lesi pada kulit jelas, keras atau lembek, soliter atau bergerombol. (Yu Fuku, dkk. 2011). Penyakit ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu : 1. Sarkoma Kaposi Klasik Banyak terjadi pada laki-laki keturunan timur tengah atau yahudi yang berusia antara 40 dan 70 tahun. Terdapat nodul atau plak pada ekstremitas bawah yang jarang bermetastasis ke luar dari ekstremitas bawah. Mempunyai ciri-ciri yaitu bentuk yang kronis, relatif benigna dan jarang fatal. 2. Sarkoma Kaposi Endemik (Afrika) Banyak diderita pada penduduk belahan timur Afrika di dekat khatulistiwa. Pada laki-laki lebih sering terjadi daripada perempuan, anak-anak juga dapat menderita penyakit ini. Sarkoma Kaposi Afrika menyerupai Sarkoma Karposi Klasik atau bersifat infiltratif dan progesif menjadi bentuk limfadenopatik. 3. Sarkoma Kaposi yang berkaitan dengan terapi imunosupresi Terjadi pada pasien-pasien transplantasi yang ditandai seperti lesi kulit setempat dan penyakit mukokutaneus serta viseral yang diseminata. Semakin besar derajat imunosupresi maka semakin besar insidensi Sarkoma Kaposi. 4. Sarkoma Kaposi yang brehubungan dengan AIDS Ditemukan pada tahun 1980 sebagai tipe yang berbeda dengan tipe Sarkoma Kaposi sebelumnya. Perbedaanya yaitu pada tipe Sarkoma Kaposi ini merupakan tumor yang agresif dan melibatkan lebih dari satu organ tubuh. Sebagian besar terjadi pada pasien berusia antara 20 dan 40 tahun.(Smeltzer, 2002) B. Etiologi Sekarang diketahui bahwa virus herpes sarkoma kaposi (KSHV) yang juga disebut dengan virus herpes-8 pada manusia (HHV-8) sebagai penyebab KS. Virus herpes manusia (HHV-8) kini ditemukan pada semua lesi sarkoma Kaposi yang diuji coba, dan dianggap sebagai akibat penyakit tersebut. KSHV adalah virus tumor manusia uni yang memiliki gen selular gabungan yang menyebabkan tumor pada genetikanya (pembajakan molekula). (Ahtman, Chang Y,2000) Sarkoma Kaposi disebabkan oleh proliferasi berlebihan dari sel-sel gelendong dianggap memiliki asal-usul sel endotel. Meskipun heterogenitas mereka, sebagian besar adalah tumor yang terdiri dari bahan KSHV genom dengan spidol imunohistokimia dari kedua limfoid, spindle, dan sel endotel. Meskipun asal sel masih belum diketahui, peningkatan faktor antigen VIIIa endotel, sel spindle penanda seperti halus alfa-aktin otot, dan makrofag penanda seperti, PAM-1 CD68, CD14 dan diungkapkan oleh spindlecells telah

diamati. Hal ini menunjukkan nenek moyang pluripotent mesenchymal. Sel-sel spindle berkembang biak dalam latar belakang dari serat retikuler, kolagen dan sel-sel mononuklear termasuk makrofag, limfosit dan sel plasma. Mereka cenderung melibatkan pembuluh darah di dermis baik retikuler (tahap patch) atau seluruh ketebalan dermis (plak atau tahap nodular). (Yu Fuku,2011) C. Tanda dan Gejala Lesi Sarkoma Kaposi berbentuk nodul atau bisul yang berwarna merah, ungu, coklat atau hitam, dan biasanya bersifat papular.. Sarkoma Kaposi dapat ditemui pada kulit, tetapi biasanya dapat menyebar kemanapun, terutama pada mulut, saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Perkembangan sarkoma dapat terjadi lambat sampai sangat cepat, dan berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas yang penting.( Fukumoto, hitomi. 2011.) 1) Kulit Lesi pada kulit biasanya menyerang anggota tubuh bagian bawah, wajah, mulut dan alat kelamin. Lesi biasanya berbentuk nodul atau bisul yang dapat berwarna merah, ungu, coklat atau hitam, tetapi terkadang berbentuk seperti plak (sering ada pada telapak kaki), atau bahkan menyebabkan kerusakan kulit. Pembengkakan mungin dapat berasal dari peradangan atau limfedema (kerusakan sistem limfatik yang disebabkan oleh lesi). Lesi pada kulit memperburuk penampilan penderita, dan menyebabkan patologi psikososial. 2) Mulut Pada mulut, Sarkoma Kaposi berperan sebesar 30%, dan merupakan 15% awal dari Sarkoma Kaposi yang berhubungan dengan AIDS. Pada mulut, Sarkoma Kaposi paling sering menyerang langit-langit keras, diikuti oleh gusi. Lesi pada mulut mudah rusak dengan digigit dan berdarah atau menderita infeksi kedua, dan bahkan mengganggu penderita untuk makan dan berbicara. 3) Saluran pencernaan Sarkoma Karposi pada saluran pencernaan biasanya terjadi pada sarkoma kaposi dengan yang berhubungan dengan transplantasi atau yang berhubungan dengan AIDS, dan dapat muncul dengan tidak adanya gangguan Sarkoma Kaposi pada kulit. Lesi saluran pencernaan menyebabkan turunnya berat badan, tekanan, muntah, diare, berdarah, malabsorpsi, atau gangguan perut. 4) Saluran pernafasan Sarkoma Kaposi pada saluran pernafasan muncul dengan adanya sesak nafas, demam, batuk, hemoptisis (batuk darah), atau nyeri pada dada, atau sebagai penemuan insiden pada sinar x tulang rusuk.Diagnosis dikonfirmasi oleh bronkoskopi ketika lesi secara langsung terlihat dan biasanya dibiopsi.(Andriani,2001) D. Manifestasi Klinis 1. Ulserasi 2. pendarahan nekrosis dan lesi pada telapak kaki. 3. Lymphederma pada ekstremitas inferior.

E. PATHWAY
Virus Human Herpesvirus Gangguan system imun
HIV/AID S

Sarcoma Kaposi

Jaringan mesensim

Kanker endothelium limfatik

Membentuk jaringan vaskuler

Lesi

Nyeri

Seperti luka memar

Nodul berisi darah

Kerusakan integritas kulit

Lesi pada kulit

Lesi pada mulut

Lesi pada pencernaan

Lesi pada saluran pernafasn

Ketidakseimbangan Nutrisi

Kekurangn Volume cairan

Pola nafas tidak efektif

Sel tumor (sel spindle)

Membocorkan sel darah merah ke jaringan yg mengelilinginya

Warna kulit menjadi gelap

Gangguan citra Tubuh

F. Pengkajian Pengkajian meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis a. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, bentuk lesi b. Keluhan utama. c. Riwayat alergi/penyakit sebelumnya. d. Lama mengalami gejala, kapan mulai terkena sarcoma kaposi. e. Adakah gejala lain yang menyertai. f. Lokasi pertama kali terkena sarcoma Kaposi g. Kaji warna lesi pada penyakit sarcoma kaposi. h. Apakah ada riwayat keluarga dalam masalah kanker i. Riwayat psikososial. Data lain dapat ditanyakan sesuai kebutuhan. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengetahui kondisi klien terlebuh dahulu. Setelah itu langsung memeriksa tubuh klien. Perawat tetap harus menjaga/memproteksi diri sendiri dengan memakai sarung tangan. Pemeriksaan fisik yang umum dilaksanakan pada klien sarkoma Kaposi meliputi inspeks, palpasi, Auskultasi. adapun pemeriksaan yang dilakukan diantaranya: 1. Warna, dilihat pigmentasi kulit, apakah ada warna merah ungu atau biru-coklat, plak (plaque) dan nodula pada kulit dan organ tubuh yang lain. 2. Lesi. 3. Ulkus 3. Pemeriksaan Penunjang bronchoscopy dan kadang dengan biopsied (biopsi) dan pemeriksaan mikroskopis, yang akan menunjukkan keberadaan kumparan sel.

G. Penatalaksanaan Medis Sarkoma Kaposi tidak dapat disembuhkan, tetapi secara efektif dapat diredakan untuk beberapa tahun dan hal ini adalah tujuan dari perawatan. Pasien dengan sedikit lesi dapat

ditangani

dengan

ukuran

seperti

terapi

radiasi

atau

krioterapi.

Operasi

tidak

direkomendasikan karena sarkoma kaposi dapat muncul pada tepi luka. Penyakit yang lebih banyak yang menyebar, atau penyakit yang menyerang organ internal, umumnya ditangani dengan terapi sistemik dengan alpha interferon, liposomal antrasiklin (seperti Doksil) atau paklitaksel. ART adalah pengobatan terbaik untuk sarcoma kaposi aktif. Pada banyak orang, ART dapat menghentikan tumbuhnya atau bahkan memulihkan lesi kulit. Selain ART, ada berbagai pengobatan untuk sarcoma kaposi pada kulit atau pada bagian tubuh lain. Pada kulit, sarcoma kaposi mungkin tidak harus diobati jika hanya ada sedikit lesi. Lesi kulit dapat: a. Dibekukan dengan nitrogen cair b. Diobati dengan radiasi c. Dicabut secara bedah d. Disuntik dengan obat antikanker atau interferon alfa e. Diobati dengan olesan tretinoin (asam retinoik) Pengobatan ini hanya efektif pada lesi kulit, bukan sarcoma kaposi secara keseluruhan. Lesi kulit mungkin kambuh setelah pengobatan. Jika sarcoma kaposi telah menyebar pada organ dalam, pengobatan sistemik (seluruh tubuh) dipakai. Jika ART tidak cukup, doksorubisin, daunorubisin atau paklitaksel juga dapat dipakai. Doksorubisin dan daunorubisin adalah obat antikanker dalam bentuk liposomal. Liposomal berarti obat dengan jumlah kecil dilapisi selaput lemak menjadi gelembung kecil, yang disebut liposom. Obat bertahan lebih lama dengan bentuk ini dan tampaknya berpindah ke daerah yang membutuhkan. Dengan memakai bentuk obat liposomal, beberapa efek samping berkurang. a. Pendekatan antisitokin : Ada banyak penelitian terhadap sitokin, protein yang dipakai oleh sistem kekebalan untuk merangsang sel agar tumbuh. Para peneliti menganggap bahwa zat yang menghambat faktor pertumbuhan ini juga dapat memperlambat pertumbuhan sarcoma kaposi. b. Antibodi monoklonal: Obat ini dibuat melalui rekayasa genetis. Nama obat ini mempunyai -mab di belakang, misalnya bevacizumab. Obat lain: Ilmuwan sedang

meneliti

beberapa

obat

yang

memperlambat

perkembangan

pembuluh

darah

(angiogenesis). Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. Gangguan citra tubuh B.d. penyakit sarcoma Kaposi yang menimbulkan lesi di kulit Pola nafas tidak efektif b.d. lesi pada sarcoma Kaposi pada paru-paru Nyeri akut b.d agen cidera biologi (lesi) Kerusakan intregitas kulit b. d. deficit imunologis (manifestrasi HIV/AIDS) dan lesi atau nodul 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukan makanan (lesi di mulut) 6. Risiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan melalui rute normal Intervensi 1. Gangguan citra tubuh B.d. penyakit sarcoma Kaposi yang menimbulkan lesi di kulit NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam klien mampu menerima kondisi tubuhnya dengan criteria hasil : a. Merasa damai dengan skala 2 b. Tenang dengan skala 2 c. Menunjukan sikap positif dengan skala 2 d. Mampu menghasilkan masalah terkait dengan status penyakitnya dengan skala 2 e. Klien menunjukan kesediaan untuk dirawat dengan skala 3 NIC :

1. Monitor tanggapan klien terhadap dirinya 2. Menentukan persepsi percaya diri menurut penilaian klien 3. Bantu klien untuk mengenal segi positif yang klien miliki 4. Bantu klien untuk menyadari respon positif yang diberikan oleh orang lain 5. Bantu klien untuk menentukan goal treatmen yang seimbang 6. Eksplor prestasi yang pernah pasien dapatkan 7. Monitor tanda-tanda self-negatif 2. Pola nafas tidak efektif b.d. lesi pada sarcoma Kaposi pada paru-paru NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam jalan nafas pasien mampu terbuka dengan criteria hasil : a. Kecemasan tidak tampak dengan skala 3 b. Respiratory rate dengan skala 4

c. Ritme respiratory dengan skala 4 d. Sputum keluar dengan skala 3 NIC :

1. Posisikan pasien fowler posisi 2. Keluarkan secret dengan batuk atau suction 3. Intruksikan batuk efektif 4. Barikan bronkodilator 5. Monitor status respiratory dan oksigenasi klien 3. Nyeri akut b.d agen cidera biologi (lesi) NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam klien mampu melaporkan dan mendemonstrasikan nyeri dengan kriteria hasil : a. Respon nyeri dengan skala 4 b. Frekuensi nyeri dengan skala 3 c. Eksplorasi nyeri secara oral dengan skala 3 d. Ekspresi wajah nyeri dengan skala 3 NIC 1. 2. 3. 4. 5. 6. :

Menentukan lokasi nyeri, kualitas, tingkat nyeri sebelum pengobatan Cek alergi pada pasien Cek obat, frekuensi, dosis analgesic yang diberikan dokter Lakukan teknik relaksasi untuk membantu mengurangi nyeri pada klien Dokumentasikan respon dari analgesic yang diberikan Kolaborasikan dengan petugas kesehatan lain mengenai, dosis, rute, perubahan interval pemberian obat 4. Kerusakan intregitas kulit b. d. deficit imunologis (manifestrasi HIV/AIDS) dan lesi atau nodul NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam jaringan dan sel-sel kulit dapat beregenerasi dengan criteria hasil: a. Drainase purulen dengan skala 3 b. Bau kulit membaik dengan skala 3 NIC :

1. Observasi warna, suhu, pulse,teksture, edema,ulcerasi 2. Periksa kulit dan membrane mukosa dalam hal warna kemerahannya, suhunya, drainasenya 3. Monitor ada tidaknya infeksi khususnya diarea edema 4. Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda kerusakan kulit

5. Bersihkan luka dengan sabun antibacterial 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukan makanan (lesi di mulut) NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam makanan dan cairan mampu masuk kedalam tubuh dengan criteria hasil : a. Pemasukan makanan melalui mulut dengan skala 2 b. Pemasukan makanan melalui tube dengan skala 3 NIC 1. 2. 3. 4. :

Kolaborasi dengan ahli gizi Ukur BB Monitor intake dan out put cairan Bantu pasien untuk mengembangkan kepercayaan diri agar berat badan tidak menurun 6. Risiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan melalui rute normal NOC : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam klien mampu mengeluarkan cairan melalui saluran gastrointestinal dengan normal dengan criteria hasil : a. Pola eliminasi dengan skala 3 b. Control pergerakan bowel dengan skala 3 c. Diare tidak muncul dengan skala 3 NIC 1. 2. 3. 4. 5. 6. :

Memonitor intake dan output cairan Monitor tanda-tanda vital Monitor status nutrisi klien Berikan terapi IV Monitor berat badan klien Monitor hasil labolatorium

DAFTAR PUSTAKA Andriani, Tuti. 2001. Berkala Ilmu Penyakit Kulit G.Kelamin Vol. 13 No. 3, Sarkoma Kaposi Pada Kulit. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga IRSUD Dr. Soetomo. Antman,Chang Y. 2000. Kaposi's Sarcoma. New Engl J Med.342(14):1027-38. Fukumoto, hitomi. 2011.Pathology of Kaposissarcoma-associatedherpesvirusinfection. National Institute of Infectious Diseases.Tokyo Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC Yu Fuku, dkk. 2011. Control of Kaposis Sarcoma-Associated Herpesvirus Reactivation Induced by Multiple Signals. San Diego California : Amerika Serikat

Potrebbero piacerti anche