Sei sulla pagina 1di 15

PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN STATUS ASHMATIKUS

Kelompok 2

ANGGOTA :
IMA RISMAWATI DHANI INDRIYANI G1D008015 ANGLIA RAKHMAWATI G1D008018 FERRA FEBRIANI G1D008036 DEVI SULISTIANI G1D008033

G1D008002

LATAR BELAKANG
Asthma sebagai kelainan saluran pernapasan kronik mempunyai prevalensi yang makin terus meningkat dalam 2 hingga 3 dekade terakhir ini. Sampai saat ini terjadi peningkatan terhadap angka morbiditas ataupun mortalitas asthma di Indonesia dan hal tersebut menjadi masalah kesehatan yang cukup serius, walaupun pemahaman terhadap pengobatan asthma bertambah baik (Noorcahyati, 2003).

DEFINISI
Status asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan dapat menjadi keadaan darurat medis bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas (Arif, 2002).

TANDA DAN GEJALA


sesak napas berat dengan ekspirasi disertai wheezing batuk dengan sputum kental yang sukar dikeluarkan Saat pemeriksaan : gelisah, takikardi

(Agus dan Budi, 2002).

PATOFISIOLOGI

KOMPLIKASI KLINIS
Hipoksemia berat infark miokard cerebrovascular accident, ensefalopati hipoksik, gagal napas, dan kematian. Ventilasi tekanan positif hiperinflasi, hipotensi, dan barotrauma.

(Greenberg, 2007)

PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN

Anamesis Klien dengan serangan status asthmatikus datang mencari pertolongan kemudian jalan napas klien asthma ditangani. Perawat mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien, memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali. Pemeriksaan fisik fokus pernapasan 1. inspeksi : peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu napas, terlihat kelelahan sampai gelisah, dan kadang didapatkan kondisi sianosis. 2. palpasi : kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus. (Arif, 2002)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
uji aliran puncak (peak flow) pemeriksaan darah Radiografi dada

INTERVENSI KEGAWATDARURATAN DAN MONITORING

Tujuan penatalaksanaan asthma akut adalah mencegah kematian, mengembalikan keadaan klinis dan fungsi paru ketingkat terbaik secepat mungkin, dan mempertahankan fungsi paru yang optimal serta mencegah kekambuhan dini (Budi, 2002)

PENATALAKSANAAN
1. Oksigen kanula hidung atau sungkup untuk mengatasi dan mencegah hipoksemia. Dosisnya 2-4 L/menit. 2. Bronkodilator obat utama yang diberikan pada serangan asthma akut 3. Kortikosteroid Kortikosteroid sistemik dosis tinggi harus segera diberikan pada klien asthma akut berat.

TERAPI OBAT-OBATAN PADA KEGAWATDARURATAN ASTHMA


1. Bronkodilator a. Inhalasi agonis -2 dosis tinggi b. Injeksi agonis -2 c. Aminofilin injeksi d. Antikolinergik e. Adrenalin 1 mg/ml f. Isoprenalin 0,2 mg/ml g. Etilnoradrenalin 3mg/ml

2. Kortikosteroid diberikan jika pemberian obat-obat bronkoditator tidak menunjukkan perbaikan (Made dan Ketut, 2002).

PEMULANGAN KLIEN
Patokan klien dapat dipulangkan apabila: Tidak ada sesak waktu istirahat Bising tidak ada atau minimal Retraksi otot bantu napas minimal Tidur susah normal

(Made dan Ketut, 2002).

Terimakasih

Potrebbero piacerti anche