Sei sulla pagina 1di 36

TEORI UTILITARIANISME

Teori utilitarianisme dikenali sebagai Konsep Utiliti atau Prinsip Kebahagiaan Terbanyak.Teori ini secara lengkap dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan luas oleh John Stuart Mill. Secara umum, teori ini menggalakkan manusia mangambil tindakan yang bolehmenghasilkan kebaikan, keseronokan, faedah,

kebahagiaan, atau kegembiraan yang maksimumke atas sebanyak mungkin orang yang terlibat. Kegembiraan pihak majoriti adalah

diutamakanberbanding dengan kesedihan yang dihadapi oleh minoriti. Kesimpulannya, tindakan yangmembawakan kegembiraan atau keseronokan kepada majority orang merupakan tindakan yangbermoral, manakala tindakan yang menghasilkan kesusahan atau kesedihan merupakantindakan yang tidak bermoral.Pada dasarnya, Teori Utilitarianisme dibahagi kepada dua kategori iaitu UtilitarianismeTindakan dan Utilitarianisme Peraturan. Utilitarianisme Tindakan bermaksud, sesuatu tindakanitu dianggap baik jika tindakan itu membawa kesan yang menguntung. Manakala,Utilitarianisme Peraturan merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itudipandang baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.

Pendapat pertama teori Utilitarianisme adalah seseorang mestilah berfikir ataumerenung baik-baik tentang akibat-akibat atau kesan-kesan

tindakannya supaya tindakannyamembawa keseronokan kepada orang

ramai. Sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatutindakan yang membawa keburukan kepada minoriti adalah dibenarkan untuk mengelakkansesuatu yang tidak baik berlaku ke atas orang majoriti.Bagi utilitarianisme, dalam memutuskan kemoralan melancarkan sesuatu peperangan,seseorang itu mesti menimbangkan kesan-kesan sama ada keburukan atau kebaikan yangmungkin dihasilkan oleh peperangan itu. Jika kedukaan dijangka melebihi akibatakibat yangberfaedah yang boleh dinikmati negara yang melancarkan peperangan itu, menurut etikautilitarianisme, peperangan itu tidak wajar dijalankan. Sebaliknya, peperangan itu dianggapwajar dari segi moral oleh etika utilitarianisme jika kesannya membawa kebahagiaan dankebaikan lebih daripada kemudaratan dan kesedihan.Guru dalam petikan telah

membunuhkan diri dengan meminum racun kerana diaberhidup dalam keadaan ketakutan selepas foto-foto tidak senonohnya telah diletak dalamlaman web facebook oleh bekas teman lelaki. Sebab utama adalah, dia merupakan seorangguru yang mengajar di sebuah sekolah antarabangsa di Abu Dhabi, Emiriah Arab Bersatu (UAE),dia mungkin akan menghadapi hukuman penjara oleh muslim ketat regim tempatan. Dalammemutuskan kemoralan tindakan guru tersebut dari segi utilitarianisme, kesan-kesan tindakandia yang menghasilkan kebaikan atau keburukan yang lebih banyak adalah sangat penting Contoh2 Jikalau perbuatan guru tersebut dicontohi atau ditiru akan mempengaruhi masyarakatmembuat sedemikian seperti dia, menamatkan nyawa sendiri untuk mengelakkan sebarangmasalah yang akan

dihadapinya, apa akan terjadi?Sebagai seorang Ini akan menyedihkan dan menyakit hati ahli-ahli keluarga mereka. Kalau merekamerupakan punca pendapatan keluarga, ahli-ahli keluarganya akan menghadapi masalahkewangan. Kekurangan wang akan mambawa banyak isu-isu masyarakat seperti, perompakan,pencurian, dan penghutangan. Banyak orang yang terbuat sesuatu tindakan yang salah tidak berani menghadapinya,secara alternatif mereka akan membunuhkan diri supaya mengelakkan masalah-masalah padamasa depan.Maka ini bermakna dari segi teori utilitarianisme, perbuatan guru tersebut adalah tidakbermoral atau tidak wajah kerana tindakannya hanya membawa keburukan yang maksimumkepada orang ramai dan pihak-pihak yang terlibat.Doktrin Utilitarianisme menghandaki kita sentiasa bertindak kelakuan yangmenghasilkan kebaikan atau kesenorokan yang maksimum kepada bilangan orang sebanyakmungkin atau semua pihak yang terlibat. William Godwinmenunjukkansikap optimistiknyayang berketerlaluan apabila beliau mengatakan bahawabunuh dirihampir selalu merupakan suatu kesilapan, kerana lebih banyakkeseronokan dapat diperoleh daripada pilihan menghidup. Oleh sebab beliau adalah seorang

penyokongUtilitarianismeyang mempertimbangkan prinsip moral dari segi keseronakan dan kesakitan yangdihasilkan, beliau menganggap bunuh diri sebagai tidak berakhlak.

Contoh3 UTILITARIANISME-PENJELASAN SINGKAT Joseph Fletcher: We have to ask now, If the end does not justify the means, what does? The answer is, obviously, Nothing!

1. Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya.
2. Utilitarianisme secara utuh dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan secara

lebih luas oleh James Mill dan John Stuart Mill. Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Bagi Bentham, moralitas bukanlah persoalan menyenangkan Tuhan atau masalah kesetiaan pada aturan-aturan abstrak, melainkan tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sebanyak mungkin kebahagiaan di dunia ini. Oleh karena itu, Bentham memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang disebutnya dengan Asas Kegunaan atau Manfaat (the principle of utility).
3. Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap

orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan tujuan menghalalkan cara.
4. Bentham memperkenalkan metode untuk memilih tindakan yang disebut dengan utility

calculus, hedonistic calculus, atau felicity calculus. Menurutnya, pilihan moral harus dijatuhkan pada tindakan yang lebih banyak jumlahnya dalam memberikan kenikmatan

daripada penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Jumlah kenikmatan ditentukan oleh intensitas, durasi, kedekatan dalam ruang, produktivitas (kemanfaatan atau kesuburan), dan kemurnian (tidak diikuti oleh perasaan yang tidak enak seperti sakit atau kebosanan dan sejenisnya).
5. Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan

pembenaran euthanasia (mercy killing): (1). Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia. (2). Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia. (3). Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral. Sekalipun mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih sayang. Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannyaterlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan imoral.

1. Singkatnya, Utilitarianisme Klasik yang diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill dan,

anaknya, John Stuart Mill, dapat diringkas dalam tiga proposisi berikut: Pertama, semua tindakan mesti dinilai benar/baik atau salah/jelek semata-mata berdasarkan konsekuensi2 atau akibat2nya. Kedua, dalam menilai konsekuensi2 atau akibat2 itu, satu-satunya hal yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkannya. Jadi, tindakan2 yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan terbesar ketimbang penderitaan. Ketiga, dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain. Kesejahteraan tiap orang sama penting dalam penilaian dan kalkulasi untuk memilih tindakan.
2. Gagasan Utilitarianisme yang menyatakan bahwa kebahagiaan itu adalah hal yang

diinginkan dan satu-satunya tujuan yang diinginkan, semua hal lain diinginkan demi mencapai tujuan itu jelas mirip dengan gagasan Hedonisme. Dan Hedonisme, seperti kita tahu, adalah keyakinan klasik bahwa kenikmatan, kebahagiaan atau kesenangan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan. Istilah Hedonisme sendiri beasal dari kata Yunani yang bermakna kesenangan. Hanya saja, Epicurus, tokoh utama Hedonisme percaya bahwa manusia seharusnya mencari berbagai kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan pikiran ketimbang tubuh. Katanya, orang bijak harus menghindari kesenangan2 yang akhirnya akan berujung pada penderitaan.
3. Para penggugat Utilitarianisme mengajukan sejumlah keberatan. Antara lain, Asas

Kegunaan itu sering bertentangan dengan aturan2 moral yang sudah mapan, seperti Jangan Berbohong, Jangan Mencuri, Jangan Membunuh.

4. Kedua, Utilitarianisme cenderung mengunggulkan Asas Kegunaan (the Principle of

Utility) atas Asas Keadilan atau Hak-hak seseorang. Misalnya, bila ada dua pihak yag bertikai di depan hukum. Salah satunya lebih kuat dan berkuasa daripada yang lain, sehingga kekalahan pihak yang lebih berkuasa akan mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan yang lebih besar pada pihak lawan dan orang2 di sekitarnya; kaum Utilitarian akan memenangkan pihak yang lebih kuat demi mencapai sesedikit mungkin penderitaan, sekalipun untuk itu asas keadilan atau hak seseorang harus dikorbankan. 5. Gugatan lain: karena Utilitarianisme secara eksklusif mengambil pertimbangan tentang konsekuensi yang akan terjadi, maka pandangannya selalu melupkan masa lalu. Misalnya, bila seseorang berjanji kepada adiknya untuk melakukan sesuatu, lalu mendadak dia harus mengerjakan sesuatu lain yang juga sama2 penting dengan janji tersebut, tetapi pekerjaan itu lebih menyenangkan baginya, maka kaum utilitarian akan memilih untuk melanggar janji itu. Dengan demikian, kaum utilitarian mengabaikan apa yang disebut dengan kawajiban2 moral.
6. Untuk menjawab gugatan2 itu, kaum Utilitarian membedakan Utilitarianisme-Tindakan

(Act-Utilitarianism)

dengan

Utilitarianisme-Kaidah

(Rule-Utilitarianism).

Utilitarianisme-Kaidah berpijak pada pandangan bahwa Semua aturan perilaku umum yang cenderung memajukan kebahagiaan terbesar bagi orang terbanyak harus dikukuhkan. Jadi, dalam kasus aturan Jangan Berbohong, Utilitarianisme-Kaidah menyatakan bahwa tindakan yang berdasarkan aturan moral ini lebih sering menghasilkan konsekuensi kebahagiaan ketimbang Berbohonglah. Dengan demikian, aturan Jangan Berbohong sesuai dengan Utilitarianisme-Kaidah.

7. Namun, para penggugat kembali menyatakan bahwa gagasan Utilitarianisme-Kaidah terbalik dalam menilai banyak hal. Misalnya, persahabatan adalah sesuatu yang baik dan benar, sekalipun seringkali ia tidak menyenangkan atau membuat kita menderita. Kita memiliki sahabat dan menghargai persahabatan karena memang itulah tindakan yang baik dan benar, sekalipun kita tidak tahu konsekuensi atau akibat dari persahabatan kita. Jadi, terbalik dengan gagasan Utilitarianisme yang mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan, dalam situasi ini kita pertama-tama melihat bahwa persahabatan itu baik dan kita bahagia karena mengerjakan hal yang baik, dan bukan kita mencari sahabat karena dengan persahabatan itu kita dapat mencapai kebahagiaan. 8. Selain itu, pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh kaum Utilitarian adalah: Apakah hakikat kebahagiaan? Apakah kebahagiaan itu hasil dari suatu tindakan, atau dirasakan saat tindakan berlangsung? Apakah kebahagiaan yang dituju di sini bersifat permanen ataukah sementara, seringkali kebahagiaan yang bersifat sementara berlawanan dengan kebahagiaan yang bersifat permanen? Bukankah moralitas Utilitarian itu berpijak pada sesuatu yang akan terjadi atau sesuatu yang belum tentu terjadi untuk memutuskan tindakan yang seharusnya segera terjadi? 9. Gugatan lain yang ditujukan atas Utilitarianisme: bukankah utility itu merupakan sesuatu yang relatif? Dan bila relatif, dan memang demikian adanya, mungkinkah hal yang relatif menjadi ukuran baik-buruk moral bagi suatu tindakan?

ukuran azas kemanfaatan dan kebahagiaan menurut saya adalah bersifat subjektif. dan hal2 yang bersifat subjektif juga menurut saya sangat berkaitan dengan empirisme, walau menurut catatan

ustad diatas justru penganjur teori ini menentang saintifik metod, yang menggunakan binatang dalam percobaannya.

karena azaz kemanfaatan tidak bisa dipisahkan dari pengalaman empiris yang akan membentuk pemahaman sesuatu itu dianggap bermanfaat atau tidak karena pengalaman dari percobaan yang berulang2 manusia baru bisa mengambil atau membuang suatu manfaat.

sehingga untuk mengambil suatu pemahaman yang bersifat umum dan universal haruslah melewati jembatan pengalaman terlebih dahulu, belum lagi pemahaman terhadap kemanfaatan sesuatu sangat bergantung pada dimana seseorang tersebut berkembang dan lingkungan yang mempengaruhinya. contoh, tuak pada masyarakat dayak kalimantan. masyarakat dayak kalimantan menggunakan tuak dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga tuak dianggap mempunyai nilai manfaat yang lebih dibandingkan dengan mudharatnya, pada setiap aktivitas masyarakatnya bahkan pada upacara keagamaan tuak juga menjadi bagian dalam ritual. sehingga hal ini menurut saya sulit bagi kita mengambil kesimpulan umum yang universal terhadap kemanfaatan sesuatu, karena hal ini sangat bergantung pada kondisi masyarakat tersebut. pengambilan kesimpulan terhadap kemanfaatan sesuatu bersifat sangat subjektif dan tidak bisa diambil kesimpulan secara umum dan sahih.

karena sesuatu yang bermanfaat menurut seseoranga atau kelompok masyarakat belum tentu sama kemanfaatannya pada seseorang atau suatu masyarakat tertentu, contoh4 Teori-Teori Moral Tentang Perbuatan Anabelle

Dari kes kajian ini, Anabella telah menjalankan proses persenyawaan luar rahim (bayi tabung uji) tanpa memberitahu suaminya Joshua. Tindakan Anabella yang terlalu mengikut perasaan sendiri dan tidak menghiraukan perasaan suaminya Joshua, maka ini boleh dikatakan suatu tindakan yang tidak bermoral berdasarkan Teori Kant. Dalam teori Kant menyatakan bahawa tiada suatu perkara pun yang baik tanpa syarat kecuali Tekad Baik. Tekad yang bermaksud dalam teori Kant ini ialah kebolehan manusia yang unik untuk bertindak menurut peraturan, prinsip-prinsip dengan mengenepikan sebarang bentuk kepentingan peribadi atua akibat daripada tindakan itu. Selain itu, perbuatan Anabella yang bertindak mengikut perasaan sendiri telah melanggarkan undang-undang Islam. Ini kerana dalam perundangan Islam Anabella boleh dikatakan melakukan berzina sebab pengambilan benih daripada ornag lain tanpa diketahui oleh suaminya Joshua. Anabella telah menggunakan benih lelaki yang lain dan bukan menggunakan benih suaminya sendiri untuk menjadi kehamilan, adakah ini boleh dijadikan satu peraturan sejagat? Maka ini boleh dikatakan tidak bermoral berdasarkan Kategorikal Imperatif. Mengikut Kategorikal Imperatif menyatakan bahawa sesuatu tindakan itu dianggap sebagai tidak bermoral jika sekiranya peraturan yang membenarkan itu tidak dapat digunakan secara umum sebagai satu peraturan universal kepada semua manusia untuk menuruti atau mematuhi. Jikalau tindakan Anabella ini dikatakan bermoral dan diterima oleh semua orang, apakah yang akan terjadi kepada keluarga tersebut? Akibatnya ialah kebanyakan keluarga akan berpecah-belah, perceraian berlaku di kalangan pasangan suami isteri, isteri yang dicerai akan menjadi ibu tunggal serta mungkin anak itu dijadikan bahan ketawa atau dihina di kalangan masyarakat. Jadi, adakah tindakan Anabella ini boleh digunakan secara umum atau sebagai peraturan universal yang dapat diterima secara umumnya?

Fikiran Anabella sentiasa berpendapat bahawa dalam sesebuah kelurga yang sempurna mesti mempunyai anak. Dalam aplikasi Praktikal Imperatif, Anabella telah menggunakan anak sebagai satu matlamat untuk membina sebuah keluarga yang berharmoni dan sempurna serta tidak ingin bertengkar dengan suaminya tentang hal tersebut. Berdasarkan praktikal imperative menyatakan bahawa kemanusiaan hendaklah sentiasa menjadi menjadi matlamat tetapi bukan alat perlakuan individu. Jadi perbuatan Anabella adalah tidak bermoral mengikuti teori tersebut sebab dia memperalatkan anak itu untuk mencapai keinginannya iaitu menjadi seorang ibu. Proses persenyawaan luar rahim yang dijalankan oleh Anabella merupakan satu bentuk ekstrim dari anti-kehidupan iaitu telah melanggarkan Teori Hukum Semulajadi. Berdasarkan teori ini percaya bahawa nilai-nilai kemoralan itu sedia dapat alam semesta ini dan menjadi undang-undang alam untuk manusia mematuhinya untuk menjadi bermoral. Sebagai contoh, bukan semua pasangan suami isteri adalah menggunakan cara persenyawaan luar rahim untuk kehamilan. Malah cara persenyawaan luar rahim hanya digunakan oleh pasangan suami isteri yang menghadapi masalah dalam proses persenyawaan saja. Tetapi Anabella tidak mengalami sebarang gangguan kesihatan dan dengan kedegilan menjalankan proses persenyawaan luar rahim ini untuk mendapatkan anak maka tindakannya dikatakan tidak bermoral berdasarkan prinsip teori hukum semulajadi. Anabella telah membuat keputusan menggunakan cara persenyawaan luar rahim tanpa peduli mengambil benih lelaki lain sebab dia berpendapat bahawa kewujudan bayi akan mendatangkan kegembiraan dan memenuhi keinginannya sebagai seorang ibu. Pada pandangan Egoisme adalah bermoral kerana ia menyatakan bahawa tindakan yang dibuat adalah untuk kepentingan atau kebaikan diri sendiri. Tetapi, sekiranya proses persenyawaan luar rahim itu

tidak disetujui bersama suaminya sebab suaminya Joshua tidak menginginkan anak dan sebagai akibatnya suaminya berasa kecewa atas tindakan Anabelle serta menceraikannya iaitu membawa kesan buruk atau kerugian pada diri sendiri. Dalam situasi ini, Anabella adalah dianggap tidak bermoral dalam teori egoisme. Bukan itu saja, proses persenyawaan luar rahim bukan sekali boleh berjaya hamil dan jikalau gagal akan menjejaskan kesihatan Anabella diri snediri serta mungkin membawa kematian jika Anabelle ingin berterusan menjalankan proses persenyawaan tersebut. Pada masa yang sama, Anabella telah mengamalkan teori moral Eksistensialisme iaitu dia telah membuat keputusan sendiri untuk menjalankan proses persenyawaan luar rahim untuk mendapat cahaya mata walaupun suaminya Joshua tidak ingin anak. Dalam eksistensialisme mengatakan semua individu mempunyai hak dan kebebasan untuk membuat keputusan atas pilihan sendiri dari segi bentuk kebebasan jasmani, kehendak dan moral. Kebebasan ini bukan bermaksud kita boleh bertindak sesuatu yang apa-apa yang kita mahukan tetapi kebebasan bertindak tanpa diamanahkan, perasaan dan larangan serta dikenhendaki olehnya sendiri. Berdasarkan kes ini, tindakan Anabelle dengan sukarela atau rela hati untuk menjalankan proses persenyawaan luar rahim tanpa dipengaruhi oleh suaminya. Suaminya Joshua tidak inginkan anak walaupun lama berkahwin tetapi Anabelle telah lama ingin melahirkan anak supaya keluarga ini menjadi lebih sempurna lalu membuat keputusan untuk menjalankan proses persenyawaan luar rahim tanpa membuat pertimbangan dan tidak dipengaruhi oleh fakta bahawa suaminya tidak inginkan anak. Sebaliknya, Anabelle juga boleh dikatakan tidak bermoral dalam toeri eksistensialisme sebab dia melihat setiap keluarga mempunyai anak dan begitu bahagia dan berasa cemburu manakala dia sendiri berasa keluarga begitu sunyi tanpa seorang anak dalam keluarga ini. Dalam keadaan dia pun telah dipengaruhi lalu pun inginkan seorang anak walaupun

tidak disetujui oleh suaminya Joshua dan telah membuat keputusan menjalankan proses persenyawaan luar rahim untuk kehamilan. Doktrin Utilitarianisme menghendaki kita supaya sentiasa bertindak untuk menghasilkan kebaikan atau kesenorokan yang maksima kepada bilangan orang sebanyak mungkin atau semua pihak yang terlibat. Jikalau perbuatan Anabella dijadikan contoh dan ditiru atau mempengaruhi masyarakat membuat sedemikian seperti Anabella menjalankan persenyawaan luar rahim untuk mendapat anak, apa akan terjadi? Bilangan ramai pasangan suami isteri akan bercerai atas hal demikian serta anak yang dilahirkan itu dijadikan bahan ketawa serta dihina atau dipandang rendah daripada masyarakat bahawa anak itu adalah dilahir dalam proses persenyawaan luar rahim. Ini akan membawa tekanan kepada anak tersebut pada masa yang akan datang. Bukan saja membawa keburukan kepada masyarakat , ia juga membawa masalah kepada keluarga Joshua. Ini telah menyebabkan Joshua menceraikan isterinya Anabella dan Anabella akan menjadi ibu tunggal. Malang sekali ialah anak yang tidak berdosa juga terlibat serta hidup dalam kelurga yang situasi berpecah-belah yang akan menjejaskan masa depan anak tersebut. Maka ini bermakna dalam teori utilitarianisme bahawa perbuatan Anabella adalah tidak bermoral kerana hanya membawa keburukan yang maksima kepada orang sebanyak mungkin dan semua pihak yang terlibat. Kesimpulannya, majoriti perbuatan Anabella tidak boleh dijustifikasikan dari segi moral. Contoh5

TEORI UTILITARIANISME

Utilitarianisme:

Menimbang

Biaya

dan

Keuntungan

Sosial

Utilitarianisme merupakan suatu analisis atas studi biaya dan keuntungan. Utilitarianisme adalah sebuah istilah umum untuk semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan pada masyarakat. Dalam situasi apapun, tindakan atau kebijakan yang benar adalah yang memberikan keuntungan paling besar atau biaya paling kecil (bila semua alternatif hanya membebankan biaya, tidak ada keuntungan). Prinsip utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.

Contoh: Utilitarianisme dapat menjadi salah satu dasar teknik untuk menentukan tingkat kelayakan investasi dalam suatu proyek, dengan mencari yahu apakah keuntungan ekonomi untuk saat ini dan masa mendatang lebih besar dari biaya ekonomi saat ini dan masa mendatang. Untuk menghitung biaya dan keuntungan ini, nilai diskon moneter dihitung untuk semua pengaruh proyek terhadap lingkungan saat ini dan masa mendatang. Jika keuntungan moneter dari sebuah proyek publik lebih besar dibandingkan biaya moneter dan jika eksesnya lebih besar dari ekses yang dihasilkan dari proyek-proyek alternatif lain, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Contoh6

Teori Egoisme (Egoism) ini merujuk kepada sebarang perbuatan yang dilakukan oleh seseorang itu semata-mata untuk memanfaatkan diri sendiri. Seseorang itu tidak akan mempedulikan perasaan orang lain tidak kira orang itu dilayan dengan buruk ataupun baik. Matlamat yang terutama ialah untuk memberikan faedah kepada diri sendiri. Teori ini mula berkembang sejak berkurun-kurun dahulu di mana wujudnya pertentangan di antara golongan bangsawan dan rakyat bawahan. Dikatakan bahawa golongan bangsawan pada ketika itu melihat diri mereka sendiri sebagai golongan rakyat yang paling tinggi dan berhak menggunakan rakyat jelata sebagai hamba abdi. Golongan bawahan ini lemah dan tidak terdaya untuk menjaga kebajikan diri walaupun bilangan mereka ramai. Orang biasa ini dipaksa dengan kejam supaya mereka bekerja untuk golongan atasan itu tanpa dibayar apa-apa gaji. Teori Egoisme diasaskan oleh Friedrich Wilhelm Nietsche (1844-1900). Beliau merupakan seorang ahli falsafah yang mengkritik kuat terhadap teori Utilitarianisme. Mengapakah beliau berpendapat sebegitu? Ini adalah kerana asas pemikiran utilitarianisme sangatlah mementingkan kesan sesuatu perbuatan terhadap majoriti masyarakat. Nietsche lebih mementingkan individu. Beliau juga kuat menentang teori kemoralan sosial dan menyifatkannya sebagai kemoralan hamba abdi kerana individu-individu telah disekat hak kebebasan mereka. Dalam teori kemoralan sosial, setiap individu diwajibkan untuk menurut segala perintah yang wujud dalam masyarakat. Kita tidak perlu membayangkan teori ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nietsche. Egoisme ini wujud dalam setiap individu, termasuk saya dan anda yang sedang membaca artikel ini. Tahap egoisme adalah berlainan mengikut pandangan individu masing-masing. Tetapi, matlamat masih sama, iaitu, mementingkan diri sendiri untuk mendapatkan manfaat dan tidak menghiraukan perasaan orang lain.

Sebagai contoh, individu A mengenakan usikan (prank) kepada individu B tanpa berfikir kesankesan yang berikutan. Individu A mengusik dengan menyatakan ia boleh hack ke dalam sistem komputer individu B melalui MSN. Individu B yang tidak dapat mengawal perasaan kerisauaan lalu memberitahu hal ini kepada ibu dan bapanya, pensyarah, dan kawan baiknya. Individu B amat sedih dan bimbang akan kebolehan hacker itu. Ianya jelas bahawa keseronokan hanya berpihak kepada individu A dan individu B diabaikan untuk menghadapi kesan-kesan negatif. Individu B yang berada dalam keadaan yang panik boleh melakukan apa sahaja tindakan seperti merepotkan hal ini kepada pihak berkuasa. Teori ini memang patutlah dikritik oleh semua lapisan masyarakat. Sebab-sebabnya adalah cukup terang di mana kepentingan diri sendiri diutamakan tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Jika individu A tidak mengaku bahawa dia merupakan dalang itu, kemungkinan besar individu A akan menghadapi risiko-risiko tinggi. Oleh itu, jangan sesekali mengamalkan teori ini kerana keinginan untuk mempermainkan orang lain. Berfikir secara kritis dahulu untuk apa jua keadaan. Contoh7 Teori Utilitarianisme, Teori Egoisme, Teori Prinsip Kewajipan dan Teori Eksistentialisme. Definisi dan ciri-ciri Teori Utilitarianisme, Teori Egoisme, Teori Prinsip Kewajipan dan Teori Eksistentialisme.

1.0 Pengenalan Teori Etika Teleologi: Utilitarianisme dan Egoisme.

Teori teleologi mengatakan bahawa nilai betul atau salah bergantung kepada kesan sesuatu perbuatan yang dikenali sebagai konsekuensialisme (consequentalism). Jadi, kriteria dan piawai asas tentang sesuatu (tindakan atau peraturan) yang baik, benar, salah, jahat dan sebagainya ialah penghasilan nilai bukan moral yang dianggap baik. Bagi teori ini, kebaikan atau kejahatan sesuatu ditentukan oleh nilai instrumentalnya. Seterusnya, sesuatu tindakan atau peraturan dianggap bermoral jika jumlah kebaikan yang dihasilkan melebihi kejahatan. Namun, pandangan ahli teleologi yang berbeza tentang apa yang dikatakan baik dan jahat telah menyebabkan wujudnya dua jenis teori teleologi yang berbeza iaitu Utilitarianisme dan Egoisme.

1.1 Teori Utilitarianisme: 1.1.1 Definisi: Utilitarianisme berpegang kepada prinsip bahawa seseorang itu sepatutnya melakukan sesuatu tindakan yang akan menghasilkan kebaikan yang paling banyak kepada setiap orang atau kebahagiaan yang paling banyak kepada sejumlah insan yang paling ramai. Kebahagiaan yang dimaksudkan ialah kesenorokan (sesuatu yang bukan bersifat moral).

1.1.2 Pengasas-pengasas: Jeremy Bentham (1748-1832) merupakan pengasas bagi teori ini dan seterusnya dikembangkan oleh anaknya, John Stuart Mill (1806-1873).

Jeremy Bentham, mengatakan bahawa manusia dikuasai dan dipengaruhi kesenorokan serta kesakitan, manakala kemoralan ialah usaha mencari kebahagiaan, iaitu kesenorokan.

Bagi John Stuart Mill (1806-1873) pula, beliau membezakan antara keseronokan dengan memasukkan aspek kualiti. Mill mengukur kualiti dan kuantiti sekaligus. Menurut Mill, petunjuk kualiti keseronokan adalah seperti tinggi/rendah, baik/buruk, baru/lama objektif/subjektif, dan. Faktor yang boleh mempengaruhi keseronokan pula ialah kecerdikan, pendidikan, sensitiviti, bermoral dalam tindakan dan kesihatan yang baik.

Beliau memperihalkan utilitarianisme seperti berikut: Prinsip Kebahagiaan Terbanyak yang menekankan bahawa sesuatu perlakuan itu benar atau baik mengikut kadar atau perimbangan kebahagiaan yang dimajukan dan dihasilkan oleh perlakuan itu. Kesenorokan (bebas daripada kesakitan) sebagai natijah atau hasil yang benar, baik dan yang diidamkan.

1.1.3 Penyokong: Quinton (1973), menggangap bahawa kebaikan sesuatu tindakan atau perlakuan ditentukan oleh nilai natijah daripada tindakan itu sendiri. Penentu nilai berkenaan ialah kesenorokan dan kesakitan yang wujud bersamanya.

1.1.4 Jenis dan Ciri-ciri: Utilitarianisme menggangap bahawa sesuatu perbuatan baik atau jahat bolehnya disukat. Pada peringkat paling rendah dipanggil act utilitarinisme. Kita harus bertanya kepada diri sendiri mengenai kesan akibat sesuatu tindakan dalam keadaan tertentu ke atas pihak-pihak yang terlibat sebelum sebarang tindakan diambil. Sekiranya tindakan tersebut menghasilkan kebaikan maka ia dianggap betul.

Jenis-jenis Utilitarianism:

Act utilitarianism: Ciri yang pertama adalah merekodkan akibat sesuatu perbuatan sama ada bermoral atau sebaliknya berdasarkan kajian kes. Ciri ini dipanggil act utilitarianism. Misalnya aktiviti riadah dengan menonton televisyen mungkin dianggap tidak bermoral kerana masa tersebut sepatutnya digunakan untuk melakukan kerja-kerja yang bermanfaat seperti kerja kebajikan.

Hedonistic utilitarianism: Ciri yang kedua pula ialah mengambil kira kegembiraan, kesan daripada suatu tindakan dianggap bermoral. Ini kerana Bentham berpendapat, untuk menentukan benar atau salah (moraliti) tingkah laku individu, ianya perlu mengambil kira kesan dan akibatnya. Misalnya tindakan atau perbuatan yang boleh meningkatkan ciri kesetiaan dan persahabatan, sehingga mencetuskan ciri kegembiraan. Memutuskan persahabatan tetapi membahagiakan kedua-dua pihak yang terlibat adalah suatu yang dianggap bermoral.

Istilah yang selalunya dikaitkan dengan Teori Utilitarianisme adalah seperti berikut:

(a.) Istilah kebaikan: Pengalaman kesenorokan mestilah dikaitkan dengan kebaikan dan pengalaman kesakitan dikaitan dengan kejahatan.

(b.) Istilah kebahagiaan: Menyamakan kesenorokan dengan kebahagiaan.

1.1.5 Contoh yang berkaitan: (a.) Pandangan peperangan dalam konsep Utilitarianisme Dalam memutuskan kemoralan melancarkan peperangan tertentu, seseorang itu mesti menimbangkan kemudaratan dan kebaikan yang mungkin terhasil. Peperangan dianggap wajar dari segi moral jika hasilnya membawa kebahagiaan dan kelebihan yang melebihi kesengsaraan dan penderitaan. Contohnya, utilitarianisme menyokong tindakan mengebom bandar Hiroshima (walaupun banyak yang tidak berdosa berkoban) untuk menamatkan perang dunia kedua. Hal ini kerana jika pihak jepun menang, dunia ini akan hilang sifat kemanusiaan dan kezaliman yang berleluasa.

(b.) Pandangan tentang peraturan yang bermoral Sesuatu peraturan yang ditentukan mesti memaksimunkan keseronokan bagi semua yang terlibat. Misalnya, peraturan memakai seluar pendek di dalam kampus perguruan.

(c.) Tindakan mencuri Contohnya kalau seseorang itu mencuri wang daripada seseorang yang kaya dan

kedekut dan kemudian di agihkan kepada si miskin di anggap baik, kerana bilangan orang yang beruntung adalah melebihi daripada seseorang kaya yang kena curi.

1.1.6 Kelemahan-kelemahan teori ini: 1. Intensiti keseronokan atau kesakitan adalah sesuatu perkara yang subjektif dan sukar untuk diukur. Intensiti ini adalah subjektif kerana perasaan setiap individu adalah berbeza. 2. Kualiti keseronokan atau kesakitan yang dialami oleh seseorang individu adalah tidak sama dengan orang lain.

1.2 Teori Egoisme: 1.2.1 Definisi: Egoisme ditakrifkan sebagai teori yang menggangap nilai itu baik jika menguntungkan diri sendiri dan nilai itu buruk jika sesuatu itu merugikan diri sendiri.

1.2.2 Pengasas: Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844 1900), ialah seorang ahli falsafah yang mengkritik utilitarianisme. Bagaimanapun, beliau lebih kuat menentang kemoralan sosial iaitu yang berasaskan tradisi dan peraturan masyarakat.

Nietzche mengenal pasti dua kumpulan besar manusia iaitu kumpulan rakyat jelata yang miskin dan kumpulan bangsawan yang kaya. Kumpulan rakyat jelata adalah ramai dan lemah. Manakala golongan bangsawan ini minoriti tetapi kuat. Oleh itu, rakyat jelata ini selalunya menyimpan perasaan benci dan dendam terhadap gologan bangsawan ini.

Hal ini telah menyebabkan kaum bangsawan melihat diri mereka sebagai durjana dan jahat. Mereka melihat nilai asal mereka (individualisme atau egoisme) sebagai salah. Usaha rakyat memperkenalkan peraturan moral ini mengandungi konsep seperti pengorbanan diri, rasa bersalah, suara batin, kepercayaan agama dan lain-lain. Bagi Nietzsche, mencipta tuhan atau menyedarkan wujudnya tuhan dan agama yang melindungi golongan rakyat ini adalah hasil daripada pemberontakan. Jadi, rakyat berjaya menjadikan etika dan kemoralan yang salah itu menjadi benar yang berpunca daripada perundangan tuhan.

Jadi, sesuatu tindakan itu mesti menguntungkan diri. Nietzsche ialah seorang egois yang mahu melihat kaum bangsawan untuk berkembang dan menjadi tuan kepada kod etika, peraturan dan undang-undang moral.

1.2.3 Jenis dan ciri-ciri:

Egoisme boleh dibahagikan kepada Egoisme Psikologi atau Egoisme Etika. Egoisme Psikologi Egoisme Etika satu teori deskriptif mengatakan Memberitahu bagaimana tindakan. orang melakukan bagaimana bertindak. mereka

(pescribe) perlu

Berpendapat bahawa semua orang Berpendapat adalah selfish.

bahawa

semua

orang perlu selfish.

Rajah 2

Egois biasanya mementingkan diri sendiri sahaja dan tidak mengambil kira kepentingan orang lain, sebaliknya menindas dan mengeksploitasi orang lain. Egois tiada iltizam untuk berbakti kepada masyarakat dan menjalankan kerja sukarela. Mereka ini benci kepada pertubuhan atau organisasi. Nietzsche memperakui nilai sesuatu sistem peraturan tetapi beliau menentang peraturan mutlak. Peraturan mestilah bersifat individualistik.

1.2.4 Contoh yang berkaitan: a) Tindakan membantu orang lain

Contohnya, dalam kemalangan kebakaran, kita tidak sepatutnya menyelamatkan mangsa kerana dikhuatiri akan membahayakan nyawa diri. Bagi contoh lain, Seseorang itu dianggap tidak beretika apabila tindakannya menolong orang buta melintasi jalan raya, tetapi berkesudahan dengan kecelakaan.

b)

Tindakan peperangan Kajian kes British menakluki negeri-negeri Melayu sebelum Malaysia merdeka, tindakan British mengeksploitasi bahan mentah di negeri-negeri melayu untuk tujuan kepentingan diri. Dalam situasi ini, British dianggap golongan bangsawan yang kuat. Manakala orang tempatan dianggap lemah dan selalunya memberontak mengunakan prinsip ketuhanan (hak mereka sebagai pemilik) untuk mempertahankan diri. Jadi, peperangan British untuk menakluki tanah melayu adalah bermoral.

c)

Tindakan kegiatan pertubuhan Kegiatan pertubuhan yang wujud adalah tidak bermoral kerana ianya dianggap sebagai suatu fahaman baru untuk mempengaruhi orang lain. Contohnya, pertubuhan parti-parti politik.

1.2.5 Kelemahan-kelemahan:

1.

Egoisme tidak mengutamakan kemurahan hati kerana mengejar kepentingan diri sendiri, hal ini memudaratkan orang lain.

2.

Peraturan yang bersifat individualistik ini menyebabkan tiada satu piawaian atau ukuran untuk menghakimi sesutau tindakan.

1.2.6 Kesimpulan: Prinsip Utilitarianisme yang dikemukakan mendukung bahawa kita seharusnya memaksimunkan kebahagiaan dan meminimunkan kesakitan. Manakala pengajaran Egoisme pula menyokong etika individualisme. Oleh itu, dalam kehidupan seharian, kita mestilah berjaga-jaga dan berwaspada dalam menerima fahaman atau pendapat daripada mana-mana pihak.

2.0 Pengenalan Teori Deontologi: Prinsip Kewajipan dan Eksistensialisme

Deontologi berasal dari perkataan Yunani "deon" yang bermaksud "yang diharuskan atau diwajibkan". Teori deontologi terdiri daripada pelbagai jenis pandangan yang berbeza. Teori deontologi menafikan atau menolak apa yang diperakui teori telelogi. Teori deontologi menegaskan bahawa ada pertimbangan dan fakta yang lain bernilai intrinsik yang menyebabkan seseuatu perlakuan atau peraturan itu patut, baik, benar dan diwajibkan. Teori deontologi

mementingkan sifat perlakuan atau ciri peraturan itu sendiri. Seperti Teori Teleologikal, terdapat beberapa jenis teori deontologi iatu teori deontologi-lakuan (eksistensialisme) dan teori deontolofi-peraturan (prinsip kewajiban).

Deontologi selalu dikaitkan dengan Immanuel Kant, seorang ahli flasafah German (17241804) yang pernah mengajar di University of Konigsberg di bahagian barat Rusia. Kant percaya bahawa apa yang memberi nilai moral kepada sesuatu tindakan bukan akibatnya kerana akibatakibat tindakan kita tidak sentiasa berada di bawah kawalan kita. Akan tetapi motif (niat) tindakan kita adalah di bawah kawalan kita dan, oleh itu, kita harus bertanggungjawab secara moral atas motif kita untuk membuat kebaikan atau keburukan.

2.1 Prinsip Kewajipan: 2.1.1. Definisi:

Menegaskan duty for the sake of duty, iaitu tanggungjawab dilaksanakan semata-mata kerana amalan itu merupakan satu tanggungjawab.

2.1.2.

Pengasas:

Immanuel Kant (1724 - 1804)

2.1.3. a)

Ciri-ciri: Konsep tekad baik (Goodwill)

Sesuatu tindakan yang datang daripada kesedaran untuk menunaikan tanggungjawab akan melahirkan perbuatan yang benar dari segi moral.Kant menyatakan perkara-perkara yang baik ialah membuat sesuatu bakat minda seperti kebijaksanaan dan kecerdasan pemikiran, keberanian dan kesederhanaan pemikiran. Dalam konteks ini, Kant tidak mahu menganggap sesuatu tekad itu baik atas sebab apa yang telah atau ingin atau boleh dicapai dan dihasilkan oleh tekad itu. Motif tunggal tekad baik hanya berlaku apabila menganggap ia sebagai mengamalkan kewajipan. Ini kerana untuk mengamalkan kewajipan, sesuatu tekad itu baik kerana batinnya atau semangat dalamannya. Dengan kata lain, yang baik dan patut diberi pujian moral ialah mengamalkan kewajipan itu semata-mata kerana amalannya ialah suatu kewajipan. Kant juga menjelaskan bahawa mengamalkan kewajipan sedemikian adalah serupa dengan bertingkah laku wajar kerana memuliakan atau menghormati undang-undang.

b)

Perintah Mutlak Tanpa Syarat (Categorical Imperative) Apabila sesuatu peraturan dibentuk, setiap orang mesti mematuhinya setiap masa tanpa sebarang pengecualian dan persoalan. Kant menjelaskan bahawa individu yang baik dari segi moral dengan tekad baik yang mutlak ialah individu yang sentiasa berkelakuan atau bertindak atas dasar kewajipan atau kerana menghormati undang-undang. Individu ini akan

memilih kewajipan dan kepatuhan kepada undang-undang dan tidak akan memilih kecenderungan tertentu jika dia terpaksa membuat sesuatu pilihan.

Kewajipan atau undang-undang mutlak ini dikenali, diperihalkan, diperaku dan digambarkan oleh Kant sebagai satu set prinsip moral (yang lebih dikenali sebagai categorical imperative atau perintah mutlak atau tanpa syarat). Prinsip moral yang ditetapkan oleh individu untuk dirinya sendiri (seperti tidak cakap bohong) mesti dipatuhi oleh orang lain. Dengan kata lain, individu itu mesti bertindak sebagaimana dia inginkan orang lain bertindak. Secara rumusnya, prinsip moral individu itu sewajarnya melambangkan undang-undang yang objektif dan sejagat. Dengan ini menjelaskan bahawa Kant meletakkan konsep pematuhan kepada prinsip sendiri sebagai suatu undang-undang sejagat adalah formula asas prinsip kemoralan.

2.1.4. a)

Contoh yang berkaitan: GOOD WILL Seseorang yang menyambung pelajaran selepas mendapat keputusan SPM atas kesedaran diri

sendiri kerana memikirkan ianya satu tanggungjawab adalah satu perbuatan yang beretika, manakala belajar kerana terpaksa boleh dianggap tidak beretika. Seseorang pelajar belajar bersungguh-sungguh atau tekun untuk mendapatkan markah yang tinggi dalam peperiksaaan atas kesedaran diri sendiri kerana dia memikirkannya ialah satu tanggungjawab. Dengan ini, ia merupakan satu perbuatan yang beretika.

b)

CATEGORICAL IMPERATIVE Menipu dalam peperiksaan adalah satu kesalahan kerana rasionalnya adalah walaupun menipu boleh membantu anda mendapat markah yang tinggi dalam peperiksaan, ia tetap dihina orang kerana ia adalah satu tindakan yang tidak adil.

Mencuri merupakan satu kesalahan tidak kira bahan yang dicuri itu besar atau kecil, mahal atau murah dan sebagainya. Walapun mencuri boleh membantu kita mendapatkan bahan yang diinginkan atau wang, tetapi kita akan dihina oleh orang lain atau disalahkan di sisi undangundang.

Membohong merupakan satu amalan atau tingkah laku yang salah secara rasionalnya. Ia adalah satu kesalahan kerana ia mungkin akan menimbulkan masalah kepada orang yang kita bohong dan kehilangan kepercayaan orang lain terhadap kita. Oleh itu, sejak kecil lagi kita dididik supaya tidak cakap bohong

2.1.5.

Kritikan terhadap Prinsip Kewajipan Walaupun telah ditegaskan dari awal bahawa tanggungjawab dilaksanakan semata-mata

kerana amalan itu ialah tanggungjawab tetapi apabila timbul keadaan di mana dua kewajipan berkonflik, sukar untuk memilih mana yang perlu diutamakan. Ini merupakan satu kelemahan dalam Prinsip Kewajipan.

Rajah 7

Dalam situasi di atas, pelajar tersebut mempunyai dua kewajipan iaitu sebagai pelajar dia perlu menyiapkan tugasnya dan sebagai anak, dia perlu membantu ibu dengan kerja rumah kerana ibunya tidak sihat. Apabila terdapat konflik di antara dua tanggungjawab, Prinsip Kewajipan kurang jelas dan tanggungjawab diutamakan mengikut prinsip etika yang lain.

2.2 Eksistensialisme: 2.2.1. Definisi:

Menegaskan bahawa nilai buruk mesti berasaskan pilihan individu secara bebas. Sebaliknya, pilihan individu menjadi nilai buruk jika kerana dipaksa. Eksistensialisme boleh ditakrifkan dengan senang, tetapi apa yang menjadikannya sukar difahami ialah terdapat dia aliran eksistensialisme yang berlainan pandangan iaitu: a) Eksistensialisme yang beragama kristian, termaksuk Karl Jaspers dan Gabriel Marcell, keduaduanya katolik; b) Eksistensialisme ateistik (ateis ialah orang yang tidak percaya kewujudan Tuhan), termasuk Martin Heidegger dan beberapa oranga eksistensialis Perancis serta Sarte sendiri.

2.2.2.

Pelopor: Jean-Paul Sartre (1905-1980) Menurut Sarte, manusia tidak mempunyai penciptanya dan fungsi manusia sudah ditentukan. Bagaimana manusia itu menjadi bermoral atau tidak bermoral bergantung kepada pilihan yang dibuatnya dalam pelbagai peringat kehidapannya.

2.2.3.

Ciri-ciri: Eksistensialisme melemahkan peraturan tradisional dan mutlak yang berfungsi sebagai

panduan moral. Bagi eksistensialisme, kemoralan berasaskan andaian "kebebasan". Menurut Satre, jika individu mematuhi peraturan masyarakat secara buta tuli, dia mempunyai pandangan "mitologi" yang menjejaskan kebebasannya. Mitos ini mesti dihapuskan dari alam kemoralan.

Tidak dapat dinafikan bahawa individu tidak dapat membuat apa-apa terhadap hakikat bahawa dia telah lahir, bagaimana dia lahir, dalam abad berapa dia lahir, ibu bapanya dan lainlain, tetapi dia boleh menentukan bagaimana dia hendak hidup.Individu mesti bertanggungjawab terhadap pertimbangan dan tingkah laku moralnya sendiri. Aspek ini sama dengan pandangan Heideggar yang memperkenalkan konsep "kewujudan sah". Kewujudan ini merujuk kepada individu membuat pilihan dan keputusan moral yang tulen dan tidak membenarkan dirinya dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan orang lain dalam membuat pilihan dan keputusan moral. Apabila individu itu membenarkan orang lain membuat pilihan moral untuk dirnya, dia dianggap berada dalam kewujudan yang tidak sah.

Golongan eksistensialisme menitikberatkan kebebasan memilih (freedom of choice) dalam situasi yang mereka berada. Terdapat tiga bentuk kebebasan: Kebebasan jasmani Kebebasan kehendakKebebasan moral Kebebasan moral bermaksud kebebasan bertindak tanpa amanah, paksaan dan larangan.

Mengikut eksistensialisme, seseorang itu merasakan kewajipannya bukan suatu yang dipaksa dari luar, tetapi sesuatu yang dikehendaki olehnya sendiri. Dengan menjauhi semua prinsip dan peraturan moral, individu mesti menggunakan kebebasannya untuk mendapat fakta yang betul berhubung dengan situasi yang dihadapinya, iaitu menilai secar teliti situasi

berkenaan, kemudian membuat pilihan dan keputusan moralnya sendiri. Eksistensialisme menekankan pilihan terus daripada sumber asal (first hand choice).

2.2.4. 1.

Contoh yang berkaitan: Menderma kepada institusi agama adalah nilai baik jika dilakukan kerana pilihan sendiri tetapi

menjadi nilai buruk jika kerana terpaksa. 2. Seseorang tidak dilahirkan sebagai seorang guru. Sebaliknya, dia memilih untuk menjadi guru. Ia adalah nilai baik jika dilakukan kerana pilihan sendiri tetapi menjadi nilai buruk jika kerana terpaksa. Oleh itu, setiap individu bebas memilih atau menentukan apa yang disukainya. 3. Menjalankan khidmat sosial di rumah-rumah orang yatim atau orang tua adalah nilai baik jika ia dilakukan atas pilihan sendiri. Ia akan menjadi nilai buruk jika ia dilakukan atas paksaan.

1.2.5.

Kritikan terhadap Prinsip Kewajipan Oleh kerana Prinsip Eksistensialisme memegang pada prinsip bahawa nilai baik atau nilai buruk mesti berasaskan kepada pilihan individu secara bebas, isu tentang relativisme akan timbul. Menurut Satre, peraturan dan prinsip adalah terlalu abstrak dan tidak ada peraturan yang boleh digunakan oleh manusia untuk menentukan apa tindakan yang akan diambil atau apa yang betul. Dalam keadaan ini, relativisme individu dianggap sebagai mutlak.

Rajah 9

Dalam situasi di atas, Jaysha telah membuat keputusan berasaskan keadaan persekitaran dan ingin memilih keputusan hendak menjadi GRO yang pada anggapannya meringankan beban kewangan ibu bapa dan pada masa yang sama memberinya pendapatan yang lumayan. Tetapi keputusan ini mungkin tidak baik dari segi moral sebab ibu baoa Jaysha san masyarakat setempat mungkin mempunyai standard moral yang berbeza dengan Jaysha.

2.2.6. Kesimpulan: Prinsip kewajipan menegaskan bahawa tanggungjawab yang kita dilaksanakan semata-mata kerana amalan itu merupakan satu tanggungjawab. Manakala Eksistensialisme menyatakan pilihan seseorang individu adalah penting dan untuk menentukan sama ada nilai tersebut adalah baik atau buruk. Oleh itu, kita haruslah bijaksana dalam membuat keputusan atau pilihan dalam kehidupan seharian.

Potrebbero piacerti anche