Sei sulla pagina 1di 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat
dan hidayah serta taufik dari-Nya, penulis dapat melaksanakan pembuata makalah
mengenani hubungan diplomatik dengan Malaysia.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mangasa


Simatupang,SE.,MM selaku dosen Bank dan Lembaga Keuangan yang telah berkenan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas Bank dan Lembaga Keuangan. Dalam penyusunan laporan ini penulis
banyak dibantu oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah mencurahkan banyak tenaga dan
pikirannya untuk mendukung penulis dalam menuntut ilmu.

2. Teman-teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini

Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini ada manfaatnya bagi
perkembangan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan untuk pendidikan mengenai
pemahaman Bank dan Lembaga Keuangan pada khususnya. Apabila dalam laporan ini
terdapat kata-kata yang tidak diinginkan, penulis mohon maaf. Semoga laporan ini dapat
diterima dan memberikan manfaat kepada kita semua.

Jakarta, 04 April 2011


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PEMBAHASAN
1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA
2.1 TOTAL SIMPANAN
2.2 JUMLAH BANK UMUM DI INDONESIA
2.3 TOTAL KREDIT YANG DISALURKAN
2.4 RASIO SIMPANAN MASYARAKAT DARI KREDIT YANG
DISALURKAN (LDR)
2.5 RASIO TOTAL KREDIT MACET
2.6 DANA HASIL EMISI DAN KAPITALISASI PASAR MODAL
2.7 PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 KRITIK DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan
penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini membantu masyarakat mengatasi
kekurangan modal dalam mengelola, membiayai operasi, dan mengembangkan usaha
sehingga mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Pemberian kredit
merupakan aktivitas paling pokok dari perbankan, hal tersebut merupakan salah satu fungsi
intermediasi bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan kembali
dana tersebut, namun resikonya juga relatif besar. Sebagai antisipasinya, manajemen bank
harus mengelolanya dengan prinsip kehati-hatian.
Bank memberikan kredit berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Pemberian kredit kepada nasabah harus melalui prosedur dan harus memenuhi
syarat yang ditentukan untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah yang melanda
perbankan serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu,
pemberian kredit kepada masyarakat merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan
dan analisa-analisa yang baik dari bank untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian,
serta pertimbangan dan analisa tersebut dipengaruhi oleh ketentuan dari Bank Indonesia dan
kebijaksanaan dari kantor pusat bank itu sendiri. Selain daripada hak di atas, pihak perbankan
juga telah mengeluarkan suatu kebijakan yang sekaligus merupakan suatu persyaratan mutlak
bagi perusahaan yang hendak memperoleh pinjaman kredit dari bank, yaitu perusahaan harus
memberikan laporan keuangannya untuk dianalisa dan dievaluasi oleh pihak bank untuk
mengetahui posisi keuangan, kinerja dan perkembangan perusahaan, yang akhirnya dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam pembayaran bunga dan pembayaran kembali
pinjaman ada saat jatuh tempo.
Untuk menjaga agar kredit yang disalurkannya adalah kredit yang layak, Bank
melakukan analisis terhadap laporan keuangan debitur. Salah satu bentuk yang lazim dalam
analisis laporan adalah analisis rasio keuangan.
1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai data atau informasi mengenai keadaan
perbankan di Indonesia. Apabila informasi mengenai perbankan di Indonesia sudah kita
ketahui, maka kita bisa membuat kesimpulan dan menganalisa bagaimana keadaan ekonomi
perbankan saat ini.

1.3 Sistematika Penulisan


Makalah ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Yang mencakup latar belakang, tujuan pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB II : PEMBAHASAN DAN ANALISA

Mencakup semua aspek dan faktor-faktor mengenai data, informasi, dan analisa mengenai
perbankan.

BAB III : PENUTUP

Berisi kesimpulan serta kritik dan saran.


BAB II

ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1 Total Simpanan Masyarakat Pada Perbankan

Dana simpanan nasabah di bank umum berkurang Rp 1,46 triliun pada bulan April 2010. Jika
per 30 Maret 2010 simpanan nasabah mencapai Rp2.000,62 triliun, maka pada April 2010
angkanya turun 0,07% menjadi Rp 1.999,16 triliun.
Penurunan total simpanan ini terjadi karena penurunan pada giro sebesar Rp7,93 triliun dan
simpanan lainnya sebesar Rp1,90 triliun atau total penurunannya sebesar Rp9,83 triliun.
Meskipun terjadi kenaikan pada tabungan sebesar Rp4,65 triliun dan deposito sebesar Rp3,72
triliun atau total kenaikannya sebesar Rp8,37 Triliun.
Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang dikutip detikFinance, Minggu
(23/05/2010), dari total dana simpanan di bank umum hingga April 2010 jumlah simpanan
yang dijamin oleh LPS mengalami penurunan sebesar Rp3,1 Triliun, yaitu dari Rp1.246,3
triliun pada bulan Maret 2010 menjadi Rp1.243,2 triliun pada bulan April 2010. Jumlah
simpanan yang dijamin oleh LPS tersebut meliputi 62,19% dari total simpanan pada seluruh
bank umum.
Simpanan yang dijamin tersebut terdiri dari seluruh simpanan nasabah untuk segmen Rp 0 s.d
Rp 2 miliar dan seluruh bagian yang dijamin (Rp2 miliar) dari simpanan nasabah untuk
segmen diatas Rp 2 miliar.
Sedangkan jumlah rekening yang seluruh simpanannya dijamin oleh LPS (Rp 0-Rp 2 miliar)
mengalami kenaikan sebesar 731.134 rekening, yaitu dari 90.015.293 rekening pada bulan
Maret 2010 menjadi 90.746.427 rekening pada bulan April 2010. Jumlah rekening tersebut
meliputi 99,90% dari total rekening pada seluruh bank umum.

Total simpanan pada salah satu bank, contoh total simpanan pada BPR/BPRS pada akhir
Semester II Tahun 2010 mencapai Rp33.678,26 Miliar (Tabel 1). Total simpanan tersebut
mengalami kenaikan sebesar Rp3.668,35 Miliar (12,22%, Grafik1) dibandingkan dengan
total simpanan pada akhir Semester I Tahun 2010. Jika dibandingkan dengan akhir Semester
II Tahun 2009, total simpanan akhir Semester II Tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar
Rp6.377,06 Miliar (23,36%).
TABEL1
PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR/BPRS
Dalam milyar
2006 2007 2008 2009 2010
JANUARI 14.525,92 17.467,28 20.719,72 22.642,55 27.835,77
FEBRUARI 14.743,74 17.610,12 20.988,83 22.959,32 28.394,35
MARET 14.945,96 17.703,76 21.133,39 23.340,99 28.890,25
APRIL 27.835,77 17.989,00 21.555,06 23.770,88 29.360,22
MEI 15.471,12 18.220,80 21.718,73 24.056,04 29.806,00
JUNI 15.646,03 18.306,01 21.785,59 24.324,11 30.009,91
JULI 15.882,98 18.623,36 22.305,04 24.679,52 30.491,85
AGUSTUS 16.121,04 18.967,41 22.232,89 25.076,87 30.409,01
SEPTEMBER 16.301,86 19.081,71 22.223,46 25.400,60 31.320,53
OKTOBER 16.379,96 19.465,19 22.293,86 26.114,40 32.132,33
NOVEMBER 16.799,77 19.756,60 22.513,54 26.535,50 32.749,37
DESEMBER 17.045,31 20.188,94 22.923,72 27.301,20 33.678,26
*) Simpanan pada Data ini meliputi Dana Pihak Ketiga dan Simpanan Antar Bank (Antar Bank Pasiva dalam
bentuk Simpanan)
Sumber : data lembaga penjamin simpanan
2.2 Jumlah Bank Umum yang Berada di Indonesia

Terdapat 121 bank yang berada di Indonesia. Berikut adalah data-data bank di Indonesia.

BUSN DEVISA

Nama Bank
PT BANK AGRONIAGA, TBK. PT BANK UOB BUANA,
Tbk.
PT BANK ANTARDAERAH PT PAN INDONESIA
BANK, Tbk
PT BANK ARTHA GRAHA
INTERNASIONAL, Tbk.
PT BANK BNI SYARIAH

PT BANK BUKOPIN

PT BANK BUMI ARTA

PT BANK CENTRAL ASIA Tbk.

PT BANK CIMB NIAGA, Tbk

PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk

PT BANK EKONOMI RAHARJA, Tbk

PT BANK GANESHA

PT BANK HANA

PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906,


Tbk
PT BANK ICB BUMIPUTERA Tbk

PT BANK ICBC INDONESIA

PT BANK INDEX SELINDO

PT BANK INTERNASIONAL
INDONESIA Tbk
PT BANK KESAWAN Tbk

PT BANK MASPION INDONESIA

PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL


Tbk
PT BANK MEGA, Tbk

PT BANK MESTIKA DHARMA

PT BANK METRO EXPRESS

PT BANK MUAMALAT INDONESIA

PT BANK MUTIARA, Tbk

PT BANK NUSANTARA
PARAHYANGAN,Tbk
PT BANK OCBC NISP, Tbk

PT BANK PERMATA Tbk

PT BANK SBI INDONESIA

PT BANK SINARMAS, Tbk

PT BANK SWADESI Tbk

PT BANK SYARIAH MANDIRI

PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


 
BPD

Nama Bank
BPD KALIMANTAN SELATAN PT. BPD PAPUA (d/h
BPD IRIAN JAYA)
BPD KALIMANTAN TIMUR PT. BPD JAWA BARAT PT. BPD SUMATERA
DAN BANTEN SELATAN DAN
BANGKA BELITUNG
BPD SULAWESI TENGGARA PT. BPD KALIMANTAN PT. BPD SUMATERA
BARAT UTARA
BPD YOGYAKARTA PT. BPD MALUKU

PT BANK DKI PT. BPD BENGKULU

PT BANK LAMPUNG PT. BPD JAWA TENGAH

PT BANK ACEH PT. BPD JAWA TIMUR

PT BANK KALTENG PT. BPD NUSA


TENGGARA BARAT
PT BPD JAMBI PT. BPD NUSA
TENGGARA TIMUR
PT BPD SULAWESI SELATAN PT. BPD SULAWESI
TENGAH
PT BPD RIAU KEPRI PT. BPD SULAWESI
UTARA
PT BPD SUMATERA BARAT PT. BPD BALI
(BANK NAGARI)
 
 
 
 

2.3 Total Kredit Yang Disalurkan

Kredit perbankan hingga akhir 2010 mencapai Rp1.742,85 triliun atau naik Rp312,65 triliun
atau tumbuh 21,86% (year to date). Perbankan nasional masih sehat karena kredit macet
hanya 1,6 persen dari angka total. Tapi, menumpuknya undisbursed loan pertanda kredit
membusuk karena tak tersalur ke sektor riil.

Peningkatan tersebut bersumber dari naiknya kredit rupiah sebesar Rp13,95 triliun dan kredit
valas sebesar Rp 6,06 triliun. Sehingga sepanjang tahun lalu, kredit meningkat Rp312,65
triliun atau tumbuh 21,86% dan secara year on year naik Rp334,89 triliun atau tumbuh
23,79%. Pangsa pasar kredit bank swasta terhadap total kredit perbankan merupakan yang
tertinggi yakni mencapai 43,93% diikuti oleh kelompok bank persero 35,67% dan yang
terendah yakni pada kelompok bank campuran yang hanya sebesar 5,43%.
Hingga Januari 2011, jumlah kredit yang diberikan perbankan mencapai Rp 1.746 triliun, dari
Rp 1.405 triliun di Januari 2010. Jumlah kredit tersebut didominasi oleh kredit rupiah senilai
Rp 1.469 triliun dan kredit valas senilai Rp 276,7 miliar.

2.4 Rasio Simpanan Masyarakat Disbanding Kredit Yang Disalurkan (LDR)

Total outstanding kredit saat ini mencapai Rp 1.597 triliun dan pendanaan oleh pihak ketiga
(DPK) sebesar Rp 2.082 triliun. Jumlah tersebut menjadikan tingkat LDR telah mencapai
rekor tertinggi untuk tahun ini. Berdasarkan data dari Indonesian Banking Statistic, BI, kredit
per akhir Juli 2010 mengalami peningkatan sebesar 19,4% yoy dari bulan sebelumnya 18,8%
yoy. Total oustanding kredit menjadi Rp1.597 triliun dan di sisi pendanaan, total oustanding
DPK (dana pihak ketiga) sebesar Rp2.082 triliun, mentranslasikan tingkat LDR di level 77%,
atau mencapai rekor tertinggi tahun ini. Per awal tahun, LDR perbankan masih berada di
level 72%.
Sementara ini tidak ada masalah dengan kemampuan bank untuk memenuhi
pengembalian DPK yang akan jatuh tempo. Berdasarkan metode spread antara pertumbuhan
kredit dan DPK yang kami gunakan, terlihat bahwa spread masih berada di level 4%, atau
berada dibawah level rata-rata historisnya yang 8%. Sementara pada saat krisis likuiditas di
bulan Maret 2005, Agustus - September 2008, spread pertumbuhan kredit dan DPK masing-
masing tercatat di level 20% dan 25%.
Per 1 November 2010 BI mengumumkan regulasi baru berkaitan dengan prime
lending rate. Dengan adanya aturan tersebut komponen struktur penyusun bunga kredit
(seperti biaya dana, overhead dan biaya lain-lain) akan di publikasi ke publik. Hal ini
menyebabkan meningkatnya tingkat kompetisi di industri perbankan. Secara umum, aturan
ini bisa menekan NIM perbankan di Indonesia dimana di tahun 2009 tercatat tertinggi se-
regional yakni 5,9%. BI sendiri menargetkan NIM perbankan bisa diturunkan hingga
mendekati level NIM Filipina sebesar 3,9%. Jika hal ini terjadi (NIM tergerus), ROE
perbankan yang mempengaruhi valuasi saham-saham perbankan juga berpotensi turun. Oleh
sebab itu secara industri saat ini kita merekomendasi HOLD sambil menunggu hasil kinerja
3Q10. Rekomendasi kita juga diperkuat oleh kenaikan saham-saham perbankan yang sudah
mendekati valuasi 2011.
2.5 Rasio Total Kredit Macet

Rasio kredit macet di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang selama Ini terkenal tinggi
kini mulai membaik. Itu terlihat dari rasio nonperforming loan (NPL) yang mencapai level
terendah. berdasar data statistik perbankan Indonesia, rasio NPL BPR terus menurun. Per
akhir Juni lalu 6,53 persen. Per Juni 2010 nilai kredit macet BPR tercatat Rp 2,05 triliun di
antara total kredit yang disalurkan Rp 31,49 triliun.

Sebagai perbandingan, pada akhir Desember 2009 posisi kredit macet BPR Rp 1,93
triliun dengan penyaluran kredit Rp 28,00 triliun. Dengan begitu, rasio NPL 6,90 persen.

Adapun pada Juni 2009 angka kredit macet Rp 1,97 triliun dengan penyaluran kredit
Rp 26,38 triliun, sehingga rasio NPL 7,48 persen.

Jika dicermati, tren rasio NPL tersebut terus turun. Jika dibandingkan dengan
beberapa tahun lalu, penurunan rasio NPL cukup signifikan. Pada akhir 2005 data BI
menunjuk-kan rasio NPL BPR masih 7,97 persen, kemudian pada akhir 2006 melonjak
hingga 9,73 persen. Rasio NPL BPR melandai pada akhir 2007 sebesar 7,98 persen. Namun,
pada akhir 2008 rasio kredit macet melonjak lagi menjadi 9,88 persen.

Hingga Januari 2011, total kredit macet perbankan di Indonesia mencapai Rp 29,62
triliun. Nilai ini naik tipis 1,1% dibandingkan Januari 2010 yang sebesar Rp 29,27 triliun.
Jumlah kredit macet perbankan ini hanya sebesar 1,6% dari total kredit bank hingga akhir
Januari 2011 yang nilainya mencapai Rp 1.746,05 triliun.
Kredit macet bank ini masuk ke dalam komponen kredit bermasalah atau non performing
loan (NPL) perbankan, yang hingga akhir Januari 2011 jumlahnya mencapai Rp 48,304
triliun (2,77%). Jumlah NPL ini naik dibandingkan Januari 2010 yang sebesar Rp 48,83
triliun (3,47%).
Komponen NPL bank adalah kredit kurang lancar yang jumlahnya Rp 10,76 triliun di akhir
Januari 2011, lalu kredit diragukan yang nilainya Rp 7,924 triliun, dan terakhir kredit macet
yang nilainya Rp 29,62 triliun.
Dari data tersebut disampaikan, sektor yang besar menyumbang kredit bermasalah perbankan
ini adalah sektor perdagangan, restoran, dan hotel dengan nilai Rp 13,19 triliun. Lalu sektor
manufaktur yang jumlah kredit bermasalahnya Rp 10,892 triliun.
2.6 Dana Hasil Emisi dan Kapitalisasi Pasar Modal

Pertumbuhan kapitalisasi pasar modal pada 2007 meningkatkan sumbangannya


terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari hanya 37,42 persen menjadi 60
persen. Nilai kapitalisasi pasar PT Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 mencapai
Rp2.539,04 triliun atau naik sekitar 58 persen dari posisi 2006 sebesar Rp1.982,70 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan kapitalisasi di pasar modal bisa mencapai Rp 3.000
triliun pada 2012 mendatang. Sekarang kapitalisasi sudah mencapai Rp 2.400 triliun. Masih
ada sekitar Rp 600 triliun yang bisa dicapai di 2012.

Kapitalisasi pasar modal Indonesia hingga 9 November 2010 ini disebutkan sudah
mencapai Rp3.191,7 triliun. Angka ini meningkat dari nilai kapitalisasi Desember 2009 lalu
yang sebesar Rp2.019,4 triliun. IHSG kita meningkat 40 persen dengan nilai transaksi Rp4,5
triliun per hari. Ini merupakan pertumbuhan paling tinggi di antara negara-negara di Asia
Pasifik dan tertinggi sepanjang pasar modal Indonesia. Sementara transaksi paling tinggi pada
2009 lalu sebesar Rp4,046 triliun per hari.

2.8 Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan IV‐2010 menurun sebesar 1,4 persen
terhadap triwulan III‐2010 (q‐to‐q). Pertumbuhan negatif ini disebabkan karena Sektor
Pertanian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 20,3 persen. Sedangkan sektor‐
sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Penurunan sebesar 1,4%  tersebut bila
dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 6,9%,
yang berarti  tidak buruk bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Meski tidak buruk bila dibanding dengan tahun sebelumnya, penurunan yang signifikan
pada sector pertanian mencerminkan Indonesia sebagai negara agraris yang mulai melupakan
cara bertani. Orang lebih senang bekerja dikantor atau bekerja sebagai pegawai negeri.
Pertanian merupakan sesuatu yang vital, negara yang pertaniannya maju pasti makmur.
Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha triwulan ke IV (q-to-q) menunjukan
sector pertanian mengalami penurunan yang signifikan dan sektor lain mengalami
pertumbuhan yang positif. Bila dilhat dari y-on-y sector pengangkutan dan komunikasi
menyumbang pertumbuhan tertinggi, sebesar 15%. Secara kumulatif pertumbuhan PDB
Indonesia hingga triwulan IV‐2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 (c‐
to‐c) tumbuh 6,1 persen. Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan IV‐
2010 Rp1.670,5 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang
sama adalah Rp585,1 triliun.

Laju pertmbuhan PDB dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan IV‐2010
terhadap triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan Konsumsi Pemerintah yang tumbuh
sebesar 38,2 persen, Ekspor sebesar 12,8 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
sebesar 1,3 persen, dan Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,3 persen. Sementara Impor
tumbuh 9,6 persen dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDB penggunaan triwulan
IV‐2010 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009 (6,9 persen) ditopang oleh
pertumbuhan Ekspor sebesar16,1 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
8,7 persen, Konsumsi Pemerintah sebesar 7,3 persen, dan Konsumsi Rumah Tangga sebesar
4,4 persen. Sedangkan Impor juga tumbuh 16,9 persen dibanding triwulan yang sama tahun
2009.

Wilayah dan pulau juga berandil besar dalam laju pertumbuhan PDB. Pulau jawa
menyumbang 57, 8 % dalam pertumbuhan PDB, karena sebagian besar perputaran uang ada
di pulau jawa. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV‐2010 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 23,2 persen, Pulau Kalimantan 9,1 persen, dan Pulau Sulawesi 4,7 persen,
dan sisanya 5,2 persen di pulau‐pulau lainnya.

Perputaran uang yang melebihi 50% di pulau Jawa menunjukan tidak meratanya
pembangunan perekonomian. Infarstruktur yang memadai di Jawa membuat investor lebih
suka berinvestasi disana. Seandainya semua pulau setara dalam hal pembangunan,
perekonomisn, dan investasi mungkin Ibukota tidak perlu dipindah dari Jakarta.

Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan IV‐2010 menurut kelompok


provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total kontribusi
sebesar 53,6 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat
dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y‐on‐y masingmasing sebesar 6,6 persen, 7,2 persen,
4,5 persen, dan 5,7 persen. Keempat provinsi tersebut berada di pulau Jawa, kenapa lagi –
lagi pulau Jawa sebagai penyumbang terbesar. Hal itu semakin menjelaskan ketidak rataan
pembangunan.
Pada tahun 2010, Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap
total perekonomian sebesar 24,8 persen diikuti Sektor Pertanian sebesar 15,3 persen dan
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,7 persen. Besaran PDB Indonesia pada
tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp6.422,9 triliun, sedangkan atas dasar harga
konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.310,7 triliun.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 persen, terjadi pada Ekspor sebesar 14,9
persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 8,5 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga 4,6 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 0,3 persen, sedangkan
komponen Impor tumbuh sebesar 17,3 persen. Pada tahun 2010, dari sisi penggunaan, PDB
digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 56,7 persen, Konsumsi
Pemerintah 9,1 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi Fisik 32,2
persen dan Ekspor 24,6 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari Impor sebesar 23,0 persen.
Dalam kurun waktu 2006‐2010 PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp14,9 juta (US$1.647,8), tahun 2007 sebesar
Rp17,4 juta (US$1.922,2), tahun 2008 sebesar Rp21,4 juta (US$2.245,2), pada tahun 2009
mencapai Rp23,9 juta (US$2.349,6), dan pada tahun 2010 mencapai Rp27,0 juta
(US$3.004,9).

Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2010
(Miliar Rupiah)
2010***
Lapangan Usaha
I II III
       
1. Pertanian, Peternakan, 76,07 78,633 83,348
Kehutanan dan Perikanan 4.4 .3 .1
       
44,87 45,990 47,644
2. Pertambangan dan Penggalian
1.9 .3 .1
       
143,891 146,912 150,724
3. Industri Pengolahan
.2 .7 .1
       
4,30 4,50 4,51
4. Listrik, Gas & Air Bersih
9.4 9.5 4.6
       
35,81 36,563 38,124
5. Konstruksi
5.1 .5 .4
       
95,92 98,812 102,624
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
1.3 .9 .1
       
50,68 53,213 55,936
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0.2 .5 .7
       
8. Keuangan, Real Estate & Jasa 54,21 54,915 55,863
Perusahaan 5.6 .6 .9
       
52,33 54,270 54,865
9. Jasa-jasa
6.8 .9 .9
       
558,115 573,822 593,645
Produk Domestik Bruto
.9 .2 .9

Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga


Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2010 (Miliar
Rupiah)
160,000.0
120,000.0
80,000.0
40,000.0
-
n n n ih si n si n a
ana a lia
la ha ers r uk to ra ika haa -jas
gg t n a
rik ng
o rB on
s
Re
s u sa as
Pe P en e Ai K & K o m eru 9 .J
da
n n iP
as
& 5. el an aP
n da ustr G ot d Jas
na n k, H
a d , an &
u ta ang
3 . In istri g an k ut a te
eh b L an ng st
,K ta
m 4. ag ga a lE
n r d n e
ka Pe er Pe R
r na 2. 6 .P 7. a n,
te ng
, Pe e ua
an 8.
K
ani
r t
Pe
1.
2010*** II 2010*** I 2010*** III
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

 Google.com
 Detikfinance.com
 Bi.go.id
 Inilah.com
 Tribunnews.com
 Ekonomi.lipi.go.id
 Bataviase.co.id
 Economy.okezone.com
 Antaranews.com
 Shaylife.blogspot.com

Potrebbero piacerti anche