Sei sulla pagina 1di 12

------------------------g~-------------------------

Ensiklopedia al-Qur'an

VIuI Albab

"Cendekiawan" belakangan ini barangkali merupakan kata yang paling populer di Indonesia. Ini selain disebabkan oleh munculnya sejumlah organisasi cendekiawan, secara langsung juga berkait dengan makna

'cendekiawan itu sendiri -atau secara khusus,cendekiawan Muslim. Tulisan ini mencoba menelesuri makna kata tersebut dengan sepenuhnya merujuk kepada al-Qur'an. Kata yang paling tepat dirujuk =dalarn konteks makna dan tugascendekiawan Muslim itu- adalah fib1ai·albJb -yang menurut

penulis merupakan penemuan khas Indonesia. Sebab, dalam kata itulah kornbinasi antara ulama dan pemikir itu tampil dengan jelas.

P- ~~:, a ;e'~:l!e~'~~lb(~~~:~

Cendekiawan Muslim se-Indonesia) yang didirikan di Malang, sedang rnencari jatidirinya, antara lao in dengan mencari pengertian ten" tang apa itu "cendekiawan" dan "cendekiawan Muslim", orang mencan jawabannya dati al-Qur'an. Tao pi ternyata sulit diternukan istilah yang tepar, Sudah tentu orang memo penimbangkan istilah 'aiim atau yang lebih lazim, ~4.lama yang rnerupakaan bemuk jamak dari yang per· tarna LtU. Tetapi, 'ulama. di Indonesia dan di dunia IshUTI umurnnya, sudah mempunyai pengeruan baku, Ulama, yang sudah rnenjadi istilah Indonesia -dan dipakai untuk pe~ ngertian sebuah bra benda mufrad arau tunggal iru- adalah seorang ahIi agarna. Memang, seorang ulama bisa mempunyai pengetahuan di luar bidang agama, tetapi in disebut ulama karena keahliannyadi bidang agama,

Seorang penulis rubrik "Hikrnah" eli Harian Republika, Ismail Ya'kub, dalam suatu artikelnya me"

104·

nulis bahwa istilah "ularna" itu di dalam al-Qur'an hanya disebut dua kali. Dalarn tulisannya uu rupanya ia juga lagi mencari istilah yangte· par untuk pengartian cendekiawan, Dan ia pun menemukannya dengan rasa rnantab dalarn kata uLul albab yang sering kali diterjemahkan dengan "orang yang mempunyai akal". Terjemahan iru tentu saja tidak rnemadai .. Dan penulis itu lalu mengemukakan beberapa ciri uluI albJb yang disimpulkannya dari berbagai ~1yat al-Qur'an. Irulah, menurut hemat Ismail Ya'kub, pengertian yang esensial tentang "cendekiawan Muslim".

Dalam diskursus mengenai jatidiri cendekiawan Muslim, istilah ulul 'atbJb tersebut mamang banyak disehut. Dalam berbagai cerarnah yang dilakukan oleh Dr Ir Muhammad Imaduddin Abdurrahirn, K.H. Ali Yalie, Dr Ir M, Arnin Ariz, Prof Dr Quraish Shihab atau M. Chabib Chirzin, istilah itu sering dikutip, Dan istilah itu, sebelum ICMliahir tahun 1990, memang sudah sering disebut, walaupun eli kalangan ter-

batas saja, Se bUM pesantren yang dipirnpin oleh Dr Ir A.M. Saefuddin, eli Bogar, dinamakan pula Pesantren "Ulul Albab", didukung oleh orang·orang !PH.

Sebelumnya, dari lingkungan IPB, telali diperkenalkan istilah "pakar", Prof Dr Aneli Hakim Nasution sangat beriasa mensosialisasikan istilah itu, Kata itu herasal dari kata jakkar yang lebih sering disebut dalam al-Qur'an dalam kata kerjafokkara: atau ta/akkara, yang artinya adalah berpikir Dengan dernikian kata pakar sebenamya berarti "ahli pikir". Terapi kata ini juga sudah mengandung arti yang mapan, yaitu "pemikir" yang mendekati arti "filsuf" dan bukan sernata seorang sarjana, bahkan bisa bukan sarjana, jika sarjana diartikan sebagai orang yang menyandanggelar yang diperoleh dari proses pendielikan yang teratur dan diakui. AbJi pikir atau pemikir bisa pula seorang ulama, tetapi ularna pemikir. Tapi ahli pikir umumnya diasosiasikan dengan pemikir di bidang UID1,lPl.

Dalam diskursus tentang cende-

ULl11\flJL QUR'AN NO, 4, VOL. VI, TAHUN 1995

ki. wan Muslim, orang cenderung ingin rnengkombinasikan unsur-unsu r ulama dan pemikir, Ketika diremukan istilah .uiui albdb-yan.g memang merupakan "penemuan" baru di Indonesia dalam diskursus keagarnaan itu- agaknya ditemukan kornbinasi iru, Sebenarnya jika kita

Mereka yang Memiliki

Istilah uluL a/bab atau lebih tepatnya ditulis ala al-albAb, terdiri dan dua kata, yakni t~Lu dan al-aLbab. Kata t1lu ini banyak dipakai dalam al-Qur'an dengan kombinasi lain. Di antara kata yang paling dikenal

Kulir Yolng mebpisi ucp.1n KhujJ.ndl, Iran tahun 856 1-1/1452 M.

rnau meneliti, ularna itu tidak hanya menyangkurpengeiahuan agama s ja, melainkan juga pengeiahuan pada umumnya, Tetapi pengertian baku yang bcrkembaug daJam masyarakat rclah menjurus kepada pengerrian itu. Karena iru orang cendenmg rnencari istilah lain. Hanya saja kata t.f/ul a/bah tersebut agak sulit dilafalkan oleh lidah Indonesia dan karena iru hauya disebut cli lingkungan khusus.

ndalah kata ulu al-amr yang artinya "(orang) yang memiliki atau rnernegang urusan". Ada pula yang menerjemahkan "yang memegang keku asaan " ,s perti tercanrum dalarn sebuah ayat 59 sural al-Nisa' yang terkenal,

Kata lain yang tidak begitu dikenal, tempi relevan dengan masalah yang sedang kita bahas ini adalah Uizi at. 'ilm, artinya, "orang yang memitiki ilmu" atau rnerniliki pengeta-

ULUMUL QUR'AN NO I. VOL. "1. T HU. 1995

buan. Dalam surat "Al; ImTan: 17 kara itu disebut dengan predikat tertentu, yakni "orang yang berilmu dan berdiri di atas keadilan", Di sini dapat ditafsirkan bahwa orang yang berilmu iru mampu atau cenderung unruk bersikap adil. Sikap adil iru bis diperoleh jika orang memiliki ilmu. Jika ada orang yang berilmu dan bersikap tidak adil, maka keilmuannya itu perlu diragukan.

Dalam surat 'Ali Imrdn: 12 ada pula isrilah yang menarik perhatian yang bersifat kiasan, yakni ulul ai· absbar yang dalarn terjemahan tafsir The Holy QUT'tm karya Muhammad Ali dialih-bahasakan sebagai "rnereka yang rnemiliki rnata", Dari an k kalima yang lebih panjang dikatakan: "S(wmgg.tlmya dalam. hal ini ada pelajaran bagi rnereka yang mempunyei mata ". Memang dahun ay t itu kasus empirisnya adalah dua pasukan yang aling bertempur, Yang saru bertempur di jalan Allah

an yang lainnyr dj jalan kafir.

Dari asl:m.b al·nuzui diketahui bahwa yang dimaksud Perang Badar, di mana pasukan agresor dari Mekah berjumlah lOOOorang,sedangkauDl bum Muslim yang bertahan di M .. dinah hanya berjurnlah 313 orang. Tapi, seperti yang tercatat dalam s . jamb, kaurn kafir bisa dikalahkan. "Itu adalah tanda bukti bagi kamu" kata ayat itu, B gi orang kebanyakan, fakta empiri itu tidak berbicara apa-apa. Namun bagi ulul abo shar, mereka yang punya penglihatan, peristiwa iru memberikan pelajaran. Di situ, "mereka yang punya mara" adalah suatu kiasan bagi mereka yang bisa mengambilkesimpulan dan pelajaran dari pcnglihatan merek..

Makna yang lebih jelas dari kata {iLU al·abshar rersebut nampak pada surat al-Nicr: 44 yang berbunyi:

105

A !Iah membuat malam dan liang lilih berganti. SeswnggllJmya, iw semua adaLah peLaja.ran hagi orang yang mempunyai pengtihac:an (ulu al-abshdr).

Dalam ayat iru, orang yang merniliki penglihatan akan rnelihat bahwa gejala "malam dan siang yang ilih berganti" itu mempunyai rnakna tertentu yang bisa memberikan pelajaran.

Tapi bukankah, selain yang buta, semua orang itu punya mata dan punya penglihatan? Hanya saja tidak sernua orang bisa menarik pelajaran, Dan yang bisa menarik pelajaran adalah mereka yang dengan penglihatannya itu berpikir, mempelajari bagaimana siang itu bisa berganti, malah silih berganti secara ajeg epanjang masa sehingga menemukan gejala faktor matahari, bulan dan bumi. Orang lalu menghitung perjalanan bulan mengelilingi bumi serta bulan merigirari matahari dan membagi-baginya dengan biIangan hari, bulan dan tahun, Sifat dari gejala itu yang ajeg tentu mernbuat rnanusia kagum. Tetapi dengan rnempelajarinya pula, seorang uLa alalbab bisa mengetahui manfaatnya bagi manusia.

Dalam surat Shad: 45 disebut orangnya, sebagai contoh tentang siapa sebenamya rnanusia itltt aL·abshar itu:

Dan mgadah akan hamha·hamba Kami, Ibrahim, J.shak dan Ya 'quh, yang mempunyal kemampeen dan peng/ihdlan (ulO alnidi wa al-abshirj"

Sekarang j elas, con toh dan orangorang yang disebut sebagai ula alabshar, yakni riga nabi berturut-turut, Ibrahim, lalu anaknya Ishak dan cucunya, Ya'qub. Mereka itu tidak hanya punya "rnata" tetapi juga punya "tangan". Keduanya adalah kiasan untuk pengertian menggambarkan orang yang punya ilmu (fiLii. el-

106

I(hamseh nf Nizsmi, Herat, 900/149+5

abshar) dan kemampuan untuk bertindak (Ulu al-aidi).

Pada dua ayat sebelumnya, yakni ai-ShU: 43 narnpaknya ada istilah uta ai·albab yang pengertiannya mirip yang berbunyi:

suatu yang dapat menjadi "peringatan bagi orang-orang yang berakal" atau l~Lu ai-albah. Sesuatu iru adalah riwayat NabiAyub as., seperri yang disebut pada awal ruku' ke 4 surat

III I.

Dan Kami berik4n kepadanya keluarga mereea dan yang sepert: merek« bersama dengan merele«; matt. rahmat dari Kami, SHam peringalar1 bagi orang·oran.g yang berakal.

Dalam rafsir Muhammad Ali disebutkan bahwa NabiAyub pernah mengalarni kesuliran yang sama seperti halnya N abi Muhammad saw., ketika beliau harus meninggalkan kota kelahiran dan karnpung halam-

Ayat di atas menyebut ada se-

ULUMUL QUR'AN NO.4, VOL. VI, TAHUN 1995

an yang dicintainya, Ketika iru Nabi Ayub as. menyeru kepada T uhannya: "Sesungguhnya setan telah menimpakan kepayahan dan siksaaa kepadaku". Sebutan "setan" eli situ menurut ta'wil adalah kehausan yang menimpanya di padang pasir. Dalam ayat 43 disebut pula istilah ahiahu.

Kata .ahl disitu artinya keluarg~- yang mengingatkan pula pada. istilah ahl al-baytdalam al-Qur'an mempunyai banyakarti atau digunakan dalam ani yang berbeda-heda, seperti yang memiliki, rurnah tangga, kelomp'ok manusia atau penghuni. T apr dalam ayat itu yang dimaksud adalah keluarga Nabi Ayub. Cerita tentang Na hi A yub yang akan disambut keluarganya dan simparisan-simpatisannya yang mengelu-elukan ajaran N abi A yub dan jauh, supaya bisa menjadi pelajaran bagi Nabi Muhanunad yang juga akan berjumpa dengan keluarganya yang terlebih dahulu hijrah ke Madinah bersama kaunr Muhajirin (yang berpindah) dan simpatisan-simpstisannya eli Madinah yang juga akan menjadi seperti keluarga sendiri, yakni yang kemudian dikenal sebagai kaum Anshar (para penolong). Bagi Nabi saw. kisah Nabi A yub as. itu supaya rnenjadi pelajaran dan cerita keduanya bisa menjadi pelajatan bagi .alu al-aLbab.

Otak yang- Berlapis

Dan berbagai istilah yang didahului.dengan kata ulu, artinya "yang memiliki", maka kita memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang kata Ulu al-albab. Dari kata tiLU ini tersirat makna bahwa tidak semua orang itu memiliki. Sebab dalam alQur' an disebutkan juga orang-orang

Tetapi yang jelas, jika kata tersebut dapat kita terjemahkan dengan istilah Indonesia, "cendekiauan", maka UhI al-albab atau cendekiawan itu adalab orang yang memiliki berbagai kualitas.

yang memiliki beberapa hal seperti kekuatan. atau ulU al-ba'sin (BanUsraiL: 5) atau yang memiliki kekayaan (aM aLfad~ dalam surat al·Nur. 22. Jadi orang yang disebut "memiliki" sesuatu itu adalah mereka yang memiliki kelebihan atau keunggulan. Dalam sosiologi dikenal pengertian tentang orang-orang yang memiliki kelebihan atau keunggulan (notion of stlpe~iority) yang disebut deng~Ul istilah elite (eli!). Karena itu orang-orang kaya, penguas:a atau kaum rniliter yang memiliki kekuatan itu, jika mereka merupakan kelompok minoritas tapi unggul, disebut sebagaikaum elit. Demikian pula kelompok kecil dalam masyarakat yang memiliki ilmu atau pengetahuan dan karena ito mempunyai pengaruh karena keunggulannya iru,

Kata alba'b, berasal dati kata L-BB, yang membentuk kata.al-Iubb yang artinya "otak" atau "pikiran" (intellect). Kata albab adalah bentuk. jamak dari kata al-Iubb tersebut. T etap! albab eli sini bukan mengandung arti otak atau pikiran yang banyak tetapi terdapat pada beberapa orang, melainkan dim.iliki oleh seseorang. Dengan demikian maka, alu al-alba.b artinya orang yang memiliki otak berlapis-lapis, Ini sebenarnya mernbentuk art! kiasan ten tang orang yang memiliki otak tajarn.

ULUMUL QUR'AN NO.4, VOL. VI, TAHUN 1995

Dalam al-Qur'an, tiLti. ai-aibab, tergantung dari penggunaannya, bisa mempunyai berbagai arti, Dalam A Concordance of the Qur'an (Hanna E. Kassis, 1983), kata ini bisa mempunyai beberapa ani:

... orang yang mernpunyai pemikiran (mind) yan~ luas atau mendalam,

". orang yang mempunyai perasaan (/"''''71) yang peka, sensirif atau yang hal us p e rasaannya ..

... orang yang memiliki daya pikir (in· tellert) ynng rajam araukuac.

... orang yang memiliki pondangan. dnlam atau wawasan (irJSighr) yang luas, mendalam atau rnenukik,

.. oran~ memiliki pengertian (Imd1.'T' j!.andiniJ yang akurat, tepat atau luas

.. orang yang mernil iki kebijakan (wi •. dam), ynkni mampu rnendekati kebenaran, dcngan pertirnbangnn-pertirnbangan yang terbuka dan adil,

Jadi flLlia/·albab itu adalah seorang yang mempunyai otak yang berlepis-lapis dan sekaligus, untuk ringkasnya, perasaan sensitif Teta-. pi yang jelas, jib kata tersebut dapat kita terjemahkan dengan istilah Indonesia, "cendekiawan", maka ula al-albab atau cendekiawan iru adalah orang yang memiliki berbagai kualitas,

Cendekiawan

Cendekiawan adalah istilah Indonesia untuk kata intellectuel atau ditranslitrasi rnenjadi intelektuel, Agaknya kata cendekiawan berasal dari kata cerdik-cendekia. yang dikenal dalam budaya Minangkabau. Ada tiga elit dalam masyarakat Minang, ni.nik-mamak, ulama dan cerdik-cendekia. Ninik mamak adalah orang yang dituakan, yang diharapkan kebijaksanaanya. Ulama adalah ahli agama, sedangkan.cerdik-cendekia adalah "orang pintar" seperti guru dan kaum terpelajar, termasuk yang berpendidikan Barat, Dan kata

107

cerdik-cendekia, diambil kata cendekia dan ditambah "wan". Barangkali kata "cerdik' dibindari, karena cerdik teras a mengandung makna licik atau akal-akalan, Orang cerdik itu pintar, tetapi belum tenru jujur dan benar, walaupun ini hanya kesan saja. Karena cerdik juga bisa berarti positif. Orang seperti Hajj Agus Salim yang dikenal pandai berdiplomasi, sering juga disebut cerdik.

Sebenarnya ada kata yang juga berkaitan dengan makna cerdik, yakni "saudagar" yang artinya, "seribu akal". Mestinya, saudagar juga bisa disebut cerdik pada siapa saja. Tapi saudagar sudah mernpunyai arti kllUSUS yang mapan, yakni pedagang. Memang, pedagaog adalah "orang deogan seribu aka!" sebagai kemampuannya mernbeli dan menjual barang derni mendapat keuntungan. Karena itu, saudagar ridak sama artinya, bahkan mcngandung unsur yang bertentangan, dengan cerdik-cendekia arau cendekiawan ..

Maka menjadi lebih jelas bahwa cendekiawan iru, walaupun maknaoya mengarah kepada orang yang berpendidikan dan bergelar sarjana, namun secara implisit bisa ditangkap bahwa cendekiawan itu bisa saja

Manizheh dan Bizhan, dari Shahnnmeh dibuat urnuk Muhammad juki, Herat, sebelurn tahun 1444.

buksn ssrjana. Sebagai contoh, Sudjatmoko adalah seorang drop-out dalam proses belajarnya. Ia tidak bisa menjadi seorang dokter yang se-

, mula dicita-citakannya, seperti bapaknya yang seorang dokter, bernama dokter Saleh, dari Solo. Haoya saja, sebagai pengakuan terhadap kecendekiawanannya, Sudjatmoko akhirnya mendapat gelar

'Mahrnud Ghazni, dar; jami' nl-Tawarikh.Tabriz, rabun 706 H/l.306·7 M.

108

Doktor Honoris Causa dari beberapa unrversitas,

Dari kata "cendekia", sebenarnya sulit bagi kita untuk menangkap apa yang menjadi esensi kecendekiawanannya itu, Lain halnya intelekrual, yang berasal dari kata mtellect itu. Dalam al-Qur'an, intellect adalah al-aqi. Banyak sekali istilah al·aql ini disebut dalam al-Qur'an. Dalam penggunaannya, al-aq! menganclung pengertian kemampuan berpikir atau menggunakan nalar, Kata itu telah menjadi bahasa Indonesia dan menjadi kata "akal", Tetapi orang yang berakal atau orang pandai sekaLi, artinya menguasai suatil pengetahuan yang sistematis rer·tentu rnulai lazim disebut pakar. Se-

rang pakar belum tentu juga sarjana. Tetapi pakar berbeda artinya dengan cendekiawan.

U ntuk rnencari substansi makna cendekiawan, kits harus merujuk kepada pengertian intelektual atau intelegensia, sebuah istilah yang berasal dari Rusia .. Sebagai seorang Muslim, kita mencari makna itu dari al-Qur'an, yakni dari makna kata t2Lu ai-albah itulah.

Kata intelekrual, sebagai perbandinganya dengan kata ul{;. aL-albfib, adalah orang yang memiliki dan menggunakan daya intelek (Pikir)nya untuk bekerja atau melakukan kegiatannya. Tentu saja, biasanya i ntelektual itu adalah orang yang berpendidikan akademis. Terapi makna kata intelekrual tidak begitu saja jadi, misalnya "orang yang mempunyai dan menggunakakan inteleknya dalam bekerja dan melakukan kegiatan tertentu", mclainkan mengalami evolusi, Menurut J ary & J ary dalam The Harper Cot." lins Dictionary of Sociology (1991), kata intelektual sebagai kata benda, perrama kali digunakan dalam bahasa Ioggris pada abad ke-19. Un-

ULUMULQUR'AN 10.1, VOL vr, TAHUN 1995

rek pertama kali maknanya seringkali pejoratif, Seorang intelektualitu belum tentu orang baik. Kata itu muncul karena narn pak rim bul kelompok masyarakat yang punya peran dan ciri-ciri tersendiri yang disebut intelektual i ttl . Di Indonesia pun kata cendekiawsn baru muncul serelab berkernbang kelompok tertentu dengan ciri tertentu pula.

Di Prancis, kata ini mula-mula dipergunakaa oleh aint-Sirnon pada awal abad ke-19. Makna intelekrual da1un penggun an Saint-Simon ridak seperti yang kita pahami sekarang. Kata iru menunjuk kepada kelompok saintis yang mempelopori gerakan meng mb ngkan dan menggunakan pengetahuan positif dalam mernbentuk suatu masyarakar industri di Pran i dan negerinegeri lain. Saint-Simon menggunakan istilah rniliter avan&garde bagi peran kelepoporan kaum int lekmal yang saintis itu. Kedua, pada tahun 1896 politikus Clemenceau menggunakan istilah itu kepada mereka yang membela Dr yfus, seorang Yahudi yang mengalami ketidakadilan politik, hanya karena ia adalah seorang Yahudi. Oleh Durkheim (pelopor sosiologi Prancis) dan yang lain rnenggunakannya sebagai kehorrnr tan bagi mereka yang disebut intelektual. Dan keti-g~ 61sufPranci [ulien Benda, dalam

. bukunya yang masyhur La Trnbison de; Clem (19.27) melakukan sinyalemen tentang "penghianatan kaum intelektual", karena untuk kepentingan policik dan sosialnya yang sempit bersedis berkhianat terhadap panggilan yang enar, yakni mencari kebenaran (truth) dan keadilan Uustice) yang universal.

Secara harfiyah, intelektual adalab orang yang memiliki intelek yang kuat atau intelegensi yang ringgi, Intelegensi adalab kemaropuan

kognitif atau kemampuan mernaharoi yang dimiliki seseorang unruk berpikir dan bertindak rasional atau berdasar nalar, Kemampuan itu bisa diperoleh karena keturunan atau bakat yang ada pada seseorang dari faktor biologisnya, tetapi bisa pula diperoleh sebagai hasil pengalarnan lingkungan dan osialisasi (penerimaan norma-norma yang baik-buruk dan benar-salah menurut masyarakat). Tentu saja iruelegensi dimiliki seseorang karena kedua-duanya. Dalam sosiologi ada debar mengenai ini yang terkenal dengan nama Nature-Nurture Debate.

T erapi apakah hanya intelegensi ini seseorang itu disebut intelekmal? Tentu saja tidak, karena intelektual itu adaIah julukan terhadap seseorang atau kelompok sebagai kehormatan, karena jasa dan peranan tertentunya, Pada tingkat pertama adalah orang yang mempergunakan kekuatan intelegensinya umuk perubahan sosial. Kedua, karena sikap dan perbuatannya untuk mencari kebenaran dan kcadilan yang universal. Dan ketiga karena keberaniannya untu k membek kebenaran. Karena itu rnak di sini ada riga unsur yang mcrnbentuk kecendekia-

Bahran Gur, dari Khamseh Nizami, Herat, tahun 846/1442-3,

ULUMUL QUR'AN

. 'I, L. VI, TAHUN 1995

109

wanan, yakni pengetahuan, orientasi dan keberanian yang ada pada seseorang,

Peranan seperti itu secara jelas dimiliki penama-rama oleh para nabi dan filsuf seperti Confucious, Lao-tse, Zoroaster dan Shidarta Gautama. Kemudian diken 1 juga kelompok masyarakat yang menyerupai pt ra nabi, yaitu pendeta, ularna atau pastor. Hanya saja mereka itu banya bergerak di bidang rohani saja, sedangkan nabi itu adak hanya terlihat pada soal-soal kerohanian saja, tetapi juga sosial dan politik. Dalam badist Nabi dikatakan bahwa "ulama itu ahLi warts p ra nabi". Tetapi pada wl1u~my, 1 kualitas mereka tidak komprehensif seperti n bi. Jika dikombinasikan kualitas rohaniawan dan intelekmal, malta itu mernbentuk kepribadian nabi sehingga benar-benar bisa berperan sebagai pengganti dan penerus rnisi para nabi dari generasi ke generasi.

Dalam diskursus mengenai cendekiawan Muslim timbul kon ep tentang pikir dan dzikir. Pikir itu mengarah kepada manusia, slam dan diri sendiri, sedangkan dzikir itu mengarah kepada Tuhan, Pcmbedaan itu tidak pas untuk menggabungkan pengertian cendekiawan yang memiliki kualitas pikir dan ulama yang memiliki kualitas dzikir. Cendekiawan Muslim itu dipikirkan sebagai memiliki kedua-duanya. Karena itu ia bisaseorangyang pada dasarnya kyai atau pad a dasarnya eendekiawan, tetapi memiliki kedua kualiras tersebur.

Pikir dan Dzikir

Dalam diskurus mengenai konep cendekiawan Muslim, mulai menjadi terkenal argumen Dr Ir Muhammad Imaduddin Abdurra-

I 10

Lukisan Tabriz, tnhun 1514.

him tentang kualitas poor dan dzikir, Kualitas inilah yang dilekatkan pada uift ·al-albab. Boleh dikata, pengercian itu- mulai rnarak sejak berdirinya ICMl. Jika semboyaa Muhammadiyah itu rnengambil terna surat 'AU Imran: 103 dan 110. dan Nahdharul Ulama surat 'Al; lmran: 102, maka ICM! mengambil surat 'Atr Im1-an: 189 dan 190. Bunyi lengkap dua ayat yang tak bisa dipisah-pisahkan dan selalu di-

kumandangkan dalam berbagai p rtemuan rCMI dalam pembaeaan ayat-ayat suei al-Qur'an, sebagai berikut:

Sesul1gguhnya, dalarn rercipranya lsngir dan bumi, dan silib berganrinya rnalarn dan siang, sernuanya iru adalah randa (ayar) bagi orang yang berakal (uM al-a/bah).

Pada bagian terakhir ayat irulah disebut kata wit al-albab. Sebagai.-

ULUMUL QUR'AN 10. 4, VOL. VI, TAHUN 1995

mana halnya ayat 43 surat Shad yang telah dikutip eli atas, maka alii alalbab di atas mengkaitkan akal dengan fakta empiris. Hanya saja pada ayat yang tersebut pertama, faktanya bersifat sosial, pada ayat ini bersifat fisika. Tapi keduanya menyangkut pengetahuan positif, seperti yang disebut oleh Saint-Simon.

Ayat di atas mengatakan bahwa bagi orang yang mempunyai akal, yakni intelek atau intelegensi yang tinggi, maka seluruh gejala langit dan bruni yang tercipta in] merupakan kenyataan omologis. Demikian pula gejala bergancinya Si<U1g dan malam memberikan rnakna -pertam a-tam a mungkin menimbulkan partanyaan yang makin lama makin mendalam- ertenru. Orang yang berakal itu mungkin mengambil kesimpulan yang sederhana bahwa ada gejal.a keteraniran dan keajegan. Pergantian malam dan siang itu mungkin dikaitkan derigan d tangnya rnusim yang silih berganti d n ajeg pula, Lalu orang yang bemkal pun melihat gejala lain, yakni peredaran waktu. Dalam surar ytisfn: 40 terdapat keterangan sebagai berikut:

Tak tttI4 bttgi matahsri menyusu! bll.14n . dan rak pula mnlem hari menda}mlll i sUing. Dan kl!Sl!I"nua.nY4 mtmgap,mg di alas gans edamya.

Ayat di atas memberikan kete-

. rangan bahwa rnatahari dan bulan itu beredar pada orbitnya rna figmasing. Kenyataan itu rnasih jauh dari pengatahuan umum bangsa Arab abad ke-7. Tetapi al-Qur'an memberitahukannya terlebih dahulu. Hanya saja tidak secara detail. Tetapi justru dengan keterangan singkat itu perhauan orang lalu terpancing untuk melakukan penelitian. Kita mengetahui dari sejarah bahwa bangsa Arab kemudian melakukan penelitian astronorni dan

berhasil mencapai kemajuan yang luar biasa, Puncak pengetahuan alarn erkembang eli n geri-negeri Islam pada wakru itu. Di inilah kim rnelihat rnakna intelekrual dalarn persp . ktif Saint-Simon.

Namun, baru sekadar itulah penjelasan siapa yang disebut /U,1 al-alMb. Di situ tdll. al·albab artinya sama dengan tJili. al-absht2r, seperti yang disebut dalam surat al·Nur. 44 yang sama-sarna rnernberikan tantangan kepada akal untuk memeriksa dan memahami gejala alam semesta, Tapi jika kita baca ayat berikutnya, maka kita akan rnendapatkan penjelasan yang substansial tentang Uia al-a/bab tersebuc, yakni sebagai bcrikut:

(Yailu) orang ),an.!: menginglll·in.!:a! (y ndh ku ro 11 a) A lleh fambll berdir! dan sambi! duduh dan samhil bl!Yban'ng di a!al laml7llng merek». Dan mL'rcka mcmikirk4n (yarafakkaruna) U!ntang penciptaan langi£ dan bumi. (La/u mengambil kesim. pulan}: 7iIMTI kami, Engkall tak menciptakan Ill. sernua sia-sia.

Maha·Sud Engkal<. SC/4matkan. kami cia ri siksa N("'{1 kA..

ULUMULQUR'AN NO.1. VOL. VI, TAHUN ]995

Dalam ayat eli atas tercantum dua kata yang disebut Imaduddin, yaitu dzikir dan pikir, keduanya sudah. menjadi kata Indonesia.

Dalam bahssa sehari-hari dzikir mernang berarti mengingat-ingat, umurnnya tertuju kepada Allah. Dalarn urat al-Ra 'ad: disebut:

"Hanya ulu ai·albab yang bisa berdzikir", Pada bagian terdahulu dalam ayat yang satu itu juga ditanyakan, apakah yang tabu itu sama dengan yang buta? Karena itu maka d.ziki.r di sini menyangkut soal pengetahuan juga. Dengan perkataan lain, ada unsur pikir dalam berdzikir iru,

Dzikir, dalam ayar yang dikutip terdahulu, di ebut pada awalnya. Dan kemudian pikir, Sebenarnya ada dua spekulasi atas makna dari keduanya. J ika kira disuruh berpikir dahulu tentang kejadiaa alarn semasta, seperti banyak sekali ersebut dalam al-Qur'an, dan kemudian kita disuruh berdzikir, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dzikir leu adalah tingkar yang lebih cinggi dari. pikir, sebab dzikir adalah kegiatan transendensi, mengarah kepada pemikiran yang dalam, yang lebih cinggi, karena mengarah kepada hakekat, lebih mendekati kebenaran yang selalu akan diraih, seperti disebut Benda. Tetapi dalam ayar eli atas, dzikir disebut dahulu, barn pikir.Ini mengandung arti bahwa dzikir itu mencakup pikir atau pikir itu terkandung dalam pengertian dzikir, sebab dalam dzikir terkandung unsur pikir.

Sebalikhya kita bisa mengarakan baIiwa dalam berpikir itu, terkandung pula dzikir. Dalam Concordance, katafokkara, diterjemahkan dengan to reflect yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai relleksi. Kata ini mengandung unsur makna merenung. Terapi dalam renungan

111

itu terdapat kegl. tan berpikir, Jih kita rnelihar urut-urutan 1 ata dalam ayat di atas rnaka kegiatan pikir itu rnencakup dzikir. Karena etelah rang berpikir, maka tersirnpullah pelajaran bagi ubi al-albab.

eringkali ki a mendengar interprerasi bahwa pikir iru harus diimbangi d eng n dzikir seolah-olah, pikir itu hanya mengangkut kegiaran ra ional saja sedangkan dzikir iLU bersifat suprarasional atau mungkin tak-rasional, dan karena leu mcnyangkut irnan. Pada wakru pikir tidak lagi berbicaI. rnaka iman tampil berbieara mengenai kebenaran. Karena iru se-

rang eendekiawan Muslim bukan hanya orang yang merniliki kualitas pikir, tetapi juga dzikir,

Dari ayat di ntas kita bisa menyimpulkan b hwa seorang ul« at a/bab itu adalah orang yang berdzikir dan. berpikir, Hanya saja, dzikir itu rnerupakan b. gian dari berpikir, yang tingkatannya lebih tinggi, karens meng rah kepada transendensi, Paw ay:u 21 dalam Sural: al· Zumar, lagi·lagi disebut bahwa

tang yang mampu mclakukan dzikir itu hanyalah ul12 af·albt1h:

Apakah engkt1.11 /Ilk mclihtu /'l1hwa A /lab menurunlean atr dari awan./al11 di· alll·kamTY I m y IU/ J..-c dalam hums dan men· 1m/, mata-tur, lalll Illr itu m/!1IlImhllIJkan tu mhuh-tumbtthan yang bermacn m» ma am wanumy":

[alu unumbuhan. /11/ 1rIt?1}t1dJ 111'11-1 SLfiil'lg' tit! Imgkau mdib'H wo"",m'1a yang keJm· ning-kuningan. lalu I"~ membl/aI11)'a 1}d-rI' cur, SI'.mngg11Imya. dnlam g/!jdla uu l£'Ydapal tand« pcnng"wn bag. ural'S: yang berakal (Ulu :lJ.nlbab).

Kalimat yang tnengadung kata liftt al·alb£b dalam ayat eli atas bemada sarna dengan yang lain, yakni berbagai gejala dalam hidup ini merupakan tantangan bagi orang yang berakal untuk berikir, agar dapat

112

sebabnya tidak semua orang, bahkan tidak semua orang pandai adalah ulu al-albab.

Mereka itu adalah yang memperoleh hikmah atau kebijakan.

diambil pelajaran atau hikmahnya.

Permasalahan yang disodorkan untuk diperhatikan dalarn ayat di atas adalah gejala fisika yang bergand ngan dengan geja1a botani, Perrarna ada1ah air hujan yang jaruh ke bumi dan kemudian menjadi maraair. Lalu disebut bahwa dengan air itu maka umbuh-rumbuhan menjadi hidup, Mereka yang mengambil pelajaran dati gejala alarn ini tentunya akan melakukan sesuatu, misalnya membuat irigasi, bendungan atau kanal untuk mendistribusikan air hujan ke daerah-daerah yang bisa ditanami, Seorang yang mernpuoyai kualitas nlu at-albah bisa b rkem.:bang rnenjadi ahli teknik, botanikus atau petani biasa yang bis memanfaatkan ai.r. T etapi ia tidak berhenri di situ saja. Sea rang ttLu ai-al· bah akan merenwlg juga. bahwa sernua tetumbuhan iru mernpunyai masa hidup tertentu, lalu akan layu dan akhirnya mati. Demikian pula kehidupan manusia. Di sini maka seseorang melakukan transendensi, berpikir lebih jauh tentang hakekat hidup,

Gejala lain yang dirunjukke n oleh al-Qur'an adalah sejarah sebagaimana yang dapat diku ip dari surat Yusu! 111. Surat ini banyak menceritakan kisah Nabi Yusuf yang clibuang kc sumur oleh kakakkakaknya, lalu tertolong_ Bahkan perjalanan hidupnya membawanya

ke mana Kekaisaran Mesir Kuno. Ia pernah rnasuk penjara karena fitnah. T etapi karen a kepandai.annya meramal mirnpi dan memperkirakan kejadian eli masa mendatang, menjadi semacam futl.trolng eli rnasa sekarang ini, akhlrnya ia diangkat rnenjadi pejabat yang men gurus perbendaharaan negara oleh Kaisar, Dalan surat YCistt/ 55 disebur bahwa Yusuf yang nabi

itu memiliki dua kualitas untuk men gem ban jabaran itu, yakni ilmu pengetabuan dan kepribadian yang bisa dipercaya.

Dari kisah Y\J.S'Uf as. yang panjang itu, sese orang bisa mengambil pelajaran:

Sesungguhnya. dafam ki.sa.b mereka, !.::r· d"pa( pelaj.1ra71 bagi orang yang be-raka! (ulii aJ·albab).

Itu bukanlah cerita yang dibuatbuat, melainkan kisah yang membenarkan apa yangtelah terjadlsebelumnya, dan menjelaskan segala sesuaru, dan petu7tjuk serta rahmat lea· urn yang benmen.

Bagi lua aI-albab berbagai kejadian di mas lampau adalah sebuah bahan sejarah. Sejarah itu tidak rnenceriterakan seluruh riwayat, tet pi hanya kejadian-kejadian yang penting

aja untuk bisa diambil pelajaran. Sejarah disusun dengan hisroriografi. Dengan iru maka kisah masa lampau itu adalah "kisah yang dibu tbuat" atau rekayasa sejarah belaka. Dan yang bisa rnenarik pelajaran, yakni sejawahwan adalah mereka yang mempunyai lUte aI.aLIMb. Teespi berbeda dengan sejarahwan biasa, seorang ula al·albab dapat mengambil pelajaran dari sejarah, sebagai petunjuk dan rahrnat sebagai orang yang beriman kepada Kebenaran.

ltulah sebabnya tidak semua orang, bahkan cidak semua orang

ULUMUL QUR'AN NO.4. VOL. VI, TAHU 1995

pandai adalah ulu a/,a/bah. Mereka itu adalah yang memperoleh hikmah atau kebijakan .. Dalam surat alBaqarah: 269 dijelaskan bahwa tidak sembarang orang itu mampu rnernperoleh hikrnah:

14 mCl.lganllgernhkt" hl'km4hkep.td4lla. po saja yangid ~hendakr~ Dan bd.nmgsia· po, diberi hikmah, maha It!: ita s~~'1lllmya dil'll.-n kebaikAn yal"18 sang": besar, Dan lak sermHlgpun mendapllr rm'lti .. inga/, m'Oldli OMllg yang berllkd (ulu aklJbab)

Karena cidak sernbarang orang mampu meraih hikrnah, maka yang diberi hikmah iruadalah orang yang mendaparkan kebaikan. Adalah legis bahwa yang mernperoleh hikmah itu adalah suatu kelompok kecil. Kelornpok kecil itu bisa menjaeli elir dalam masyarakatnya.

Dalarn penjelasan lain, aM al-atbah itu tidak hanya yang berpikir [entang alam fisik, borani dan sejarah .. Mereka pun ternyata mempunyai eiri-ciri yang berkiatan iidak hanya dengan aktivitas pikirnya, melainkan juga dengan amal kongrernya. Kata aM ai-albab dalam surat a/-Ra'd.: 19, ternyata ada katerangannya pada ayae-ayat berikutnya. Dalam ringkasan, aUt al·albah adalah orang dengan ciri-eiri sebagai berikut:

~ mernpunyai p~ngetil.hu~n arau orang yang tahu

~ yang rnernenuhi perjanjian dengnn Allnh dun tall. ~kan ingkat dori i~nji cersebut (yaitu bsrirn an, berbuat baik dan menjauhi yang keji dan y~ng mungkar) .

.. yang menyarnbung apa yang diperintah kan oleh A llah unruk disambung, (misalnya ikatan cinta kasih)

.~ takuc kepada Tuhaa Gilm berbuat dos:l) karena rakut kepada basil perhitungan yang buruk

.. yang sabar karena ingin mendapar perkenaaan Tuhan

'f menegakkan shalat

~ merfrbelanjakan riaki yang diperoleh unruk kcmanfaatan orang lain, baik

Pimu Kayu abad ke-I·I,

secnra terbuka rnaupun eersernbuny! .. menolllk kejMlltIUl dengan kebaikiUl.

Kualiras-kualitastersebue diuraikan dan ayat 19 hingga 22 dalam satu tarikan nafas, Sejum1ah kualitas dirinci dalam. ayat-ayat iru. Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pemilikan pengetahuan saja tidak eukup untuk membuat seseorang beroleh kualifikasi 12M at·albab. Ia adalah juga seorang yang punya keterikatan moral, memiliki kornitmen sosial dan melaksanakan sesuaru de.ngan cara-cara yang baik,

Agaknya, lili, ai-albab iru selalu dihubungan denganaktivitas dzikir, yakni berpikir pada tingkat yang Iebih tinggj.. Pacia cingkat yang lebib tioggi iru pemikir bukan hanya

ULUMUL QUR'AN NO.4, VOL. VI, TAHUN 1995

melihat apa adanya, melainlcan mampu pula menarik hikmahnya. Dalam surat 'Ali Imran: 190 yang tersebut terdahulu,dijelaskan bahwa ala ai·albah itu mampu men gambit kesimpulan bahwa sernua yang diciptakan oleh Allah itutidak siasia, yakni mengandung Iungsi-Iungsi tertentu dalam kehidupan umat manusia,

Filsuf Belanda Van Peursen, dalam hukunya Strategi Kebudayaan (1976), menteorikan susru tahapan berpikir rnanusia .. Pertama orang berada dalam suasana mrtis, yakni bersscu dengan alarn, tak bisa mengambil jarak Setelah iru, fa mulai bisa mcngambil jarak dan rnelihat yang lain sebagai obyek berpikir, Di sini ia mulai berpikir omologis. Pada tahap yang lebih cinggi, orang bisa inelihat relasi-relasi dan Iungsi-fungsi hubungan. Pads tahap iai manusia mencapai tingkaI berpikir fungsional,

Secara ringkas keterangan Van Peurson menjelaskan tshap-tahsp kebudayaan manusia sebagai berikut:

Dill run. a1.:J.!T1. pikiran mitis, hubungsn anU.fa manusia (subyek) dan dunis (obyek) dapat d.ig:J.!T1barkan sebaggj saling rneresapi, partisipnsi. Dalarn slam pi. kirnn eneologls, kka [urnpni distansi, jarak, usaha rnencari pengertian. Dalarn .a1:J.!T1. pikirao fungsional nampak bag'llim~· nll manutia dan dunia saling- rnenunjukkan, relasi, bertautan antara yang.rotu dengan yang lain.

Berdasarkan teori filsuf Belanda ini, maka seseorang baru bisa mengatakan: "Tuhanku, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sinsian, sebelum ia mencapai tahapan berpikir fungsional. Namun, sec orang uta .al-albab lebih dan itu. In telah mencapai tahap transendensi, yakni menghubungkan segala sesuatu yang in lihat dan pikirkan ke atas,

113

ke arah yang lebih ringgi, kepada kebenaran yang universal.

Hubungan antara kepemilikan akal dan iman diterangkan dalam 511- rat 'ALi lmran: 7 rnengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an yang tidak semuanya jelas bagi sernua orang itu:

Dia "dulab yan.~ menurunlzan Kllab kepttda engluul; sebagum "ya'·«;'.-<lny" 111.'1"sifat menentukan (rrmhknmat) -illilllh lnduk Kitab-« dan )'Iln!! lain IJI..'1"njal iharat. AdapJln orang yang Imtl1T)'1l bJlSllk, "urn'ka mlmgikllti ball14n )'Il~'g 11I.'T:Sifiu ililrtu (mutasyahiha!), br(:r!a mgin m(''I1y~5adum dan ingin membulutaj"si·"an iersendiri. Dan Idk a"" orang yaug Idhu lafiimya st!lalll Allllh c/a"orang·orllllg yang klirU ,I· munya. "h'rch" b.:rkafa: kaml hcrimen k'p&laflya, semua ini IId~11t!" dari Tllf:)(1r) kann. Da11, ta/.: ada Y"'ll: 111ml 1l!.>rjlikIT selam flrllllg ya"g Inemrlikr ,,1;.,1 (Ulu al-alhfib).

Surar ini agak kompleks keterangannya, yakni rnengenai bagaimana rnenafsa-kan al-Qur'an. Kata t?lu al-albao disebut untuk rnenunjuk kepada orang yang memperoleh randa-randa peringatan tentang rnasalah ini,

Al-Qur'an itu terdiri dari dua baginn, pertama ymlg disebut muhkamat,. yakni yang menentukan dan

itulah lnduk Kitab yang dapat eIijadikan landasan, Menurut suatu tafsir, Induk al-Qur'an ituadalah alFalbihab. Sedangkan yang lain bersifat ;barat arau ungkapan. Bisa pula disebut yang rnenjelaskan, [ika, Qrang hanya melihar yang detil atau yang rnenielaskaneanpa rnerujuknya ke [andasan tafsir, rnaka seseorang bisa memperoleh salah pengertian. Dan kesalahpengertian itu bisa dimanfaatkan olen mereka yang berhati busuk untuk rnenyesatkan .. Seorang fllt;. al-ttlbab hams rnengerahui persoalan ini. Jelasnya, {Hti. al·alb~b adalah orang yang juga

Alhambra Granada: u;un!!; utara lapangan Myrtles, nbad ke-14

I 14

beriman, selain mendalam ilmunya (rashth fi al.ilm). Sebagai orang yang beriman, malta dalam rnembuat rafsir terhadap ayat-ayat al-Qur'an, ia hams rnengacu kepada hal yang sudab jelas kebenarannya, yaitu esensi al-Qur'aa itu sendiri.

Daparkah kita [umpai orangorang yang memiliki kualitas yang berat itu? T entu saja sulit, T etapi di antara yang sulit iru kita menjurnpai tokoh para rasul dan nabi, khususnya yang disebut dalam surat I'll· Ahkaf 35 sebagai ,Uil al·Jazm yang memiliki keteguhan hati dan mampu mengambil keputusan, dengaa segala risiko. Sungguhpun dernikian, dengan menjal.ankan syarst-syarat yang telah dikemukskan dalam al-Qur'an itu, rnaka or1lllg-orang biasa pUl"! dapat rnencapai kualitas Ci.ft. .aL·albab . Jika ridsk, mengapa berkali-kali kara itu disebut dalam al-Qur'an, yakni sebanyak 16 kali, unruk ditel.adani, jika kualitas iru tal< clap at dicapai. Namun begitu .I~h'i at· a.lbab memang hanya kecil jumlahnya dan ia rnerupakan elit, yakni mereka yang rnerniliki kelebihan dalam masyarakat dan karen a itu besar pengaruhnya.

Pertanyaan yang barangkali rnasih mengganjal adalah eli mana karakter kritis pads ulu al-albab yang hingga k.ini belum nampak dalam analisis tersebut ? J ika.kita rnenelaah dan menggali makna cendekiawao atau intelektual iru sendiri secara harIiah, maka tidak akan muncul ciri kritis itu .. Ciri krais muncul dalam evolusi rnakna dan sejarah, misainya ketika muncul sejumlah cendekiawan yang mcrnbela Dreyfus. T etapi secara tekstual, ciri kriris pada ceodekiawan akan muncul jika karakter dzikir itu berhadapan dengao kenyataan permasalahan konkret, Dzikir adalah mengingat atau mendapat peringatan. Dati situ O1·a-

ULUMUL QUR'AN NO.4, VOL. VI, TAHUN 1995

Papercut.Jstanbul, abad k~ 16.

ka watak seorang yang melakukan dzikir adalah mengingatkan. Tindakan mengingatkan iru hanya bi a muncul jika orang bersikap kriti . Karena iru maka seorang uta al·a/· bab sudah dengan sendirinya menyimpan sikap kritis atau sikap peka rerhadap peringatan.

Seorang yang melakukan dzikir tenru akan rnerespon seruan Allah untuk membenruk kclompok yang berorientasi kepada kebajikaan (aikhair) dan kcmudian me.lakukan amar ma'ra! nahi al-munkar ('Ali Imran: 103 dan 110). Dari sinilah seorang ALli. a/·albah akan bersiksp kritis sebagai dasar dari tindakan amar ma'rtif nahi al-munkar. Tapi sikap kritis itu rnengandung juga tanggungjawab ketika ia rnengingat kepada nilai kebajikan d n amar

, '!{ rna TUJ.

Sebenamya banyak ayat al-Qur-

• an yang mendorong dan mern bangkitkan kepakaan seorang, lebih-lebih rnereka yang memiliki kelebih, an pengetahuan. Surat aL·Ma '11n um-

pamanya, akan menimbulkan kepekaan osial, Karena i"LU rnaka uatuk rnernbangun pengertian kita tentang kualitas cendekiawan Muslim, kajian ten tang kara tUti. al·aLbab perlu diperluas Iebih lanjut dengan meneliti ayat-ayat lain.

Kesimpulan

benamya, pengertian cendekiawan itu tercakup daJam i tilah ularna, seperti yang di ebutkan dalam surat al-Fethir: 28. Terapi karena ularna iru sudah merniliki pengertian baku eLi Indonesia maupun di D\.Inia Islam, yakni yang ahli di bidang < gama saja, rnaka kita perlu pula memunculkan istilah cendekiawan.

Pengertian cendekiawan Muslim dapat dicari dari kualic -kualitas yang disebutkan dalam al-Qur'an, yang banyak terds pat -wal, upun tidak eerbaras= pad istilah !i.lu alalbab. Namun pertama-tama kim' perlu mengacu rerlebih dahulu kep da pengertian yang berkernbang di Barat, kar ria k ta cendekiawan rn rujuk kep d pengenian int lektual, Dari istilah cendekia s. j. kita sulit memperoleh substansi dari pengertian cendekiawan, Karena itu rnaka kits perlu mempelajari rnakria intelekrual dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam alQur'an,

Baik dalarn sejarah Barat rnaupun al-Qur'an, cendekiawan bukan hanya rnereka yang rnemiliki intelegensi yang ti.nggi. Cendekiawan adalah kelompok sosial yang memiliki misi dan komitrnen terhadap perubahan sosial dan merniliki kebera-

ULUMULQUR'AN NO.1, V L. VI. TAliUN 1905

nian moral unruk membela dan rnempertahankan kebenaran dan keadilan. M ngacu kepada alQur an, eorang cendekiawan adalah orang yang berpikir clan merenung ke arah yang lebih tinggi dalam rnendekati Kebenaran. Cendekiawan adalah. juga orang yang memiliki kepekaan, sikap kritis dan tanggungjawab sosial dan karena iru memiliki kornitmen untuk bertind k demi kebaikan sesama manusia, Sudah tenru, sikap kriris itu memerlukan keberanian moral untuk mel akukannya..

Deugau demikian maka cend - kiawan bukaalah "orang yang bergantung eli alas < ngin" atau "tinggal di menara gawng". Cendekiawan, sering rerdorong unruk mengowri tangannya dengan kegiaran kongkret kemasyarakatan. Dewasa ini ban yak cendekiawan yang terjun aktif dalam lembaga swadaya rnasyarakat, sebagaimana cendekiawan juga banyak yang terjun ke bidang politik, Di bidang 'mana pun ia bekerja, cenclekiawan adalah yang mempergunakan ilmunya dengan berpedornan kepada kebenaran dan keadilan.

M. Dawam Rahardjo

115

Potrebbero piacerti anche