Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Oleh :
YAYIK IKE LUSGIANTI
Nim : 06. 04. 205
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi dituba (90%). Terutama diampula tuba dan isthmus sangat
jarang terjadi diovarium, rongga abdomen, maupun uterus keadaan yang me-
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device) riwayat
pasif, intertilitas dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbilitas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
wanita terutama pada usia lebih dari 30 tahun. adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
sakit Dr, Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik
1
2
terbanyak usia 25-29 tahun 23 kasus (34,33 %) paritas 2-31 kasus (46,27%),
terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita
pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal
Berdasarkan survei awal diRSUD Dr koesma tuban pada akhir tahun 2005
2007 naik menjadi 18 (25 % ) penyakit kehamilan ektopik dan frekwensi pada
kehamilan ektopik dini yang berlokasi diovarium bila dimungkinkan dirawat, bila
pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan ke uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih dituba atau nidasinya tuba
dipermudah.(prawiroharjo 2005)
tersebut. operasi yang dilakukan ialah Salpingektomi yakni penanganan tuba yang
mengandung kehamilan. pada abortus tuba walaupun tidak selalu ada bahaya
berkumpul dirongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Dari survey yang didapat
dari rumah sakit Dr.R kusma tuban Kehamilan ektopik meningkat dari
multipara.
1. 3 Rumusan Masalah
1. 4 Tujuan Penelitian
Tuban.
Koesma Tuban.
1. 5 Manfaat Penelitian
5
1. 5. 1 Bagi Peneliti
1. 5. 2 Bagi Masyarakat
ektopik
1. 5. 3 Bagi Institusi
keberhasilan pendidikan.
1. 5. 5 Bagi Profesi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun (nursalam 2003) dan Usia reproduksi pada wanita
atau haid. Hal ini menandakan mulai berfungsinya organ – organ reproduksi
wanita (Hurlock, 1990 : 185). Seiring dengan dimulainya usia reproduksi maka
pada usia 30-34 tahun (40, 60%) & umur 25- 29 tahun (34, 33 %).
(Arifin 2003 )
6
7
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
dimiliki oleh ibu mulai dari anak pertama sampai terakhir (Ahmad, 1996 : 256)
4. Grande multi : wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih
kehamilan ektopik menurut paritas sebanyak (35, 34 %). (http / karateristik KET).
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992,
dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin tinggi tingkat pendidikan
kesehatan reproduksi karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan
salah satunya tentang kehamilan ektopik. Bila pendidikan rendah maka lapangan
pekerjaan bagi wanita yang rendah yang menyebabkan status sosial ekonomi
Bila pendidikan rendah maka lapangan pekerjaan bagi wanita rendah yang
penyakit. Hal ini karena rendahnya pemenuhan gizi yang baik. (Manuaba,
1999 : 9)
pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia
2.2.1 Definisi
berimplantasi dan melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni
terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada
2.2.2 Etiologi.
diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba
dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat
1. Faktor mekanis
penyempitan lumen.
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
f. Penggunaan IUD
10
2. Faktor fungsional
defek fase luteal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban,
tuba yang sempit, namun ovum yang telah dibuahi sering kali tidak dapat
2.2.3 Klasifikasi
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
11
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornu
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
2.2.4 Epidemiologi
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik
terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal
yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). (Arifin 2003 )
etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit
putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit
(Arifin 2003 )
terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa
terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah
terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita 1
pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal
(1, 5%), khususnya di ampula tuba (78%) dan isthmus (2%). Pada daerah
13
fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0,
2.2.5 Patogenesis
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica.
Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas,
maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi
(hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga
retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih
awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan
di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi
tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
15
terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
(prawiroharjo 2005)
lokasinya . Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau
a. Keluhan gastrointestinal
Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya
dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus
c. Amenore
lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan
e. Perubahan Uterus
Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa
Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan
denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti
yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu
kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta
hipotensi.
g. Hipovolemi
Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi
h. Suhu tubuh
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya
salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC.
i. Masa pelvis
Masa pelvis dapat teraba pada ± 20% pasien. Masa tersebut mempunyai
ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran
5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya
infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras.
Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus.
Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis
j. Hematokel pelvik
Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan
kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan
bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes
2.2.7 Diagnosis
pasien dalam usia reproduktif mengeluhkan nyeri perut bawah yang hebat dengan
abdomen, kavum Douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping
pil kontrasepsi progesteron dan riwayat operasi tuba serta riwayat faktor-faktor
kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami ruptur pada dinding tuba
kehamilan ektopik:
1. HCG-β
HCG secara serial. Pada usia gestasi 6-7 minggu,kadar HCG serum
19
meningkat dua kali lipat setiap 48 jam pada kehamilan intrauterin normal.
Peningkatan yang subnormal (< 66%) dijumpai pada 85% kehamilan yang
penegakan diagnosis KET dengan pemantauan kadar HCG serial tidak praktis,
kadar HCG serum dua kali lipat setiap 48 jam tidak lagi terjadi setelah minggu
2. Kuldosintesis
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di
demikian, tindakantersebut masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau
4. Laparaskopi
terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai
untuk terapi.
20
5. Ultrasonografi
denyut jantung janin dengan kavum uteri yang kosong, maka diagnosis pasti
cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak
kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan
6. Tes Oksitosin
7. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.
8. Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan
ektopik tergangu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI
Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
1. Infeksi pelvis
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan
jarang setelah mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan
yang dapat diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada
infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0, 5 0C, selain itu
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median
dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di
belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.
pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan
4. Appendisitis
Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik
uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut
2.2.9 Terapi
Penatalaksanaan Ekspektasi
kadar stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu tidak
ektopik tidak HCG awal harus kurangmelebihi 3.5 cm. Sumber lain
menyebutkan bahwa kadar dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik
23
tidak melebihi 3,0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif
Penatalaksanaan Medis
bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan
bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani
ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi
Methotrexate
methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien
dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui
24
angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia
gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari
4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis,
ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien
disebutkan dalam literatur antara lain kadar jantung janin, ukuran massa hasil
disebutkan dalam sumber lain bahwa hanya kadar HCG-lah yang bermakna
pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi
terapi. setelah terapi HCG masih perlu diawasi setiap minggunya hingga
dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan
adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari
Actinomycin
digunakan.
Penatalaksanaan Bedah
tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.Tentu saja pada
ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per
laparoskopi.
Salpingostomi
Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di
Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per
laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk
salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens
aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian
intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara
bermakna.
Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan
Salpingektomi
Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun
dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang
dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini
jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah
salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem,
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari
bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat
2.2.10 Prognosis
turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)
29
resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang
kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3. 1 Kerangka konseptual
Kerangka Konseptual
2. Faktor Mekanis
3. Faktor fungsional
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
lain faktor karakteristik dan faktor mekanis faktor fungsional. Faktor karakteristik
terdiri dari : usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini yang
BAB 4
METODE PENELITIAN
menggunakan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat suatu
31
32
4. 2 Kerangka Kerja
Populasi
20
Seluruh Penyakit kehamilan ektopik Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban
sejumlah 72 pada tahun 2005-2008
Sampling
Sampling jenuh
Sampel
Penyakit kehamilan ektopik Di RSUDDr. R. Koesma Tuban sejumlah 72
pada tahun 2005-2008
Analisis Data
- Deskriptif
- Penyajian
Kesimpulan
4. 3. 1 Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
4. 3. 2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua Penyakit kehamilan
4 3. 3 Sampling
sampling jenuh. sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi
nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan
4. 4. 2 Definisi Operasional
pengumpulan data meliputi data karakteristik dan kehamilan ektopik yang didapat
4. 6. 1 Lokasi penelitian
4. 6. 2 Lokasi waktu
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
(nursalam, 2003)
data direkam medik berdasarkan jumlah kasus menderita kehamilan ektopik yang
2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi
angka.
36
4. Entry data adalah memasukkan data dengan cara manual atau melalui
pengolahan.
5. Cleaning adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dimasukkan
7. Pengolahan data
P
x x100%
max
Keterangan :
P = Proporsi
∑x = Banyaknya subyek dalam kelompok
∑max = Banyaknya subyek seluruhnya
Nama dari subjek tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data,
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
kerahasiaan oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dimana pengumpulan
data dilaksanakan pada bulan juli 2008 di RSUD Dr. R Koesma Tuban sebanyak
75 responden. Hasil Penelitian ini meliputi data umum dan hasil penelitian.
5. 1 Data Umum
Tabel 5. 2 Distribusi usia Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban
Tahun 2007.
%).
5. 1. 3 Data Paritas
Tabel 5. 3 Distribusi Paritas Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma
Tuban Tahun 2007
5. 1. 4 Data Pendidikan
Tabel 5. 4 Distribusi Pendidikan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma
Tuban Tahun 2007
5. 1. 5 Data Pekerjaan
Tabel 5. 5 Distribusi Pekerjaan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma
Tuban Tahun 2007
66%).
41
BAB 6
PEMBAHASAN
orang responden (41, 89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii di RSUD
Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam
tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik.
pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas
perut bagian bawah yang bisa menyebabkan bejolan perut yang dapat menekan
terhadap alat-alat disekitarnya dan disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut.
Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal
30
42
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
yang berlebih. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas,
bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan
kena kanker payudara, anaknya harus siap-siap. Tapi mioma, kista, dan
endometriosis ini belum, " terang Sugi dalam salah satu artikelnya. (Sugi, 2002).
59 kasus Kistoma ovarii. Frekuensi pada tahun 2007 naik sebesar 11, 9% menjadi
75 kasus kistoma ovarii. Dari data – data di atas dapat diketahui bahwa kejadian
kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban Tahun 2007 yaitu 75 kasus
Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara
Koesma
Tuban
43
Usia adalah waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia sangat
cukup usia kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir
dan bekerja.
dan Djaswadi 15, 1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia
Klimakterium dimulai dari akhir fase rproduksi sampai awal fase senium.
45 – 50 tahun.
pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18 hari.
Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH,
44
kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah
memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi
(>40 mlU/ml).
Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular
ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak
yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen
Dari pernyataan di atas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian
memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat
Koesma Tuban
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
dimiliki (Ahmad, 1996 : 256). Paritas adalah riwayat kehamilan dan buah
kehamilan yang dilahirkan hidup (Manuaba, 1999 : 9). Kistoma ovarii lebih
sebanyak 6 kasus (16, 22%) dan pada penderita dengan paritas 2-5
nulipara atau yang kurang subur : pendapat senada juga di ungkapkan oleh
46
kista adalah wanita nulipara dan atau wanita yang kesuburannya rendah.
Menurut penelitian beberapa ahli bahwa salah satu dugaan penyebab kista
adalah faktor hormonal yaitu rangsangan estrogen yang salah satu fungsinya
adalah untuk mengatur haid pada wanita (Sastrawinata, 1983). Jika estrogen
terganggu fungsinya maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan
menderita kista.
Dr. Koesma Tuban. Didapati pula bahwa sebagian besar penderita kista
juga pada mereka yang baru memiliki anak pada usia setelah 30 tahun.
Dengan kata lain wanita yang tidak pernah melahirkan memiliki resiko
berulang dapat memicu adanya efek protektif. Sama halnya dengan wanita
efek protektif pada kehamilan, penggunaan pil KB, dan pemberian asi dapat
menekan ovulasi, dan dengan makin sedikitnya siklus ovulasi maka yang
ovarium.
Koesma Tuban
karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan semakin sempit
SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan dalam hal iini
tinggi.
Koesma Tuban
49
responden adalah responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%).
sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk
sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok
Koesma Tuban tentang responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50,
66%) yang mayoritas wanitanya bekerja sebagai tani atau buruh tani,
Dimana seseorang yang bekerja sebagai tani atau buruh tani kebanyakan
dalam hal iini kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun
perguruan tinggi.
50
penyakit pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil,
ibu menyusui, bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi
BAB 7
Pada bab ini akan di bahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian
yang berjudul “Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr.
Koesma Tuban”.
7.1 Kesimpulan
51
7.1.1 Jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007
7.1.2 Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun.
7.1.5 Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja.
7.2 Saran
itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau
terlambat menangani.
Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan
7. 2.3 Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor
ovarii.
DAFTAR PUSTAKA
Medlinux. (2007) Kista ovarii Artikel Kedokteran. http : //www. Google. com
Rabu 12 September 2007
Sugi. (2002) Mengenal kista, Mioma dan Endometriosis. http : //www. nova.
com
Nama
No No RM Usia Paritas Pendidikan Pekerjaan
(Inisial)
55
Lampiran
LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
56
Oleh :
EMI DWI YULISTYA RATNA WATI
Nim : 05. 03. 113
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
58
Penulis,
viii
SURAT PERNYATAAN
59
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sangsi akademis.
Mengetahui
Pembimbing
RINGKASAN
v
60
Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam
tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik.
Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak
pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas
(cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Karakteristik
berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Faktor karakteristik yang
mempengaruhi kejadian kistoma ovarii antara lain faktor usia, faktor paritas,
faktor pendidikan, faktor pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan) wanita penderita
Kistoma Ovarii di RSUD dr. R Koesma Tuban.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.
Populasinya adalah semua kasus kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban
tahun 2007 yang diperoleh dari mengumpulkan data melalui rekam medic.
Tehnik sampling yang digunakan adalah Total sampling.
Hasil penelitian didapatkan jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD
Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 sebanyak 75 orang (41, 89 %). Mayoritas
penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun Mayoritas penderita
kistoma ovarii memiliki paritas ≤ 1. Mayoritas pendidikan penderita kistoma
ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat). Mayoritas pekerjaan
penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor
karakteristik wanita penderitta kistoma ovarii mayoritas usia 46-55 tahun,
mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ≤ 1, mayoritas pendidikan
penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat),
mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja
Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu
serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat
menangani serta diharapkan bagi wanita berusia 20 – 50 tahun hendaknya rutin
memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat
diberikan penanganan cepat dan tepat.
HALAMAN PERSETUJUAN
61
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Nahdhatul Ulama Tuban
MOTTO
62
Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-Mu pada
waktu petang dan pagi (Q. S. Al-Mu’min : 55).
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (Q. S. Al-
Isra’:7).
Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dan (kenikmatan)
duniawi”. (Q. S. Al-Qososh : 77)
vi
63
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Biodata
Nama : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI
Tempat, tanggal lahir : Tuban, 20 juli 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Pahlawan Gg. Guo Rejo II no. 785 Tuban
Pendidikan
1. SDN SIDOREJO 1 Tuban lulus tahun 2000
2. SLTP Negeri 6 Tuban lulus tahun 2003
3. SMA PGRI 1 Tuban lulus tahun 2005
4. Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
65
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN...................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
RINGKASAN....................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................4
BAB 6 PEMBAHASAN
6. 1 Identifikasi kejadiaan Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma
Tuban..................................................................................................30
6. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban ........................................................................31
6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban......................................................................... 34
6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.........................................................................35
6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.........................................................................37
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................41
LAMPIRAN
xi
% = Persen
/ = Per
- = Sampai
< = Kurang
> = Lebih
= = Sama Dengan
( = Buka Kurung
) = Tutup Kurung
= Jumlah
Daftar Singkatan
LH = Luteinizing Hormone
RM = Rekam Medik
xvi
LEMBAR PENGESAHAN
69
Telah diuji dan disetujui Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Dploma III
Kebidanan Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
TIM PENGUJI
2. Supartini, SKM
NIK. 45115001
Mengetahui
Program Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
Direktur