Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
JARINGAN EPITEL
Adnan
Biologi FMIPA UNM, 2010
A. PENDAHULUAN
Walaupun makhluk hidup sangat beranekaragam bentuk ukuran dan
fungsinya, namun dari segi penyusun tubuhnya makhluk hidup memiliki ciri yang
sama yaitu tubuhnya tersusun atas sel, dengan pengecualian pada “virus”. Sel
adalah protoplasma berbatas membran. Sel merupakan satuan struktural,
fungsional dan hereditas makhluk hidup. Berdasarkan sel yang menyusunnya,
makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 yaitu (i) organisme aselluler yaitu
makhluk yang tubuhnya tidak tersusun atas sel, misalnya virus, (ii) organisme
uniselluler yaitu makhluk yang tubuhnya hanya terdiri atas satu sel, misalnya
berbagai jenis protozoa seperti Amoeba dan Paramecium, (iii) organisme
multiselluler, yaitu makhluk yang tubuhnya tersusun atas banyak sel.
Pada organisme multiselluler, sel-sel menyusun diri membentuk organisasi
yang kompleks. Kumpulan sel yang biasanya memiliki bentuk dan fungsi yang
sama membentuk jaringan. Beberapa jaringan berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu fungsi tertentu membentuk organ. Beberapa organ membentuk
sistem organ, dan pada akhirnya sejumlah sistem organ membentuk satu individu
yang fungsional. Pengorganisasian sel-sel hingga membentuk satu individu
dinamakan organisasi tingkat individu
Pada vertebrate, seperti manusia, sistem organ dibedakan atas 11 macam,
yaitu sistem integument, sistem otot, sistem rangka, sistem saraf, sistem endokrin,
sistem peredaran, sistem limfa, sistem pernapasan, sistem pencernaan, Sistem
urinaria, dan sistem reproduksi (Starr and Taggart, 1989). Pembagian tersebut
relative, sebab terkadang suatu sistem organ dipecah atau digabungkan dengan
system organ lain. Sejumlah individu membentuk populasi, populasi membentuk
komunitas, beberapa komunitas membentuk ekosistem dan beberapa ekosistem
membentuk biosfer. Organisasi yang terakhir ini dinamakan organisasi tingkat
2
Gambar 1.1. Berbagai system organ yang membangun tubuh manusia (Starr and
taggart, 1989)
Jaringan, yaitu struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang
biasanya memiliki sifat-sifat morfologis dan fungsi yang sama. Pada hewan
multiseluler, dikenal ada empat jenis jaringan dasar, yaitu (i) jaringan epitel, (ii)
jaringan penyambung atau jaringan ikat, (iii) jaringan otot, dan (iv) jaringan saraf.
Keempat jaringan dasar tersebut masih dapat dipecah menjadi berbagai jenis
jaringan.
3
Jaringan epitel, yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya
bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra seluler
atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke
dalam atau invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi
sel-sel sekresi atau sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan
lembaga, yaitu ektoderem, endoderem, dan mesoderem.
bawahnya. Membran basalis (gambar 1.3) terdiri atas tiga lapisan, yaitu (i) lamina
dense (ii) lamina lusida, dan (iii) lamina fibroretikuler.
Gambar 1.3. Struktur membran basalis kulit (Junquiera dan Carneiro, 1984)
Lamina lusida, terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri
atas serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain
itu terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar 10-
50 nm. Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe IV
yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina dense
berkisar 20 – 300 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian sebelah dalam
lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang berhubungan erat dengan
jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit serabut retikuler dan sedikit
serabut kolagen tipe V.
Membran basalis memiliki beberapa fungsi, yaitu (i) sebagai tempat
melekatnya sel-sel epitel pada jaringan ikat di bawahnya, (ii) sebagai barrier untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (iii) mencegah
kehilangan air dan cairan sel dari tubuh, (iv) bekerja sebagai filter selektif, dan (v)
mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis
mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan
entaktin.
5
Gambar 1.4. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan (c )
selindris (Start dan Taggart, 1984)
Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel
pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat
proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi, misalnya
epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor yang mampu
menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap,
(iii) sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme (air, garam-
garam, aminoak, dan CO2), (iv) sebagai alat osmoregulasi (pengaturan tekanan
6
1. Epitel selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu lapisan
sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis dan mencapai
permukaan. Dijumpai pada tempat-tempat yang tidak banyak mengalami
kerusakan mekanis, seperti rongga tubuh bagian ventral, membatasi jantung dan
pembuluh darah, bagian dari tubulus ginjal, membatasi bagian dalam kornea, dan
biasanya berperan di dalam absorbsi mengontrol permiabilitas pembuluh,
absorbsi, sekresi dan filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis
pipih, epitel selapis kubus, dan epitel selapis selindris.
7
1) Epitel squamosa
Epitel squamosa, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari ektoderem,
misalnya epitel pada kapsul bowman.
2) Mesotelium,
Mesotelium, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari mesoderem,
misalnya pericardium yang membatasi rongga jantung dan pleurotenium
yang membatasi rongga paru-paru.
3) Endotelium
yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderem, misalnya
endothelium pembuluh darah dan endothelium pada pembuluh limfa
(d) (e)
8
Gambar 1.5. Epitel selapis pipih (a) kapsul bowmann, (b) endotelium (c)
perikardium, (d) epitel selapis pipih dilihat dari atas, dan (e) epitel
pipih dari meatus akustikus eksternus. Perhatikan tanda panah
(Craigmyle, 1986).
(a) (b)
Gambar 1.6 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan
tubulus kontortus ginjal ( Start dan Taggart, 1984).
Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel selapis selindris
absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris bersel goblet.
Gambar 1.7 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan usus
halus ( Start dan Taggart, 1984).
Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel
goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian atas.
Sel basal berbentuk kubus dengan inti bulat serta ketinggian paling bawah.
Sel selindris bersilia berbentuk selindris dan permukaannya bersilia. Inti
berbentuk lonjong. Sel goblet atau sel lendir atau sel mukus berbentuk kerucut,
inti tampak meruncing pada bagian bawahnya. Pada sitoplasmanya terdapat
mucus. Sel goblet terdiri atas beberapa bagian, yaitu (i) pangkal sel sempit dan
11
mengandung banyak retikulum endoplasma, (ii) bagian tengah sel melebar dan
terdapat banyak badan golgi yang berbentuk mangkuk, dan (iii) puncak sel, yaitu
bagian yang paling lebar dan terdapat banyak vesikula-vesikula yang berisi
mucus. Jaringan epitel berlapis banyak palsu dijumpai membatasi rongga hidung,
bronkus, dan trakea. Umumnya berfungsi sebagai pelindung dan sekresi.
3. Epitel Transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang dapat berubah bentuk. Epitel ini
terlihat mempunyai banyak lapisan, misalnya epitel yang terdapat pada pelvis
ginjal, ureter, dan kantung air seni. Bila organ-organ tersebut kosong, maka sel-
selnya menyerupai epitel berlapis banyak kubus, tetapi bila dipenuhi dengan
cairan, maka tekanan pada dinding membesar dan sel-sel nya berubah menjadi
epitel berlapis banyak pipih.
kubus atau selindris kecil yang termodifikasi yang terletak setelah membran
basal. Di atas sel-sel basal, biasanya terdapat satu atau lebih sel-sel polygonal.
Pada permukaan bebasnya terdapat lapisan sel yang bentuknya berbeda dari
lapisan sebelumnya. Bentuk sel-sel pada permukaan bebas epitel berlapis
digunakan sebagai dasar klasifikasi.
Jaringan epitel berlapis dapat seluruhnya tersusun atas sel-sel hidup,
sedangkan yang lain tersusun atas sel-sel hidup dan mati, tergantung pada lokasi
jaringan epitelnya. Biasanya pada yang terakhir ini sel-sel proksimalnya dibangun
oleh sel-sel hidup dan bagian distalnya yang berbatasan dengan rongga atau
permukaan tubuh terdiri atas sel-sel mati yang telah menanduk.
(a) (b)
Gambar 1.10 Epitel berlapis (a) kulit tebal dengan stratum lusidium, (b) kulit
tebal tanpa stratum lusidium, dan (c) kulit tipis tanpa stratum
lusidium (Craigmyle, 1986)
14
Gambar 1.11. Epitel burlapis kubus dari saluran laktiferus kelenjar mamae
(Craigmyle, 1986)
Gambar 1.12 Epitel berlapis banyak selindris pada trakea (a) sel basal, (b) sel
selindris, dan (c) silia (Craigmyle, 1986)
2. Polaritas Epitel
Secara structural dan fungsional, sel-sel epitel memiliki polaritas untuk
melaksanakan berbagai fungsinya misalnya fungsi sekresi, absorpsi, dan untuk
mengatur keluar masuknya ion dan zat terlarut melalui epitel yang perlu untuk
mempertahankan gradien konsentrasi antara lingkungan luar dan cairan tubuh.
3. Junctional Complex
17
Diantara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat daerah
kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex). Ada 3 jenis
pertautan sel yaitu (i) tight junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii)
adhering junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
1.1. Tight Junction
Pada tight junction, membran sel-sel yang berseblahan menyatu oleh
perekat pada bagian apikal sel dan membentuk sumbatan pada apikal intersel.
Ada dua jenis yaitu :
a. Zonula ocludens. Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel.
Zonula ocludens adalah taut kedap yang meluas mengelilingi
permukaan apikal sel, sehingga tampak menyerupai sabuk. Zonula
ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa partikel-partikel
protein dari pasing-masing membran sel yang saling berhubungan dan
bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada bagian
apikal dari ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam
air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang
bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh sel-
sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang intersel.
(iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari luar
sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso lateral ruang intersel atau
sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel epitel usus halus.
b. Fasia ocludens. Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah
kecil pada permukaan sel atau dinding lateral sel.F. ocludens mirip
dengan Z. ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia
ocludens berbentuk pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada
sel-sel endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah
pada otak, sel-sel endotelnya dilekatkan oleh z. ocludens. Dengan
perlekatan yang terputus-putus ini, maka sel endotel kapiler darah
memungkinkan terbentuknya cairan jaringan dan keluarnya leukosit
dari kapiler (f. ocludens membatasi pori-pori kapiler)
18
2. Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang
mengikat sel sel yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural
seperti sitoskeleton , membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat
mengadakan hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein
yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan elemen spesifik
dari sitoskeleton. Baik filamen aktin maupun filamen intermediat dengan
kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang merupakan glikoprotein
interseluler yang berbentuk filamen yang saling menganyam.
19
3. Gap Junction
Merupakan hubungan antar sel yang paling banyak tersebar pada jaringan
tubuh. Dengan mikroskop elektron tampak adanya celah sebesar 3 nm yang
menghubungkan dua sel yang bersebelahan. Celah ini menyebabkan ion-ion
anorganik dan molekul-molekul kecil yang larut di dalam air dapat lewat secara
langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sel lainnya. Dengan adanya gap junction
ini dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu
membentuk saluran yang menghubungkan kedua sel tersebut.
21
E. EPITEL KELENJAR
Jaringan epitel kelenjar, yaitu jaringan yang dibentuk oleh sel-sel
terkhususkan dalam menghasilkan suatu sekret cair yang komposisinya berbeda
dengan komposisi darah dan cairan intra sel. Proses ini disertai dengan sintesis
makromolekul intra sel. Senyawa-senyawa tersebut biasanya disimpan dalam
bentuk butir-butir kecil yang disebut granula sekretori.
Kelenjar dibentuk dari jaringan epitel. Sel-sel epitel berproliferasi dan
menembus ke dalam jaringan penyambung atau jaringan ikat. Mereka dapat
mempertahankan hubungannya dengan epitel atau tidak. Bila hubungan tidak
dipertahankan, terbetuk kelenjar endokrin. Sel-sel kelenjar ini dapat tersusun
dalam bentuk tali atau folikel. Lumen folikel mengumpulkan sejumlah besar
sekresi. Bila hubungannya dipertahankan, maka terbentuk kelenjar eksokrin.
(a) (b)
Gambar 1.16 Epitel berlapis selindris bersilia (a) trakea, (b) bronkus intraulmonal.
A epitel selindris dengan sel-sel goblet, B jaringan ikan, C asinus
mukosa, dan D serosa. Tanda panah pada (b) menunjukkan sel-sel
goblet.
Gambar 1.18. Skema berbagai bentuk kelenjar (Junqueira dan Carneiro, 1984)
akhirnya sel-sel mati, dan (iv) sel lemak yang telah mati keseluruhannya
dilepaskan dan diganti oleh sel-sel cadangan yang disebut sel indifferen.
Berdasarkan sifat dari getah yang dihasilkannya, dikenal ada dua jenis
kelenjar, yaitu kelenjar nonseluler dan kelenjar seluler. Kelenjar non seluler, yaitu
kelenjar yang menghasikan getah yang tidak berupa sel, misalnya enzim dan
hormon. Kelenjar seluler, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa sel- sel, misalnya
kelenjar lemak sekretnya berupa lemak; ovarium sekretnya berupa telur, dan testis
sekretnya berupa sperma.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar dapat dikelompokkan menjadi tga,
yaitu kelenjar mukosa, kelenjar serosa, dan kelenjar campuran. Kelenjar mukosa
menghasilkan secret yang bersifat kental, dan terdiri atas glikoprotein, sering
disebut mucus. Kelenjar serosa, yaitu kelenjar yang menghasilkan secret berupa
cairan encer dan biasanya berupa enzim dan dinamakan sereus. Kelenjar
campuran, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa mucus dan sereus. Kelenjar
yang menghasilkan mucus dinamakan kelenjar sero atau mukoserosa.
LATIHAN
1. Lengkapilah keterangan gambar berikut ini