Sei sulla pagina 1di 27

1

JARINGAN EPITEL
Adnan
Biologi FMIPA UNM, 2010

A. PENDAHULUAN
Walaupun makhluk hidup sangat beranekaragam bentuk ukuran dan
fungsinya, namun dari segi penyusun tubuhnya makhluk hidup memiliki ciri yang
sama yaitu tubuhnya tersusun atas sel, dengan pengecualian pada “virus”. Sel
adalah protoplasma berbatas membran. Sel merupakan satuan struktural,
fungsional dan hereditas makhluk hidup. Berdasarkan sel yang menyusunnya,
makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 yaitu (i) organisme aselluler yaitu
makhluk yang tubuhnya tidak tersusun atas sel, misalnya virus, (ii) organisme
uniselluler yaitu makhluk yang tubuhnya hanya terdiri atas satu sel, misalnya
berbagai jenis protozoa seperti Amoeba dan Paramecium, (iii) organisme
multiselluler, yaitu makhluk yang tubuhnya tersusun atas banyak sel.
Pada organisme multiselluler, sel-sel menyusun diri membentuk organisasi
yang kompleks. Kumpulan sel yang biasanya memiliki bentuk dan fungsi yang
sama membentuk jaringan. Beberapa jaringan berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu fungsi tertentu membentuk organ. Beberapa organ membentuk
sistem organ, dan pada akhirnya sejumlah sistem organ membentuk satu individu
yang fungsional. Pengorganisasian sel-sel hingga membentuk satu individu
dinamakan organisasi tingkat individu
Pada vertebrate, seperti manusia, sistem organ dibedakan atas 11 macam,
yaitu sistem integument, sistem otot, sistem rangka, sistem saraf, sistem endokrin,
sistem peredaran, sistem limfa, sistem pernapasan, sistem pencernaan, Sistem
urinaria, dan sistem reproduksi (Starr and Taggart, 1989). Pembagian tersebut
relative, sebab terkadang suatu sistem organ dipecah atau digabungkan dengan
system organ lain. Sejumlah individu membentuk populasi, populasi membentuk
komunitas, beberapa komunitas membentuk ekosistem dan beberapa ekosistem
membentuk biosfer. Organisasi yang terakhir ini dinamakan organisasi tingkat
2

ekologis. Organisasi tingkat individu dan organisasi tingkat ekologis secara


bersama-sama membentuk organisasi biologis atau organisasi kehidupan.

Gambar 1.1. Berbagai system organ yang membangun tubuh manusia (Starr and
taggart, 1989)
Jaringan, yaitu struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang
biasanya memiliki sifat-sifat morfologis dan fungsi yang sama. Pada hewan
multiseluler, dikenal ada empat jenis jaringan dasar, yaitu (i) jaringan epitel, (ii)
jaringan penyambung atau jaringan ikat, (iii) jaringan otot, dan (iv) jaringan saraf.
Keempat jaringan dasar tersebut masih dapat dipecah menjadi berbagai jenis
jaringan.
3

Gambar 1.2. Berbagai jenis jaringan yang menyusun tubuh manusia

Jaringan epitel, yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya
bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra seluler
atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke
dalam atau invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi
sel-sel sekresi atau sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan
lembaga, yaitu ektoderem, endoderem, dan mesoderem.

B. SIFAT DAN FUNGSI JARINGAN EPITEL.


Jaringan epitel terdapat sebagai penutup permukaan tubuh, atau
membatasi rongga-rongga di dalam tubuh. Permukaan yang bebas berbatasan
dengan udara atau cairan, sedangkan permukaan yang lain bertumpu pada
membran basalis dan menghubungkannya dengan jaringan ikat vaskuler di
4

bawahnya. Membran basalis (gambar 1.3) terdiri atas tiga lapisan, yaitu (i) lamina
dense (ii) lamina lusida, dan (iii) lamina fibroretikuler.

Gambar 1.3. Struktur membran basalis kulit (Junquiera dan Carneiro, 1984)

Lamina lusida, terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri
atas serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain
itu terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar 10-
50 nm. Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe IV
yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina dense
berkisar 20 – 300 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian sebelah dalam
lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang berhubungan erat dengan
jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit serabut retikuler dan sedikit
serabut kolagen tipe V.
Membran basalis memiliki beberapa fungsi, yaitu (i) sebagai tempat
melekatnya sel-sel epitel pada jaringan ikat di bawahnya, (ii) sebagai barrier untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (iii) mencegah
kehilangan air dan cairan sel dari tubuh, (iv) bekerja sebagai filter selektif, dan (v)
mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis
mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan
entaktin.
5

Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur,


umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan
sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung
yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv)
tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh
melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya, dan
(v) Sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat erat
melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau
junctinal complex (akan dibahas kemudian)

Gambar 1.4. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan (c )
selindris (Start dan Taggart, 1984)

Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel
pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat
proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi, misalnya
epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor yang mampu
menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap,
(iii) sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme (air, garam-
garam, aminoak, dan CO2), (iv) sebagai alat osmoregulasi (pengaturan tekanan
6

osmosis cairan tubuh) dengan cara pembuangan garam-garam melalui permukaan


kulit, (v) membantu proses respirasi, khususnya pada hewan-hewan akuatik, (vi)
sebagai alat gerak, misalnya sayap pada kelelawar dan selaput renang pada katak
sawah, (vii) sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia, (viii)
sebagai alat absorbsi, misalnya absorbsi sari-sari makanan pada dinding usus, dan
(ix) membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya
matahari.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Berdasarkan bentuk sel yang
menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas epitel berbentuk pipih, epitel
berbentuik kubus, dan epitel berbentuk selindris. Berdasarkan jumlah lapisan
yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel selapis, jaringan
epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.

C. JARINGAN EPITEL PENUTUP


Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun
dalam lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau
melapisi rongga-rongga tubuh atau lumen.

1. Epitel selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu lapisan
sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis dan mencapai
permukaan. Dijumpai pada tempat-tempat yang tidak banyak mengalami
kerusakan mekanis, seperti rongga tubuh bagian ventral, membatasi jantung dan
pembuluh darah, bagian dari tubulus ginjal, membatasi bagian dalam kornea, dan
biasanya berperan di dalam absorbsi mengontrol permiabilitas pembuluh,
absorbsi, sekresi dan filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis
pipih, epitel selapis kubus, dan epitel selapis selindris.
7

a. Epitel selapis pipih


Sel-sel pada epitel selapis pipih berbentuk pipih dan sangat datar
menyerupai sisik. Dilihat dari permukaan tampak sebagai sel-sel yang cukup
besar dengan sitoplasma yang jernih. Dilihat dari samping tampak seperti pita
yang bersekat-sekat dengan inti pipih yang terletak pada bagian tengah. Epitel
selapis pipih terdiri atas epitel squamosa, mesotelium, dan endothelium.

1) Epitel squamosa
Epitel squamosa, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari ektoderem,
misalnya epitel pada kapsul bowman.
2) Mesotelium,
Mesotelium, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari mesoderem,
misalnya pericardium yang membatasi rongga jantung dan pleurotenium
yang membatasi rongga paru-paru.
3) Endotelium
yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderem, misalnya
endothelium pembuluh darah dan endothelium pada pembuluh limfa

(a) (b) (c)

(d) (e)
8

Gambar 1.5. Epitel selapis pipih (a) kapsul bowmann, (b) endotelium (c)
perikardium, (d) epitel selapis pipih dilihat dari atas, dan (e) epitel
pipih dari meatus akustikus eksternus. Perhatikan tanda panah
(Craigmyle, 1986).

b. Epitel selapis kubus


Dilihat dari permukaan, sel-sel epitel kubus tampak lebih teratur dan
berbentuk heksagonal. Bila dilihat dari samping tampak seperti segi empat yang
tersusun berderet dengan inti berbentuk bulat yang terletak di tengah. Epitel jenis
ini dijumpai pada folikel kelenjar tiroid, tubulus kontortus distal dan proksimal
ginjal, melapisi ovarium, dan saluran pelepasan kelenjar.

(a) (b)

Gambar 1.6 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan
tubulus kontortus ginjal ( Start dan Taggart, 1984).

c. Epitel selapis selindris


Dilihat dari permukaan menyerupai epitel kubus, sedangkan bila dilihat
dari samping tampak seperti pilar-pilar yang berhimpitan tegak lurus dengan inti
yang lonjong atau oval, terletak agak proksimal terhadap membran basal. Jenis
epitel ini membatasi lambung, usus, kantung kemih, tuba fallofii, dan saluran
pengumpul pada ginjal. Fungsi epitel ini adalah proteksi, absorbsi, dan sekresi.
9

Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel selapis selindris
absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris bersel goblet.

Gambar 1.7 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan usus
halus ( Start dan Taggart, 1984).

1) Epitel selapis selindris sekretori


Sel-sel selindris selain berfungsi sebagai pelindung, juga
berperan untuk mensekresi mucus, misalnya mukosa lambung dan
mukosa kanalis serviks uterus. Sitoplasma pada bagian apeks inti
tampak pucat dan mengandung banyak vakuola yang berisi mucus.
2) Epitel selapis selindris absorbtif dan sekretori
Sel-sel epitel ini ada dua tipe, yaitu jenis untuk absorbsi dan
jenis untuk sekretori, misalnya epitel selindris pada usus. Bagian
apeks dari sel absorbtif terdapat mikrovili, sedangkan pada sel
sekretori mirip dengan sel goblet, dimana bagian apeks sel terdapat
banyak granula sekretori yang berisi mucus, sel berbentuk piala
dengan bagian apeks yang lebar dan bagian basal sempit.
3) Epitel selapis selindris bersel goblet.
10

Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel
goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian atas.

2. Epitel Berlapis banyak Palsu


Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada penampang tegak
lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini disebabkan karena letak inti dari
sel-sel yang membangunnya tidak sama tingginya. Semua sel yang
membangunnya berhubungan langsung dengan membrane basal. Epitel ini
dibangun atas tiga macam tipe sel, yaitu sel basal, sel selindris bersilia, dan sel
goblet.

Gambar 1.8. Epitel berlapis banyak palsu ( Mader, 1989)

Sel basal berbentuk kubus dengan inti bulat serta ketinggian paling bawah.
Sel selindris bersilia berbentuk selindris dan permukaannya bersilia. Inti
berbentuk lonjong. Sel goblet atau sel lendir atau sel mukus berbentuk kerucut,
inti tampak meruncing pada bagian bawahnya. Pada sitoplasmanya terdapat
mucus. Sel goblet terdiri atas beberapa bagian, yaitu (i) pangkal sel sempit dan
11

mengandung banyak retikulum endoplasma, (ii) bagian tengah sel melebar dan
terdapat banyak badan golgi yang berbentuk mangkuk, dan (iii) puncak sel, yaitu
bagian yang paling lebar dan terdapat banyak vesikula-vesikula yang berisi
mucus. Jaringan epitel berlapis banyak palsu dijumpai membatasi rongga hidung,
bronkus, dan trakea. Umumnya berfungsi sebagai pelindung dan sekresi.

3. Epitel Transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang dapat berubah bentuk. Epitel ini
terlihat mempunyai banyak lapisan, misalnya epitel yang terdapat pada pelvis
ginjal, ureter, dan kantung air seni. Bila organ-organ tersebut kosong, maka sel-
selnya menyerupai epitel berlapis banyak kubus, tetapi bila dipenuhi dengan
cairan, maka tekanan pada dinding membesar dan sel-sel nya berubah menjadi
epitel berlapis banyak pipih.

Gambar 1.9. Epitel transisional v. urinaria (Craigmyle, 1986)

4. Epitel Berlapis Banyak


Berbeda dengan jaringan epitel selapis. Jaringan epitel berlapis banyak
terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengalami kerusakan mekanis, dan
umumnya tidak memiliki fungsi absorbsi atau filtrasi, tetapi berfungsi sebagai
proteksi. Pada semua jaringan epitel berlapis banyak, terdapat lapisan sel-sel
12

kubus atau selindris kecil yang termodifikasi yang terletak setelah membran
basal. Di atas sel-sel basal, biasanya terdapat satu atau lebih sel-sel polygonal.
Pada permukaan bebasnya terdapat lapisan sel yang bentuknya berbeda dari
lapisan sebelumnya. Bentuk sel-sel pada permukaan bebas epitel berlapis
digunakan sebagai dasar klasifikasi.
Jaringan epitel berlapis dapat seluruhnya tersusun atas sel-sel hidup,
sedangkan yang lain tersusun atas sel-sel hidup dan mati, tergantung pada lokasi
jaringan epitelnya. Biasanya pada yang terakhir ini sel-sel proksimalnya dibangun
oleh sel-sel hidup dan bagian distalnya yang berbatasan dengan rongga atau
permukaan tubuh terdiri atas sel-sel mati yang telah menanduk.

a. Jaringan epitel berlapis pipih


Jaringan epitel ini dapat berupa epitel berlapis pipih tidak menanduk dan
epitel berlapis pipih menanduk. Pada epitel berlapis pipih tidak menanduk
dijumpai pada permukaan yang basah misalnya pada rongga mulut, oesophagus,
epiglottis, dan vagina. Jaringan epitel pada daerah tersebut tersusun atas beberapa
lapis sel-sel epitel pipih pada bagian apeks dan beberapa lapis sel epitel kubus di
tengah, dan epitel kubus atau selindris pada bagian basal.
Epitel berlapis banyak pipih menanduk dijumpai pada kulit. Di sini sel-sel
yang superficial mengalami transformasi menjadi lapisan keratin yang kuat dan
tidak hidup, dan melekat erat pada sel-sel hidup yang ada pada lapisan
dibawahnya. Fungsi keratin pada lapisan superficial, yaitu (i) menahan gesekan
dan tarikan, (ii) mencegah penguapan, (iii) mencegah masuknya air, dan (iv)
mencegah masuknya organisme. Jaringan epitel pada kulit terdiri atas:
1) Stratum basalis atau stratum germinativum. Dibangun oleh sel-sel basal
berbentuk selindris atau kubus yang bertumpu pada membran basal.
Lapisan ini ditandai denga aktivitas mitosis yang tinggi.
2) Stratum spinosum, dibangun oleh sel-sel berbentuk kubus polygonal atau
sedikt gepeng dengan inti terletak di tengah. Sitoplasma memiliki
13

tonjolan-tonjolan yang berisi berkas-berkas filamen yang menyerupai


spina atau duri.
3) Stratum granulosum, ditandai oleh adanya 3 – 5 lapisan sel-sel polygonal
gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula-granula
keratohialin yang mengandung protein yang kaya histidin.
4) Stratum lusidium, biasanya terdapat pada kulit yang tebal, terdiri atas
lapisan tipis sel-sel pipih, organel-organel dan inti sudah tidak ada.
5) Stratum korneum, terdiri atas sel-sel pipih menanduk tanpa inti, dan
sitoplasmanya mengandung keratin.

(a) (b)
Gambar 1.10 Epitel berlapis (a) kulit tebal dengan stratum lusidium, (b) kulit
tebal tanpa stratum lusidium, dan (c) kulit tipis tanpa stratum
lusidium (Craigmyle, 1986)
14

b. Jaringan epitel berlapis banyak kubus


Epitel berlapis banyak kubus sangat jarang dijumpai, misalnya terdapat
pada saluran kelenjar keringat.

Gambar 1.11. Epitel burlapis kubus dari saluran laktiferus kelenjar mamae
(Craigmyle, 1986)

c. Jaringan epitel berlapis banyak selindris


Jaringan epitel jenis ini dapat ditemukan pada tubuh, contohnya pada
bagian kovernosum dari uretra, farings, epiglottis serta pada saluran pelepasan
yang besar pada berbagai macam kelenjar. Pada permukaan yang bebas sel-
selnya berbentuk selindris, sedangkan sel-sel basalnya berbentuk kubus.
15

Gambar 1.12 Epitel berlapis banyak selindris pada trakea (a) sel basal, (b) sel
selindris, dan (c) silia (Craigmyle, 1986)

D. SPESIALISASI MEMBRAN EPITEL


1. Spesialisasi Membran
Membran sel pada berbagai jenis tipe jaringan, khususnya sel-sel pada
jaringan epitel dapat mengalami spesialisasi secara khusus berupa tonjolan-
tonjolan yang menyerupai jari-jari, dan disebut mikrovili. Mikrovili memiliki
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan luas permukaan sel sehingga
proses absorbsi menjadi lebih efisien. Mikrovili banyak dijumpai pada epitel
yangmelapisi dinding usus halus. Pada tumbuhan, utamanya pada daerah akar,
dijumpai adanya modifikasi sel-sel epidermis membentuk bulu-bulu akar. Bulu-
bulu akar pada dasarnya ikut memperluas bidang permukaan sehingga proses
absorbsi air dan mineral menjadi lebih efisien.
Stereosilia adalah prosesus panjang yang tidak dapat bergerak, dan
umumnya dijumpai pada daerah apeks sel-sel yang melapisi dinding epididimis.
Flagel merupakan struktur yang dapat bergerak. Flagel dikelilingi oleh membran
dan mengandung sepasang mikrotubul pusat, dan pada bagian perifernya terdapat
9 pasang mikrotubul yang semuanya terorientasi searah dengan sumbu panjang
flagel.
16

2. Polaritas Epitel
Secara structural dan fungsional, sel-sel epitel memiliki polaritas untuk
melaksanakan berbagai fungsinya misalnya fungsi sekresi, absorpsi, dan untuk
mengatur keluar masuknya ion dan zat terlarut melalui epitel yang perlu untuk
mempertahankan gradien konsentrasi antara lingkungan luar dan cairan tubuh.

Gambar 1.13 Polaritas epitel (Fawcett, 1989)

3. Junctional Complex
17

Diantara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat daerah
kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex). Ada 3 jenis
pertautan sel yaitu (i) tight junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii)
adhering junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
1.1. Tight Junction
Pada tight junction, membran sel-sel yang berseblahan menyatu oleh
perekat pada bagian apikal sel dan membentuk sumbatan pada apikal intersel.
Ada dua jenis yaitu :
a. Zonula ocludens. Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel.
Zonula ocludens adalah taut kedap yang meluas mengelilingi
permukaan apikal sel, sehingga tampak menyerupai sabuk. Zonula
ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa partikel-partikel
protein dari pasing-masing membran sel yang saling berhubungan dan
bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada bagian
apikal dari ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam
air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang
bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh sel-
sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang intersel.
(iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari luar
sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso lateral ruang intersel atau
sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel epitel usus halus.
b. Fasia ocludens. Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah
kecil pada permukaan sel atau dinding lateral sel.F. ocludens mirip
dengan Z. ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia
ocludens berbentuk pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada
sel-sel endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah
pada otak, sel-sel endotelnya dilekatkan oleh z. ocludens. Dengan
perlekatan yang terputus-putus ini, maka sel endotel kapiler darah
memungkinkan terbentuknya cairan jaringan dan keluarnya leukosit
dari kapiler (f. ocludens membatasi pori-pori kapiler)
18

2. Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang
mengikat sel sel yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural
seperti sitoskeleton , membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat
mengadakan hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein
yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan elemen spesifik
dari sitoskeleton. Baik filamen aktin maupun filamen intermediat dengan
kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang merupakan glikoprotein
interseluler yang berbentuk filamen yang saling menganyam.
19

Gambar 1.14 Struktur junctional kompleks pada epitel (Fawcett, 1989)


Adherins junction berfungsi (i) untuk mengatur lumen dan luas permukaan
sel (ii) memelihara ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur konstraksi bagian
apikal sel. Adhering junction banyak dijumpai pada jaringan tubuh yang secara
subjektif banyak mengalami tegangan mekanis yang berat seperti jantung, epitel
kulit, dan epitel leher rahim. Adhering junction dibedakan atas tiga yaitu:
a. Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan
yang terdapat pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah
ocludens terlihat dalam berbagai bentuk berupa titik-titik kecil yang
menghubungkan filamen aktin dari sel yang bersebelahan. Pada sel-sel
epitel terlihat sebagai sabuk dan disebut sebagai adhesion belt. Posisi
z. adheren biasanya terletak di tengah dari tautan yang ada, yaitu di
20

atas adalah z. ocludens dan di bawahnya terdapat desmosom. Struktur


yang membentuk adherins junction adalah transmembran linker
glikoprotein, filamen intermedian (10 nm) yang menyebar dari daerah
tautan ke dalam matriks sitoplasma sel., da membran plasma terpisah
pada jarak 10-15 nm.
b. Makula adherens atau desmosom
Desmosom terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur yang
memegang sel berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah
desmosom. Struktur yang membentuk desmosom adalah (i)
cytoplasmiq plaque, (ii) filamen intermediat yang jenisnya tergantung
pada tipe sel yang membentuknya misalnya filamen keratin pada
jaringan epitel, filamen desmin pada jantung, filamen vemetin pada
selaput otak (iii)membran sel, dan (iv) transmembran linker
glikoprotein.
c. Hemidesmosom, merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi
tautan antar sel dengan membran basalis. Terlihat hanya setengah
desmosom yang terbentuk

3. Gap Junction
Merupakan hubungan antar sel yang paling banyak tersebar pada jaringan
tubuh. Dengan mikroskop elektron tampak adanya celah sebesar 3 nm yang
menghubungkan dua sel yang bersebelahan. Celah ini menyebabkan ion-ion
anorganik dan molekul-molekul kecil yang larut di dalam air dapat lewat secara
langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sel lainnya. Dengan adanya gap junction
ini dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu
membentuk saluran yang menghubungkan kedua sel tersebut.
21

E. EPITEL KELENJAR
Jaringan epitel kelenjar, yaitu jaringan yang dibentuk oleh sel-sel
terkhususkan dalam menghasilkan suatu sekret cair yang komposisinya berbeda
dengan komposisi darah dan cairan intra sel. Proses ini disertai dengan sintesis
makromolekul intra sel. Senyawa-senyawa tersebut biasanya disimpan dalam
bentuk butir-butir kecil yang disebut granula sekretori.
Kelenjar dibentuk dari jaringan epitel. Sel-sel epitel berproliferasi dan
menembus ke dalam jaringan penyambung atau jaringan ikat. Mereka dapat
mempertahankan hubungannya dengan epitel atau tidak. Bila hubungan tidak
dipertahankan, terbetuk kelenjar endokrin. Sel-sel kelenjar ini dapat tersusun
dalam bentuk tali atau folikel. Lumen folikel mengumpulkan sejumlah besar
sekresi. Bila hubungannya dipertahankan, maka terbentuk kelenjar eksokrin.

Gambar 1.15 Proses pembentukan kelenjar endokrin (Junqueira dan Carneiro,


1984)
22

Kelenjar dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain (i)


berdasarkan cara menyalurkan hasil sekretnya, (ii) berdasarkan cara penggetahan
oleh sel-sel yang membangunnya, (iii) berdasarkan sifat dari getah atau secret
yang dihasilkannya, dan (iv) berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang
membangunnya.
Berdasarkan cara menyalurkan sekretnya, kelenjar dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin, dan kelenjar campuran.
Kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar yang mengeluarkan sekretnya melalui saluran
pelepasan, misalnya kelenjar parotid, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat.
Kelenjar endokrin, yaitu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan, oleh
sebab itu sekretnya digetahkan ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limfa
dan dibawah ke seluruh jaringan tubuh. Sekret yang dihasilkannya dinamakan
hormon. Contoh kelenjar endokrin, yaitu kelenjar tiroid. Kelenjar campuran,
yaitu kelenjar yang dibangun oleh kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin,
misalnya kelenjar pancreas. Sebagai kelenjar eksokrin, kelenjar pancreas
menghasilkan enzim, seperti enzim lipase, amilase, dan tripsinogen. Sedangkan
sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan hormon, yaitu insulin.
Umumnya kelenjar eksokrin dibangun oleh dua jenis epitel, yaitu (i)
bagian sekretori, yaitu kelompok sel-sel yang secara khusus menghasilkan sekret,
dan (ii) bagian saluran, yaitu kelompok sel-sel yang membentuk saluran tubuler
yang menghantarkan sekret ke luar. Pengecualian pada kelenjar yang bersifat
uniseluler.
23

(a) (b)
Gambar 1.16 Epitel berlapis selindris bersilia (a) trakea, (b) bronkus intraulmonal.
A epitel selindris dengan sel-sel goblet, B jaringan ikan, C asinus
mukosa, dan D serosa. Tanda panah pada (b) menunjukkan sel-sel
goblet.

Berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang membangunnya, kelenjar


dibedakan atas kelenjar uniseluler dan multioseluler. Kelenjar unisseluler, yaitu
kelenjar yang hanya dibangun oleh satu sel, misalnya sel goblet pada usus halus
atau pada saluran pernapasan. Kelenjar multiseluler, yaitu kelenjar yang dibangun
oleh banyak sel, terdiri atas dua kelompok, yaitu kelenjar sederhana dan kelenjar
kompleks.

Gambar 1.17. Kelenjar uniselluler (perhatikan tanda panah)


24

Kelenjar sederhana, yaitu kelenjar yang hanya mempunyai satu saluran


atau ductus atau saluran yang tidak bercabang dan susunannya dapat berupa (i)
tubuler, misalnya Crypt lieberculum, (ii) tubuler bergelung, misalnya kelenjar
keringat, (iii) tubuler bercabang, dan (iv) asiner, misalnya kelenjar bisa. Kelenjar
kompleks, yaitu kelenjar yang mempunyai saluran ke luar yang bercabang-cabang
yang berasal dari sejumlah bagian sekresi. Susunannya dapat berupa tubuler,
asiner, dan tubuloasiner.

Gambar 1.18. Skema berbagai bentuk kelenjar (Junqueira dan Carneiro, 1984)

Berdasarkan cara penggetahan oleh sel-sel yang membangunnya, kelenjar


eksokrin dibedakan atas kelenjar merokrin, apokrin, dan holokrin. Kelenjar
merokrin merupakan kelenjar yang paling banyak dijumpai. Pada saat kelenjar
aktif, sekret dikumpulkan pada bagian distal dan selanjutnya digetahkan ke luar
dengan cara eksositosis tanpa merusak sel itu sendiri, misalnya kelenjar ludah
parotid, kelenjar sub lingualis dan sub mandibularis.
25

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1.18. Berbagai macam kelenjar berdasarkan strukturnya
Pada kelenjar apokrin, sekret dihasilkan dengan cara merusak bagian
apical sel yang mengandung banyak granula-granula sekretori. Cara
penggetahannya, yaitu (i) sel kelenjar menampung secret pada bagian distal, (ii)
bagian sel yang penuh dengan sekret mengalami suatu penyempitan, dan (iii)
bagian yang penuh dengan secret dilepaskan. Jika sel kelenjar yang telah pernah
menggetahkan aktif kembali, maka sel kelenjar tersebut harus tumbuh lebih
dahulu hingga mencapai ukuran semula.
Pada mulanya berbagai jenis kelenjar dimasukkan ke dalam tipe kelenjar
apokrin, misalnya kelenjar ketiak, kelenjar anus, dan kelenjar mammae. Sekarang
yang dapat dipertimbangkan masuk ke dalam kelenjar apokrin adalah kelenjar
mammae. Pengamatan dengan mikroskop electron tidak mendukung lagi adanya
kelenjar yang menghasilkan sekretnya dengan mengorbankan bagian apeks sel.
Oleh sebab itu, kelenjar yang pada mulanya dimasukkan ke dalam kelenjar
apokrin, kini dimasukkan ke dalam kelejar merokrin.
Pada kelenjar holokrin, sekret dihasilkan dengan pecahnya seluruh sel
untuk menjadi secret, misalnya kelenjar minyak yang terdapat pada akar rambut
yang berfungsi untuk menyemir rambut pada kulit. Proses sekresinya
berlangsung sebagai berikut, yaitu (i) lapisan basal sel kelenjar bermitosis, (ii) sel
terdesak ke tengah dan mengandung tetes-tetes lemak dan granula-granula
sekretori atau vakuola , (iii) makin ke tengah sel semakin pucat dan vakuola
semakin bertambah. Makin jauh ke tengah , nutrien semakin kurang , dan pada
26

akhirnya sel-sel mati, dan (iv) sel lemak yang telah mati keseluruhannya
dilepaskan dan diganti oleh sel-sel cadangan yang disebut sel indifferen.
Berdasarkan sifat dari getah yang dihasilkannya, dikenal ada dua jenis
kelenjar, yaitu kelenjar nonseluler dan kelenjar seluler. Kelenjar non seluler, yaitu
kelenjar yang menghasikan getah yang tidak berupa sel, misalnya enzim dan
hormon. Kelenjar seluler, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa sel- sel, misalnya
kelenjar lemak sekretnya berupa lemak; ovarium sekretnya berupa telur, dan testis
sekretnya berupa sperma.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar dapat dikelompokkan menjadi tga,
yaitu kelenjar mukosa, kelenjar serosa, dan kelenjar campuran. Kelenjar mukosa
menghasilkan secret yang bersifat kental, dan terdiri atas glikoprotein, sering
disebut mucus. Kelenjar serosa, yaitu kelenjar yang menghasilkan secret berupa
cairan encer dan biasanya berupa enzim dan dinamakan sereus. Kelenjar
campuran, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa mucus dan sereus. Kelenjar
yang menghasilkan mucus dinamakan kelenjar sero atau mukoserosa.

LATIHAN
1. Lengkapilah keterangan gambar berikut ini

2. Perhatikan gambar berikut ini, dan lengkapilah dengan keterangan ! Termasuk


jenis epitel apakah pada gambar tersebut ?
27

3. Tuliskan perbedaan antara epitel selapis dan epitel berlapis !


4. Gambar dan jelaskan polaritas sel-sel epitel berdasarkan fungsinya !
5. Jelakan macam kelenjar berdasarkan cara menyalurkan sekretnya !
6. Tuliskan minimal 8 nama kelenjar endokrin di tubuh Anda, dan dimana
terdapatnya !

Potrebbero piacerti anche