Sei sulla pagina 1di 2

Pada percobaan bertujuan untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang

tedapat dalam suatu senyawa atau sampel. Adapu sampel terbuat dari bahanbahan seperti daun gude, eluen, larutan benzena (C 6H6) dan etil asetat
(C2H5COOC2H5). Fungsi dari eluen ialah sebagai fase gerak yang membawa dan
memisahkan beberapa komponen suatu sampelmelalui fase diamnya. Adapun
fase diam dari percobaan ini adalah silika gel yang telah diaktivasi didalam oven
dengan plat. Proses aktivasi didalam oven bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air yang terdapat pada plat sehingga daya serap plat menjadi
maksimal. Setelah mengaktivasi plat, selanjutnya plat dipotong dengan ukuran
panjang 5 cm dan lebar 1 cm. Batas rambatan eluen 3 cm, kemudian sampel
ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler, tujuan pipa kapiler
digunakan agar penotolan ekstrak pada plat dapat tertotol dengan baik.
Membuat eluen dan larutan benzena dan etil asetat dengan perbandingan 9:1,
8:7 dan 100% benzena. Perbandingan campuran bertujuan agar kita dapat
megamati perbedaan kecepatan perpindahan masing-masing komponen
diantara dua fasa, yaitu fasagerak dan fasa diam. Pada bahan-bahan tersebut
diketahui bahwa etil asetat lebih polar dibandingkan dengan benzena,
selanjutnya memasukkan eluen kedalam chamber dan juga plat yang sudah
ditotolkan sampel dengan menggunakan pinset, tujuannya agar plat tegak lurus
dan eluen dapat meresap secara optimal pada plat, lalu chamber ditutup agar
eluen tidak menguap. Jika eluen menguap maka akan mempengaruhi proses
penyerahan. Setelah eluen mencapai batas atas, plat diangkat dan ddiletakkan
dibawah detektor UV 365 nm. Detektor berfungsi untuk mendeteksi warna-warna
komponenyang dihasilkan pada plat. Kemudian plat dicelupkan kedalam
CeSO4 2%. Larutan CeSO4 2% berfungsi untuk menampakan noda pada
platketika dipanaskan pemanasan dilakukan diatas hot plate untuk
mengeringkan CeSO4 sehingga noda dapat nampak jelas. Hasil perhitungan Rf
yang diperoleh berbeda walaupun warna dari komponen sama, hal tersebut
dikarenakan perbedaan kepolaran eluen, semakin banyak etil asetat yang
digunakan maka eluen juga bersifat polar sehingga jarak noda akan lebih jauh
dari titik awal nodanya yang akan berpengaruh pada Rf yang dihasilkan.
Berdasarkan teori Rf terbentuk maksimal yakni 0,3 cm dan pada percobaan yang
telah dilakukan harga Rf yang telah sesuai pada eluen 100% benzena tanpa
penambahan etil asetat. Hal ini dikarenakan sampel meiliki plat lebih lambat
karena eluennya bersifat tidak teralu polar sehingga noda yang terbentuk
memiliki jarak yang cukup dekat dengan titik awal nodanya. Adapun Rf yang
dihasilkan, yaitu pada plat I terdapat 7 noda dengan harga Rf berturut-turut
0,88; 0,68; 0,60; 0,52; 0,40; 0,25 dan 0,12. Pada plat II terdapat 5 noda dengan
harag Rf berturt-turt 0,88; 0,75; 0,55; 0,40; dan 0,05. Dan pada plat 3 terdapat 4
noda denga harga Rf berturt-turut0,98; 0,88; 0,82; dan 0,025.
2.

Kromatografi Kolom

Pada percobaan ini pertama-tama mencuci silika gel yang terdapat didalam
gelas kolom dengan menggunakanaseton. Aseton berfungsi untuk mengelusi
silika gel sehingga meghasilkan silika gel yang bersih.hal ini dikarenakan aseton
merupakan pelarut yang polar dansesuai dengan pelarut yang digunakan
mencuci silika, serta tidak terjadi ikatan anatara silika gel dan aseton. Kemudian
selanjutnya dielusi lagi dengan benzena untuk menghasilkansilika gel tanpa
gelembung-gelembung gas. Silika gel harus terbebas dari gelembung-gelembung

gas karena bila tidak hal tersebut akan berpengaruh pada saat proses
pemisahan komponen-komponen zat yang terdapat didalam sampel.
Selanjutnya membuat sampel dari ekstark daun gude yang dilarutkan dalam
sedikit etil asetat umtuk mendapat larutan sampel yang kemudian diimpreck
dalam cawan dengan menambahkan silika gel dan benzena sehingga diperoleh
butiran sampel yang berwarna hijau muda. Proses impreck sampel tersebut
berguna untuk meratakan permukaan sampel dengan silika gel. Lalu sampel
kemudian dimasukkan kedalam gelas kolom yang berisikan silika gel. Setelah itu
dielusidengan benzena 100% lalu membuka kran untuk menampung fraksi.
Adapu fraksi yang diperoleh sebanyak 5 fraksi, silika gel dalam gelas kolom
diusahakan tidak kering agar silika gel tidak retak sehingga proses pemisahan
zat berjalan secara optimal dan proses elusi akan lebih mudah. Kelima fraksi
yang diperoleh kemudian diuji pada KLT. Pada fraksi 1 dan 2 tidak tyerdapat
warna, pada fraksi 3 terdapat warna orange I Rf= 0,025; orange II Rf=0,225;
orange III Rf= 0,35 dan biru Rf= 0,425. Pada fraksi 4 terdapat warna orange I
Rf= 0,1; orange II Rf= 0,225 dan biru Rf=0,35. Terakhir pada fraksi 5 terdapat
warna orange I Rf= 0,05; oraange II Rf= 0,225; orange III Rf= 0,25; dan biru Rf=
0,35.
I.

KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan maka dapat disimpulkan:


1.
Prinsip dasar dari kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan
daya serap dari masing-masing komponen, sedangkan KLT adalah memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan.
2.
Tekniki dasar kromatografi kolom yaitu pengisian sampel, penyerapan dan
ekstraksi. Sedangkan teknik dasar KLT yaitu penotolan cuplikan, pengembangan
dan identifikasi penampakan noda.
3.
Pada kromatografi kolomn diperoleh 5 fraksi yang warna hampir sama
fraksi 1 dan 2 tidak ada warna, fraksi 3 terdapat warna orange dan biru dengan
Rf rata-rata= 0,256, fraksi 4 terdapat warna orange dan biru dengan Rf ratarata= 0,225 dan fraksi 5 terdapat warna orange dan biru dengan Rf rata-rata=
0,194.
4.
Pada kromatografi lapis tipis diperoleh harga Rf pada plat I= 0,49, pada
plat II Rf= 0,526 dan pada plat III Rf= 0,676.

Potrebbero piacerti anche