Sei sulla pagina 1di 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ASFIKSIA
A.Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen
(O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO 2) secara bersamaan dalam
darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah
kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan
karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia
yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O 2 dari ibu
ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. Apgar skor yang rendah
sebagai

manifestasi

hipoksia

berat

pada

bayi

saat

lahir

akan

memperlihatkan angka kematian yang tinggi.


Asfiksia neonatum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena
hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan dengan faktorfaktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah
lahir.
B. APGAR Score
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk
memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera
setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini
dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan
tindakan. Observasi dan periksa :
A = Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = Pulse (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan
stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.

G = Grimace (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke


dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada
mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada
mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut
dan tenggorokannya dihisap.
A = Activity. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan
kaki dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya.
Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak
sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = Repiration (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.
Perhatikan pernapasannya.
TANDA

JUMLAH
NILAI

Frekwensi

Tidak ada

Kurang dari 100Lebih dari 100

jantung
Usaha

Tidak ada

x/menit
Lambat,

bernafas
Tonus otot

Lumpuh

teratur
/Ekstremitas

Refleks

lemas
Tidak

Warna

respon
Biru / pucat Tubuh:

x/menit
tidakMenangis kuat
Gerakan aktif

fleksi sedikit
adaGerakan sedikit Menangis
batuk
Tubuh

kemerahan,

ekstremitas

ekstremitas:

kemerahan

dan

biru
Keterangan :
1) Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa
2) Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
3) Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot

buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak


ada.
C. Etiologi
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir.
1. Faktor ibu
a. Hipoksi ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat
hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal
pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu
yang rendah.
b. Penyakit pembuluh darah yang menganggu aliran darah uterus,
kompresi vena kava dan aorta saat hamil, gangguan kontraksi
uterus, hipotensi mendadak akibat perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklampsia.
c. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahunGravida
empat atau lebih
2. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tak menempel
d. Solusio plasenta
e. Perdarahan plasenta
3. Faktor janin / neonatus
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

d. Prematur
e. Gemeli
f. Kelainan congenital
g. Pemakaian obat anestesi
h. Trauma yang terjadi akibat persalinan
4. Faktor persalinan
a. Partus lama
b. Partus tindakan

D. Klasifikasi Asfiksia
1) Asfiksia Ringan (Vigorous Baby)
Yaitu : APGAR skore 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak
memerlukan tindakan istimewa
2) Asfiksia Sedang (Mibel Moderete Asfiksia)
Yaitu :

APGAR skore 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot kurang baik,


sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
3) Asfiksia Berat
Yaitu : APGAR skore 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung < 100x/menit,tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada
TANDA

Score

03
Frekuensi jantung Tidak ada

46
< 100x /menit

7 - 10
> 100x /menit

Pernafasan

Tidak ada

Berobat tidak teratur

Menangis kuat

Tonus otot

Lumpuh

Ekstermitas agak fleksi Gerakan aktif

Reflek

Tidak ada

Gerakan sedikit

Gerakan

kuat

melawan
Warna kulit

Biru / pucat

Tubuh

kemerahan,Seluruh

tubuh

ekstermitas biru

kemerahan

E. Patofisiologi Asfiksia

Paralisis pusat
pernapasan

Persalinan lama,
lilitan tali pusat,
presentasi janin
abnormal

Factor lain : obat


obatan

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2

Paru paru terisi


cairan

dan kadar CO2


meningkat
Bersihan jalan napas
tidak efektif

Asidosis respiratorik

Suplai O2 dalam darah

Suplai O2 ke paru

menurun

menurun

Risiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh
Napas cepat

Gangguan metabolism
dan perubahan asam
basa

Kerusakan otak

Gangguan perfusi
ventilasi
Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia

Gangguan pertukaran
gas

Apneu

DJJ dan TD menurun


Kematian
bayi
Ketidakefektifan pola
napas

Proses keluarga
terhenti

Resiko
cedera

Janin tidak bereaksi


terhadap rangsangan

Resiko syndrome
kematian bayi
mendadak

F. Manisfestasi Klinis Asfiksia


1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari
100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang
asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
G. Komplikasi Asfiksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak.

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah


berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah
ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan
hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak,
hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria.
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan
ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang.
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan
tak efektif.
4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan perdarahan pada otak.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb 15 20 gr/dl
2) HCT 43 61 %
3) Jumlah sel darah 120 / m3 neotrofil sampai 23.000 24.000 /mm 3
hari pertama setelah lahir
4) Bilirubin total 6 mg/dl hari pertama kehidupan, 8 mg/dl : 1 2
hari, 12 mg/dl pada hari ke 3 5

5) Destruksi tetes glukosa pertama selama 4 6 jam pertama setelah


lahir rata rata 40 50 mg/dl meningkat 60 70 mg/dl pada hari
ke 3

I. Penatalaksanaan
a. Mengobservasi bayi yang telah berhasil diresustasi untuk
kelompok tanda tanda berikut :
1) Pernafasan spontan tidak ada
2) Aktivitas kejang pada 12 jam pertama setelah lahir
3) Penurunan atau peningkatan haluaran urine
4) Perubahan metabolic
5) Peningkatan TIK
b. Mengurangi stimulus lingkungan yang merigikan
c. Memantau tingkat reaksi, aktivitas, tonus otot dan postur bayi
d. Memberi obat obatan yang diprogramkan, misal obat anti kejang
e. Memberi dukungan pernafasan
f. Memantau komplikasi
1) Ukur dan catat asupan dan haluaran untuk mengevaluasi
fungsi ginjal
2) Periksa setiap berkemih ( darah )
3) Periksa setiap feses ( darah )
4) Lakukan

penentuan

glukosa

darah

untuk

mendeteksi

hipoglikemia
g. Memberi dan mempertahankan cairan intra vena
h. Memberi penyuluhan dukungan emosional
J. Pengkajian
1. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui adalah nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayan orang tua, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan orang tua, pekerjaan

orang tua, sosial ekonomi, asuransi kesehatan, riwayat penyakit saat


ini.
Klien dengan asfiksia neonatorum akan mengalami aspirasi
meconium, kesulitan bernapas, kelemahan kekuatan otot, warna kulit
pucat, kemungkinan prematur.
Perlu ditanyakan apakah kelahiran sebelumnya berakhir dengan
kematian neonatal, riwayat ibu mengalami penyakit DM, hipertensi,
tetani uteri atau malnutrisi, riwayat konsumsi alkohol, obat dan rokok.
2. Pengkajian Psikososial
Pengkajian ini meliputi: validasi perasaan orang tua klien terhadap
penyakit bayinya, cara orang tua klien mengatasi penyakit, perilaku
orang

tua

klien/tindakan

yang

diambil

ketika

menghadapi

penyakitnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Breathing/B1
1) Inspeksi
Bentuk dada (barrel atau cembung), kesimetrisan, adanya
insisi, selang dada atau penyimpangan lain. Pada klien dengan
asfiksia akan mengalami usaha bernapas yang lambat sehingga
gerakan

cuping

hidung

mudah

terlihat.

Terkadang

pernapsannya tak teratur bahkan henti napas


2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan paru yang
adekuat.

Bayi

dengan

penyakit

congenital/bawaan

perkembangan paru tidak baik atau hipoplasia. Sering terjadi di


paru bagian kiri.
3) Perkusi
Suara perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan
pekak.
4) Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang. Bunyi napas tak
teratur bahkan lambat.

b. Blood/B2
1) Inspeksi
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus
cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio
calviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada/tidaknya pergeseran jantung.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung (heart
rate) dan harus memperhatikan kedalaman dan teratur atau
tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga memperhatikan
adanya thrill (getaran ictus cordis). Memeriksa nadi lengan
dengan meletakkan telunjuk dan jari tengah anda di bagian
dalam siku bayi di sisi yang paling dekat dengan tubuh.
3) Perkusi
Tindakan perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung
(area yang bersuara pekak). Hal ini untuk menentukan adanya
pergeseran jantung karena desakan diafragma bila terjadi kasus
hernia diafragmatika.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan menentukan bunyi jantung I dan
II tunggal atau gallop, bunyi jantung III merupakan gejala
payah jantung, murmur yang menunjukkan adanya peningkatan
arus turbulensi darah. Penderita asfiksia neonatal denyut
jantung kurang dari 100/menit atau tidak terdengar sama sekali.
c. Brain/B3
Ketika melakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji dengan
skala GCS. Fungsi sensorik seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan. Penderita asfiksia berat
tidak akan menunjukkan respon GCS
d. Bladder/B4
Pengukuran

volume

input/output

urine

dilakukan

dalam

hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu perlu ditinjau

adanya oliguria atau tidak karena dapat menjadi pertanda awal


adanya syok.
e. Bowel /B5
Ketika inspeksi dilihat bentuk abdomen yang membuncit/datar, tepi
perut menonjol/tidak, umbilicus menonjol/tidak, ada benjolan
massa/tidak. Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual,
muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.
f. Bone/ B6
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya edema peritibial,
pemeriksaan capillary refill time, feel pada kedua ekstremitas
untuk mengetahui tingkat perfusi perifer. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot untuk dibandingkan antara bagian kiri
dan kanan.
4. Antropometri
Pengukuran

dengan

antropometri

untuk

mengetahui

tanda

kegawatan/abnormalitas utama. Berat bayi yang kurang dari normal


dapat menjadi faktor resiko pada penderita asfiksia.
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada pasien afiksia
antara lain:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
L. Intervensi Keperawatan
1 Ketidakefektifan

NOC

NIC

bersihan jalan napas


Definisi:
Ketidakmampuan untuk
membersihkan
sekresi
atau obstruksi dari saluran

- Respiratory
Ventilation
- Respiratory
Airway patency
Kriteria Hasil

status: Airway suction


- Pastikan
status:

kebutuhan oral /
tracheal

pernafasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.

Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas

yang

bersih,

Batasan Karakteristik :

tidak ada sianosis dan

- Tidak ada batuk

dyspneu

- Suara napas tambahan

mengeluarkan

- Perubahan
napas

bernafas,

- Penurunan bunyi napas


- Dipsneu
- Sputum dalam jumlah
yang berlebihan
-

suctioning
Auskultasi suara
nafas

sebelum

dan

sesudah

suctioning
Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang

tidak

pursed lips)
Menunjukan

ada

suctioning
Minta klien nafas
dalam

jalan

nafas yang paten (klien

- Kesulitan berbicara atau


mengeluarkan suara

sebelum

suction dilakukan
Berikan
O2

tidak merasa tercekik,

dengan

irama nafas, frekuensi,

menggunakan

pernafasan

nasal

dalam

untuk

rentang normal, tidak

memfasilitasi

ada

suksion

suara

nafas

abnormal)
Mampu

mengidentifikasi

- Orthopneu

dengan

mudah,

- Perubahan irama napas

- Batuk yang tidak efektif

(mampu

sputum,mampu

frekuensi

- Sianosis

dan

nasotrakeal
Gunakan

alat

yang steril setiap

mencegah factor yang

melakukan

- Gelisah

dapat

- Mata terbuka lebar

jalan nafas

tindakan
Anjurkan pasien

Factor-faktor
berhubungan:

menghambat
-

untuk
yang

dan napas dalam


setelah

Lingkungan

kateter

dikeluarkan dari

- Perokok
- Mengisap asap
- Merokok
Obstruksi jalan napas:
- Spasme

istirahat

jalan

nasotrakeal
Monitor
status

oksigen pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana
melakukan
suksion

cara

nafas

Hentikan suksion

- Mokus
dalam
jumlah berlebihan

dan

berikan

oksigen

apabila

- Eksudat
dalam
jalan alveoli

pasien

- Materi
asing
dalam jalan napas

brakdikardi,

- Adanya
jalan
napas buatan

menunjukan
peningkatan
saturasi O2,dll
Airway Management
- Buka jalan nafas,

- Sekresi
bertahan/sisa
skresi
- Sekresi
bronki

gunakan

chin lift atau jaw

dalam

thrust bila perlu


Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan

Fisiologis:
- Jalan
alergik

teknik

napas

ventilasi
Indentifikasi
pasien

perlunya

- Asma

pemasangan alat

- Penyakit
paru
obstruksi kronik

jalan

- Hiperplasi dinding
bronchial

nafas

buatan
Pasang mayo bila

perlu
Keluarkan secret

- Infeksi

dengan

- Disfungsi
neuromuskular

atau suction
Auskultasi suara

batuk

nafas,

catat

adanya

suara

tambahan
Lakukan suction

pada mayo
Berikan
bronkodilator

bila perlu
Berikan

pelembab

udara

kassa basah NaCl


Lembab
Atur intake untuk

cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi

dan status O2
2

Ketidakefektifan

pola NOC

napas
Definisi: inspirasi dan/

respiratory

respiratory

status;

dada
Kreteria hasil
Mengambil posisi tiga

titik
Bradipneu
Penurunan

ekspirasi
Penurunan

semenit
Penurunan

vital
Dipneu
Peningkatan diameter

anterior posterior
Pernapasan
cuping

hidung
Ortopneu
Fase

tekanan

thrust bila perlu

Vital sign status


-

ekspirasi

pasien

Mendemostrasikan

memaksimalkan

batuk efektif dan suara

ventilasi
-

pemasangan

mengeluarkan sputum,
mampu

Pasang mayo bila


perlu

ada persed lips)


Menunjukan

alat

jalan nafas buatan

bernafas

dengan mudah tidak

Identifikasi pasien
perlunya

dyspneu(mampu

Posisikan
untuk

tidak ada sianosis dan

kapasitas

teknik

chin lift atau jaw

nafas yang berfisah,


ventilasi

Buka jalan nafas,


gunakan

Airway patency

pernapasan
Perubahan ekskurasi

memenjang

status: Airway magement

Ventilation

atau ekspirasi yang tidak


member ventilasi
Batasan karakteristik:
- Perubahan kedalam

NIC

jalan

Lakukan

nafas yang paten( klien

fisioterapi

tidak merasa tercekik,

jika perlu

irama nafas, frekuensi

dada

Pernapasan bibir
Takipneu
Penggunaan
otot
aksesorius

bernapas
Factor

pernafasan

untuk
yang

berhubungan:
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding
-

dada
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan

muskuluskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi

neuromuscular
Obesitas
nyeri

dalam

Keluarkan

secret

rentang normal, tidak

dengan batuk atau

ada

suction

suara

nafas

abnormal)
-

Auskultasi

suara

nafas,

catat

dalam rentang normal

adanya

suara

(tekanan

tambahan

Tanda

tabda

nadi,pernafasan)

vital
darah,
-

Lakukan

suction

pada moyo
-

Berikan
bronkodilator bila
perlu

Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab

Atur intake untuk


cairan
mengoptimalkan
keseimbangan

Monitor respirasi
dan

status

O2

oxygen Therapy
-

Bersihkan
mulut,hidung dan
scret trakea

Pertahankan jalan
nafas yang paten

Atur

peralatan

oksigenasi
-

Monitor

aliran

oksigen
-

Pertahankan
posisi pasien

Observasi adanya
tanda

tanda

hipoventilasi
-

Monitor

adanya

kecemasan pasien
terhadap oksigen
vital

sign

monitoring
-

Monitor TD, nadi,


suhu,dan RR

Catat

adanya

fluktuasi tekanan
darah
-

Monitor VS saat
pasien
berbaring,duduk,a
tau berdiri

Auskultasi

TD

pada kedua lengan


dan bandingkan
-

Monitor

TD

nadi,RR,sebelum,
selama,dan setelah

aktivitas
-

Monitor

kualitas

dari nadi
-

Monitor frekuensi
dan

irama

pernapasan
-

Monitor

suara

paru
-

Monitor

pola

pernapasan
abnormal
-

Monitor

suhu

warna

dan

kelembaban kulit
-

Monitor

sianosis

perifer
-

Monitor

adanya

cushing
triad( tekanan nadi
yang
melebar,bradikard
i,peningkatan
sistolik)
-

Indentifikasi
penyebab

dari

perubahan

vital

sign.

Gangguan

pertukaran Noc

gas

Definisi: kelebihan atau


-

alveolar kapiler

Respiratory

ventilasi
Indentifikasi

Mendemonstrasikan
peningkatan
adekuat

bangun
hiperkapnia
hipoksia
iritabilitas
napas cuping hidung
Gelisah
Samnolen
Takikardi
Gangguan

penglihatan
Factor
factor

ventilasi

oksigenasi

perlu
Lakukan

Mendemonstrasikan
nafas yang bersih, tidak

yang

berhubungan:
- Perubahan membron

ada

sianosis

dyspneu

mamu
bernafas

dengan mudah, tidak

dan

mengeluarkan sputum,
mampu

fisioterapi

dada

jika perlu
Keluarkan

secret

dengan batuk atau

batuk efektif dan suara


saat

alat

jalan nafas buatan


Pasang mayo bila

dari tanda tanda disstres

perlunya

pemasangan

Memelihara kebersihan

pernafasan
karbon

pasien

yang

paru paru dan bebas

(mis.,pucat,kehitama

dioksida
diaphoresis
dispnea
sakit kepala

untuk
memaksimalkan

atan,irama,kedalama

thrust bila perlu


Posisikan pasien

Kreteria Hasil

dan

n)
konfusi
sianosis
penurunan

teknik

chin lift atau jaw


-

Vital Sign Status

abnormal(mis.,kecep
n)
warna kulit abnormal

status:

Ventilation

dioksida pada membrane

status: Airway Management


- Buka jalan nafas,
gunakan

dan/atau eliminasi karbon

abnormal
pH arteri abnormal
pernapasan

Respiratory
Gas exchange

deficit pada oksigenasi

Batasan karakteristik :
- pH
darah
arteri

Nic

suction
Auskultasi

suara

nafas,

catat

adanya

suara

tambahan
Lakukan suction

pada moyo
Berikan

ada persed lips)

bronkodilator bila

Tanda tanda vital dalam

perlu
Berikan pelembab

udara
Atur intake untuk

rentang normal

cairan

alveolar kapiler
Ventilasi - perfusi

mengoptimalkan
-

keseimbangan
Monitor respirasi

dan status O2
Respiratory
Monitoring
- Monitor rata-rata,
kedalaman,irama,
dan
-

usaha

respirasi
Catat pergerakan
dada,

amati

kesimetrisan,peng
gunaan

otot

tambahan, retraksi
otot
supracclavicural
Dan
-

intercostals
Monitor
suara
nafas,seperti

dengkur
Monitor

pola

nafas : bradipena,
takipenia,
kussmaul,hiperve
ntilasi,cheyne
-

stokes,biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot
diafragma(geraka

n paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area

penurunan/
adanya

ventilasi

dan
-

tidak
suara

tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas

utama
Auskultasi
paru
tindakan

suara
setelah
untuk

mengetahui
hasilnya

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan
Maternal / Bayi. EGC. Jakarta
Hermand, T.Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.
EGC;Jakarta.
Docterman dan Bullechek. 2013. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition
6, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2013. Nursing Out Comes (NOC),Edition
6. United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Zone,Zie.2013.16.Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Asfiksia

(http://ziezone13.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-padabayi-dengan-asfiksia.html) diakses pada tanggal 21 oktober 2014 pukul


23.00 .
Wibowo,Aries.2014.03.Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asfiksia
(http://arieswibowo.blogspot.com/2014/03/asuhan-keperawatan-padaanak-dengan-asfiksia.html) diakses pada tanggal 21 Oktober 2014
pukul 23.00.

Potrebbero piacerti anche