Sei sulla pagina 1di 8
©.InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. SITUASI DAN ANALISIS Bersama Menbangun Gizk Manna Bangia Sehat Berpresast Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar giz, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Gti yang baik merupakan landasan kesehatan, gizi mempengeruhi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental Gii yang beik ‘akan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Sejak tahun 1960, tanggal 25 Januari yang merupakan tanggal berdirinya Sekolah Djuru Penerang Makanan (25 Januari 1951), diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Tahun 2015 merupakan Hari Gizi Nasional ke-55 dan mengambil tema “Bersama ‘Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi’. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMN) Bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi Kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan ‘menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggl-tingginya 323. Untuk mencapal sasaran RPIMN tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan indikator kinerja, yaitu: (1) balitaditimbang berat badannya; (2) balita giziburuk mendapat perawatan; (3) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (4) bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (5) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (6) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (7) kabupaten/kota ‘melaksanakan survellans giz dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana, Persentase anak dengan malnutrisi merupakan salah satu indikator MDGs dalam mencapai target dalam goal pertama. Sedangkan persentase balita ditimbang berat badannya merupakan indikator Renstra Kementt Kesehatan 2010-2014 Balita Gizi Burukdan Kurang Gambaran kondisi gi buruk dan gil kurang pada balita di Indonesia menurut berat badan per umur (BB/U) dapat dilihat dari hhasilRiskesdas sebagai berikut. Gambar 1. Persentase Giai Buruk dan Gizi Kurang Menurut 88/U di Indonesia 250 2090 - 350 ‘=i Kurang ‘mii uruk 100 50 oo 2007 2010 2013 ‘Sumber: Riskesdas 2007, 2010dan 2013, Jumlah balita giz! buruk dan kurang menurut hasil Riskesdas 2013 masih sebesar 19,6% (bandingkan dengan target RPIMN sebesar 15% pada tahun 2014 ) dan terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010. Jumlah kasus balita gizi kurang dan gizi buruk dilaporkan secara rutin melalui aplikasi Komunikasi Data Gizi dan KIA TerintegrasiJika dibandingkan antara data hasilRiskesdas dan laporan rutin sebagai berikut. Tabel 1. Perkiraan Selisih Balita Giei Buruk dan Giai Kurang. Berdasarkan Data Riskesdas dan Laporan Rutin Tahun 2013 Niklas 20:3 uml la Bork don 2 ‘Kurang dalam Z we Tere fecaaae teen) etal eeepc oll (eee “intureng “Jorh” "Sn A Tetmaped Tahun 2013 Sorters Ue vapeass aaa 5208 sat Bl sonar bre Soe 2a woes a #1 Roe ao) naar aag| ar ans 206 5 Jambi 346.636 197 68.287 352 Sor Sc Sos a2] nea 33 Tabel 1. (Lanjutan) Nishesds 208 Jumlah Giz Barak dan a Kurang dalam No Provinsi Junta atta % Cixi Buruk—Perkiran—Komonikai Data Gi PES dan Kurang Jumlah dan KIA Terintegrasi Tahun 208 7 Benekuls 184.427 734488 5 a46s 8 Lamoune 765314, 883879 as Mass 9) Banga Beltane ‘yo. eT 8221061 10 Kepulovon iow 232035 15636197 36935828 MOK! lara 863999 0 10960 592120368 12 Jawa Borat 4356aa 67 683927 9596 674351 13. lava Tena 2736543 © asia 6s «70970 14D Yogyakarta 264355, 2 42907 iat 41766 15 awe Timur 2.985.938 is 570308 40658529655 16 Banten m8303 7293790 um 198618 7 Bi 356.098 32 47.005 30846697 18 Nis Tenesore Brat 491408 2576292 6555637 19 Nusa Tenguara Timur 631906 330208549 2870 205679 20 Kalimantan Bart s63948 2652945 453530 21 Kalimantan Teneah 215.088 23357306 431 56465 22 Kalimantan Slt aman za aan 68502726 23. Kalimantan Timor 437067 166 72553 5 18 24 Sawes tara 209.608, 6534585 ag aaa 25. Sulawesi Tengah 306294 2a 73800 359 735i 26, Sulowes Selatan 817509 256 200282 2765206517 21 Sulawesi Tenggara 285142 239 68.9 43867601 28 Gorontalo 13875 21 2572 2729504 29. Sulawesi Borat aaa 291 43.400 89 433i 30 Malu 203368 28357553 oss 56.465, 31 Maluku Utara 196880 24934083 58233501 32 Panu Bara 10839 so9 masz 19032067 33. Papua 366.19 a8 798 nisi8 68266 Indonesia 23,708.84 19.6 4.646.933 96.113 4.550.820 Sumber: Riskesdas2013 Laporan KomuniasiData Giidan KIA Terintegras!Tohun 2013, Diolah oleh Puscatn Kementerion Kesehatan Dari data di atas diperkirakan masih ada 4,5 juta balita dengan giei buruk dan gizi kurang yang belum terdeteksi. Untuk menjaring balita dengan gizi buruk dan gizi kurang dapat dilakukan melalui kegiatan penimbangan rutin di posyandu. Data jumlah balita yang ditimbang dalam laporan Komunikasi Data Gizidan KIA Terintegrasi Tahun 2013 adalah sebagal berikut. abel 2. Perkiraan Selisih Balita Ditimbang, Berdasarkan Data Komunikasi Data GIZI KIA Terintegrasi Tahun 2013 [Estimasi Jumlsh —_Jumlah balta No. Provinsi srl Perkraan Selisih 1 Aceh 512.904 262.283 250.621 2 Sumatera Utara 1.496.456 946542 549.914 3. Sumatera Barat 522942 315.557 207.385 4 Riau 76.467 102.069 614.398 5 lambi 346.636 213.065 133571 6 Sumatera Selatan 808.777 544.622 264.155 7 Bengkulu 184427 16.657 67.770 8 Lampuna 765314 460.084 305.230 9 Bangka Belitune 140.021 88.435 51586 10 Kepulauan Riau 232.035 60.833 i202 M1 DKI Jakarta 863.999 179.887 8412 12 Jawa Barat 4.356221 1.824.652 2531569 13 Jawa Tengah 2.736543, 108.953, 1717590 MDI Yovakarta 264856 166851, ‘98.005 15 Jawa Timur 2.985.934 1588.030 1397904 16 Banten 138.313 605,782 53253) 7 Bali 356098 177.089 179.029 18. Nusa Tenggara Barat 491.408 379.714 m.694 19 Nusa Tenggara Timur 63.966 85.677 546289 20. Kalimantan Barat 463944 19.997 343947 21 Kalimantan Tengah 245.088 98.684 46.404 Tabel 2. (Lanjutan) Estimasi Jumlah Jul balita uo aaa Bala sditimbong eee 22) Kalimantan Selatan 3774 187.026 190385 23, Kalimantan Timur 437067 16655 270.456 24. Sulawesi Utara 200.604 82831 1262773 25. Sulawesi Tenzsh 306224 978 188245 26, Sulawesi Selatan 817509 01103, 216316 27 Sulawesi Tenesara 285142 12427 160.865, 28. Gorontalo 79.608 34.267 29) Sulawesi Barat Boss, 68.496 30 Malika 89067 114299 31 Maluku Utara 35.002 101.858, 32 Papua Barat 10.600 63.790 33, Papua 6161 304.958 Indonesia 10991462 wai73e2 Sumber :EstimasiJumlah Balita: Pusdatin Kementerian Kesehotan Jumiah Bata Dtimbang: Loporan Komunikas! Dato Gizidan KIA Terintegrasi Tahun 2013 Diolan oleh Pusdatin Kementerian Kesehatan Melihat banyaknya balita yang tidak ditimbang, yaitu sekitar 12 juta, ada kemungkinan balita yang tidak terdeteks! ‘mengalamigizi burukatau giz kurang “tersembuny/" di antara balita yang tidak ditimbang tersebut. Penimbangan rutin balita di posyandu diharapkan dilaksanakan oleh masyarakat melalui Kader kesehatan dengan pembinaan dari puskesmas. Untuk itu dilakukan analisis hubungan antara persentase gizi buruk dan gizi kurang, penimbangan balita, rasio kader per desa dan rasio bidan per puskesmas, Gambar 2. Persentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang, Penimbangan Balita ddan Rasio Bidan per Puskesmas di Indonesia 5 # — Gburkur = a es a ue —————— : Sumber :Persentose Gi Burukdon Kurang: Riskesdos 1D/S:Loporen Komunikasi Data Gitiden KIA Terintegrasi Bidan/Puskesmas: Data Dosar Puskesmas Hubungan antara penimbangan balita yaitu persentase D/S (balita ditimbang/semua balita) dengan persentase gizi buruk ddan kurang adalah sebagai berikut. ‘abel 3, Hasil Analisis Regresi Linier antara D/S dengan Gizi Buruk dan Gizi Kurang 3 Standar error Sig Balita ditimbang 0.40 0.023 0.003 Sumber :Persentase Gi Buruk dan Kurang: Riskesdos /5:Loporan Komunitasi Data isidon KIA Terintegrasi Diolgh oleh Pusdatin Kementerian Kesehatan Hasilanalisis menunjukkan korelasi kedua variabelsignfikan dengan nilai p = 0,003. Koefision regresi 8 = 0,400, sehingga ‘model regresinya menjadi: giz buruk dan kurang = 0,400 0/5. Hani menunjukkan setiap kenaikan 10% cakupan D/S, maka ‘akan ditemukan kenaikan giiburuk dan kurang=4%.Jadibilacikehedaki 100% penimbangan balita(0/S), maka diperkirakan akan ditemukan balita gi burukdan kurang sebanyak 40% (Active Case Finding) yg perlu segera ditanganiperawatannya Hubungan antara rasio bidan per puskesmas dengan D/S adalah sebagai berikut. 8 ‘Tabel 4, Hasil Analisis Regresi Liner Antara Rasio Bidan per Puskesmas dengan Balita Ditimbang 8 ‘Standar error Sig Rasio bidan per puskesmas 5079 0.635 0.016 Sumber: Persentase Gai urukedan Kurang: Riskesdos Bidan/Puskesmas: Data Dasar Puskesmas Diolah oleh Pusdatin Kementerian Kesehatan Hasil analisis menunjukkan korelasi kedua variabel signifikan dengan p = 0.016. Koefisien regresi 8 = 5,079, sehingga model regresinya menjadi: D/S= 5,079 bidan/puskesmas. Hal ini menunjukkan setiap tambahan 1 bidan / puskesmas, maka akan diperoleh kenaikan D/S =5,08 %. Jadi bila dikehendaki 100% penimbangan balita (0/s), maka diperkirakan akan dibutuhkan bidan per puskesmas sebanyak rata-rata 19-20 orangbidan dengan catatan tanpamelibatkan kader. Hubungan antara rasiokader per desa dengan D/Sadalah sebagai berikut. ‘abel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Antara Rasio Kader per Desa dengan Balita Ditimbang 8 Standar error Sig Rasiohader per desa 14.020 8903 0256 Sumber :Rasiokoder per desa: Data Dasor Puskesmas 'D/5:Loporan Komunikosi Data Gitidan KIA Terintegrasi Diolah eleh Pusdatin Kementerian Kesehaton Hasilanalisis menunjukkan bahwa pengaruh rasio kader per desa tidak signfikan terhadap penimbangan balita(0/S). Dari beberapa analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penimbangan balita masih sanget tergantung dengan bidan yang semestinya kader posyandu yang sangat berperan.Jika tidak melibatkan kader dan diinginkan agar seluruh balita ditimbang, maka diperkirakan membutuhkan rata-rata 19-20 bidan per puskesmas. Oleh karena itu perlu strategi “menggeser” ketergantungan penimbangan balita daribidan ke kader kesehatan. Balita Pendek Childhood stunting atau tubuh pendek pada masa anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Childhood stunting berkorelasi dengan gangguan perkembangan neurokognitif dan risiko menderita penyakittidakmenular di masa depan, Gambaran proporsi balita pendek dan sangat pendek di Indonesia dapat dilihat dari hasilRiskesdas sebagai berikut, Gambar 3. Persentase Balita Pendek dan Sangat Pendek di Indonesia Hasil iskesdas 2007, 2010 dan 2013 wo | estima smi eataTohun 2018 23-708.84 Petra umlshealtasangat Pend 367592 ‘Sumber: Riskesdos 2007, 2010den 2013, Persentase balita sangat pendek dan pendek di indonesia masih tinggi yaitu 37,3% dan tidak terjadi penurunan dibandingkan tahun 2007 dan 2010. Jika jumlah balita adalah 23.708.844 maka dapat diperkirakan terdapat lebih dari 4 juta balita sangat pendek dilndonesia, Terjadinya tubuh pendek merupakan suatu proses kumulatif yang dapat terjadi sejak masa kehamilan, masa bayi, kanak- kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Faktor giz ibu sebelum dan selama kehamilan, asupan gii, dan infeksi berulang yang, ddialamimerupakan faktor yang mempengaruhiterjadinya tubuh pendek. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan peningkatan risiko kesakitan dan kematian akibat infeksi seperti campak dan diare. Kebutuhan vitamin A pada bayi dan anak-anak meningkat dalam masa pertumbuhan dan membantu melawan infeksi. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi kapsul vitamin A dua kali setahun pada balita merupakan salah satu intervensi kesehatan yang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan kekurangan vitamin A dan kebutaan serta penurunan kejadian kesakitan dan kematian pada balita, Gambar 4. Cakupan Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2013 a sereesces 2012 a sxe natn 2013 Drveqetra ss Terao Bart Sumber :Riskesdas 2013 Ditjen Bina Gizidan KIA, Kementerian Kesehotan CCakupan balita 6-59 bulan mendapatkan vitamin A pada tahun 2013 menurut hasil Riskesdas adalah sebesar 75,5% sedikit lebih rendah dibandingkan pengumpulan data rutin yaitu 83,9%. Target cakupan yang diharapkan adalah 83% pada tahun 2013 dan 85% pada tahun 2014. Dengan demikian jika berdasarkan data rutin, dapat dikatakan telah sesuai target, namun jika melihat data Riskesdas, masih dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk dapat mencapai target. Provinsi dengan cakupan terendah menurut data rutin adalah Papua, Papua Barat dan Maluku sedangkan menurut Riskesdas adalah Sumatera Utara, Papua dan Sulawesi Barat, Provinsi Papua Barat dan Maluku juga masih merupakan 10 provinsi dengan cakupan terendah ‘menurut Riskesdas. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merckomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susuibu (AS) selama paling sedikt enam bulan. 'Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dllanjutkan sampal anak berumur dua tahun (WHO, 2005), ASI eksklusf dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI mengandung gi yang diperlukan dan paling sesuai untukbayi/anak dan kebersinan AS! lebih terjamin dibandingkan makanan ain. Berdasarkan data Laporan Rutin Direktorat Jenderal Bina Gizi-KIA Kementerian Kesehatan, sebaran cakupan pemberian ASI ceksklusif pada bayi0-6 bulan sebesar $4,3%, seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 5. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Tahun 2013 o888s8sssss Ve ~ — > — — — o — —_— Kote i — — —— oo i nT Berglatu — _— — i — oF 1 — on on S— “ — re _ — i it — sn Sao ‘ — i? — _ nr ‘Sumber: Ditjen Bina Gizidan KIA, Kementerian Kesehatan cS] Pada Gambar 5, terlihat bahwa terdapat 19 provinsi yang mempunyai persentase ASI eksklusifdiatas angka nasional (54,3%), dimana persentase tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan terendah pada Provinsi Maluku (25,23). Perlu dilakukan upaya agar provinsi yang masih di bawah angka nasional agar dapat meningkatkan cakupan AS! ceksklusif. Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia <6 bulan secara global dilaporkan kurang dari 40%, Dengan

Potrebbero piacerti anche