Sei sulla pagina 1di 13

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ISSN 2302-0253
pp. 144- 156

13 Pages

ANALISA KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI


PERUMNAS LINGKE KECAMATAN SYIAH KUALA
KOTA BANDA ACEH
Fakhrurrazi Idris1, Azmeri2, Ziana2
1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Abstract: From the preliminary survey results directly on-site service area found that the
problems arising in connection with the discharge, water pressure and flow continuity. The
study was conducted to analyze factors such as a network system requirements must be met in
terms of clean water in real conditions, analyzing the performance of water distribution
networks for reliability, resilience and vulnerability. The method of research used descriptive
method and data used are primary data and secondary data. The results of the analysis of the
real situation in terms discharge obtained average water consumption on-site survey of 1.23
m3/day. Looking at the condition of the maximum high water pressure occurred on Wednesday
at a location 0.028 m V with pressure, whereas the pressure minimum height is 0 m occur at
VI, VII, VIII, IX. This means that the flow of water does not drain properly so that water
pressure may be small, partly because: plumbing leaks, excessive use of the pump, and
connecting pipes illegally. Continuity of the flow of water flowing into the Housing stated
Lingke for 24 hours. Seen in the pattern of water use 7 of 9 customer survey sites showed
water use patterns follow peak demand, while the third location there is no use of water at
10:00 and 14:00 are possible leakage or tissue damage. In the analysis of network
performance based on reliability, vulnerability and resilience obtained 51.28% reliability rate
with the level of resilience that is longer mean 3.81 months of system failure and frequency of
occurrence of the failure of an average of 1.5 times. While the vulnerability is measured by the
average monthly discharge mean value is 7.54 m3/month deficit. The study is expected to be an
evaluation of the parties implementing water supply networks in overcoming problems.
Keywords: network performance, distribution of clean water, local services, reliability,
vulnerability, resilience
Abstrak: Dari hasil survei pendahuluan secara langsung di lokasi daerah layanan didapatkan
permasalahan yang timbul berkaitan dengan debit, tekanan air dan kontinuitas aliran.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara lain faktor-faktor persyaratan suatu sistem
jaringan air bersih harus terpenuhi ditinjau pada kondisi riil, menganalisa kinerja jaringan
distribusi air bersih terhadap keandalan, kelentingan dan kerawanan. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif dan data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Hasil penelitian terhadap analisa debit ditinjau kondisi riil didapat rerata pemakaian
air di lokasi survei 1,23 m3/hari. Ditinjau kondisi tinggi tekanan air maksimum terjadi pada
hari Rabu di lokasi V dengan tekanan 0,028 m, sedangkan tinggi tekanan minimum adalah 0 m
terjadi di lokasi VI, VII, VIII, IX. Hal ini diartikan bahwa aliran air tidak mengalir dengan baik
sehingga tekanan air yang di dapat menjadi kecil, antara lain disebabkan karena: kebocoran
pipa, penggunaan pompa yang berlebihan, dan penyambungan pipa secara ilegal. Kontinuitas
aliran dinyatakan air mengalir ke Perumnas Lingke selama 24 jam. Dilihat pada pola
pemakaian air 7 dari 9 pelanggan lokasi survei menunjukkan pola pemakaian air mengikuti
kebutuhan puncak, sedangkan lokasi III tidak ada penggunaan air pada pukul 10:00 dan 14:00
yang dimungkinkan terjadinya kebocoran atau kerusakan jaringan. Pada analisa kinerja
jaringan berdasarkan keandalan, kerawanan dan kelentingan didapat tingkat keandalannya
51,28% dengan tingkat kelentingan yaitu lama rerata sistem mengalami kegagalan 3,81 bulan
dan frekuensi terjadinya kegagalan rata-rata 1,5 kali. Sedangkan tingkat kerawanan diukur
berdasarkan debit rerata bulanan nilai defisit rerata yaitu 7,54 m3/bulan. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap pihak pelaksana penyediaan air bersih
dalam mengatasi permasalahan jaringan.
Kata kunci : kinerja jaringan, distribusi air bersih, daerah layanan, keandalan, kerawanan,
kelentingan

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

- 144

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Perumnas Lingke adalah salah satu wilayah

menganalisa kinerja jaringan distribusi air

yang berada di Desa Jeulingke Kecamatan

bersih di Perumnas Lingke Kecamatan Syiah

Syiah

Kuala Kota Banda Aceh. Adapun tujuannya

Kuala

Kota

Banda

Aceh

yang

mempunyai ketersediaan air tidak layak untuk

adalah:

dikonsumsi. Keinginan warga Perumnas Lingke

1.

Menganalisa faktor yang harus terpenuhi

untuk mendapatkan pasokan air bersih dari

agar suatu sistem jaringan air bersih dapat

PDAM cukup tinggi. Dalam pelaksanaannya,

berjalan, yang meliputi debit air, tekanan dan

sistem penyediaan air bersih di Perumnas

kontinuitas aliran.

Lingke belum dapat berjalan dengan optimal.


Hasil survei pendahuluan secara langsung
di

lokasi

daerah

layanan

2.

Menganalisa

kinerja

sistem

jaringan

distribusi air bersih di Perumnas Lingke

didapatkan

meliputi indikator keandalan (reliability),

permasalahan yang timbul berkaitan dengan

kelentingan (resiliency), serta kerawanan

tidak tersedianya air yang cukup. Beberapa

(vulnerability).

warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya


terpaksa membeli air bersih dengan biaya yang

METODE PENELITIAN

tinggi, air yang tidak mengalir dengan deras dan

Lokasi, Waktu dan Jenis Penelitian

aliran air yang sering mati atau jam-jam

Penelitian tentang analisa kinerja jaringan

pengaliran sering tidak menentu sehingga

distribusi air bersih dilakukan di Perumnas

pelanggan di Perumnas Lingke tidak terlayani

Lingke Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala

dengan baik.

Kota Banda Aceh pada tanggal 9 sampai

Penelitian

ini

dilakukan

atas

dasar

dengan

15

April

2012.

Penelitian

ini

pemikiran bahwa jaringan distribusi air bersih

menggunakan Metode Deskriptif dengan jenis

di Perumnas Lingke belum menghasilkan

metode survei, dalam penelitian ini data

tingkat pelayanan yang diharapkan. Kurang

dikumpulkan melalui survei, pencatatan serta

optimalnya pelayanan air bersih dipengaruhi

pengukuran

oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan air,

memperoleh data primer dan data sekunder di

tingkat layanan jaringan air, pengembangan

peroleh dari instansi lainnya yang terkait.

langsung

ke

lapangan

untuk

jaringan dan kebijakan pengoperasian. Sistem


jaringan distribusi air bersih ini dapat dianalisa

Teknik Pengumpulan Data

berdasarkan kinerja jaringan meliputi keandalan,

Data yang digunakan dalam penelitian ini

kelentingan dan kerawanan, serta menganalisa

terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

jaringan terhadap kondisi riil. Analisa ini

primer adalah data yang diperoleh secara

berguna untuk mengetahui tingkat kekurangan

langsung pengamatan dan pengukuran terhadap

air di Perumanas Lingke dan faktor-faktor yang

debit, tekanan dan kontinuitas aliran yang

mempengaruhinya.

dilakukan dalam waktu 7 hari (senin sampai

Maksud dari penelitian ini adalah untuk

minggu). Dalam 1 hari pengukuran dilakukan


Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 145

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
sebanyak 5 kali yaitu pada pukul 06:00, 10:00,

distribusi air, pencatatan debit, pengukuran

14:00, 18:00, dan 22:00. Sedangkan data

data tekanan dan data kontinuitas aliran.

sekunder yang diperlukan antara lain :

2.

Melakukan

analisa

kinerja

jaringan

1.

Letak dan Batas Administratif

distribusi air bersih berdasarkan data debit

2.

Data Jumlah penduduk Desa Jeulingke

bulanan pada Januari sampai dengan

3.

Data

Desember 2011 dengan jumlah sampel

4.

jumlah

pelanggan

dan

debit

pemakaian air Desa Jeulingke

sebanyak 78 pelanggan. Analisa kinerja

Distribusi air bersih PDAM untuk Desa

jaringan distribusi air bersih tersebut

Jeulingke

adalah

Sampling Penelitian
Sampling yang digunakan dalam analisa

untuk

mengetahui

tingkat

keandalan

(reliability),

kelentingan

(resiliency),

serta

kerawanan

(vulnerability). Tingkat layanan air bersih

kinerja jaringan distribusi air bersih adalah

pada

propotionate stratified random sampling yaitu

berdasarkan debit aliran yang sampai ke

penentuan

secara

pelanggan, dengan asumsi bahwa jumlah

proporsional di tiap-tiap strata/tingkatan, karena

air yang tercatat pada meter air tiap

populasi

pelanggan

sampling

penduduk

dilakukan

disetiap

jalan/lorong

berbeda dan mempunyai luas wilayah yang

pelanggan

diidentifikasikan

mencerminkan

kemampuan

layanan jaringan PDAM.

berbeda pula. Dengan jumlah populasi 359


pelanggan,

maka

jumlah

sampel

yang

ditetapkan untuk penelitian pada Perumnas

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Republik

Lingke ini dapat dihitung, yaitu:

Indonesia

Nomor:

416/

MENKES/PER/ IX/1990 dimana air bersih


=

359
= 78,2 (1)
1 + 359 0,12

adalah air yang digunakan untuk keperluan


sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

78

kesehatan dan dapat diminum apabila telah

Prosedur Penelitian

dimasak, sedangkan air minum adalah air yang

Kegiatan pelaksanaan penelitian tentang


analisa kinerja jaringan air bersih di Perumnas

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan


dapat langsung diminum.

Lingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda


Aceh adalah sebagai berikut:
1.

Penentuan dalam Penyediaan Air Bersih

Melakukan pengecekan dan menganalisa


terhadap data-data yang telah diperoleh,
yaitu

data

pemakaian

jumlah
air,

data

pelanggan

dan

jaringan,

data

Penentuan kebutuhan air bersih


Kebutuhan air bersih menurut (BPPD-PU:
2006) telah menetapkan kriteria pemakaian air
bersih untuk setiap Kabupaten/Kota sebagai
kebutuhan air domestik dan non domestik.

146 -

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Selengkapnya kebutuhan air bersih berdasarkan
kategori kota dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.

Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Penentuan kontinuitas aliran

distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi

Dalam kenyataan di lapangan sangat sulit

untuk mengatasi kehilangan tekanan karena

mencari pelanggan yang mendapat air selama

gesekan, yang tergantung tekanan, jenis pipa,

24 jam, sedangkan pelanggan yang tidak

diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.

mendapat aliran selama 24 jam frekuensinya

Dalam

alirannyapun berbeda-beda. Ada beberapa jam

menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk

sekali, beberapa hari sekali, dan bahkan dalam

memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal

beberapa minggu tidak mendapatkan aliran air

wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air.

(Apriadi 2008).

Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah

Penentuan kecepatan dan tekanan air

5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm

pendistribusian

air,

untuk

dapat

Menurut BPPDPU (2006), kecepatan izin

= 10 mka), dan paling tinggi adalah 22 mka

dalam pipa berkisar antara 0,3-2,5 m/dt. Ukuran

(setara dengan gedung lantai 6) (Agustina,

pipa harus tidak melebihi dimensi yang

2007).

diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus


tercukupi.
Untuk menjaga tekanan akhir pipa di
seluruh daerah layanan, pada titik awal

Sistem dan Jaringan Distribusi Air Bersih


Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang
Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 147

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mampu membagikan air pada konsumen, baik

kegagalan jaringan pipa dan pengoperasiannya

dalam bentuk sambungan rumah atau melalui

dalam

sambungan

Indikator

umum.

Dalam

pengembangan

memenuhi
kinerja

kebutuhan
jaringan

konsumen.
harus

dapat

sistem distribusi, beberapa hal yang perlu

memberikan indikasi seberapa besar intensitas

mendapat perhatian adalah (Setia, 2008):

kegagalan dan berapa lama kegagalan itu terjadi,

1.

Sistem perpipaan distribusi;

sehingga kinerja jaringan air bersih dapat

2.

Sistem zoning;

diketahui. Parameter kinerja tersebut meliputi

3.

Sistem pengaliran;

keandalan (reliability), kelentingan (resiliency),

4.

Masalah teknis dan engineering.

serta kerawanan (vulnerability) (Restu, 2003).

Pola jaringan perpipaan

Keandalan (reliability)

Dalam sisten perpipaan, pola jaringan pipa

Parameter

keandalan

distribusi air bersih secara umum dapat dibagi

menunjukkan/mengukur kemampuan dari suatu

menjadi tiga pola utama, yaitu (Mayangsari,

jaringan pipa untuk memenuhi fungsinya di

2007):

dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Secara

1.

Pola cabang;

matematis,

2.

Pola sistem loop;

sebagai berikut, dimana nilai variabel Zt

3.

Pola gabungan.

ditentukan dengan persamaan berikut :

Sistem pengaliran air bersih

Untuk mendistribusikan air minum kepada


konsumen dengan kuantitas, kualitas dan
tekanan

yang

cukup

memerlukan

sistem

perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan


peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian
air tergantung pada kondisi topografi dari

keandalan

dapat

didefinisikan

1
(2)
0 <

Perlu diketahui bahwa dalam definisi ini,


kegagalan ditafsirkan jika Rt < Dt. Perlu
diketahui pula bahwa nilai rerata merupakan
jumlah total waktu dimana jaringan pipa
mampu memenuhi kebutuhannya.

sumber air dan posisi para konsumen berada.


Menurut (Howard et al. 1985) sistem pengaliran
yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Cara Gravitasi;
b. Cara Pemompaan;
c. Cara Gabungan.

Kelentingan (resiliency)
Dalam hal terjadi kegagalan, unjuk kerja
kelentingan (resiliency) ini menunjukkan atau
mengukur kemampuan jaringan pipa untuk
kembali ke keadaan tidak gagal atau ke keadaan
memuaskan (satisfactory), dari keadaan gagal

Kinerja Pengoperasian Jaringan Air Bersih


Kinerja jaringan air bersih suatu kota atau
kawasan dapat dinilai dari hasil analisa
148 -

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

(failed). Semakin cepat jaringan pipa dapat


kembali

ke

keadaan

memuaskan,

maka

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
konsekuensi akibat kegagalan tersebut akan

Kerawanan (vulnerability)

semakin kecil. Untuk itu, perlu diketahui saat-

Jika terjadi kegagalan, kinerja kerawanan

saat jaringan pipa mengalami masa transisi dari

menunjukkan seberapa besar (kerawanan) suatu

keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan

kegagalan yang terjadi. Untuk mengukur

atau sebaliknya dari keadaan memuaskan ke

tingkat kerawanan ini digunakan variabel

keadaangagal (Dalam jangka panjang, masa

kekurangan (deficit). Kinerja kerawanan dapar

transisi jaringan pipa dari keadaan gagal

didefinisikan

menjadi keadaan memuaskan akan sama

antara lain adalah :

dengan masa transisi jaringan pipa dari

1.

Nilai Maksimum deficit

keadaan memuaskan ke keadaan gagal).

2.

Nilai Maksimum deficit - ratio

dengan

beberapa

pengertian,

Nilai Rerata deficit - ratio

Dalam jangka panjang, nilai rerata akan


menunjukkan jumlah rerata terjadinya masa
transisi jaringan pipa dari keadaan gagal

HASIL PEMBAHASAN

menjadi keadaan memuaskan. Selanjutnya

Analisa

lama (jangka waktu) rerata jaringan pipa berada

Distribusi Air Bersih

di dalam keadaan gagal secara kontinu

Debit air

Berdasarkan

Faktor

Jaringan

(berurutan) dapat diketahui dari jumlah total

Dari hasil pengukuran data primer di

waktu rerata jaringan pipa mengalami gagal

Perumnas Lingke didapatkan data debit air

dibagi dengan frekuensi rerata terjadinya

harian dengan melakukan pencatatan debit pada

jaringan transisi.

stand meter di sembilan lokasi sampel.


Hasil analisa terhadap sembilan lokasi

Indikator kinerja kelentingan (resiliency)


didefinisikan sebagai nilai kebalikan (inverse)

survei

penelitian

didapatkan

bahwa

pola

dari jangka waktu rerata jaringan pipa berada

pemakaian air sangat berkaitan erat dengan

dalam keadaan gagal. Semakin lama waktu

kondisi jaringan distribusi air bersih yang ada di

rerata jaringan pipa berada dalam kedaan gagal,

Perumnas lingke. Pola pemakaian air bersih di

maka kinerja kelentingannya akan semakin

Perumnas Lingke ditinjau pada rata-rata debit

kecil, atau jaringan pipa akan memerlukan

pemakaian perjiwa dalam satu minggu waktu

waktu yang lebih lama untuk kembali ke

penelitian diberikan pada Tabel 2 dan Gambar 1.

kondisi semula (recovery).

Tabel 2.
No

Lokasi Penelitian

Pola Pemakaian Air di Sembilan Lokasi Survei


Volume Rerata Pengukuran (m3/jiwa)
06:00

10:00

14:00

18:00

22:00

Jl.Rawa Sakti I No.6

0,006

0,069

0,015

0,057

0,023

Jl.Rawa Sakti II No.30B

0,016

0,049

0,028

0,035

0,043

Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 149

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
No

Volume Rerata Pengukuran (m3/jiwa)

Lokasi Penelitian

Volume (m3/jiwa)

06:00

10:00

14:00

18:00

22:00

Jl.Rawa Sakti III No.6A

0,056

0,014

0,082

Jl.Rawa Sakti IV No.83

0,003

0,060

0,009

0,048

0,040

Jl.Rawa Sakti V No.104B

0,011

0,077

0,009

0,061

0,056

Jl.Rawa Sakti VI No.128

0,025

0,104

0,039

0,031

0,035

Jl.Rawa Sakti VII No.150

0,052

0,036

0,010

0,021

0,091

Jl.Rawa Sakti VIII No.2

0,018

0,064

0,026

0,045

0,027

Jl.Rawa Sakti IX No.25

0,015

0,060

0,019

0,051

0,047

0,120

0,100

II

0,080

III
IV

0,060

V
0,040
VI
0,020

VII

0,000

VIII
06:00

10:00

14:00

18:00

22:00

IX

Waktu Pengukuran

Gambar 1.

Grafik Pola Pemakaian Air di Sembilan Lokasi Survei

Dari grafik terlihat bahwa pola pemakaian


air pada jaringan distribusi air bersih Perumnas
Lingke tertinggi terdapat pada lokasi VI
3

hari yang merupakan kegiatan masyarakat


dalam menjalankan aktifitasnya.
Pada lokasi VII penggunaan air tertinggi

pencatatan pukul 10:00 sebesar 0,104 m /jiwa,

pada pengukuran pukul 22:00 dan 06:00 dan

sedangkan pemakaian air terendah adalah 0 m3

penggunaan air terendah pada pukul 14:00.

(tidak ada penggunaan air) terdapat pada

Pada lokasi ini menunjukkan bahwa sulit untuk

pengukuran pukul 10:00 dan 14:00 di lokasi

mendapatkan air pada pagi dan sore hari,

penelitian III.

sehingga diperlukan tampungan untuk mengisi

Pada lokasi I, II, IV, V, VI, VIII dan IX

air pada malam dan dini hari.

menunjukkan pemakaian air tertinggi pada

Pada lokasi III, pemakaian air tertinggi

pukul 10:00 dan 18:00 sedangkan pemakaian

pada pengukuran pukul 22:00 dan 06:00

air terkecil pada pengukuran pukul 06:00, 14:00

sedangkan terendah pada pukul 10:00 dan

dan 22:00, hal ini diartikan bahwa pada waktu

14:00 (tidak ada penggunaan air). Tidak adanya

pemakaian air tertinggi tersebut merupakan

penggunaan air pada pagi dan siang hari

waktu puncak pemakaian air. Dimana puncak

ditunjukkan dengan debit pemakaian sebesar 0

pemakaian air umumnya pada pagi dan sore

m3 yaitu tidak tersedianya air dalam jaringan

150 -

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
pipa, tetapi pada malam dan dini hari

yang terdapat di samping stand meter yaitu

menunjukkan adanya penggunaan air. Hal ini

mengukur debit dengan mencatat waktu air

dapat diartikan bahwa adanya kemungkinan

mengalir yang tertampung dalam wadah 1 liter

kebocoran atau kerusakan pipa pada lokasi III

pada aliran air di pipa berdiameter inchi (12,5

yang menyebabkan air hanya ada pada sore,

mm). Hasil kecepatan aliran ini selanjutnya

malam, dan dini hari.

dikonversikan ke dalam perhitungan tekanan.


Hasil analisa tekanan terhadap sembilan
lokasi survei menunjukkan bahwa pola tekanan

Tekanan
Pengukuran tekanan air di 9 (sembilan)

air di tiap-tiap lokasi sampel sangatlah beragam,

lokasi survei dilakukan di tempat dan waktu

dimana tekanan setiap lokasi menunjukkan

yang

debit.

perbedaan antara satu waktu dengan waktu

Pengumpulan data tekanan terlebih dahulu

lainnya dan satu hari dengan hari lainnya,

dilakukan pengukuran kecepatan aliran, hal ini

namun tekanan air secara keseluruhan di

dikarenakan kondisi tekanan air pada jaringan

Perumnas Lingke mengambarkan kondisi rill

pipa setiap sambungan rumah (SR) sangat kecil

yang ada. Berikut adalah Tabel kondisi tekanan

sehingga air tidak dapat diukur dengan alat ukur

air maksimum dan minimum harian pada 9

tekanan

lokasi survei.

sama

pada

(Pressure

pengukuran

Gauge).

Pengukuran

kecepatan aliran dilakukan pada kran air PDAM

Volume (m3/jiwa)

Tabel 3.

Tinggi Tekanan Air Maksimum di Sembilan Lokasi Survei Perumnas Lingke

0,120

0,100

II

0,080

III

0,060

IV
V

0,040

VI

0,020

VII

0,000

VIII
06:00

10:00

14:00

18:00

22:00

IX

Waktu Pengukuran

Gambar 2.

Grafik Tinggi Tekanan Air Maksimum di Sembilan Lokasi Survei

Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 151

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Dari grafik di atas dapat disimpulkan

di jaringan pipa distribusi tersebut mengalir

bahwa tinggi tekanan air maksimum tertinggi

namun

adalah pada hari Rabu di lokasi V dengan tinggi

menyebabkan air tidak mengalir dari kran pipa

tekanan 0,028 m, sedangkan tinggi tekanan air

PDAM.

maksimum terendah adalah lokasi III pada hari

tekanan

air

yang

sangat

rendah

Pada lokasi I, II, IV, V, VI, VII, dan VIII

Minggu dan lokasi IX pada hari Senin dan

air

dinyatakan

Minggu dengan tinggi tekanan di kedua lokasi

disimpulkan bahwa dalam 1 hari penelitian

tersebut adalah 0 m. Tinggi tekanan air terendah

selama 5 kali waktu pengamatan ada air yang

pada lokasi tersebut menyatakan bahwa air pada

mengalir,

5 kali waktu pengukuran selalu dalam keadaan

berbeda setiap kali pengamatan. Hal ini dapat

tinggi tekanannya 0. Hal ini menyebabkan

menjadi perbandingan pada Tabel 4 yaitu tinggi

kondisi air di lokasi tersebut tidak mengalir

tekanan minimum.

tetapi

bertekanan

waktu

dan

pengaliran

dapat

airnya

pada kran PDAM. Tetapi pada kenyataannya air

Tabel 4.

Tinggi Tekanan Air Minimumdi 9 Lokasi Survei Perumnas Lingke

0,012

0,01

SENIN
0,006

SELASA
RABU

0,004

KAMIS
JUM'AT

0,002

SABTU
MINGGU

Gambar 3.

LOKASI 9

LOKASI 8

LOKASI 7

LOKASI 6

LOKASI 5

LOKASI 4

LOKASI 3

LOKASI 2

0
LOKASI 1

Tekanan (m)

0,008

Grafik Tinggi Tekanan Air Minimum di 9 Lokasi Survei

Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 152

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Dari grafik di atas menyatakan bahwa

maka dinyatakan air mengalir. Air tersebut

tinggi tekanan air minimum tertinggi adalah

dikatakan tidak mengalir apabila air tidak

pada hari Senin di lokasi V dengan tinggi

keluar pada kran pipa PDAM, tetapi pada

tekanan 0,010 m, sedangkan tinggi tekanan air

kenyataannya

minimum terendah adalah terdapat di setiap

Perumnas Lingke tetap ada hanya tekanan air

lokasi dengan tinggi tekanannya 0 m, hanya

yang sangat rendah menyebabkan air tidak

pada lokasi V tinggi tekanan air minimum > 0

dapat keluar dari kran pipa PDAM tersebut.

air

pada

jaringan

pipa

di

m. Pada lokasi V ini dapat dinyatakan bahwa air


dalam setiap hari dan setiap waktu penelitian

Analisa

selalu bertekanan.

Distribusi Air Bersih

Berdasarkan

Kinerja

Jaringan

Pada lokasi I, air selalu mempunyai

Tingkat layanan air bersih pada pelanggan

tekanan pada hari Senin, Selasa dan Kamis,

dianalisa berdasarkan debit aliran yang sampai

pada lokasi II air bertekanan pada hari Selasa,

ke pelanggan. Jadi asumsi dasarnya adalah air

Rabu, Kamis dan Jumat sedangkan pada lokasi

yang tercatat pada meter air di tiap-tiap

IV air selalu bertekanan pada hari Senin, Rabu,

pelanggan mencerminkan kemampuan layanan

Kamis, Jumat dan Sabtu. Hal ini dapat

jaringan air bersih. Kebutuhan air bersih rata-

disimpulkan bahwa kondisi jaringan pipa pada

rata per pelanggan diperoleh dari membagi

lokasi tersebut dalam keadaan baik.

jumlah total debit bulanan yang tercatat dari

Pada lokasi VI, VII, VII, IX dalam setiap

meter air selama 12 bulan dari lamanya waktu

harinya kondisi tinggi tekanan air minimum

pengamatan. Analisis kinerja jaringan distribusi

adalah 0 m yang artinya air sulit diterima pada

air bersi Perumnas Jeulingke diberikan pada

lokasi tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil

Tabel 5.

pengamatan dan wawancara dengan warga

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa

Perumnas Lingke bahwa air di lokasi hilir (ke

dari 78 sampel yang mengalami kejadian

wilayah

sulit

kurang/gagal sebanyak 38 sampel mendapatkan

mendapatkan air bersih. Sedangkan di lokasi III

debit air kurang dari kebutuhan minimal yang

dimungkinkan terjadinya kerusakan jaringan

harus terpenuhi sebesar 27 m3/bulan.

belakang)

dari

dahulunya

yang menyebabkan air sulit mengalir.

Berdasarkan dari analisa kinerja jaringan


didapatkan debit andalan 51,28%, sedangkan

Kontinuitas aliran

kejadian kekurangannya 48,72% dari total 78

Dari hasil pengamatan pada sembilan

sampel pelanggan di lokasi penelitian dimana

lokasi survei dinyatakan bahwa kondisi air

debit rata-rata bulannya kurang dari dari 27 m3

tidak mengalir ditunjukkan pada air yang

per

bertekanan minimal (Tabel 3), dimana pada saat

minimum pelanggan).

bulan

(nilai

batas

normal/kebutuhan

tekanannya 0 m dinyatakan bahwa air tidak

Tingkat kerawanan diukur dari seberapa

mengalir sedangkan jika tekanannya > 0 m

besar terjadinya defisit. Berdasarkan debit


Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 153

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
rerata bulanan, nilai defisit rerata sekitar 7,54

Sehingga secara rata-rata terjadi kekurangan air

m3 per bulan, dengan defisit minimum adalah

sebesar 28,62% dari debit minimum di lokasi

0,08 m per bulan yang setara dengan 0,31%

penelitian Perumnas Lingke.

defisit dan defisit maksimum sekitar 18,92 m

per bulan yang setara dengan 70,06% defisit.

Tabel 5.

Kinerja Jaringan Distribusi Air Bersih di Perumnas Lingke (Januari 2011 s/d Desember 2011)
No PARAMETER
1

KEANDALAN
Kejadian Kekurangan

48,72

Keandalan

51,28

Kekurangan Rerata

18,11

m3/bln

Kekurangan Maksimum

27,00

m3/bln

Kekurangan Minimum

3,00

m3/bln

Rasio Kekurangan Rerata

67,06

Rasio Kekurangan Maksimum

100,00

Rasio Kekurangan Minimum

11,11

Kekurangan Rerata

7,54

m3/bln

Kekurangan Maksimum

18,92

m3/bln

Kekurangan Minimum

0,08

m3/bln

Rasio Kekurangan Rerata

28,62

Rasio Kekurangan Maksimum

70,06

Rasio Kekurangan Minimum

0,31

Lama rerata dalam keadaan gagal secara kontinuitas

3,81

Bulan

Frekuensi terjadinya

1,40

Kali

KERAWANAN
A.

B.

NILAI UNIT

DEFISIT MAKSIMUM

DEFISIT RERATA

KELENTINGAN

Dari analisa tentang kejadian kegagalan

tidak ada kegagalan terdapat pada 10 pelanggan.

dapat diketahui bahwa lama rerata kegagalan

Jumlah kejadian gagal yang terbesar adalah 4

terbesar adalah sebesar 12 bulan terdapat pada 7

kali gagal yang terjadi hanya pada 1 pelanggan,

pelanggan yang berarti bahwa pada tiap-tiap 1

sedangkan kejadian gagal yang paling sedikit

kali

adalah 1 kali gagal yang terjadi pada 34

kejadian

gagal

secara

berturut-turut

terdapat 12 bulan gagal, hal itu disebabkan


bahwa kondisi pelanggan yang ada di lokasi

pelanggan.
Demikian pula apabila ditinjau pada nilai

tersebut jumlah anggota keluarga < 6 orang.

kelentingan

Sedangkan lama rerata kegagalan terkecil atau

keseluruhan

154 -

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

terhadap
maka

lama

sistem
rerata

secara
sistem

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mengalami kekurangan air (gagal) secara terus

dan V memiliki tekanan air yang baik (> 0

menerus adalah sekitar 3,81 bulan. Frekuensi

m), sedangkan di lokasi VI, VII, VIII dan

terjadinya kegagalan secara rata-rata adalah

IX kondisi aliran air minimum adalah 0 m,

1,40 kali. Hal ini dapat diartikan bahwa selama

hal ini diartikan bahwa aliran air tidak

4 bulan terjadi 1,5 kali kegagalan. Atau setiap

mengalir dengan baik sehingga tekanan air

kali terjadi kegagalan, maka sistem akan terus

yang di dapat menjadi kecil. Dari hasil

berada di dalam kondisi gagal selama sekitar

pengamatan dan wawancara dengan warga

2,72 bulan (3,81 bulan dibagi 1,40 kali gagal).

Perumnas Lingke bahwa air di lokasi hilir

Sehingga

tersebut dari dahulunya sulit mendapatkan

indeks

kelentingan

sistem

atau

kemampuan untuk kembali pada kondisi normal


adalah 0,37 (1,40 kali gagal dibagi 3,81 bulan).
Secara

Ditinjau dari kontinuitas aliran secara


keseluruhan air pada jaringan pipa di

jaringan air bersih di wilayah Perumnas Lingke

Perumnas Lingke dapat mengalir selama

belum tecukupi, yaitu dengan keandalan yang

24 jam.

sekitar

memuaskan

51,28%
apabilan

tingkat

3.

layanan

hanya

keseluruhan,

air bersih.

(sistem
tingkat

dikatakan

4.

Pola pemakaian air pada 7 dari 9 lokasi

keandalan

survei menunjukkan pola pemakaian air

minimum 80% terpenuhi), dengan lamanya

mengikuti kebutuhan puncak. pada lokasi

sistem akan berada dalam kondisi gagal sekitar

III tidak ada penggunaan air pada pukul

3,81 bulan, dan dengan tingkat kegagalan yang

10:00 dan 14:00 yang dimungkinkan

sangat bervariasi yaitu antara 0,31% sampai

terjadinya

100% defisit.

jaringan.
5.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan


pada penelitian ini, diambil kesimpulan tentang
bagaimana kondisi pelayanan jaringan di
Perumnas Lingke Kecamatan Syiah Kuala Kota
Banda Aceh.

Kesimpulan
1.

Hasil analisa didapatkan penggunaan air


untuk pelanggan di Perumnas Lingke
ditinjau dari kondisi riil didapat rerata
pemakaian air sebesar 1,23 m3/hari.

2.

Ditinjau pada kondisi tinggi tekanan air


minimum di dapat pada Lokasi I, II, IV

kebocoran

atau

kerusakan

Hasil analisa terhadap kinerja jaringan


distribusi air bersih di Perumnas Lingke
ditinjau

pada

parameter

keandalan,

kerawanan dan kelentingan masih belum


tercukupi yang ditandai dengan tingkat
keandalan

51,28%

dikatakan

memuaskan

keandalan

minimum

dimana

sistem

apabila
80%

tingkat

terpenuhi.

Tingkat kelentingannya yaitu lamanya


sistem berada dalam kondisi gagal 3,81
bulan atau 4 bulan dan frekuensi terjadinya
kegagalan secara rata-rata adalah 1,40 kali.
Tingkat kerawanan diukur dari seberapa
besar terjadinya defisit. Berdasarkan debit
rerata bulanan nilai defisit rerata sekitar
Volume 1, No.1 Agustus 2012

- 155

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
7,54 m3 per bulan, dengan defisit minimum
adalah 0,08 m3 per bulan dan defisit
maksimum sekitar 18,92 m3 per bulan.
Sehingga

secara

rata-rata

terjadi

kekurangan air sebesar 28,62% dari debit


minimum di lokasi Perumnas Lingke.

Saran
1.

Perlu adanya pemasangan alat pengukur


debit yang berfungsi sebagai pendeteksi
tingkat kehilangan air dan alat pengukur
tekanan sebagai fungsi kontrol kondisi
tekanan air pada suatu jaringan.

2.

Perlu dilakukan simulasi pengoperasian


jaringan air bersih menggunakan program
EPANET 2.0 untuk memperoleh kondisi
ideal akan perlu dicapai pada sistem
jaringan air bersih Perumnas Jeulingke.
Diperlukan perhatian yang serius dari pihak

pelaksana penyediaan air bersih dalam mengatasi


permasalahan jaringan distribusi air bersih di
Perumnas Lingke dikarenakan masih adanya pipapipa rusak dan koneksi-koneksi ilegal yang
menyebabkan kehilangan air yang tidak terdeteksi.

156 -

Volume 1, No. 1, Agustus 2012

DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
DV. 2007. Analisa Kinerja Sistem
Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan
Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi
Kasus Perumnas Banyumanik Kel. Srondol
Wetan). Tesis. Semarang. Program Pasca
Sarjana Magister Teknik Sipil Universitas
Diponegoro.
Apriadi, 2008.
Pelayanan PDAM Way Rilau
Berdasarkan Pendapat Pelanggan di Kota
Bandar Lampung. Laporan Tesis. Semarang.
Program Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota Universitas Diponogoro.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
PU, 2006. Pedoman /Petunjuk Teknik dan
Manual, Bagian : 6 Volume VI Petunjuk Teknik
Air Minum Perkotaan. Jakarta: Departemen PU.
Mayangsari, M., 2007. Pemodelan Jaringan
Distribusi Air Bersih Kota Bandung. Skripsi.
Bandung: Universitas ITB.
PDAM Tirta Daroy, 2005. Coorporate Plan 20012005 Revisi keempat. Kota Banda Aceh.
Howard et al.,1985. Environmental Engineering.
New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company
Ltd.
Restu, A., 2003, Analisa Pelayanan Jaringan Air
Bersih PDAM di Kampung Pesaten Kelurahan
Rejomulyo Semarang. Tesis. Semarang:
Program Magister Teknik Sipil Universitas
Diponegoro.
Setia, P., 2008. Pemodelan Pengembangan Jaringan
Distribusi Air Bersih PDAM Bandung. Skripsi.
Bandung: Universitas ITB.

Potrebbero piacerti anche