Sei sulla pagina 1di 152

OTORHINOLARYNGOLOGY

Imaging
Waters
Schedel
Schuller
Towne
Caldwell
Rhese
Stenver

Ear
Otitis Externa
Malignant OE
Keratosis
Obturans
Miringitis Bulosa
Herpes Zooster
Oticus
Celulitis
&Erisipelas
Perichondritis
Othematom
Pseudokista
Cerumen Prop
Otomycosis
Preauricular
fistule
OMA
Mastoiditis
Labyrinthitis
OMSK
Otosclerosis
Aerotitis
Px pendengaran
Ototoxic Drug
Vertigo

Nose
Rhinitis Alergi
Rhinitis Non
Alergi
Rhinosinusitis
Epistaksis
Polip hidung
Nasal Foreign
Bodies

Throat
Tonsillitis
Tonsillectomy
Infiltrat Peritonsil
Abses Peritonsil
Angina Ludwig
LPR
Laryngitis
Laryngomalasia
Epiglotitis Akut
Vocal nodule
Massa lain pita
suara
Achalasia

Others
Malignancy in ENT
Airway
Obstruction

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Waters view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Schedel PA & Lateral View

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Schuller view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Townes view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Caldwells view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Rhese/ Oblique view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
PA
sinus frontal
PA
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal,
maxillarydan
ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters

Stenver view

Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal

arkus

Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal,dan ethmoidal
Schuller

Mastoid lateral

Towne

Dinding
posterior
maksilaris

Caldwell

Sinus frontalis

Rhese/
oblique

Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita

Stenver

Seluruh bagian mastoid

sinus

BACK

EAR

BACK

EAR

BACK

OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang tersumbat.
Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
TRAUMA ABRASION / MACERATION STAPHY. SP (DM)
INFECTION SPONTANEUS / RECURRENCY

Otitis eksterna difusa (swimmers ear)


Penyebab: Pseudomonas (usually), Staph albus, E. Coli.
Mengenai seluruh CAE, menyebabkan penyempitan kanal
Manipulasi liang telinga hilangnya lapisan lemak muara kelenjar
terbuka resorbsi cairan dari luar oedem sekresi kelenjar sebacea
& sudorifera permukaan kulit kering rasa gatal pada liang telinga
ingin menggaruk & laserasi kulit mempermudah invasi kuman
(Mawson 1974 )

Terapi OE
Furunkulosa/Sirkumskripta

Difusa

Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium


infiltrat diberikan salep ikhtiol atau antibiotik
dalam bentuk salep seperti polymixin B atau
basitrasin. (PPM Puskesmas)

Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan


tampon yang mengandung antibiotik ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Pilihan
antibiotika yang dipakai adalah campuran
polimiksin B, neomisin, hidrokortison dan
anestesi topikal. (PPM Puskesmas)

Kebanyakan furunkel direabsorpsi secara


spontan, namun jika dalam 24-48 jam bisulnya
belum pecah maka dilakukan insisi dan
drainase
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada
orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per
kg BB.
Topical antibiotics usually contains boric or acetic acid to decrease pH of the canal
neomycin, actives againts gram negative bacteria ex: Proteus sp., Klebsiella sp., and E.coli.
polymyxin B or E, active againts Pseudomonas sp., E. coli, and Klebsiella sp.
gentamicin, actives againts Pseudomonas sp.
newer quinolon preparations of ciprofloxacin and ofloxacin appear to equally efficacious in
controlling acute otitis externa

Malignant Otitis Eksterna


(Necrotizing OE)

Merupakan komplikasi Otitis


eksterna bakterial infeksi
menginvasi lebih dalam
mengenai katilago, jaringan
lunak dan tulang Selulitis,
chondritis, dan osteomyelitis
Sering terjadi pada penderita
diabetes, usia tua atau
imunokompromised
95% kasus disebabkan oleh
P.aeruginosa
Dapat mengenai saraf kranial
terutama nervus VII
meskipun dapat juga
mengenai nervus kranial yang
lain kecuali nervus I, III, IV
Kematian jika terjadi
trombosis sinus lateralis

Manifestasi Klinis:
Severe otalgia extend
to
temporomandibular
joint pain at
chewing
Purulent otorrhea
Cranial nerve
paralysis, most often
facial nerve paralysis
Terapi: antibiotik dan
debridement agresive
For adults,
ciprofloxacin (400 mg
intravenously [IV]
every 8 hours; 750 mg
orally every 12 hours)
remains the antibiotic
of choice

BACK

Keratosis Obturans
Penumpukan epitel skuamous dalam jumlah besar yang
susah di keluarkan
Sering terjadi pada usia muda
Akibat kegagalan migrasi sel epitel ke arah luar

Menyebabkan erosi tulang sirkumferensial


Manifestasi Klinis: tuli konduktif, nyeri, liang telinga lebih
luas, sekret telinga berkurang
Tx: aural drops, campuran dari alkohol/ gliserin dalam H2O2,
3x seminggu

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.


Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

BACK

Miringitis Bulosa
Infeksi pada membran timpani terkait dengan
kejadian OMA, yang dikarakteristikkan dengan onset
cepat, nyeri sekali, dan ukuran bula yang bervariasi
pada membran timpani dan struktur tulang sekitar
kanalis
Terjadi pada 5% kasus OMA anak usia di bawah 2 tahun

Penyebab: virus, Mycoplasma, dan bakteria

Bula cairan serosa dan hemoragic

Tx: Sama dengan terapi OMA tanpa disertai bullae

BACK

Herpes Zooster Oticus


The virus stays dormant in the sensory ganglia
(geniculate ganglion) & reactivates under conditions of
decreased immune competence.
The virus causes blisters on the auricle, the EAC, even on
the lateral surface of the tympanic membrane.
Involvement of the facial & cochleovestibular nerves
facial palsy, with or without hearing loss & dizziness
Ramsay Hunt syndrome.
Mostly self-limiting.
Pharmacologic Treatment
Acyclovir 5x800mg 7-10 hari
Valacyclovir 3x1000mg 7hari
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Cellulitis & Erysipelas of the


Auricle
CELLULITIS
Penyebab: Staphylococcus or Streptococcus, Pseudomonas (jarang).
Involves the deeper dermis and subcutaneous fat
Clinical manifestation : Skin erythema, edema, warmth
Faktor resiko : Infeksi bakteri aurikula abrasi, laserasi atau ear
piercing
Pilihan antibiotik : Amoxicillin, Clindamycin, Cefadroxil, Dicloxacillin

ERYSIPELAS
Penyebab: group A -hemolytic Streptococcus
Erysipelas has more distinctive anatomic features than cellulitis;
erysipelas lesions are raised above the level of surrounding skin, and
there is a clear line of demarcation between involved and
uninvolved tissue
Pilihan antibiotik : Penicillin, Amoxicillin, Erythromycin

Perichondritis & Chondritis


Perichondritis / chondritis a bacterial infection of
perichondrium or cartilage of the auricle.
Etiologi: inadequately treated auricular cellulitis, acute
otitis externa, accidental or surgical trauma, or multiple ear
piercing in the scapha.
Sign: painful, red, swollen & drains serous - purulent
exudates. Extend to the surrounding soft tissues of the face
& neck. Usually ear lobe still intact (uninvolved)

The most common pathogen: Pseudomonas sp.

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Auricular Hematoma
Etiologi: Trauma langsung pada auricula anterior dan merupakan
cedera fasial yang sering terutama pada pegulat.
Trauma mengakibatkan terlepasnya perikondrium dan kartilagonya
Hal ini mengakibatkan pecahnya pembuluh darah perikondrium dan
terbentuknya hematoma

Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan
oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga
Manifestasi Klinis :
Biasanya asymptomatic
Rasa tidak nyaman
Tidak ada atau minimal tanda inflamasi

Diagnosis didasarkan pada temuan klinis dan tidak


adanya bukti infeksi
Terapi : Insisi drainase diikuti pressure dressing atau
compression suture therapy

Cerumen Prop
Ear wax mixture of secretions of the ceruminose & pilosebaseus
glands, squames of epithelium, dust & other foreign debris located in
the cartilaginous portion of the ears canal.

Faktor Risiko

1. Dermatitis kronik liang telinga luar


2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Kebiasaan mengorek telinga

Tanda dan Gejala:

Hearing impairment (deafness) CHL


Earache
Reflex cough
Fullness in the ear
Tinitus vertigo

Penatalaksanaan
Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.

Indikasi untuk mengeluarkan serumen


Sulit untuk melakukan evaluasi membran timpani
Otitis eksterna
Oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli konduktif.

Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bila


terdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif
merupakan kontraindikasi dari suction
Serumen dianjurkan dikeluarkan setiap 6-12 bulan sekali

Otomycosis
Overview
Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
Mikosis pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri

Gejala

Gatal
Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai,
Kurangnya pendengaran,
Rasa penuh pada telinga

Aspergillus niger:
Newspaper mass
like appearance

Faktor Resiko

Cuaca yang lembab,


Ketiadaan serumen,
Instrumentasi pada telinga,
Olah raga air
Status pasien yang immunocompromised ,
Peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal.

Candida sp :
Cotton wool
appearance

Pemeriksaan penunjang
Preparat langsung :
skuama dari kerokan kulit
liang telinga diperiksa dengan
KOH 10 % hifa-hifa lebar,
berseptum, dan dapat
ditemukan spora-spora kecil.
Pembiakan :
Skuama dibiakkan pada media
Agar Saboraud, dan
dieramkan pada suhu kamar.
Koloni akan tumbuh dalam
satu minggu.

Manajemen
Ear toilet
Obat anti jamur topikal
Nystatin efektif untuk
Candida sp.
Miconazole efektif utk
Aspergillus sp.
Asam asetat 2 % dalam alkohol
sebagai keratolytic
Jaga telinga tetap kering dan
cegah manuver2 pada telinga

1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.

Preaurikular fistule
Adanya lubang kecil di depan auricula (crux helix)
Akibat tidak tertutupnya sulcus brachialis II lubang yang berlanjut sebagai
saluran pendek/panjang, dpt sampai kavitas tympani atau faring, dibatasi epitel
sehingga dari lubang dapat keluar hasil deskuamasi epitel
Bila lubang tetap terbuka tidak ada gangguan

Bila lubang tertutup kista atau abses


Pembengkakan hiperemis, purulent, tidak ada elemen mukoid krn bukan mukosa

Pemeriksaan radiologik : Fistulografi


Bila terjadi abses, incisi pada lubang, jangan tegak lurus, karena
bisa terbentuk sikatrik, rekurensi tinggi, sehingga harus
ekstirpasi

OTITIS MEDIA AKUT

The presence of inflammation


in the middle ear accompanied
by the rapid onset of signs and
symptoms of an ear infection

BACK
BACK

BACK
BACK

OTITIS MEDIA AKUT


Acute

<3 minggu
Subacute :
3 minggu 2
bulan
Chronic
> 2 bulan

BACK

Faktor Resiko
Patient Factors

Environmental Factors

Prematurity and low birth weight

Day care

Young age

Crowded living conditions

Early onset
Family history
Race Native American, Inuit, Australian
aborigine
Altered immunity
Craniofacial abnormalities

Low socioeconomic status


Tobacco and pollutant exposure
Use of pacifier
Prone sleeping position

Neuromuscular disease

Fall or winter season

Allergy

Not breastfed, prolonged bottle use


(AAP, 2004)

BACK

Stadium
Oklusi

Stadium
Hiperemis /
Presupuratif

Stadium
Supuratif

Stadium
Perforasi

Stadium
Resolusi

Patofisiologi

Fungsi tuba
terganggu,
terbentuk tekanan
negatif di telinga
tengah, memicu
terjadinya efusi
dan retraksi
membran timpani

Patogen masuk ke
telinga tengah,
terjadi respon
inflamasi di telinga
tengah

Pus yang terbentuk


di telinga tengah
semakin banyak
sehingga tekanan
di telinga tengah
meningkat

Tekanan
semakin
meningkat
mengakibatkan
rupturnya
membran
timpani

Fase
penyembuhan,
penutupan
kembali
membran
timpani

Symptoms

Penurunan
pendengaran
Sensasi penuh
di telinga
Tidak ada
demam

Nyeri telinga
berkurang
Anak-anak :
lebih tenang
Demam
berkurang
Keluar cairan
dari telinga

Membran
timpani
retraksi,
tampak suram
Tes penala :
Tuli konduktif

Membran timpani
tampak hiperemis
dan kongesti

Membran
timpani
tampak
perforasi
Tampak
discharge
dari telinga
tengah

Signs

Nyeri telinga
Penurunan
pendengaran
Demam tinggi

Nyeri telinga
semakin
memberat
Anak anak:
semakin rewel
Demam

Membran timpani
tampak menonjol
(bulging) dan
hiperemis

Cairan dari
telinga
berkurang
Penurunan
pendengaran

Edem
mukosa
berkurang
Discharge
berkurang
Perforasi
semakin
menutup

Terapi

Stadium
Oklusi

Stadium
Hiperemis /
Presupuratif

Stadium
Supuratif

Stadium
Perforasi

Stadium
Resolusi

Perbaiki fungsi
tuba :
tetes hidung HCl
efedrin 0,5-1%
(atau
oksimetazolin
0,025 0,05%)

Antibiotik 10 -14
hari:
Ampisilin : Dewasa
500 mg 4 x sehari;
Anak 25 mg/KgBB
4 x sehari atau
Amoksisilin:
Dewasa 500 mg 3 x
sehari; Anak 10
mg/KgBB 3 x
sehari atau
Eritromisin :
Dewasa 500 mg 4 x
sehari; Anak 10
mg/KgBB 4 x
sehari

Miringotomi
(kasus rujukan)
dan pemberian
antibiotik.
Antibiotik yang
diberikan:
Amoxyciline
Erythromycine
Cotrimoxazole

Sekret tenang
observasi

Obat cuci
telinga
H2O2 3%
selama 3-5
hari
Antibiotik
adekuat
yang tidak
ototoksik
seperti
ofloxacin
tetes telinga
sampai 3
minggu

OTITIS MEDIA AKUT


Pengobatan Operatif
1. Myringotomy

Insisi kecil melubangi gendang


telinga
Fungsi: mengeluarkan cairan
dari telinga dalam dan
menghilangkan rasa sakit.
Terkadang dibuat dua insisi
pada membran timpani (opencan):
daerah anteroinferior dan insisi
kedua di daerah anterosuperior,
untuk mengaspirasi sekret yang
tebal seperti lem (glue ear)

Indications :

Bimbel UKDI MANTAP

Suppurative stage: extreme


pain, bulging
Impending intracranial
complications
Perforated AOM with
insufficient drainage
Secretory AOM
Hemotimpanum
Unresolutive AOM

(Bhargava, 2002)

OTITIS MEDIA AKUT


2. Pemasangan Tube Ventilasi
(Grommets tube)

Tube ventilasi ini dipasang


sifatnya sementara,
berlangsung 6 hingga 12
bulan di dalam telinga
hingga infeksi telinga bagian
tengah membaik dan
sampai tuba Eustachi
kembali normal.

3. Terapi pembedahan (operatif)

faktor predisposisi (+) mungkin dibutuhkan


adenoidektomi, tonsilektomi
dan mencuci (membersihkan)
sinus maksillaris

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

OTITIS MEDIA AKUT


Komplikasi
Intra-temporal
complications:

Mastoiditis
Petrositis
Labyrinthitis
Facial nerve
paralysis

Intra-cranial
complications:
extradural
abscess
brain abscess
subdural abscess
sigmoid sinus
thrombophlebitis
otic
hydrocephalus
meningitis

BACK

Mastoiditis
Inflammation of the mastoid air cells
. of the
temporal bone
Acute mastoiditis
associated with AOM.

Chronic mastoiditis
most commonly associated with Chronic suppurative
otitis media (OMSK) and particularly with
cholesteatoma formation

Sign and Symptoms


Fever, otalgia, pain behind ear, swelling, redness, ear
discharge

BACK

Labyrinthitis
Labyrinthitis is an inflammatory disorder of the inner ear, or labyrinth
Etiology
Viral
Prenatal : Rubella, CMV
Postnatal : Mumps, measles, varicella zooster
Bacterial
Potential consequence of meningitis or otitis media. Labyrinthitis is the most common
complication of otitis media, accounting for 32%

Clinical Presentation
Vertigo
Hearing loss,
Otitis media-induced labyrinthitis: mixed hearing loss
Viral labyrinthitis : SNHL
Tinnitus
Fever
Otalgia
Facial weakness

BACK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Radang kronis telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan riwayat keluarnya secret
dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terusmenerus atau hilang timbul.
Secret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah

OMSK : OMA + Perforasi memb. tympani > 2


bulan

Biasanya OMSK akibat


campuran bakteri aerob dan
anaerob:
Aerobic: Pseudomonas
aeruginosa, Staph. aureus
and epidermidis, proteus
species, klebsiella, and E.
coli
Anaerobic:
prevotella and
porphyromonas, anaerobic
Streptococci, Bacteroides
fragilis.

OMSA : OMA + Perforasi memb. tympani < 2


bulan

BACK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Faktor- faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK:

Terapi terlambat diberikan


Terapi tidak adekuat
Virulensi kuman tinggi, infeksi persisten
Daya tahan tubuh pasien rendah, gizi kurang
Higiene buruk
Gangguan fungsi tubuh oleh ISPA, obstruksi parsial/total retraksi
membrane timpani
Perforasi membrane telinga persisten
Aerasi telinga tengah/mastoid yang mengalami obstruksi
Skuestri atau osteomyelitis
Alergi
ISPA dengan sepsis atau obstruksi (adenoid, tonsillitis kronis, sinusitis)

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Patophysiology
Ekstrinsik,
intrinsik

gangguan
fungsi tuba

obstruksi

retraksi
membrane
timpani

jika ada infeksi


menjadi
eksudat

transudat

resorbsi udara

tekanan
negative

OMSA

jika ada faktor


risiko,
berlangsung lebih
dari 2 bulan

OMSK

perforasi

BACK

Safe

Dangerous/Unsafe

Central

Attic or marginal

Intermiten
Mukopurulen/purulen
+/Putih/kekuningan
Jarang
Banyak

Kontinu
Selalu purulent
+
Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Bisa ada darah
Sedikit
Tidak berpengaruh

Polyp

Jarang

Sering

Kolesteatoma

Sangat jarang

Hampir selalu ada

Tuli

Konduksi ringan sampai


sedang

Konduksi atau mix Ringan


sampai berat

Complication

Sangat jarang

Sering

Radiograph mastoid

Seluler or sklerotik

Sklerotik with erosi

Perforasi
Discharge

Frekuensi
Mukus
Bau tidak enak
Warna
Berdarah
Volume
Hubungan
dengan URTI

BACK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Prinsip Terapi
OMSK benigna : konservatif atau medikamentosa
Sekret aktif :
Aural toilet H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah berkurang tetesi antibiotik lokal yang non ototoksik maksimal 2
minggu.
Berikan pula antibiotik oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima

Sekret tenang:
Observasi selama 2 bulan
Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti

OMSK maligna : pembedahan


Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, dilakukan insisi abses
sebelum mastoidektomi
Terapi medikamentosa hanyalah sementara sebelum pembedahan
(BUKU AJAR THT FK UI)

Otosclerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik

Terjadi bilateral, perempuan lebih sering, usia 11-45 tahun

Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang mempengaruhi faktor keturunan dan
gangguan sirkulasi pada stapes
Gejala dan tanda klinis

Penurunan pendengaran progresif


Tinnitus dan Vertigo
Membran timpani kemerahan akibat pelebaran pembuluh darah pada promontorium (Schwartes sign)
Pasien merasa pendengaran lebih baik pada ruang bising (Paracusis Willisi)

Terapi
Stapedektomi, stapes diganti bahan prostesa
Bimbel UKDI MANTAP
Pemberian Alat Bantu Dengar (ABD)

BACK

Otosclerosis

Aerotitis (Barotrauma)
Disebabkan perubahan tekanan telinga tengah menjadi negatif dalam
waktu cepat
Mukosa tuba bersifat one way ball valve
Saat take off tekanan telinga tengah > lingkungan luar masih dapat
terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah
Saat landing tekanan telinga tengah < lingkungan luar Retraksi
membran timpani & resiko hemotympanum dan efusi

Pencegahan:
Preflight dose of a 12 hour vasoconstricting nasal spray like oxymetazoline
Oral decongestant
Gum chewing while landing

BACK

Pemeriksaan Pendengaran
1. Sound resources receiver
organ
2. Physical energy conversion
nerve impuls
3. Nerve impuls hearing
cortex

Objektif
Audiometri Impedans
OAE (Otoacoustic Emission)
BERA (Brainstem Evoked
Response Audiometry)

Subjektif
Tes Bisik
Tes Garpu Tala
Audiometri Nada Murni
Audiometri Nada Tutur

BACK

Tes Pendengaran Objektif


Audiometri Impedans
Terdiri dari pemeriksaan fungsi 3 komponen :
Timpanometri, Refleks stapedius, Tuba Eustachius

OAE (Otoacoustic Emissions)


Tes ini mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh sel
rambut luar saat distimulus oleh suara
Sering dipakai untuk screening pendengaran pada bayi
baru lahir

BERA (Brainstem Evoked Response


Audiometry
Menggunakan elektroda yang dipasang di kepala, tes ini
mendeteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak
(brain pathway)
Pasien diperiksa saat sedang tenang atau tidur
Dapat digunakan juga untuk screening bayi baru lahir

Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala

Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)

Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa


mengucapkan materi tes.
Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak
melihat bibir pemeriksa (pemeriksa berdiri
sekitar 0.6m dibelakang pasien)
Syarat :
1. Ruangan cukup sepi, kebisingan
maksimal 40 dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
3. Materi tes disiapkan, diusahakan
memakai perkataan
yang digunakan sehari-hari.
4. Pemeriksa harus terlatih mengucapkan
materi tes.

BACK

Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

TES RINNE

Tes Garputala

TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)

TES SCHWABACH
Garpu tala 512 HZ!!!

BACK

TES
TUJUAN

RINNE

WEBER

SCHWABACH

AC VS BC

BC Ka VS Ki

BC Px VS Pasn

Bimbel UKDI MANTAP

Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala

Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)

BACK

Audiogram

Tinta merah untuk telinga kanan, dan


tinta biru untuk telinga kiri
Hantaran udara (Air Conduction = AC)
Kanan = O
Kiri = X
Hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)
Kanan = C
Kiri =
Hantaran udara (AC) dihubungkan
dengan garis lurus (
)
dengan menggunakan tinta merah untuk
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri
Hantaran tulang (BC) dihubungkan
dengan garis putus-putus ( - - - - - - - - )
dengan menggunakan tinta merah untuk
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri

Audiogram Normal (Telinga Kanan) :


AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone
gap

Bimbel UKDI MANTAP

Tuli Konduktif
BC normal atau kurang dari 25 dB
AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat air-bone
gap

Tuli sensori neural


AC dan BC lebih dari 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada airbone gap
Tuli Campur
BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC, terdapat airbone gap

Disebut terdapat air-bone gap apabila


antara AC dan BC terdapat perbedaan
lebih atau sama dengan 10 dB,
minimal pada 2 frekuensi yang
berdekatan.

Bimbel UKDI MANTAP

Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
Tes Garputala
Audiometri Nada Murni
(Pure tone audiometry)

1.
2.

Audiometri Nada Tutur


(Speech audiometry)

3.

4.

Impedance Audiometri

Kata-kata sumber bunyi


Kegunaan :

Mengetahui jenis & derajat ketulian


Mengetahui lokasi kerusakan rantai
pendengaran
Mengetahui kenaikan ambang
pendengaran post-timpanoplasti
Untuk pemilihan hearing aid

SRT Speech Reception Threshold menirukan secara


betul kata-kata yang disajikan sebanyak 50%.
SDS Speech Discrimination Score Diperoleh dg
intensitas antara 25 40 dB diatas titik SRT
menirukan jumlah kata disajikan antara 90 100%.

BACK

PB List Speech Audiometry

Tuli Sensorineural Koklea


Gejala klinis
Penurunan pendengaran progresif, simetris
Tinnitus nada tinggi
Pasien dapat mendengar suara percakapan tetapi sulit memahaminya, terutama bila diucapkan dengan
latar belakang bising (Cocktail party deafness)
Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga akibat faktor kelelahan (recruitment)

Diagnosis
Tes penala didapat tuli sensorineural
Pemeriksaan audiometri nada murni didapat hasil tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris
Pemeriksaan audiometri nada tutur menunjukkan gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination)

PRESBIKUSIS
Tuli sensorineural
Usia > 65 tahun
Bilateral
Akibat proses degenerasi

NOISE INDUCED HEARING LOSS


Akibat pajanan bising yang cukup keras dalam
waktu yang cukup lama
Pemeriksaan audiometri nada murni didapat tuli
sensori neural pada frekuensi 3000-6000 Hz,
terberat pada 4000 Hz
Pencegahan dengan mengusahakan bising < 85dB
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Presbycusis

Gradually slopping downward pattern


Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Noise Induced Hearing Loss

Noise notch at 4000 Hz


Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Ototoxic Drug
Kerusakan yang ditimbulkan

Aminoglikosida

(Streptomisin,
Degenerasi stria vaskularis
Terjadi pada hampir semua obat Neomisin, Kanamisin
Gentamisin)
ototoksik
Degenerasi sel epitel sensori pada
organon corti dan labirin
Loop Diuretic
vestibular. Pada penggunaan
(Furosemide,
aminoglikosida
bumetanide,
Degenerasi sel ganglion
ethycrinic acid)
Sekunder akibat degenerasi sel
epitel sensori
Anti Malaria
(Kina dan Klorokuin)

Bimbel UKDI MANTAP

Eritromisin

Anti inflamasi
(Salisilat dan aspirin)

Anti Tumor
(Cisplatin
Karboplatin)

BACK

Vertigo
Vertigo adalah perasaan penderita merasa dirinya atau dunia berputar
Otologi
24-61% kasus
Benigna
Paroxysmal
Positional
Vertigo (BPPV)
Meniere
Desease
Parese N VIII
Uni/bilateral
Otitis Media

Neurologik

Interna

23-30% kasus
Gangguan
serebrovaskuler
batang otak/
serebelum
Ataksia karena
neuropati
Gangguan visus
Gangguan
serebelum
Gangguan
sirkulasi LCS
Multiple
sklerosis
Malformasi
Chiari
Vertigo servikal

+/- 33% karena


gangguan
kardio vaskuler
tekanan darah
Aritmia kordis
Penyakit
koroner
Infeksi
< glikemia
Intoksikasi
Obat: Nifedipin,
Benzodiazepin,
Xanax,

Psikiatri
> 50% kasus
Klinik dan
laboratorik :
dbn
Depresi
Fobia
Anxietas
Psikosomatik

Fisiologi
Melihat dari
ketinggian

BACK

Jenis Vertigo
Gejala

Vertigo Perifer

Vertigo Sentral

Onset

Mendadak

Tersembunyi

Intensitas

Berat

Ringan -Sedang

Munculnya

Episodik

Konstan

Durasi

Singkat

Panjang

Eksaserbasi posisi

Berat

Ringan

Nistagmus

Horizontal atau torsional

Vertikal, horizontal,
torsional

Romberg- test mata


Terbuka
Tertutup

Normal
Abnormal

Abnormal
Abnormal

Gejala Neurologis

Jarang

Sering

Vertigo perifer

Bimbel UKDI MANTAP

Vertigo sentral

Bimbel UKDI MANTAP

BPPV
KRITERIA DIAGNOSIS BPPV:
a. Recurrent vestibuler vertigo
b. Duration of attack always < 1 minute
c. Symptoms invariably provoked by the following
changes of head position:
- lying down or
- turning over in the supine position
- or at least 2 of the following manouvres:
- reclining the head
- rising up from supine position
- bending forward
d. Not attributable to another disorder

(Brevern et al., 2007)

DIX-HALLPIKE MANEUVER

D
I
A
G
N
O
S
I
S

Bimbel UKDI MANTAP

a. Reclined head hanging 45 degree


turn

b. Rotate 45 degrees contralateral

EPLEY

d. Keep head
turn and to
sitting
e. Turn
forward chin
down 20
degrees

c. Head and body rotated to 135 degrees


from supine
Bimbel UKDI MANTAP

SEMONT

BRANDT & DAROFF


EXCERCISES

Bimbel UKDI MANTAP

Meniere disease
Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum
Trias Meniere :
Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
Tinnitus
Tuli sensorineural terutama nada rendah

Px penunjang :
Tes Gliserin Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah diperiksa
tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila menunjukan
perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa
Terapi : Simtomatik vertigo, diuretik, pengaturan diet (hindari garam, coklat,
kafein)

Vertigo
Terapi Simptomatik
1. Anti kolinergik

2.

Simpatomimetika

3.

Sulfas Atropin : 0,4 mg/im


Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

Menghambat aktivitas nukleus vestibuler


a. Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam
iii. Flunarizin
iv. Betahistine
b. Sedatif
i. Phenobarbital: 15-30 mg/ 6 jam
ii. Diazepam: 5-10 mg
iii. Chlorpromazin (CPZ): 25 mg
Bimbel UKDI MANTAP

NOSE

Klasifikasi

seasonal
Waktu
timbulnya

perennial

Alergi
WHO
ARIA
Viral
Rhinitis
Rhinitis

Sifat
berlangsungnya

Berat/ringannya
Moderatesevere

Vasomotor rhinitis
Rhinitis Medicamentosa

Rhinitis during pregnancy


NARES
Rhinitis atrofi
Bimbel UKDI MANTAP

Persistent
Mild

Occupational
Rhinitis

Non
Alergi

Intermitten

Bailey, 2006 et CMDT,

Rhinitis Alergi
Rhinitis
alergi
adalah
penyakit
inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya
sudah
tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik terkait. (Von Pirquet,
1986)
Kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinorea, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantai oleh
IgE. (WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its
Impact on Asthma) tahun 2007)

BACK

Dikategorikan berdasar munculnya gejala:


Seasonal Allergic Rhinitis (SAR)/hay fever, polinosis/rino
konjungtivitis: gejalanya muncul krn trigger yang musiman,
biasanya pada negara 4 musim. Alergen: serbuk sari, spora
jamur
Perennial Allergic Rhinitis (PAR): gejala muncul hampir
sepanjang tahun. Alergen yang sering inhalan (indoor atau
outdoor) dan alergen ingestan

BACK

How to diagnose?
Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang

Serangan bersin
berulang
Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata
yg gatal
Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
Riwayat alergi

BACK

Diagnostic of Allergic Rhinitis


Symptoms suggestive of allergic
rhinitis

2 or more of the following symptoms


for >1 h on most days
Watery rhinorhea
Sneezing espicially paroxysmal

Nasal Obstruction
Nasal pruritus
Conjunctivitis

Classify and assess severity

Symptoms usually not associated with


allergic rhinitis

Unilateral symptoms
Nasal obstruction without
other symptoms
Mucopurulent rhinorhea
Posterior rhinorhea
with thick mucus
and no anterior
rhinorhea
Pain
Recurrent epistaxis
Anosmia

Refer the patient

Etiologi Rhinitis Alergi


Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 yang
terjadi akibat paparan alergen. Berdasarkan cara masuknya alergen
dibagi atas:

Alergen
inhalan

masuk bersama dengan udara pernapasan


misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel, dan bulu
binatang serta jamur.

Alergen
ingestan

masuk ke saluran cerna berupa makanan seperti susu,


telur, coklat, ikan, udang.

Alergen
injektan
Alergen
kontaktan

masuk melalui suntikan atau tusukan

masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misal


bahan kosmetik atau perhiasan
Bimbel UKDI MANTAP

Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang

Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah,


livid, sekret encer yang banyak
Gejala spesifik pada anak:
Allergic shinner: stasis vena o/k obstruksi
hidung
Allergic sallute: gerakan gosok hidung
Allergic crease: garis melintang dorsum nasi
1/3 bawah
Facies adenoid: karena mulut sering terbuka
Cobblestone appearance: dinding post faring
granuler dan edema
Geographic tongue

BACK

Allergic Shiner

Facies adenoid

Cobblestone Appearance

Geographic tongue

Allergic Salute

Allergic Crease

BACK

Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang

Pemeriksaan
sitologi hidung,

berguna sebagai pelengkap. Jika ditemukan eosinofil


meningkat, menunjukan kemungkinan alergen berasal
dari alergen inhalan.

Hitung eosinofil
darah tepi,

dapat normal atau meningkat

Pemeriksaan IgE
total

dengan metode prist-paper radio immunosorbent test,


RAST, atau ELISA.

Uji kulit

uji intrakutan tunggal atau serial (Skin End-Point Titration/SET), uji cukit
(prick test)
uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan
menyuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya. Keuntungannya adalah selain menentukan alergen
penyebab juga dapat menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi.

BACK

BACK

Medikamentosa
1. H1-antagonist,
generasi 2:
2. Decongestant
3. Steroid
4. Leukotriene
inhibitor

- Cetirizine 10mg, 1x1


- Loratadine 10mg, 1x1

Nasal: Phenylephrine 0,5% 4x2 tetes/hari (max 3-4 hari)


Sistemik: Pseudoepehdrine 60mg, 2x1

- Fluticasone spray
- Mometasone spray

- Zafirlukast

BACK

Rhinitis non alergi


Rhinitis iritatif-toksik (occupational):
Iritan secara airborne (pelarut, bahan kimia, asap rokok) dan agen
toksik

Rhinitis hormonal:
Banyak pd saat hamil -> estrogen terbukti meningkatkan asam
hyaluronat yg membuat edema dan nasal congestion. Estradiol dan
progesteron juga meningkatkan jumlah reseptor H1 shg membuat
nasal congestion. Rhinitis paling berat biasanya terjadi pada trimester
kedua dan ketiga

Drug-induced rhinitis (Rhinitis Medikamentosa):


Using over-the-counter topical vasoconstrictive nasal sprays
prolonged periods leads to rebound rhinitis severe obstruction as
Bimbelsubside.
UKDI MANTAP
the effects of the topical agents

Rhinitis non alergi


Rhinitis vasomotor (idiopathic):
Diagnosis ditegakkan jika sdh menyingkirkan sebab alergi dan
non-alerginya. Bisa dengan atau tanpa rhinorrhea. Rhinitis
vasomotor merefleksikan ketidak- seimbangan antara parasimpatis
dan simpatis shg muncul capillary leakage dan hipersekresi
glandula. Biasa pada pasien usia >60 thn. Dibagi menjadi tipe
runner, sneezer, dan blocker

Non-allergic rhinitis with eosinophilia (NARES):


Etiologi masih blm diketahui. Menunjukkan gejala bersin terusmenerus, profuse watery rhinorrhea, gatal di hidung, hidung
tersumbat, dan hyposmia dengan tes alergi negatif dan jumlah
eosinofil > 25% pada nasal smear.
Bimbel UKDI MANTAP

Rhinitis
alergi
Rhinitis non
alerginon
contd
Viral rhinitis:
Very common and often associated with other
manifestations of viral illness, which can include
headache, malaise, body aches, and cough.
Nasal drainage in viral rhinitis is most often
clear or white and can be accompanied by nasal
congestion and sneezing

Rhinitis atrophy (ozaena):


Infeksi hidung kronis, adanya atrofi progesif
pada mukosa dan tulang konka mukosa
hidung menghasilkan sekret yang kental dan
cepat mengering terbentuk krusta yang
berbau busuk
Patogen : Klebsiella ozaena
Bimbel UKDI MANTAP

Rhinosinusitis
Rinosinusitis peradangan mukosa sinus paranasal &
mukosa hidung (Benninger et al., 2003)

Sinus yang paling sering terkena: sinus ethmoid dan maksilla


Sinus maksilla disebut juga sebagai antrum Highmore,
letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah
menyebar ke sinus sinus dentogen

BACK

Klasifikasi RSK

Rhinosinusitis

Akut

4 minggu

Subakut

4-12 minggu

Kronis

Rekuren

12 minggu

S. Pneumonia
(30-50%), H.
Influenzae
(20-40%), M.
Catarrhalis

S. Aureus
(40%), P.
Aeruginosa
(10-25%), K.
Pneumoniae,
P. Mirabilis,

4x/tahun, setiap episode 7-10 hari,


ada periode sembuh sempurna

Kronik
Perburukan RSK, namun kembali ke
eksaserbasi
baseline setelah terapi
akut Bimbel UKDI MANTAP

Patofisiologi
Edema

ostium KOM
tersumbat dan
cilia tidak dapat
bergerak

tekanan negatif

RSA non
bakterial

bisa self-limiting

transudasi
serosa

Bila menetap

pertumbuhan
bakteri

RSA bakterial

terapi antibiotik

tidak berhasil

Gangguan
patensi ostiumostium sinus dan
mucociliary
clearance

hipertrofi,
polipoid, atau
pembentukan
polip dan kista

mukosa makin
bengkak

inflamasi,
hipoksia, bakteri
anaerob, faktor
predisposisi

BACK

Temuan Objektif

Gejala atau tanda


klinis terus menerus
12 minggu sesuai
dengan kriteria Task
Force 1996

Adanya sekret rongga hidung purulen, polip, atau


pertumbuhan polipoid pada pemeriksaan rhinoskopi (dengan
dekongesti) atau endoskopi
Edema or erythema meatus media pada endoskopi
Erythema, edema, atau jaringan granulasi, baik terlokalisir atau
difus. Bila tidak melibatkan meatus media atau bulla ethmoid,
pencitraan radiologis diperlukan untuk konfirmasi diagnosis
Pemeriksaan pencitraan untuk konfirmasi diagnosis:
- CT scan: mucosal thickening, bone changes, air-fluid levels
- Plain sinus Xray: air-fluid levels atau >5 mm opasifikasi pada
1 sinus

Bimbel UKDI MANTAP

Bailey 2006

CT Scan Coronal
Bimbel UKDI MANTAP
Waters View

XRay

Treatment

Bimbel UKDI MANTAP

Bimbel UKDI MANTAP

Komplikasi
Kelainan orbita

Selulitis orbita
abses subperiosteal
Abses orbital
Optic neuritis
Thrombosis sinus cavernosis

Miscellaneous: mucocele dan


osteomielitis (pott puffy tumor)
Kelainan intracranial
Meningitis
Bimbel UKDI MANTAP
Abses epidural/subduran/cerebral

Epistaksis
Epistaksis anterior
Perdarahan dari arteri
eithmoidalis anterior atau
pleksus kisselbach
Biasanya diawali oleh trauma
atau infeksi
Penanganan awal berupa
penekanan digital selama 1015 menit. Jika perdarahan
terlihat dapat dikauter
Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24 jam

Epistaksis posterior
Perdarahan dimulai dari
arteri ethmoidalis posterior
atau arteri sphenopalatina
Mempengaruhi pasien
dengan hipertensi atau
arteriosklerosis
Terapi: aplikasi tampon
belloq/posterior selama 2-3
hari.

Bimbel UKDI MANTAP

Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam

Bimbel UKDI MANTAP

Bimbel UKDI MANTAP

Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan
yang terdapat pada rongga hidung. Bertangkai
dengan permukaan licin.

Epidemiologi
Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita

Berasal dari kompleks ostio-meatal di meatus media


dan sinus ethmoid
Polip koana
tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
Berasal dari sinus maxillaris
Bimbel UKDI MANTAP
Disebut juga polip antro-koana

BACK

Etiologi Polip Hidung


Inflamasi kronik : Sinusitis Kronis, Rhinitis allergi,
Asma
Fibrosis Kistik
Predisposisi genetik
Disfungsi saraf autonom

Chronic inflammation causes a


reactive hyperplasia of the intranasal
mucosal membrane, which results in
the formation of polyps.
Intoleransi aspirin
The precise mechanism of polyp
formation is incompletely
understood.
Edema Peningkatan tekanan cairan interstitial
sehingga timbul edema mukosa hidung
MedscapeBACK
Bimbel UKDI MANTAP
Intoleransi alkohol

Polip Hidung
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Gejala Utama
Hidung tersumbat
Rinore (dari jernih sampai
purulen)
Hiposmia / Anosmia
Nyeri pada hidung
Sakit kepala

Gejala Sekunder

Bernafas melalui mulut


Suara sengau
Halitosis
Gangguan tidur
Penurunan kualitas hidup

Rhinoskopi anterior massa berwarna pucat,


berasal dari meatus medius dan mudah
digerakkan

Stadium polip(Mackay dan Lund ;1997)


Stadium 1 polip masih terbatas di meatus
medius
Stadium 2 polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak di rongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung
Stadium 3 polip yang masif

Pemeriksaan Penunjang
Naso-Endoskopi
Foto polos SPN (posisi Waters, AP, Caldwell dan
lateral)
CT Scan SPN

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Polip Hidung
Tatalaksana

Medikamentosa
Kortikosteroid

Intranasal rather than oral


corticosteroids should be
used as first-line treatment.
Multiple randomized trials
have found that fluticasone
(200 mcg bid), budesonide
(200 mcg twice daily), and
mometasone (280 mcg
daily) are superior

Operasi
Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
rhinosinustitis kronis yang
tidak membaik dengan terapi
medis maximum
Polipektomi
Etmoidektomi
intranasal/ekstranasal polip
etmoid
Operasi Caldwell-Luc sinus
maxilla

ESS (Endoscopic sinus surgery)

Antileukotriene
Antiallergi
Bimbel UKDI MANTAP
Daily lavage of the sinuses

Melebarkan celah di meatus


media rekurensi berkurang

BACK

Polip Hidung
Prognosis

Komplikasi
Polip antro-koana
Obstructive sleep apnea
Chronic mouth breathing

Cenderung berulang setelah


operasi (jika polip multiple)
pada informed consent perlu
memberitahu pasien tentang
kemungkinan polip berulang
setelah operasi

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Nasal Foreign Bodies


Intranasal foreign
bodies (FBs) occur
most commonly in
young children and
consist of a variety
of inorganic and
organic objects.

Bimbel UKDI MANTAP

Nasal Foreign Bodies


CLINICAL MANIFESTATIONS
History of nasal FB insertion
without symptoms (71 to 88
percent)
Unilateral mucopurulent nasal
discharge (17 to 24 percent)
Foul odor (9 percent)
Epistaxis (3 to 6 percent)
Nasal obstruction (1 to 3
percent)
Mouth breathing (2 percent)

Bimbel UKDI MANTAP

THROAT

Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer
Cincin waldeyer:
tonsil pharyngeal (adenoid)
tonsil palatina (faucial)
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/Gerlachs tonsil)

Rute penyebaran infeksi: airborne droplets,


kontak langsung
Dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Klasifikasi
Viral

Adenovirus, rhinovirus, reovirus, respiratory


syncytial virus (RSV), and the influenza and
parainfluenza virusesEpstein-Barr Virus,
Hemofillus infulenza, Coxschakie

GABHS
Akut
Bakterial

Fungal
Tonsilitis

Other
bacteria

Treponema vincentii and


Spirochaeta denticulata
(Vincent angina),
Corynebacterium
diphtheriae,

Candida albicans

7 or more episodes
of tonsillitis in 1 year

Rekuren
akut

Consider
surgery

5 episodes/y for 2
consecutive years
3 episodes/y for 3
consecutive years

Kronis
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis
akut

penularan mikroorganisme melalui


droplet menginfiltrasi lapisan epitel
jaringan tonsil epitel terkikis reaksi
dari jaringan limfoid superfisial reaksi
radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear terbentuk detritus
(kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan
epitel yang terlepas) mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning

Tonsilitis
kronis

Jika proses radang ini berulang epitel


mukosa dan jaringan limfoid akan terkikis
jaringan parut pengerutan sehingga
kripta tertarik dan melebar drainase
kripta menjadi kurang baik retensi
debris sel menembus kapsul tonsi
perlekatan dengan jaringan di sekitar
fossa tonsilaris.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis Viral
Gejala yang tampak seperti common cold + nyeri tenggorok

Demam, nyeri menelan, sakit tenggorokan, oropharynx


hiperemis, biasanya tanpa eksudat
Coxsackie virus result in herpangina, which presents as
ulcerative vesicles over the tonsils, posterior pharynx, and
palate
Consider infectious mononucleosis due to EBV in an
adolescent or younger child with acute tonsillitis, particularly
when it is accompanied by tender cervical, axillary, and/or
inguinal nodes; splenomegaly; severe lethargy and malaise;
and low-grade fever. A gray membrane may cover tonsils that
are inflamed from an EBV infection. This membrane can be
removed without bleeding.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis Fungal
Oropharyngeal candidiasis
(thrush) often presents in
immunocompromised patients or
in patients who have undergone
prolonged treatment with antibiotics.

On exam:
White cottage-cheese-like plaques over
the pharyngeal mucosa
Plaques bleed if removed with a tongue
depressor
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis Bakterial
GABHS
most common and important pathogen
causing acute bacterial pharyngotonsillitis
most commonly presents in children aged
56
characterized by fever, dry sore throat,
cervical adenopathy, dysphagia, otalgia
(referred pain from n.IX) and odynophagia.
The tonsils and pharyngeal mucosa are
erythematous and may be covered with
purulent exudate; the tongue may also
become red ("strawberry tongue")
Bentuk detritus:
Jelas tonsilitis folikularis
Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur
tonsilitis lakunaris
Melebar membentuk pseudomembrane

BACK

Patients with all four


of the classic
symptoms of Group
A Streptococcal
pharyngitis:

1. pharyngeal or
tonsillar exudate
2. swollen anterior
cervical nodes
3. a history of a fever
greater than 38C
4. absence of cough
a 44% chance
that they will not
have Group A
Streptococcal
pharyngitis.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis Bakterial
Other bacterial
Angina Plaut Vincent (stomatitis
ulseromembranosa), akibat bakteri
spirocheta atau treponema, gejala:
demam, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah
Tonsilitis septik, penyebabnya
Steptococcus hemoliticus, terdapat
dalam susu sapi
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Tonsilitis difteri
Disebabkan oleh bakteri gram
positif Corynebacterium
diphteriae.
Gejala: kenaikan suhu
subfebris, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah,
nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan.
Pemeriksaan fisik: Tonsil
membengkak ditutupi bercak
putih kotor yang melekat erat
dengan dasarnya, mudah
berdarah, infeksi yang menjalar
ke kelenjar limfe bull neck (+)

Terapi

Bimbel UKDI MANTAP

Anti difteri serum 20.000100.000 unit


Antibiotik Penicillin atau
Eritromisin 25-50 mg/kg
dibagi 3 dosis selama 14 hari
Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/
hari
Pengobatan simptomatis
(antipiretik)
Isolasi dan tirah baring
selama 2-3 minggu

BACK

Tonsilitis kronis
Defined by persistent sore
throat, anorexia, dysphagia,
and pharyngotonsillar
erythema.
It is also characterized by the
presence of malodorous
tonsillar concretions and the
enlargement of jugulodigastric
lymph nodes.
The organisms involved are
usually both aerobic and
anaerobic mixed flora, with a
predominance of streptococci.

Pada
tonsilitis
kronis,
permukaan tonsil tampak
tidak rata, tampak pelebaran
kripta, dan beberapa kripta
dapat terisi oleh detritus.

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Grading
Grading disusun berdasarkan rasio tonsil terhadap jarak antar arcus palatoglosus.
Grading pembesaran tonsil adalah:
T0
: tonsil masih berada dalam fossa
tonsilaris

T1

: <25% tonsil menempati orofaring

T2
: 25-<50% tonsil menempati
orofaring
T3

: 50-<75%

T4

: >75%
Bimbel UKDI MANTAP

How to diagnose

Anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang pada
tonsilitis ditujukan
untuk mengetahui
organisme penyebab
dengan kultur dan
mengetahui
sensitivitas terhadap
antibiotik.

Pemeriksaan
penunjang

Pemeriksaan ini
dilakukan terutama
jika Streptococcus
beta hemolitikus
grup A dicurigai
sebagai penyebab.

Kultur organisme
diperoleh dengan
cara mengambil
apusan dari
permukaan tonsil
dan orofaring
posterior, dan
diapus di permukaan
medium agar darah.

Bimbel UKDI MANTAP

Lab darah rutin,


KED, ASTO dapat
dilakukan

Bailey 2006

BACK

Tonsillectomy

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Infiltrat Peritonsil
Infiltrat peritonsil merupakan satu tahap sebelum terjadinya abses. Namun pada infiltrate
jumlah pus belum banyak dan terlokalisir sehingga tidak ditemukan fluktuasi.
Komplikasi dari tonsilitis yang tidak diobati dengan sempurna.
Pada daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar sehingga
bisa terjadi penjalaran pus.
Keluhan: nyeri menelan, trismus, hipersalivasi.
Pada pemeriksaan fisik terlihat: palatum mole membengkak dan uvula bergeser
Terapi: antibiotik, obat kumur dan obat simptomatik.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Abses Peritonsiler
Kumpulan pus di belakang tonsil palatina. Nama lain dari abses ini adalah
abses quinsy

SIMPTOM

SIGN

Demam

Palatum molle
edematous, hiperemis;
deviasi uvula ke sisi
kontralateral;
pembesaran tonsil

Malaise

Trismus

Nyeri tengorrokan
(lebih pada satu sisi)

Drooling

Dysphagia

Hot potato voice

Otalgia (ipsilateral

Halitosis
Cervical lymphadenitis

Abses Peritonsiler
DIAGNOSIS
Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Aspirasi dengan jarum pus
mengkonfirmasi diagnosis
Intraoral USG cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
Pasien dengan PTA dextra
Suspek penyebaran infeksi selain
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi
Tonsil displaced ke inferior dan

medial + deviasi kontralateral


uvula (Gallioto, 2008)

Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
Pilihan Antibiotik
Drainage

Antibiotics

Supportive
(hydration dan
kontrol nyeri)

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Angina Ludwig

Infeksi ruang submandibula

Ditandai
dengan
pembengkakan
(edema) pada bagian bawah ruang
submandibular
yang
mencakup
jaringan yang menutupi otot2 antara
laring dan dasar mulut.

Peradangan kekerasan berlebihan


jar. dasar mulut mendorong lidah ke
atas dan belakang obstruksi jalan
napas

Penyebab:

Gejala:

Demam
Nyeri tenggorokan
Pembengkakan
Drooling
Trismus
Terjadi secara bilateral

Infeksi gigi molar, premolar

Tindik lidah peradangan kelenjar


limfe servikal

BACK

Laryngopharyngeal Reflux (LPR)


Laryngopharyngeal reflux (LPR) is the retrograde
movement of gastric contents (acid and enzymes such as
pepsin) into the laryngopharynx leading to symptoms
referable to the larynx/hypopharynx
GERD involves lower esophageal sphincter dysfunction
LPR involves both upper and lower esophageal sphincter
dysfunction
Until recently, LPR often considered to be underdiagnosed/under-treated
Koufman (1991, 2000) reports
LPR present in 4-10% of attendees of otolaryngology clinic (Koufman, 1991)
LPR present in 55% of patients with hoarseness (Koufman, 2000)

Clinical
Manifestation
Dysphonia or
hoarseness
Cough
Globus
Throat clearing
Dysphagia

Laryngopharyngeal Reflux (LPR)


REFLUX SYMPTOM INDEX (RSI)

A score > 13 indicates LPR

Laryngopharyngeal Reflux (LPR)


REFLUX FINDING SCORE(RFS)

A score > 7 indicates LPR

GERD vs LPR
GERD

LPR

Heartburn and/or regurgitation

YES

NO (minimal)

Hoarseness, dysphagia, globus,


throat clearing, cough etc

NO

YES

Endoscopic esophagitis

YES

NO

Laryngeal inflammation

NO

YES

Reflux on supine (nocturnal)

YES

Sometimes

Sometimes

YES

Reflux on upright (awake)

Clinical Management LPR

Laryngitis
Inflammation of the larynx

Sign and Symptoms

Causes:

An unnatural change of voice is usually


the most prominent symptom.
Volume is typically greatly decreased
(sometimes aphonia)
Hoarseness
A sensation of tickling, rawness, and a
constant urge to clear the throat may
occur.
Symptoms vary with the severity of the
inflammation.
Fever, malaise, dysphagia, and throat
pain may occur in more severe infections.
Laryngeal edema, although rare, may
cause stridor and dyspnea.

Most commonly due to to a viral infection (viral


laryngitis).
Coughing-induced laryngitis may also occur in
bronchitis, pneumonia, influenza, pertussis, measles,
and diphtheria.
Excessive use of the voice (especially with loud
speaking or singing)
Allergic reactions
Gastroesophageal reflux
Bulimia
Inhalation of irritating substances (eg, cigarette
smoke or certain aerosolized drugs) can cause acute
or chronic laryngitis.
Drugs can induce laryngeal edema, for example, as a
side effect of ACE inhibitors.
Bacterial laryngitis is extremely rare.

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Laryngitis

Diagnosis

Treatment

Clinical evaluation
Sometimes direct or indirect laryngoscopy
Diagnosis is based on symptoms.
Indirect or direct flexible laryngoscopy is
recommended for symptoms
persisting > 3 wk
Findings include mild to marked
erythema of the mucous membrane,
which may also be edematous.
With reflux, there is swelling of the
inner lining of the larynx and redness of
the vocal cords that extends above and
below the edges of the back part of the
cords. If a pseudomembrane is present,
diphtheria is suspected.

Symptomatic treatment (eg, cough


suppressants, voice rest, steam
inhalations)
No specific treatment is available for viral
laryngitis.
Cough suppressants, voice rest, and steam
inhalations relieve symptoms and
promote resolution of acute laryngitis.
Smoking cessation and treatment of acute
or chronic bronchitis may relieve
laryngitis.
Depending on the presumed cause,
specific treatments to control
gastroesophageal reflux, bulimia, or druginduced laryngitis may be beneficial.

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Laringomalasia
Laringomalasia adalah kelainan kongenital dimana kartilago epiglotis lemah
Kelemahan epiglotis akan menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan nafas
berbunyi/stridor terutama saat berbaring, no feeding intolerance, biasanya remisi usia 2
tahun
Pada pemeriksaan dapat terlihat laring berbentuk omega
Bila sumbatan semakin hebat maka dapat dilakukan intubasi

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Epiglotitis akut
Akibat Hib
Onset rapid, sorethroat,
odynophagia/dysphagia, muffled voice/hot
potato voice, adanya preceeding ISPA
Tripod position, drolling, stridor (late
finding), cervical adenopathy
X ray : thumb sign
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Nodul Pita Suara/Vocal nodule


Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penggunaan suara
dalam waktu lama, mis. pada seorang guru, penyanyi
dan sebagainaya.
Keluhan: suara parau, batuk.
Pemeriksaan fisik: nodul pita suara, sebesar kacang hijau
berwarna keputihan. Predileksi di sepertiga anterior pita
suara dan sepertiga medial. Nodul biasanya bilateral.
Pengobatan:
Istirahat bicara dan voice therapy.
Bedah mikro - dilakukan bila dicurigai adanya keganasan atau
lesi fibrotik

Bimbel UKDI MANTAP

Massa lain pada pita suara


1.Polip pita suara: lesi bertangkai
pada seprtiga anterior, sepertiga
tengah atau seluruh pita suara.
Pasien biasa mengeluhkan suara
parau.
2.Kista pita suara: kista retensi
kelenjar minor laring, terbentuk
akibat tersumbatnya kelenjar
tersebut Faktor risiko: iritasi
kronis, GERD dan infeksi.
3.Keganasan laring: Keganasan
pada daerah laring, faktor risiko
berupa perokok, peminum
alkohol dan terpajan sinar
radioaktif.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Achalasia
Achalasia is an uncommon
swallowing disorder
Affects about 1 in every
100,000 people.
The major symptom of
achalasia is usually difficulty
with swallowing.
Most people are diagnosed
between the ages of 25 and
60 years.
Although the condition
cannot be cured, the
symptoms can usually be
controlled with treatment.
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Achalasia
ACHALASIA CAUSE

SYMPTOMS

In achalasia, nerve cells in the


esophagus degenerate for reasons that
are not known. The loss of nerve cells in
the esophagus causes two major
problems that interfere with swallowing
The muscles that line the esophagus do
not contract normally
The lower esophageal sphincter (LES)
fails to relax normally with swallowing.
Instead, the LES muscle continues to
squeeze the end of the esophagus
Over time, the esophagus above the
persistently contracted LES dilates, and
large volumes of food and saliva can
accumulate in the dilated esophagus.

The most common symptom of


achalasia is difficulty swallowing.
Patients experience the sensation
that swallowed material, both solids
and liquids, gets stuck in the chest.
This problem often begins slowly and
progresses gradually.
Other symptoms can include chest
pain, regurgitation of swallowed food
and liquid, heartburn, difficulty
burping, a sensation of fullness or a
lump in the throat, hiccups, and
weight loss

Bimbel UKDI MANTAP

BACK

Achalasia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Esophageal manometry (aka esophageal
motility study) measures changes in pressures
within the esophagus that are caused by the
contraction of the esophageal muscles.
The test typically reveals three abnormalities in
people with achalasia:
high pressure in the LES at rest,
failure of the LES to relax after swallowing, and
an absence of useful (peristaltic) contractions
in the lower esophagus
X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign

Bimbel UKDI MANTAP

X-ray: Bird beak sign or Rat


tail Sign

BACK

Malignancy in ENT

Ca Sinonasal
History
Male in 5th decade,
exposed with nickel,
chrom, formalin,
terpentin.

Physical Exam.
unilateral obstruction &
rhinorrea. Diplopia, proptosis
. Bulging of palatum, cheek
protrusion, anesthesia if
involving n.V

Bimbel UKDI MANTAP

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Diagnosis

Treatment

Ca sinonasal

Surgery

BACK

Karsinoma Nasofaring
History
Elderly with history of
smoking, preservative
food. Tinnitus, otalgia
epistaxis, diplopia,
neuralgia trigeminal.

Physical Exam.
Posterior rhinoscopy: mass at
fossa Rosenmuller, cranial
nerves abnormality,
enlargement of jugular lymph
nodes.

Bimbel UKDI MANTAP

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Diagnosis

Treatment

KNF

Radiotherapy,
chemoradiatio
n, surgery.

BACK

Karsinoma Nasofaring

Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma
History
Male, young adult, with
recurrent epistaxis.

Physical Exam.
Anterior rhinoscopy: red
shiny/bluish mass. No lymph
nodes enlargement.

Bimbel UKDI MANTAP

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Diagnosis

Treatment

Juvenile
angiofibroma

Surgery

BACK

Ca Tonsil
History

Physical Exam.

Diagnosis

Treatment

Painful ulceration,
otalgia & slight bleeding
of the tonsil.

Painful ulceration with


induration of the tonsil.
Lymph node enlargement.

Ca tonsil

Surgery

Bimbel UKDI MANTAP

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

BACK

AIRWAY OBSTRUCTION

BACK

Airway Obstruction Noises Associated


Noises

Definition

Stridor

A harsh, high pitched noise occurring commonly


on inspiration caused by turbulent flow in the
upper airway is suggestive of an upper airway
obstruction.

Snoring

Occurs when the pharynx is partially obstructed


by the soft palate or tongue.

Gurgling

Occurs due to secretions or fluid (e.g. vomit) in


the upper airway.

Expiratory wheezes

Suggestive of obstruction of lower airways.

Hoarseness

Hoarseness is an abnormal deep, harsh voice


generally caused by irritation of, or injury to, the
vocal
cords.
Bimbel UKDI MANTAP

A.
B.

C.

D.

At first, during the initial coughing fit, there is usually a by-pass valve (air moves freely around
the foreign body).
After a small amount of swelling occurs, there is a check-valve. Air can enter during inspiration,
but can no longer freely exit around the foreign body during expiration (when our bronchi
collapse a little). This causes trapping of air, often within an entire lung.
Each time the patient breaths out, the affected lung remains hyperinflated (obstructive
emphysema). As seen on Xrays, this causes shifting of the heart to the opposite side, with each
expiration. Also, with each breath out, only a tiny amount of air can escape past the foreign
object. This causes turbulent air flow and a rippling effect on the soft tissues; thus producing
those high-pitched sounds which are known as expiratory wheezes.
After more swelling, there is a stop-valve. This causes lung collapse (atelectasis
)

Bimbel UKDI MANTAP

Jackson classification
Jackson 1 : pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal, stridor, tanpa sianosis, pasien
tenang
Jackson 2: retraksi suprasternal dan
epigastrium,gelisah, sianosis ringan
Jackson 3: retraksi suprasternal, infraklavikula,
intercostal, tampak gelisah dan sianosis
Jackson 4: retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa
pusat pernafasan o/k hiperkapnea, penderita
bisa tampak tenang seperti tidur, asfiksia
Bimbel UKDI MANTAP

BACK

TERIMA KASIH
BACK

Potrebbero piacerti anche