Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
DISPERSI MOLEKULER
Teori Umum
Jika kita mencampurkan suatu zat dengan zat cair, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat tersebut ke dalam zat cair. Hal inilah yang
disebut sebagai sistem dispersi. Pada umumnya, zat terlarut yang jumlahnya lebih
sedikit disebut sebagai fase terdispersi, sedangkan zat pelarut yang jumlahnya
lebih banyak disebut sebagai medium pendispersi. Jadi sistem dispersi adalah
pencampuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur
secara merata.Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3
yaitu :
1. Larutan sejati atau dispersi molekuler.
Larutan sejati adalah campuran antara zat padat / zat cair (sebagai fase
terdispersi)dengan zat cair (sebagai medium pendispersi). Pada larutan sejati,
fase terdispersi larut sempurna dengan medium pendispersi sehingga dihasilkan
campuran yang homogen, sehingga antara fase terdispersi dengan medium
pendispersinya tidak dapat dibedakan lagi. Molekul-molekul fase terdispersi
tersebar merata ke dalam komponen medium pendispersi, sehingga larutan
disebut juga dispersi molekuler.
2. Koloid atau dispersi halus.
Koloid adalah suatu campuran antara fase terdispersi dengan medium
pendispersi tetapi fase terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler melainkan
gabungan dari beberapa molekul.
Secara visual, bentuk fisik koloid sama seperti bentuk larutan tetapi jika diamati
dengan mikroskop ultra, campuran ini bersifat heterogen.
3. Suspensi atau dispersi kasar.
Suspensi adalah campuran heterogen antara fase terdispersi dengan medium
pendispersi dimana fase terdispersinya tidak dapat bercampur secara merata ke
dalam medium pendispersinya.Pada umumnya, fase terdispersinya berupa
padatan sedangkan medium pendispersinya berupa cairan.
Dalam suspensi, antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya dapat
dibedakan dengan jelas.
Alkohol (%v/v)
60
60
60
60
60
60
60
0
5
10
20
30
35
40
Propilen
Glikol(%v/v)
40
35
30
20
10
5
0
PERCOBAAN VIII
FENOMENA DISTRIBUSI
TEORI UMUM
Koefisian Partisi
Koefisien partisi atau koefisien distribusi, P, adalah parameter yang
mencirikan afinitas relatif dari senyawa dalam bentuk tidak terionisasi, untuk air dan
pelarut
model fase lipid karena paling dekat mensimulasikan sifat membran biologis.
Penentuan P (atau log P) menilai penempatan senyawa obat bersama dengan
dua pelarut yang tidak bercampur dalam corong pisah. Molekul zat terlarut akan
mendistribusikan tiap fase sampai keadaan setimbang.
Partisi obat antara pelarut tak bercampur
1. Contoh partisi termasuk :
Partisi obat antara fasa air dan lemak.
Molekul pengawet dalam partisi emulsi antara air dan minyak fase.
Partisi antibiotik ke mikroorganisme.
Partisi obat-obatan dan molekul pengawet ke dalam plastik wadah.
2. Distribusi zat terlarut antara dua fase adalah dinyatakan dalam koefisien partisi
atau koefisien distribusi, P, didefinisikan sebagai rasio kelarutan dalam fase air,
Cw, terhadap fase non-air (minyak), Co atau sebaliknya, dengan rumus :
Ket:
P
: koefisien partisi
Cw
Co
P>1
P=1
P<1
Ekstraksi
Untuk menentukan efisiensi terhadap pelarut yang dapat mengekstraksi senyawa
dari pelarut kedua. Anggaplah W gram zat terlarut diekstraksi secara berulang kali
K=
K=
W 1 /V 1
( W W 1 ) /V 1
Atau
W 1=W
K V1
K V 1+V 2
Ket:
K
: Koefisien partisi
V1
V2
: Jumlah ekstraksi
pada sediaan. Sterilitas dan penambahan zat kimia pengawet adalah metode
umum yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mengawetkan larutan obat
terhadap kontaminasi ssari berbagai mikroorganisme. Asam benzoat dalam
bentuk garam larut yaitu natrium benzoat, sering digunakan untuk tujuan ini
karena natrium benzoat tidak memberikan efek yang membahayakan bagi
manusia apabila termakan dalam jumlah kecil.
Cara kerja dari asam benzoat dan asam-asam sejenisnya dengan cara molekul
asam benzoat dapat menembus membran lipoid (dibanding bentuk ion lebih sulit
menembus). Molekul tak terdisosiasi yang terdiri dari bagian non-polar yang
besar, larut dalam
Penentuan koefisien distribusi dan jumlah zat terlarut dari suatu zat dalam pelarut air
dan minyak berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur. Penetapan kadar zat obat terlarut dilakukan dengan
metode titrimetri dengan larutan baku dan pereaksi mengikuti prosedur analisis
bahan berdasarkan Farmakope.