Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia
dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan.
Masyarakat semakin terbiasa menggunakan sediaan bahan alam dan semakin percaya
akan manfaat bagi kesehatannya. Banyak sisi pertimbangan yang digunakan masyarakat
sebagai landasan berpijak untuk penggunaan bahan alam antara lain bahan bakunya yang
relatif murah dan mudah didapat serta sejak jaman nenek moyang kita telah digunakan
untuk penyakit yang disampaikan secara turun-menurun hingga sekarang.
Dari sekian banyak obat tradisional yang beredar di Indonesia salah satu yang
dikenal adalah daun jambu biji (Psidium guajava). Menurut masyarakat tradisional dan
penelitian daun jambu biji (Psidium guajava) dapat digunakan sebagai obat perut
kembung pada anak,obat diare, obat sariawan dan lain sebagainya.
Seiring dengan berkembangnya jaman, ilmu dan teknologi atau pun pengobatan
dibidang farmasi maka bentuk sediaan obat pun semakin berkembang. Hal ini dapat
dilihat dari cara pembuatan dan pengemasan 2 obat-obat tradisional yang telah
menggunakan cara-cara modern.
Sediaan farmasi yang relatif disukai adalah bentuk tablet, karena mempunyai
banyak keuntungan dibandingkan bentuk sediaan lain, seperti pemakaian yang mudah,
pemberian dosis lebih tepat, bentuknya kering sehingga relatif stabil, praktis dalam
kemasan, penyimpanan maupun pengangkutan, dan dapat dibuat produk untuk berbagai
profil pelepasan.
1.2
Tujuan
Mahasiswa mampu membuat tablet bahan alam dengan metode granulasi basah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Definisi Tablet
Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat. Sifatnya
praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan tidak terjadi reaksi
hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan granulasi basah. Tujuan
granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet dan untuk memperbaiki
komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau zat cair lain apabila zat aktif
tidak stabil terhadap air.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (Depkes RI, 1994).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat
dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin yang mampu
menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch
dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai
dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata- rata yang diinginkan.
Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara
menekan bahan tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk
dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.
2.1.2
Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
2
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
2.1.3
Metode Granulasi
Cara pembuatan granul ada 2 macam :
1)
Cara Basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu
dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah
itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 4050. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.
2)
perlu zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak
menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi
granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan
mesin tablet.
2.1.4
Granulasi Basah
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan komprebilitasnya tidak baik.
2.1.5
Keuntungan :
1. Terbentuknya granul memperbaiki sifat alir dan komprebilitas, proses kompaksasi
lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan baru yang lebih aktif.
3
2. Obat- obat dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan komprebilitas jelek maka
dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan pengikat
3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih baik dan
menjamin keseragaman isi zat aktif.
4. Granulasi basah mencegah segregasi komponen- komponen campuran yang sudah
homogeni.
5. Memperbaiki disolusi obat yang bersifat hidrofob
Kekurangan :
1.
Proses lebih panjang disbanding dengan 2 metode lainnya sehinggs secara ekonomis
2.
lebih mahal.
Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih banyak pula
3.
4.
pemanasan.
Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak homogeny sehingga
5.
2.1.6
1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan terlalu
banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat granulasi,
granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah udara yang terjerat dalam
granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau overlubrikasi dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah tidak
bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet dikompresi pada
kelembaban tinggi.
4. Picking
4
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.
Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang bahan yang
dikompresi berminyak/ lengket.
5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan
titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga karena punch kehilangan pelican. Hal ini
dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang
titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah migrasi zat warna
yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).
2.2
Preformulasi
Zat Aktif: Ekstrak Daun Jambu Biji
Daun Jambu Biji (Psidii folium)
- Kingdom
: Plantae
- Sub.kingdom
: Tracheobionta
- Sub divisi
: Spermatophyta
- Divisi
: Magnoliophyta
- Kelas
: Magnoliopsida
- Sub Kelas
: Rosidae
- Ordo
: Myrtales
- Famili
: Mirtaceae
- Genus
: Psidium
- Spesies
: Psidium guajava L.
Organoleptis :
Berbau aromatik, memiliki rasa sepat, daun tunggal berwana hijau keabuan, helaihelai daun berbentuk jarang sampai bulat memanjang, ujung daun meruncing, sedangkan
pangkal daun juga meruncing tetapi ada pula yang membulat, berukuran panjang Antara
6 cm-15 cm dan lebar Antara 3 cm - 7,5 cm sedangkan tangakainya kurang lebih 1 cm.
Khasiat :
Obat demam berdarah, diare, sariawan, kencing manis, ambeien, kembung pada
anak-anak, luka berdarah atau borok disekitar tulang.
Kandungan senyawa aktif :
Flavonoid, alkaloid, tannin, pectin, minyak atsiri, absorbent, astringent, dan
antispasmolitik.
BAB III
CARA KERJA
3.1
pengikat.
Ditambahkan air mendidih (950C)
Diteruskan pengadukan hingga diperoleh cairan yang jernih.
Dilarutkan pewarna dan essence dalam 5 ml alkohol 96%
Dimasukkan larutanini kedalam larutan pengikat
Diaduk hingga homogen.
3.2
3.3
Granulasi
- Diayak zat aktif, bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur menggunakan
-
hangat.
Granulasi basah ini diayak dengan ayaklan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk
Pencampuran Akhir
- Diayak granulat yang telah dikeringkan dengan ayakan mesh 12 atau mesh 16.
- Dimasukkan granul yang telah dikeringkan kedalam kantong plastik.
- Ditambahkan kedalam bahan penghancur, gildant, anti adheran yang telah diayak
-
3.4
3.5
4.1
Data Perhitungan
Evaluasi Granul
1) Uji aliran granul
- Ditimbang 20 gr, dilewtakan kedalam corong.
- Dicatat waktu seluruh massa melewati corong (dilakukan 2x)
Perlakuan
1) 24,46 gr
2) 21,84 gr
x = 23,15 gr
Syarat :>10
4-10
1,4- 4
<1,4
Waktu
12,5 s
12
12,25s
bebas mengalir
mudah mengalir
kohesif
sangat kohesif
Tinggi Awal
Tinggi Akhir
4,5
Perhitungan
X
Syarat :<20% Aliran Baik
3) Hasil akhir granul
- Ditimbang seluruh massa granul yang akan dibuat.
- Diketahui
: Berat akhir granul =232,72 gr
Berat awal granul =300 gr
Perhitungan
% Kadar Air
x
Syarat : < 5%
4.2
Data Pengamatan
Tabel Evaluasi Tablet
Nama Produk
Komposisi / formula Zat aktif
Pengikat
per tablet
Penghancur dalam
Penghancur Luar
Pengisi
Gildant
Besar Batch
Warna / Bentuk
Cetakan
Diameter (20 data)
Anti adherent
: Mg. Stearat 2,4mg
Dibuat 1000 tablet = 300mg x 1000 = 300gr
Putih, bundar permukaan rata
Sisi atas :
Sisi Bawah:
Teoritis :
Tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1
tebal tablet
Nyata :
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
Kekerasan
Friabilita
(Kerapuhan)
Nyata:
_
Nyata:
No
1
2
X
Berat awal
3,32gr
3,35gr
3,335gr
Berat akhir
3,31gr
3,35gr
3,33gr
1.
2.
x = 0,15%
Waktu hancur
Penyimpanan
Kesimpulan
Tablet
Waktu
Waktu
1
2
3
4
5
6
x
(menit)
08,08
09,27
10,03
11,09
11,34
12,15
10,32
(menit)
07,24
08,54
08,54
09,04
09,55
10,14
9,24
4.3
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet berbahan alam dengan
menggunakan bahan daun jambu biji sebagai zat berkhasiatnya. Dalam pembuatan
tablet dibutuhkan beberapa bahan tambahan untuk turut memberikan bentuk pada
sediaan. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak
berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna. Adapun bahan tambahan yang digunakan
antara lain laktosa yaitu sebagai bahan pengisi, tujuannya untuk memungkinkan suatu
pencetakan sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan.
Selanjutnya digunakan amilum sebagai pengikat, tujuannya untuk membentuk granul
atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. Kemudian
untuk penghancur dalam dan penghancur luar digunakan avicel PH 102, tujuannya
guna memudahkan pecahnya
atau
saluran pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang
dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Bahan tambahan yang
terakhir yaitu ditambahkannya pelicin berupa Mg stearat /talkum yang berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan, bahan pelicin akan
mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet.
Tablet yang telah dicetak kemudian dievaluasi, untuk mengetahui tablet yang
dihasilkan memenuhi syarat atau tidak. Dari hasil yang didapat, dilihat dari
keseragaman ukuran keseluruhan menghasilkan ukuran yang seragam, begitupula
berat tablet yang dihasilkan memenuhi syarat yaitu didapatkan bobot tablet seberat
0,305 gram. Sedangkan untuk diameternya, hasil yang diperoleh tidak memenuhi
syarat yang telah ditentukan yaitu tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet. Sebab diameter yang didapat yaitu sebesar 0,97 cm atau 3x
lebih besar dari tebal tablet yang hanya sebesar 0,27 cm. Selanjutnya dilakukan uji
waktu hancur, dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
ditetapkan pada masing-masing monografi. Pada saat uji waktu hancur diperoleh
rata-ratanya yaitu tablet hancur pada saat menit ke 10.32 untuk percobaan pertama
dan menit ke 9.24 pada percobaan kedua, dikatakan kedua-duanya memenuhi syarat
karena hancur < 15 menit untuk tablet tak bersalut. Untuk evaluasi yang terakhir yaitu
friabilita/ uji kerapuhan, hasil yang didapatkan yaitu 0,15%. Hal ini memenuhi syarat
kerapuhan tablet, yaitu bila angka kerapuhan kurang dari atau sama dengan 0,8% .
BAB V
KESIMPULAN
Pada pembuatan tablet dari bahan daun jambu biji ini digunakan amilum sebagai
pengikat, laktosa sebagai pengisi, avicel PH 102 sebagai penghancur luar maupun dalam
dan talk/Mg stearat sebagai pelicin. Dengan formulasi tersebut, tablet dapat memenuhi
persyaratan sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk keseragaman ukuran, berat tablet,
uji kerapuhan dan uji waktu hancur tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV. Dirjen POM :Jakarta.
Firmansyah, 1989, Formula tablet, Universitas Andalas press: Padang.