Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
NASKAH PUBLIKASI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN
DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI
DIAJUKAN OLEH :
KADEK YUDA ASTINA
NIM. P17430212054
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
1. Kadek Yuda Astina
2. Darmini, S.Si, M.Kes
3. Emi Murniati, S.ST, M. Kes
Semarang,
September 2013
Disahkan oleh :
Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi,
ABSTRACT
1
2.3)
A. PENGANTAR
2
Magnetic Resonance
scaning
berlangsung saat pasien tahan napas yang bertujuan untuk menghindari kekaburan
citra akibat pergerakan organ-organ rongga dada dan organ-organ dalam cavum
abdomen. Teknik ini digunakan pada pasien yang kooperatif, dimana pasien bisa diatur
inspirasi dan ekspirasi saat pemeriksaan. Concatenation merupakan parameter
pengukuran yang digunakan untuk bisa melakukan scanning dengan jumlah irisan yang
lebih banyak dengan waktu TR yang singkat (www.mri-tip.com, 2002). Concatenation
membagi keseluruhan pemeriksaan menjadi beberapa bagian pemeriksaan. Jumlah
dari concatenation sesuai dengan jumlah dari bagian pemeriksaan. Peningkatan nilai
concatenation akan menambah lamanya waktu pemeriksaan dan mengurangi nilai TR
yang nantinya akan mempengaruhi informasi citra MRCP (Siemens, 2011).
Berdasarkan pengamatan Penulis selama melaksanakan praktek lapangan di
RSU Kasih Ibu Denpasar, pemeriksan MRCP dilakukan dengan sekuen: lokaliser, T1
SE Transversal, T2 TSE Transversal, MRCP 2D, dan MRCP 3D. Pada sekuen T2 TSE
Transversal
protokol
concatenation,
dimana
pada
pemeriksaan
MRCP
nilai
concatenation yang digunakan adalah 3 dengan nilai TR 3300 ms, dan pasien harus
dapat tahan napas selama 17 detik saat scaning dilakukan.
dan orang tua cenderung tidak dapat tahan napas selama 17 detik, yang
mengakibatkan terjadinya artefak pada saat pemeriksaan akibat pergerakan diafragma
saat pasien bernapas. Tidak banyak operator MRI yang mau dan mampu melakukan
manipulasi nilai concatenation, yang hanya berpatokan pada nilai parameter dari
protokol yang sudah ada. Sehingga pada pasien yang tidak dapat menahan napas
3
kurang dari 17 detik memungkinkan terjadinya artefak akibat pergerakan dari organorgan pada abdomen yang tentunya dapat mengganggu kualitas citra MRI yang
dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
permasalahan tersebut dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul: PENGARUH
PENGATURAN PARAMETER CONCATENATION TERHADAP INFORMASI CITRA
PADA T2
WEIGHTED
FAST
SPIN
ECHO
TRANSVERSAL
PEMERIKSAAN
pemeriksaan MRCP di RSU Kasih Ibu Denpasar yang diberi perlakuan variasi
concatenation. Responden yang memberikan penilaian terhadap citra T2 Fast Spin
Echo Transversal MRCP adalah 5 (lima) orang dokter spesialis radiologi yang
berpengalaman mengekspertise pemeriksaan MRI 1,5 Tesla.
Prosedur dalam penelitian ini adalah : pertama pembuatan citra MRI T2 Weighted
Fast
Spin
Echo
Transversal
pemeriksaan
Magnetic
Resonance
(Region of interest) pada daerah hepar, kandung empedu, pankreas, CBD, serta daerah
bebas (background) untuk mengetahui rerata sinyal masing-masing. Pada display
monitor akan tertera nilai mean dan standar deviasi pada masing-masing daerah
terukur. Nilai yang sudah didapatkan kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai SNR
setiap daerah ROI dengan cara membagi sinyal rata-rata daerah terukur dengan
standar deviasi noise (daerah background). Untuk informasi citra diberikan kuisioner ke
5 (lima) orang dokter spesialis radiologi yang berpengalaman di bidang MRI 1,5 Tesla
dimohon untuk mencermati citra dari masing-masing gambar. Penilaian kualitatif berupa
menilai kontras citra secara umum, hepar, kandung empedu, pankreas, dan Commonis
Blie Duct (CBD) dan menilai adakah artefak pada citra, serta memilih citra dari
pengaturan concatenation berapakah yang paling baik.
Setelah didapatkan data hasil dari setiap pengaturan parameter concatenation
kemudian data tersebut diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program
SPSS 17. Langkah pertama yang dilakukan uji normalitas data atas hasil perhitungan
SNR dan CNR dari setiap variasi Concatenation. Jika data berdistribusi normal, maka
dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui pengaruh antara variasi Concatenation
terhadap SNR, dan CNR, bila tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi
Spearman. Dilanjutkan dengan uji regresi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Concatenation terhadap SNR dan CNR pada citra T2 Fast Spin Echo MRCP. Jawaban
kuesioner dari dokter spesialis radiologi dalam bentuk data ordinal, dianalisis dengan uji
korelasi Spearman untuk mengetahui adakah pengaruh yang bermakna, yang
dihasilkan dari variasi Concatenation. Sebelumnya dilakukan kappa test untuk menilai
kesesuaian atau kesamaan persepsi responden dalam penilaian kuisioner. Untuk
mengetahui informasi citra yang optimal dari kuisoner dilakukan uji Friedman untuk
menentukan Mean Rank tertinggi dan dibantu dengan analisis pengukuran SNR, CNR
sehingga disimpulkan nilai Concatenation yang optimal pada sekuen T2 Fast Spin Echo
Transversal MRCP.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
5
2.
Concatenation 2
Concatenation 3
Concatenation 4
Concatenation 5
Hepar
GB
CBD
Pankreas
Grafik perubahan nilai SNR anatomi pemeriksaan MRCP dengan variasi nilai
Concatenation
Dari hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk (karena data kurang dari 50)
diperoleh nilai signifikansi (p value) SNR pada Hepar sebesar 0,054, Gall
Bladder sebesar 0,233, CBD sebesar 0,328, dan Pankreas sebesar 0,056.
Karena nilai signifikansi (p value) SNR Hepar, Gall Bladder , Common Bile
Duct (CBD), dan Pankreas tersebut bernilai > 0,05 (p value > 0,05) berarti data
berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji regresi
Hasil uji korelasi (pearson corellation test) SNR
SNR
R
Makna
pada
Hepar
0,938 ada hubungan sangat kuat antara Variasi
Gall
Concatenation dengan SNR baik pada
0,967
Bladder
Hepar, Gall Bladder , Common Bile Duct (D)
CBD
0,889 dan Pankreas
Pankreas
0,947
Dengan p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder <0,001, CBD <0,001,
dan Pankreas <0,001 (p value pada Hepar, Gall Bladder , CBD dan Pankreas
7
Concatenation dengan SNR pada Hepar, Gall Bladder , CBD dan Pankreas
signifikan dan sangat kuat. Tanda positif menunjukkan arah yang sama, artinya
semakin besar nilai Concatenation semakin tinggi SNR baik pada Hepar, Gall
Bladder , CBD dan Pankreas.
b. Ditinjau dari CNR
Tabel serta Grafik pengaruh variasi nilai concatenation pada masingmasing
anatomi
pemeriksaan
MRCP irisan
transversal
dari
rata-rata
GB_Hepar
GB_Pankreas
Hepar_CBD
CBD_Pankreas
Grafik perubahan nilai CNR anatomi pemeriksaan MRCP dengan variasi nilai
Concatenation
Dari hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk (karena data kurang
dari 50) diperoleh nilai signifikansi (p value) CNR pada Gall Bladder dengan
Hepar sebesar 0,123, Gall Bladder dengan Pankreas sebesar 0,210, Hepar
dengan CBD sebesar 0,240, dan CBD dengan Pankreas sebesar 0,098.
Karena nilai signifikansi (p value) CNR pada Hepar dengan Gall Bladder , Gall
Bladder dengan Pankreas, Hepar dengan CBD, dan CBD dengan Pankreas
tersebut bernilai > 0,05 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal.
8
No
1
2
3
4
4
5
1 menit 06 detik
1 menit 23 detik
Scan Time
100
80
60
40
20
0
Scan Time
dapat
dilhat
langsung
waktu
scan
setiap
kali
parameter
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Hepar
GB
CBD
Pankreas
pemeriksaan
MRCP
irisan
Transversal
dengan
variasi
nilai
Hepar
0,848
Gall Bladder
0,849
CBD
0,892
Pankreas
0,796
Makna
ada hubungan sangat kuat
antara Variasi Concatenation
dengan Informasi Anatomi
(Hepar, GB, dan CBD)
ada hubungan yang kuat antara
variasi Concatenation dengan
Informasi Anatomi Pankreas
11
concatenation dengan Informasi citra anatomi pada Hepar, Gall Bladder , CBD
dan Pankreas signifikan dan kuat.
e. Ditinjau dari Artefak
Tabel dan Grafik pengaruh variasi nilai Concatenation terhadap Informasi
artefak pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic
Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dari perhitungan kuisioner
keenam sukarelawan dapat dilihat sebagai berikut;
Hasil Rekapitulasi kuisioner untuk ada atau tidaknya artefak
No
Concatenation
1
2
3
4
2
3
4
5
Prosentase Artefak
Ada
Tidak ada
100%
0%
60%
40%
30%
70%
6,67%
93,33%
120
100
80
60
40
20
0
Prosentase Tidak
Ada Artefak
Prosentase Ada
Artefak
Grafik Hasil Kuisioner Informasi ada atau tidaknya artefak pada pemeriksaan
MRCP dengan variasi nilai Concatenation
Grafik di atas memperlihatkan perubahan hasil kuisioner informasi citra ada
atau tidaknya artefak pada pemeriksaan MRCP irisan Transversal dengan
variasi nilai Concatenation. Peningkatan nilai Concatenation mengakibatkan
menurunnya prosentase terjadinya artefak pada pemeriksaan MRCP irisan
Transversal.
f.
12
Concatenatio
n
2
3
4
5
Asymp
CBD
2,79
2,79
6,57
12,62
Sig.
<0,001
tertinggi / yang
optimal diraih oleh Concatenation 5 yaitu rata-rata dari Gall Bladder =13,62,
Hepar=13,81, Pankreas=13,69, dan CBD=12,62.
3. Pembahasan
a. Pengaruh pengaturan parameter Concatenation terhadap Informasi Citra pada
T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP)
Pengaruh semakin besar nilai concatenation maka semakin besar nilai
SNR yang dihasilkan disebabkan karena pada concatenation 2 dan 3 pasien
harus dapat tahan napas 20 dan 17 detik, sehingga pasien cenderung tidak
dapat tahan napas dengan waktu yang cenderung lama, yang mengakibatkan
terjadinya artefak dan nilai noise semakin besar. Besarnya nilai noise dapat
mengakibatkan penurunan nilai SNR yang dihasilkan (Michael Lipton, 2007).
Hal ini berbeda dengan pengaturan concatenation 4 dan 5 dimana pasien harus
dapat tahan napas 15 dan 14 detik, yang cenderung sebentar, sehingga pasien
13
dapat tahan napas selama pemeriksaan dan tidak menimbulkan artefak serta
nilai noise juga kecil. Nilai noise yang kecil mengakibatkan nilai SNR semakin
besar. Selain hal tersebut, semakin besar nilai concatenation maka semakin
besar nilai SNR yang dihasilkan disebabkan oleh nilai TR (Time Repetition)
setiap slice image berbeda-beda untuk setiap variasi nilai concatenation.
Ketidaktetapan nilai SNR pada organ dapat disebabkan oleh komponen
hardware dalam MRI, software dan juga obyek akan dapat mengakibatkan
ketidaktetapan nilai CNR juga karena CNR merupakan selisih antara SNR pada
objek yang berdekatan, sehingga nilai CNR juga bergantung pada nilai SNR
(Westbrook, 2008). Peningkatan nilai concatenation maka CNR yang dihasilkan
semakin tinggi sehingga kualitas citra yang dihasilkan semakin baik.
Berdasarkan pencatatan langsung di Display Monitor didapatkan bahwa
pada nilai concatenation 2 memerlukan scan time 43 detik, pada nilai
concatenation 3 memerlukan scan time 50 detik, pada nilai concatenation 4
memerlukan scan time 66 detik, dan pada nilai concatenation 5 memerlukan
scan time 83 detik. Peningkatan nilai concatenation akan mengakibatkan
meningkatkannya lama waktu pemeriksaan. Dimana menurut, Abdominal
Imaging, Siemens, 2011, concatenation membagi keseluruhan pemeriksaan
menjadi beberapa bagian pemeriksaan. Jumlah dari concatenation sesuai
dengan jumlah dari bagian pemeriksaan. Peningkatan nilai concatenation akan
menambah lamanya waktu pemeriksaan.
119,27, pada GB-Pankreas 124,68, pada Hepar-CBD 61,91, dan pada CBDPankreas 67,33. Untuk prosentase terjadinya artefak paling kecil terdapat pada
Concatenation 5, yaitu 6,67%. Berdasarkan hasil uji statistik, rata-rata peringkat
tertinggi dari citra anatomi pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal
pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) adalah
pada Concatenation 5, karena memiliki Mean Rank paling besar yaitu Gall
Bladder 13,62, Hepar 13,81, Pankreas 13,69 dan CBD 12,62. Hasil ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan, karena selama ini dengan pengaturan
parameter Concatenation dilapangan khususnya pada MRI siemens 1,5 Tesla
di RSU Kasih Ibu belum tepat diterapkan. Sehingga dalam hal ini pengaturan
parameter Concatenation yang optimal pada T2 Weighted Fast Spin Echo
Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
(MRCP) adalah pada Concatenation 5, dengan pertimbangan memiliki nilai
SNR dan CNR yang paling besar, prosentase terjadinya artefak kecil, serta nilai
kuisioner terhadap citra anatomi memiliki Mean Rank yang paling besar.
D. KESIMPULAN
1. Ada pengaruh pengaturan parameter concatenation terhadap Informasi Citra pada
T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP), baik ditinjau dari SNR dengan p value <0,05
yaitu p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder
dan
Pankreas <0,001; ditinjau dari CNR dengan p value <0,05 dengan p value pada
Gall Bladder dengan Hepar <0,001, Gall Bladder dengan Pankreas <0,001, Hepar
dengan CBD 0,002, dan CBD dengan Pankreas 0,002 dan ditinjau dari informasi
anatomi dengan p value <0,05 dengan p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder
<0,001, CBD <0,001,
(MRCP) yaitu pada Concatenation 5, karena memiliki nilai SNR, CNR yang tinggi,
prosentase terjadinya artefak kecil 6,67%, serta nilai uji statistik untuk informasi
anatomi memiliki mean rank paling besar yaitu yaitu Gall Bladder 13,62, Hepar
13,81, Pankreas 13,69 dan CBD 12,62.
E. SARAN
1. Berdasarkan penelitian ini penulis merekomendasikan penggunaan Concatenation 5
pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP) di RSU Kasih Ibu Denpasar.
2. Sebelum melakukan perubahan nilai concatenation perlu
dipertimbangkan
16