Sei sulla pagina 1di 17

PENGARUH PENGATURAN PARAMETER CONCATENATION

TERHADAP INFORMASI CITRA PADA T2 WEIGHTED FAST SPIN


ECHO TRANSVERSAL PEMERIKSAAN MAGNETIC RESONANCE
CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (MRCP)

NASKAH PUBLIKASI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN
DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI

DIAJUKAN OLEH :
KADEK YUDA ASTINA
NIM. P17430212054

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2013

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENGATURAN PARAMETER CONCATENATION TERHADAP INFORMASI


CITRA PADA T2 WEIGHTED FAST SPIN ECHO TRANSVERSAL PEMERIKSAAN
MAGNETIC RESONANCE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (MRCP)
THE INFLUENCE OF THE PARAMETER REGULATION CONCATENATION TOWARDS
IMAGE'S INFORMATION TO T2 WEIGHTED FAST SPIN ECHO TRANSVERSAL THE
EXAMINATION OF MAGNETIC RESONANCE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY
(MRCP)

Diajukan oleh :
1. Kadek Yuda Astina
2. Darmini, S.Si, M.Kes
3. Emi Murniati, S.ST, M. Kes
Semarang,

September 2013

Disahkan oleh :
Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi,

Ketua Program Studi


D IV Teknik Radiologi,

Rini Indrati, S.Si., M.Kes


NIP. 1969071919920032001

Jeffri Ardiyanto, M.App.Sc


NIP. 197306141995031001

ABSTRACT
1

THE INFLUENCE OF THE PARAMETER REGULATION CONCATENATION TOWARDS


IMAGE'S INFORMATION TO T2 WEIGHTED FAST SPIN ECHO TRANSVERSAL THE
EXAMINATION OF MAGNETIC RESONANCE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY
(MRCP)
Kadek Yuda Astina1) Darmini2) Emi Murniati3)
Concatenation was the grating parameter that divided the inspection whole into
several purposeful inspection parts reduced the length of the patient's time to keep the
breath for the inspection of MRCP. Not many the operator MRI that wanted and could do the
manipulation thought concatenation, so as to the patient who could not keep the breath
more for a long time enabled the occurrence of the artefact resulting from the movement.
The aim of this research was to know the influence of the parameter regulation
concatenation towards Citra's Information to T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal the
MRCP inspection as well as for the parameter regulation concatenation that was optimal to
T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal the MRCP inspection.
This research kind was the experiment research. The research was carried out in
Kasih Ibu General Hospital, Denpasar. The data took the form of 24 images of T2WI FSE
Transversal MRCP from 6 patients with 4 Concatenation variations (2, 3, 4 and 5). The
assessment of the image was carried out by 5 respondents concerning image information
that was produced. To get the value SNR was carried out with the ROI grating to the Hepar
object, Gall Bladder, Common Bile Duct (CBD), and the Pancreas and compared with ROI
from background whereas CNR was judged from the difference SNR the close object.The
analysis of the data was carried out with the correlation test, the linear regression test and
the test friedman.
Results of the research show that there is the influence of the parameter regulation
concatenation towards image information to T2 Weighted Fast Spin Echo transversal the
MRCP inspection with the level of the significance p value < 0.05. Was based on the
assessment from the respondent, thought concatenation that was optimal in the image of T2
Weighted Fast Spin Echo transversal the MRCP inspection was the regulation
concatenation 5.
The key word: Concatenation, Images Information, MRCP
1)

The Student Prodi D-IV Teknik Radiologi Semarang.


The Lecturer Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang

2.3)

A. PENGANTAR
2

Salah satu pemeriksaan MRI adalah pemeriksaan

Magnetic Resonance

Cholangiopancreatography (MRCP). Pemeriksaan MRCP terdapat dua teknik dalam


pengambilan citra yaitu Teknik Trigger dan Teknik Breath hold. Teknik Trigger
menggunakan respiratory gatting yang diletakkan di atas perut. Trigger digunakan pada
pasien-pasien yang tidak kooperatif dan pasien anak-anak. Dalam teknik ini scanning
dilakukan saat fase antara inspirasi dan ekspirasi berlangsung, dimana ada jeda
beberapa detik, saat itulah dilakukan scanning. Pada teknik Breath Hold

scaning

berlangsung saat pasien tahan napas yang bertujuan untuk menghindari kekaburan
citra akibat pergerakan organ-organ rongga dada dan organ-organ dalam cavum
abdomen. Teknik ini digunakan pada pasien yang kooperatif, dimana pasien bisa diatur
inspirasi dan ekspirasi saat pemeriksaan. Concatenation merupakan parameter
pengukuran yang digunakan untuk bisa melakukan scanning dengan jumlah irisan yang
lebih banyak dengan waktu TR yang singkat (www.mri-tip.com, 2002). Concatenation
membagi keseluruhan pemeriksaan menjadi beberapa bagian pemeriksaan. Jumlah
dari concatenation sesuai dengan jumlah dari bagian pemeriksaan. Peningkatan nilai
concatenation akan menambah lamanya waktu pemeriksaan dan mengurangi nilai TR
yang nantinya akan mempengaruhi informasi citra MRCP (Siemens, 2011).
Berdasarkan pengamatan Penulis selama melaksanakan praktek lapangan di
RSU Kasih Ibu Denpasar, pemeriksan MRCP dilakukan dengan sekuen: lokaliser, T1
SE Transversal, T2 TSE Transversal, MRCP 2D, dan MRCP 3D. Pada sekuen T2 TSE
Transversal

protokol

concatenation,

dimana

pada

pemeriksaan

MRCP

nilai

concatenation yang digunakan adalah 3 dengan nilai TR 3300 ms, dan pasien harus
dapat tahan napas selama 17 detik saat scaning dilakukan.

Untuk pasien anak-anak

dan orang tua cenderung tidak dapat tahan napas selama 17 detik, yang
mengakibatkan terjadinya artefak pada saat pemeriksaan akibat pergerakan diafragma
saat pasien bernapas. Tidak banyak operator MRI yang mau dan mampu melakukan
manipulasi nilai concatenation, yang hanya berpatokan pada nilai parameter dari
protokol yang sudah ada. Sehingga pada pasien yang tidak dapat menahan napas
3

kurang dari 17 detik memungkinkan terjadinya artefak akibat pergerakan dari organorgan pada abdomen yang tentunya dapat mengganggu kualitas citra MRI yang
dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
permasalahan tersebut dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul: PENGARUH
PENGATURAN PARAMETER CONCATENATION TERHADAP INFORMASI CITRA
PADA T2

WEIGHTED

FAST

SPIN

ECHO

TRANSVERSAL

PEMERIKSAAN

MAGNETIC RESONANCE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (MRCP)


B. METODE
Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaturan parameter
concatenation terhadap kualitas citra dan informasi diagnostik pada T2 Weighted Fast
Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
(MRCP). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemeriksaan MRCP di RSU Kasih
Ibu Denpasar.

Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah 6 orang sukarelawan

pemeriksaan MRCP di RSU Kasih Ibu Denpasar yang diberi perlakuan variasi
concatenation. Responden yang memberikan penilaian terhadap citra T2 Fast Spin
Echo Transversal MRCP adalah 5 (lima) orang dokter spesialis radiologi yang
berpengalaman mengekspertise pemeriksaan MRI 1,5 Tesla.
Prosedur dalam penelitian ini adalah : pertama pembuatan citra MRI T2 Weighted
Fast

Spin

Echo

Transversal

pemeriksaan

Magnetic

Resonance

Cholangiopancreatography (MRCP) dimana setiap sukarelawan dilakukan scanning


dengan empat variasi nilai Concatenation yaitu 2, 3, 4, dan 5,dengan parameter lainnya
diatur tetap. Dari irisan yang dihasilkan, dipilih satu citra yang dapat menampilkan hepar
(lobus dekstra dan sinistra), kandung empedu (gallbladder) pancreas (kepala, badan,
dan ekor), Common Bile Duct dan artefak dalam satu citra. Kemudian, dilakukan
penilaian kuantitatif dengan pengukuran nilai SNR. Caranya dengan membuat ROI
4

(Region of interest) pada daerah hepar, kandung empedu, pankreas, CBD, serta daerah
bebas (background) untuk mengetahui rerata sinyal masing-masing. Pada display
monitor akan tertera nilai mean dan standar deviasi pada masing-masing daerah
terukur. Nilai yang sudah didapatkan kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai SNR
setiap daerah ROI dengan cara membagi sinyal rata-rata daerah terukur dengan
standar deviasi noise (daerah background). Untuk informasi citra diberikan kuisioner ke
5 (lima) orang dokter spesialis radiologi yang berpengalaman di bidang MRI 1,5 Tesla
dimohon untuk mencermati citra dari masing-masing gambar. Penilaian kualitatif berupa
menilai kontras citra secara umum, hepar, kandung empedu, pankreas, dan Commonis
Blie Duct (CBD) dan menilai adakah artefak pada citra, serta memilih citra dari
pengaturan concatenation berapakah yang paling baik.
Setelah didapatkan data hasil dari setiap pengaturan parameter concatenation
kemudian data tersebut diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program
SPSS 17. Langkah pertama yang dilakukan uji normalitas data atas hasil perhitungan
SNR dan CNR dari setiap variasi Concatenation. Jika data berdistribusi normal, maka
dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui pengaruh antara variasi Concatenation
terhadap SNR, dan CNR, bila tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi
Spearman. Dilanjutkan dengan uji regresi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Concatenation terhadap SNR dan CNR pada citra T2 Fast Spin Echo MRCP. Jawaban
kuesioner dari dokter spesialis radiologi dalam bentuk data ordinal, dianalisis dengan uji
korelasi Spearman untuk mengetahui adakah pengaruh yang bermakna, yang
dihasilkan dari variasi Concatenation. Sebelumnya dilakukan kappa test untuk menilai
kesesuaian atau kesamaan persepsi responden dalam penilaian kuisioner. Untuk
mengetahui informasi citra yang optimal dari kuisoner dilakukan uji Friedman untuk
menentukan Mean Rank tertinggi dan dibantu dengan analisis pengukuran SNR, CNR
sehingga disimpulkan nilai Concatenation yang optimal pada sekuen T2 Fast Spin Echo
Transversal MRCP.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
5

a. Hasil Citra MRI T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan


Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP)

2.

Concatenation 2

Concatenation 3

Concatenation 4

Concatenation 5

Hasil Uji Statistik


a. Ditinjau dari SNR

Tabel serta Grafik pengaruh variasi nilai Concatenation pada masing-masing


anatomi pemeriksaan MRCP irisan transversal dari rata-rata penghitungan SNR
keenam sukarelawan dapat dilihat sebagai berikut;
Tabel Hasil rata-rata pengukuran SNR dari keenam sukarelawan pada masingmasing anatomi
Variasi
SNR
Hepar
GB
CBD
Pankreas
Concatenation
2
27,03
104,12
77,27
23,10
3
32,99
130,00
95,17
27,44
4
36,13
143,59
104,66
31,30
5
47,62
166,88
109,53
43,04
200
150
100
50
0

Hepar
GB
CBD
Pankreas

Grafik perubahan nilai SNR anatomi pemeriksaan MRCP dengan variasi nilai
Concatenation
Dari hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk (karena data kurang dari 50)
diperoleh nilai signifikansi (p value) SNR pada Hepar sebesar 0,054, Gall
Bladder sebesar 0,233, CBD sebesar 0,328, dan Pankreas sebesar 0,056.
Karena nilai signifikansi (p value) SNR Hepar, Gall Bladder , Common Bile
Duct (CBD), dan Pankreas tersebut bernilai > 0,05 (p value > 0,05) berarti data
berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji regresi
Hasil uji korelasi (pearson corellation test) SNR
SNR
R
Makna
pada
Hepar
0,938 ada hubungan sangat kuat antara Variasi
Gall
Concatenation dengan SNR baik pada
0,967
Bladder
Hepar, Gall Bladder , Common Bile Duct (D)
CBD
0,889 dan Pankreas
Pankreas
0,947
Dengan p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder <0,001, CBD <0,001,
dan Pankreas <0,001 (p value pada Hepar, Gall Bladder , CBD dan Pankreas
7

<0,05) dan nilai R berkisar

0,8001,000 artinya hubungan antara variasi

Concatenation dengan SNR pada Hepar, Gall Bladder , CBD dan Pankreas
signifikan dan sangat kuat. Tanda positif menunjukkan arah yang sama, artinya
semakin besar nilai Concatenation semakin tinggi SNR baik pada Hepar, Gall
Bladder , CBD dan Pankreas.
b. Ditinjau dari CNR
Tabel serta Grafik pengaruh variasi nilai concatenation pada masingmasing

anatomi

pemeriksaan

MRCP irisan

transversal

dari

rata-rata

penghitungan CNR keenam sukarelawan dapat dilihat sebagai berikut;


Tabel Hasil rata-rata pengukuran CNR dari keenam sukarelawan pada
masing-masing anatomi
Variasi
CNR
Concatenation GB_Hepar GB_Pankreas Hepar_CBD CBD_Pankreas
2
77,09
81,69
50,24
54,83
3
97,01
102,06
62,18
67,23
4
107,46
111,96
68,53
73,02
5
119,27
124,68
61,91
67,33
140
120
100
80
60
40
20
0

GB_Hepar
GB_Pankreas
Hepar_CBD
CBD_Pankreas

Grafik perubahan nilai CNR anatomi pemeriksaan MRCP dengan variasi nilai
Concatenation
Dari hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk (karena data kurang
dari 50) diperoleh nilai signifikansi (p value) CNR pada Gall Bladder dengan
Hepar sebesar 0,123, Gall Bladder dengan Pankreas sebesar 0,210, Hepar
dengan CBD sebesar 0,240, dan CBD dengan Pankreas sebesar 0,098.
Karena nilai signifikansi (p value) CNR pada Hepar dengan Gall Bladder , Gall
Bladder dengan Pankreas, Hepar dengan CBD, dan CBD dengan Pankreas
tersebut bernilai > 0,05 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal.
8

Selanjutnya data diolah secara statistik dengan uji korelasi (pearson


corellation test) antara variasi concatenation dengan CNR pada pada Hepar
dengan Gall Bladder , Gall Bladder dengan Pankreas, Hepar dengan CBD,
dan CBD dengan Pankreas, didapatkan hasil :
Hasil uji korelasi (pearson corellation test) CNR
CNR pada
R
Makna
ada hubungan sangat kuat
GB_Hepar
0,960
antara
Variasi
Concatenation
dengan
GB_Pankreas
0,944
CNR.
ada hubungan kuat antara
Hepar_CBD
0,607
Variasi
Concatenation
CBD_Pankreas
0,607
dengan CNR
Sumber : data penelitian
Dengan p value pada Gall Bladder dengan Hepar <0,001, Gall Bladder
dengan Pankreas <0,001, Hepar dengan CBD 0,002,
Pankreas 0,002 (p value <0,05) dan nilai R berkisar

dan CBD dengan


0,6001,000 artinya

hubungan antara variasi Concatenation dengan CNR pada Gall Bladder


dengan Hepar, Gall Bladder dengan Pankreas, Hepar dengan CBD, dan CBD
dengan Pankreas adalah signifikan dan kuat. Tanda positif menunjukkan arah
yang sama, artinya semakin besar nilai Concatenation semakin tinggi CNR
baik pada Gall Bladder dengan Hepar, Gall Bladder dengan Pankreas, Hepar
dengan CBD, dan CBD dengan Pankreas.
c. Ditinjau dari Scan Time
Dalam penelitian ini 24 citra yang didapatkan dari 6 sukarelawan, 4
variasi nilai Concatenation memiliki waktu scanning (Scan time) yang sama
antara sukarelawan 1, sukarelawan 2, sukarelawan 3, sukarelawan 4,
sukarelawan 5, dan sukarelawan 6 yaitu sebagai berikut

No
1
2

Tabel Scan Time


Nilai
Concatenatio
n
Scan Time
2
0 menit 43 detik
3
0 menit 50 detik
9

3
4

4
5

1 menit 06 detik
1 menit 23 detik

Scan Time
100
80
60
40
20
0

Scan Time

Grafik perubahan scan time pemeriksaan MRCP dengan variasi nilai


Concatenation
Dengan adanya perubahan nilai concatenation akan berpengaruh
langsung terhadap perubahan scan time (waktu scanning). Dari display pada
komputer,

dapat

dilhat

langsung

waktu

scan

setiap

kali

parameter

concatenation dirubah. Semakin besar nilai concatenation yang digunakan,


maka waktu scanning akan meningkat pula.
d. Ditinjau dari Informasi Anatomi
Tabel serta Grafik pengaruh variasi nilai Concatenation terhadap
Informasi Citra Anatomi pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal
pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dari
rata-rata penghitungan perhitungan kuisioner keenam sukarelawan dapat
dilihat sebagai berikut;

Hasil Kuisioner dari keenam sukarelawan pada masing-masing informasi


citra anatomi
Variasi
Informasi Citra Anatomi
Hepar
GB
CBD
Pankreas
Concatenation
2
1,67
1,67
1,00
1,30
3
1,83
2,03
1,00
1,50
4
2,83
2,53
1,77
2,17
5
3,00
3,00
2,67
3,00
10

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Hepar
GB
CBD
Pankreas

Grafik Hasil Kuisioner Informasi citra anatomi pemeriksaan MRCP dengan


variasi nilai Concatenation
Grafik di atas memperlihatkan perubahan hasil kuisioner informasi citra
anatomi

pemeriksaan

MRCP

irisan

Transversal

dengan

variasi

nilai

Concatenation. Peningkatan nilai Concatenation sama-sama mengakibatkan


peningkatan nilai hasil kuisioner informasi citra anatomi.
Data hasil kuisioner tersebut kemudian dilakukan uji korelasi spearman
(spearman corellation test) karena data kuisioner berupa data ordinal antara
variasi Concatenation dengan Informasi citra anatomi pada Hepar, Gall
Bladder, Common Bile Duct (CBD) dan Pankreas, didapatkan hasil :
Hasil uji korelasi (spearman corellation test) Informasi anatomi
Informasi Anatomi

Hepar

0,848

Gall Bladder

0,849

CBD

0,892

Pankreas

0,796

Makna
ada hubungan sangat kuat
antara Variasi Concatenation
dengan Informasi Anatomi
(Hepar, GB, dan CBD)
ada hubungan yang kuat antara
variasi Concatenation dengan
Informasi Anatomi Pankreas

Sumber : data penelitian


Dengan p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder <0,001, CBD <0,001,
dan Pankreas <0,001 (p value pada Hepar, Gall Bladder , CBD dan Pankreas
<0,05) dan nilai R berkisar

0,6001,000 artinya hubungan antara variasi

11

concatenation dengan Informasi citra anatomi pada Hepar, Gall Bladder , CBD
dan Pankreas signifikan dan kuat.
e. Ditinjau dari Artefak
Tabel dan Grafik pengaruh variasi nilai Concatenation terhadap Informasi
artefak pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic
Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dari perhitungan kuisioner
keenam sukarelawan dapat dilihat sebagai berikut;
Hasil Rekapitulasi kuisioner untuk ada atau tidaknya artefak
No

Concatenation

1
2
3
4

2
3
4
5

Prosentase Artefak
Ada
Tidak ada
100%
0%
60%
40%
30%
70%
6,67%
93,33%

120
100
80
60
40
20
0

Prosentase Tidak
Ada Artefak
Prosentase Ada
Artefak

Grafik Hasil Kuisioner Informasi ada atau tidaknya artefak pada pemeriksaan
MRCP dengan variasi nilai Concatenation
Grafik di atas memperlihatkan perubahan hasil kuisioner informasi citra ada
atau tidaknya artefak pada pemeriksaan MRCP irisan Transversal dengan
variasi nilai Concatenation. Peningkatan nilai Concatenation mengakibatkan
menurunnya prosentase terjadinya artefak pada pemeriksaan MRCP irisan
Transversal.
f.

Hasil Uji Statistik untuk Menentukan Pengaturan Parameter Concatenation


yang Optimal
Analisis dengan uji friedman untuk mengetahui nilai rerata tertinggi citra
anatomi T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic

12

Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dari masing-masing varias


nilai concatenation.
Setelah dilakukan uji friedman, maka didapatkan hasil nilai Mean Rank.
Seperti tabel di bawah ini :

Concatenatio
n
2
3
4
5

Tabel Hasil Uji Friedman


Mean
Rank
Gall
Bladde Hepar Pankreas
r
5,79
5,98
4,26
8,16
6,98
5,12
11,28
13,21
9,33
13,62
13,81
13,69

Asymp
CBD
2,79
2,79
6,57
12,62

Sig.

<0,001

Berdasarkan hasil uji Friedman, terdapat perbedaan yang signifikan


antara citra anatomi T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dengan 4 variasi
nilai Concatenation dengan p value < 0,001 (p<0,05). Dilihat dari Mean Rank,
nilai citra anatomi

T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan

Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP)

tertinggi / yang

optimal diraih oleh Concatenation 5 yaitu rata-rata dari Gall Bladder =13,62,
Hepar=13,81, Pankreas=13,69, dan CBD=12,62.
3. Pembahasan
a. Pengaruh pengaturan parameter Concatenation terhadap Informasi Citra pada
T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP)
Pengaruh semakin besar nilai concatenation maka semakin besar nilai
SNR yang dihasilkan disebabkan karena pada concatenation 2 dan 3 pasien
harus dapat tahan napas 20 dan 17 detik, sehingga pasien cenderung tidak
dapat tahan napas dengan waktu yang cenderung lama, yang mengakibatkan
terjadinya artefak dan nilai noise semakin besar. Besarnya nilai noise dapat
mengakibatkan penurunan nilai SNR yang dihasilkan (Michael Lipton, 2007).
Hal ini berbeda dengan pengaturan concatenation 4 dan 5 dimana pasien harus
dapat tahan napas 15 dan 14 detik, yang cenderung sebentar, sehingga pasien
13

dapat tahan napas selama pemeriksaan dan tidak menimbulkan artefak serta
nilai noise juga kecil. Nilai noise yang kecil mengakibatkan nilai SNR semakin
besar. Selain hal tersebut, semakin besar nilai concatenation maka semakin
besar nilai SNR yang dihasilkan disebabkan oleh nilai TR (Time Repetition)
setiap slice image berbeda-beda untuk setiap variasi nilai concatenation.
Ketidaktetapan nilai SNR pada organ dapat disebabkan oleh komponen
hardware dalam MRI, software dan juga obyek akan dapat mengakibatkan
ketidaktetapan nilai CNR juga karena CNR merupakan selisih antara SNR pada
objek yang berdekatan, sehingga nilai CNR juga bergantung pada nilai SNR
(Westbrook, 2008). Peningkatan nilai concatenation maka CNR yang dihasilkan
semakin tinggi sehingga kualitas citra yang dihasilkan semakin baik.
Berdasarkan pencatatan langsung di Display Monitor didapatkan bahwa
pada nilai concatenation 2 memerlukan scan time 43 detik, pada nilai
concatenation 3 memerlukan scan time 50 detik, pada nilai concatenation 4
memerlukan scan time 66 detik, dan pada nilai concatenation 5 memerlukan
scan time 83 detik. Peningkatan nilai concatenation akan mengakibatkan
meningkatkannya lama waktu pemeriksaan. Dimana menurut, Abdominal
Imaging, Siemens, 2011, concatenation membagi keseluruhan pemeriksaan
menjadi beberapa bagian pemeriksaan. Jumlah dari concatenation sesuai
dengan jumlah dari bagian pemeriksaan. Peningkatan nilai concatenation akan
menambah lamanya waktu pemeriksaan.

b. Pengaturan Parameter Concatenation yang Optimal pada T2 Weighted Fast


Spin
Echo
Transversal
Pemeriksaan
Magnetic
Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP)
Berdasarkan perhitungan nilai SNR, maka nilai SNR yang paling besar
terdapat pada Concatenation 5 yaitu; SNR pada Hepar 47,62, pada Gall
Bladder 166,88, pada CBD,109,53, dan pada Pankreas 43,04. Untuk nilai CNR
yang paling besar terdapat pada Concatenation 5, yaitu CNR pada GB-Hepar
14

119,27, pada GB-Pankreas 124,68, pada Hepar-CBD 61,91, dan pada CBDPankreas 67,33. Untuk prosentase terjadinya artefak paling kecil terdapat pada
Concatenation 5, yaitu 6,67%. Berdasarkan hasil uji statistik, rata-rata peringkat
tertinggi dari citra anatomi pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal
pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) adalah
pada Concatenation 5, karena memiliki Mean Rank paling besar yaitu Gall
Bladder 13,62, Hepar 13,81, Pankreas 13,69 dan CBD 12,62. Hasil ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan, karena selama ini dengan pengaturan
parameter Concatenation dilapangan khususnya pada MRI siemens 1,5 Tesla
di RSU Kasih Ibu belum tepat diterapkan. Sehingga dalam hal ini pengaturan
parameter Concatenation yang optimal pada T2 Weighted Fast Spin Echo
Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
(MRCP) adalah pada Concatenation 5, dengan pertimbangan memiliki nilai
SNR dan CNR yang paling besar, prosentase terjadinya artefak kecil, serta nilai
kuisioner terhadap citra anatomi memiliki Mean Rank yang paling besar.
D. KESIMPULAN
1. Ada pengaruh pengaturan parameter concatenation terhadap Informasi Citra pada
T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP), baik ditinjau dari SNR dengan p value <0,05
yaitu p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder

<0,001, CBD <0,001,

dan

Pankreas <0,001; ditinjau dari CNR dengan p value <0,05 dengan p value pada
Gall Bladder dengan Hepar <0,001, Gall Bladder dengan Pankreas <0,001, Hepar
dengan CBD 0,002, dan CBD dengan Pankreas 0,002 dan ditinjau dari informasi
anatomi dengan p value <0,05 dengan p value pada Hepar <0,001, Gall Bladder
<0,001, CBD <0,001,

dan Pankreas <0,001 berarti p value pada Hepar, Gall

Bladder, CBD dan Pankreas <0,05.


2. Pengaturan parameter concatenation yang optimal pada T2 Weighted Fast Spin
Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
15

(MRCP) yaitu pada Concatenation 5, karena memiliki nilai SNR, CNR yang tinggi,
prosentase terjadinya artefak kecil 6,67%, serta nilai uji statistik untuk informasi
anatomi memiliki mean rank paling besar yaitu yaitu Gall Bladder 13,62, Hepar
13,81, Pankreas 13,69 dan CBD 12,62.
E. SARAN
1. Berdasarkan penelitian ini penulis merekomendasikan penggunaan Concatenation 5
pada T2 Weighted Fast Spin Echo Transversal pemeriksaan Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography (MRCP) di RSU Kasih Ibu Denpasar.
2. Sebelum melakukan perubahan nilai concatenation perlu

dipertimbangkan

kemampuan pasien untuk dapat tahan napas agar menghindari terjadinya


pergerakan yang mengakibatkan artefak.

16

Potrebbero piacerti anche