Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Subdivisi
: Infeksi Dan Penyakit Tropis
Oleh
: Yoga Yandika
Pembimbing
: Prof. dr. Azhali SpA(K)
Prof. dr Herry Garna, SpA(K)
Prof. dr. Alex Chairul Fatah, SpA(K)
Dr. dr. Djatnika Setiabudi, SpA(K).MCTM
dr. Anggraini Alam, SpA(K)
dr. Riyadi, SpA, M.Kes
Tanggal
: 15 Januari 2014
di rumah sakit karena scrub typhus. Pasien yang menjalani percobaan intervensi selama periode yang sama
dieksklusi dari analisis data.
Definisi dari scrub typhus parah
Scrub typhus yang parah secara operasional dibatasi sebagai pasien yang datang dengan keterlibatan pada paling
tidak satu dari sistem organ berikut.
Sistem kardiovaskular ada salah satu dari:
Tekanan sistol kurang dari 90 mmHg
Aritmia jantung abnormal dengan tanpa riwayat
o Fibrilasi atrium
o Supravetrikular takikardia (SVT)
o Prematur ventricular kontraksi (PVC) yang sering
Miokarditis: peningkatan keratin kinase MB di atas nilai dasar
Sistem pernapasan: ada sindrom distres pernapasan akut yang dibatasi dengan PaO 2/FiO2 <200 mmHg, dengan
infiltrasi interstitium bilateral pada foto toraks dengan rasio jantung/toraks yang normal, atau tanpa kelebihan
volume tekanan vena sentral dari kateter vena sentral.
Sistem saraf pusat ada satu dari tanda berikut:
Glasgow Coma Scale 12 tanpa penyebab lain
Kejang tanpa penyebab lain, atau
Meningoensefalitis.
Hematologi: hitung platelet 20.000/mm3.
Traktus urinaria: terdapat gagal ginjal akut yang dibatasi dengan kreatinin 2 mg/dL atau perubahan kreatinin
>0,5 mg/dL/hari.
Traktus gastrointestinal dan hepatobilier: terdapat hepatitis yang dibatasi dengan peningkatan AST atau ALT
lebih dari lima kali lipat.
Analisis Data
Karakteristik klinis pasien dibandingkan dengan tiga grup keparahan penyakit dengan uji tren nonparametric
dibandingkan dengan grup terdaftar. Prediktor yang berpotensi kuat ditelaah dengan regresi logistik ordinal
dengan skala kontinu (<0,001). Koefisien prediktor signifikan lalu diubah menjadi nilai skor dan dijumlah
sebagaimana skor keparahan scrub typhus. Skor kemudian diklasifikasi menjadi tingkatan risiko berdasarkan
peningkatan risiko actual. Tingkat risiko yang dikategorikan dengan skor kemudian dibandingkan dengan
kriteria tingkat risiko untuk indikasi performa skor.
Hasil
Prediktor keparahan scrub thypus adalah usia >15 tahun, (odds ratio [OR] =4,09), denyut jantung > 100/menit
(OR 3,19), krepitasi (OR 2,97), aspartat aminotransferase serum >160 IU/L (OR 2,89), albumin serum 3,0 g/dL
(OR 4,69), dan kreatinin serum >1,4 mg/dL (OR 8,19). Skor yang berkisar dari 0 sampai 16, membedakan
pasien menjadi tiga tingkat risiko: tidak parah (skor 5, n=278, 52,8%), parah (skor 69, n=143, 27,2%), and
fatal (skor 10, n=105, 20,0%). Klasifikasi keparahan yang tepat diperoleh pada 68,3% kasus. Estimasi yang
terlalu rendah (underestimations) sejumlah 5,9% dan terlalu tinggi (overestimations) sejumlah 25,8%, masih
diterima secara klinis.
Diskusi
Skor keparahan tifus yang berkisar 016 dapat diklasifikasikan menjadi tiga level untuk mensimulasikan tiga
level keparahan penyakit. Kami mengajukan interpretasi dan acuan tersebut.
Pasien dengan skor 05 dikategorikan sebagai tifus tidak berat. Pasien ini dapat ditangani di klinik.
Pemberian agen antiriketsia seperti doksisiklin, kloramfenikol, atau azitromisin harus diresepkan dan
dijadwalkan untuk kontrol.
Pasien dengan skor 69 dikategorikan sebagai tifus berat. Pasien ini dalam risiko tinggi komplikasi dan
harus diadmisi ke rumah sakit untuk observasi tertutup. Investigasi lebih lanjut dan intervensi tambahan
mungkin dibutuhkan. Pasien yang masuk ke rumah sakit tingkat rendah dapat dirujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas yang lebih baik.
Pasien dengan skor 10 atau lebih dikategorikan sebagai tifus fatal. Pasien ini mengalami risiko paling
tinggi terhadap kematian dan harus diinvestigasi penuh untuk abnormalitas sistem atau risiko klinis yang
mengancam hidup, dan harus diadmisi ke unit perawatan intensif untuk monitoring tertutup.
Sistem skoring sekarang ini, seperti pada aturan prediksi klinis, harus divalidasi dengan data
independen sebelum diaplikasikan pada praktik klinis rutin.
Kesimpulan
Skor keparahan tifus mengklasifikasikan pasien menjadi level keparahan dengan level prediksi yang tinggi,
yang secara klinis dpaat diterima dengan estimasi berlebih atau kurang. Klasifikasi ini dapat membantu dokter
dalam prognosis pasien, investigasi, dan manajemen. Seperti aturan prediksi lainnya, algoritma skoring harus
divalidasi dengan data independen sebelum diadopsi ke praktik klinis rutin.