Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
TESIS
OLEH :
OKTAVIANIS
BP. 08 212 12 018
Oktavianis
Abstract
PENDAHULUAN
Cacat lahir sering juga disebut malformasi kongenital atau anomaly
kongenital adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktur,
perilaku, fungsi dan kelainan metabolik yang ditemukan pada waktu lahir. Dari
hasil penelitian akhir akhir ini telah dilaporkan bahwa penyebab cacat lahir
adalah 7-10 % disebabkan karena faktor lingkungan, 6-15 % oleh faktor genetik,
20-25 % karena faktor kombinasi antara genetik dan faktor lingkungan dan 50
60 % masih belum diketahui dengan jelas ( Razak, 2005 ).
Rokok merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
cacat lahir. Kebiasaan merokok pada wanita hamil dapat menyebabkan abortus
spontan dan kematian janin prenatal, bahkan dapat menyebabkan meromelia.
Sekalipun telah diperingatkan bahwa rokok dapat merusak perkembangan janin,
masih ada 25 % wanita tetap merokok selama kehamilannya. Pada perokok berat
20 batang atau lebih perhari , dapat menyebabkan kelahiran prematur dua kali
lebih sering dibanding ibu ibu yang tidak merokok, dan bayinya memiliki berat
badan rendah ( kurang dari 2000 gram ), yang sering menyebabkan kematian janin
( Razak, 2005 ).
Kehamilan adalah suatu anugerah yang harus dijaga sebaik mungkin
dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan,
salah satunya dengan menjauhkan diri dari paparan rokok ( baik sebagai perokok
aktif maupun sebagai perokok pasif ). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
wanita hamil yang merokok beresiko lebih tinggi mengalami keguguran, kelahiran
prematur, dan anak dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ) ( Artikel, 2009 ).
Berdasarkan
penelitian 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang perhari melahirkan
bayi dengan berat badan kurang, juga kelahiran prematur meningkat yaitu rata
rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Lebih dari itu resiko keguguran
pada usia kehamilan minggu ke 28 sampai dengan 1 minggu sebelum persalinan
empat kali lebih tinggi dari yang bukan perokok.
Tar dalam asap rokok memiliki sedikitnya 4 jenis radikal bebas yang
berbeda. Salah satu tipe radikal bebas yang menonjol adalah semiquinon yang
melekat pada salah satu matrik polimer dan mengalami oksidasi reduksi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris dengan
menggunakan rancangan penelitian post test only control group design yaitu
rancangan yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok
eksperimen dengan cara membandingkan perlakukan dengan kelompok control.
Penelitian dilakukan diLaboratorium Farmasi Universitas Andalas Padang untuk
mengetahui efek asap rokok terhadap penurunan dalam kenaikan berat badan tikus
hamil, jumlah fetus, berat badan fetus dan pengamatan makroskopik pada fetus.
Waktu penelitian dilakukan selama 8 bulan.
Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) hamil yang
di dapatkan dari unit pemeliharaan hewan percobaan Laboraturium Farmakologi
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang, Sampel adalah bagian dari
populasi yang memenuhi kriteria inklusif yaitu jenis kelamin betina, umur 2-3
bulan berat badan 250-300 gram, kriteria eklusif adalah tikus sakit. Jumlah sampel
keseluruhan 24 ekor, maka dalam penelitian ini setiap kelompok dipelihara 6 ekor
sehingga jumlah total tikus sebanyak 24 ekor
Variabel independen dalam penelitian ini adalah rokok kretek dengan
dosis perokok ringan 1 batang sehari, perokok sedang 2 batang dan perokok berat
3 batang sehari, variabel dependen adalah berat badan tikus hamil, jumlah fetus,
berat badan fetus dan pengamatan makroskopik pada fetus.
Cara Penentuan fase Estrus pada tikus betina ditandai dengan tikus
percobaan tampak gelisah adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar
yang hangat, pada fase estrus ini dilakukan pengawinan dengan tikus jantan, jika
keesokan harinya ditemukan sumbat vagina berarti tikus telah mengalami
kopulasi dan berada pada kehamilan nol.
Persiapan umum kandang perlakuan hewan dengan memodifikasi ruang
dari bahan kayu bingkai dengan kawat ukuran 30x30x25cm ditutup dengan plastik
ke 4 sisi sebanyak 6 buah sebagai tempat perlakuan asap rokok Rokok yang
dibakar diletakkan dibagian bawah kandang tikus. Dan bagian atas dilobangi
melingkar untuk sirkulasi udara. Waktu pemaparan dimulai saat rokok mulai
dibakar sampai rokok habis terbakar selama 15 hari dan diberikan dalam waktu
yang sama. Selama pemaparan sirkulasi udara dapat terjadi dari bagian atas.
Pengukuran berat badan tikus hamil dilakukan dengan menimbang tikus
hamil mulai dari kehamilan 0 sampai pada kehamilan 15 hari, pada hari ke 15
kehamilan dilakukan laparatomi untuk menghitung jumlah fetus setelah itu
dilakukan menimbangan fetus, untuk mengamati secara makroskopik dilakukan
dengan 1/3 fetus direndam dalam larutan alizarin merah dan 2/3 lagi direndam
dalam larutan Bouins. Dari hasil penelitian dilakukan tabulasi data dan dianalisa
dengan menggunakan uji ANOVA dengan derajad kepercayaan 95 %. Jika
didapatkan hasil yang bermakna dilanjutkan dengan uji statistik Multiple
Comparisons (Post Hoc Test) jenis Bonferroni.
Kelompok
Nilai rata-rata
Penurunan dalam
Kenaikan berat badan
(p)
Nilai rata-rata
jumlah fetus
(p)
K (kontrol)
P1
P2
P3
0,991
0,958
0,310
0,976
0,968
0,272
0,272
0,967
Nilai rata-rata
berat badan
fetus
(p)
0,961
0,290
0,820
0,282
SD
95% CI
p value
K (kontrol)
55,66
8,52
56,72-64,61
0,005
P1
40,33
3,26
36,90-43,76
P2
32,33
8,75
23,14-41,52
P3
15,00
2,82
12,03-17,96
_________________________________________________________________
Dari Tabel 2 Berat Induk tikus yang di ukur pada hari ke 15 kehamilan
sebelum dilakukan pembedahan. Berdasarkan hasil penelitian pemberian asap
rokok terhadap tikus selama periode kehamilan (hari ke 0-15 kehamilan ) Dari
hasil penelitian diketahui rata-rata kenaikan berat badan tikus putih hamil
mengalami perbedaan dibandingkan dengan kontrol (55,66 gr) dengan standar
deviasi 8,62. Pada perlakuan 1 batang rokok perhari berat rata-rata tikus (40,33
gr) dengan standar deviasi 3,26. Pada pemberian 2 batang rokok berat rata-rata
tikus (32,33 gr) dengan standar deviasi 8,75 dan terjadi perbedaan yang sangat
bermakna pada pemberian 3 batang rokok perhari (15 gr) dengan standar deviasi
2,82.
Berdasarkan uji Anova yang dilakukan terhadap rata-rata berat badan tikus
hamil menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan (p<0,05). Ini berarti kandungan asap rokok
besar pengaruhnya secara statistik terhadap berat badan tikus putih yang hamil.
Oleh karena itu uji statistik dilanjutkan dengan Multiple Comparisons (post hoc
test) jenis Bonferroni dan hasilnya dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji statistik Multiple Comparisons Jenis Bonferoni Rata-rata
Penurunan dalam Kenaikan Berat Badan Tikus Hamil Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan.
Kontrol
Kontrol
Pemberian Rokok
(batang)
Perlakuan [1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
Mean Difference
15,33
23,33
40,66
0,003
0,005
0,005
Perlakuan[1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
8,0
25,33
0,270
0,005
Perlakuan[2]
Perlakuan[3]
17,33
0,001
bermakna di mulai pada pemberian rokok 1,2 dan 3 batang sehari (p < 0.05).
Namun untuk kelompok perlakuan 1 terhadap perlakuan 2 tidak memperlihatkan
adanya perbedaan yang bermakna (p>0.05).
Untuk memonitor kesehatan dari induk tikus secara umum maka dilakukan
pengamatan terhadap kenaikan berat badan mulai dari pemberian asap rokok
sampai dilakukan laparatomi. Pertambahan berat badan selama hamil disebabkan
karena berkembangnya fetus dan bertambahnya volume cairan amnion, plasenta
serta selaput amnion.
Peningkatan zat karbon monoksida dalam darah menyebabkan penurunan
kadar oksigen dalam darah, seperti diketahui fungsi oksigen adalah untuk
mengangkut zat-zat makanan
makanan dalam sel, jika oksigen dalam darah berkurang dapat menyebabkan
pembelahan
mencit
selama
periode
kritis
kehamilan
(hari
ke
6-15
SD
95% CI
p value
K (kontrol)
8
0,89
7,06-8,94
0,005
P1
7,33
0,51
6,79-7,88
P2
6,33
0,51
5,79-6,88
P3
6
0,89
5,06-6,94
_________________________________________________________________
Dari Tabel 4 : Dari hasil penelitian diketahui rata-rata jumlah fetus tikus
putih mengalami perbedaan dibandingkan dengan kontrol (8 ekor) dengan standar
deviasi 0,89. Pada pemberian 1 batang rokok jumlah rata-rata fetus tikus (7,33
ekor) dengan standar deviasi 0,51. Pada pemaparan 2 batang rokok jumlah fetus
(6,33 ekor) dengan standar deviasi 0,51, sedangkan pada pemberian 3 batang
rokok perhari rata-rata jumlah fetus (6 ekor) dengan standar deviasi 0,89.
Pemberian Rokok
(batang)
Perlakuan [1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
Mean Difference
0,66
1,66
2,00
0,777
0,005
0,001
Perlakuan[1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
1,00
1,33
0,167
0,029
Perlakuan[2]
Perlakuan[3]
0,33
1,00
jadi tidak bisa pemberian asap rokok menjadi faktor utama dan satu-satunya
sebagai patokan berkurangnya jumlah fetus sebagai efek teratogen. Disamping itu
perbedaan atau pengurangan jumlah fetus juga disebabkan karena terjadinya tapak
resopsi. Dari penelusuran literatur dijelaskan bahwa toksisitas pada janin tampak
dari berkurangnya berat badan fetus dan jumlah janin yang tidak bertahan hidup
dan jenis data ini sering digunakan sebagai penyokong dalam menilai
teratogenitas tersebut ( Scehefler,W.C.1987).
Salah satu kandungan bahan kimia dalam asap rokok yang dapat
mempengaruhi implantasi adalah nikotin. Pemberian nikotin secara langsung
maupun tidak langsung dapat menghambat proses pembelahan sel, menghambat
pembentukan blastosit, dan mencegah terjadinya implantasi bahkan mengganggu
masuknya embrio ke rongga rahim ( Card dan Mitchell 1979 ). Menurut Soeradi
(1995), tikus betina yang dipaparkan asap rokok kretek selama 50 hari, setelah
dikawinkan menunjukkan peningkatan kelainan dan gangguan pada janin secara
bermakna, ini disebabkan karena tingginya kadar nikotin dan tar dalam asap rokok
kretek. Komponen lain yang mempengaruhi kegagalan implantasi menurut Zenzes
(2000) adalah kadmiun. Menurut Soeradi(1995), kadmiun merupakan salah satu
komponen karsinogenik utama dalam tar yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam proses implantasi.
Hidrokarbon polisiklik yang terdapat dalam asap rokok bersifat toxin
terhadap sel ovarium, selain itu komponen alkaloid dalam asap rokok seperti
nikotin,ternyata menekan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap penurunan
fertilitas ovarium dan kejadian keguguran lebih tinggi.
SD
95% CI
p value
K (kontrol)
5,09
0,29
4,77-5,40
0,005
P1
4,30
0,24
4,04-4,56
P2
2,95
0,12
2,81-3,08
P3
1,05
0,81
0,96-4,01
_________________________________________________________________
Dari Tabel 6. Dari hasil penelitian diketahui rata-rata berat fetus tikus
putih mengalami perbedaan dibandingkan dengan kontrol (5,09 gr) dengan
standar deviasi 0,29. Pada pemberian 1 batang rokok jumlah rata-rata berat badan
fetus tikus (4,30 gr) dengan standar deviasi 0,24. Pada pemaberian 2 batang rokok
(2,95 gr) dengan standar deviasi 0,12, sedangkan pada pemberian 3 batang rokok
perhari rata-rata berat badan fetus (1,05 gr) dengan standar deviasi 0,08.
Sesuai dengan uji normalitas (Kolmogorov Smirnov) data terdistribusi
normal sehingga dapat di lanjutkan uji parametrik (ANOVA). Berdasarkan hasil
uji statistik ternyata di dapatkan perbedaan varian kontrol dengan perlakuan
secara bermakna (p<0,05). Oleh karena itu uji statistik dilanjutkan dengan
Multiple Comparisons (post hoc test) jenis Bonferroni dan hasilnya dapat di lihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji statistik Multiple Comparisons Jenis Bonferoni Rata-rata Berat
Badan Fetus Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan.
Kontrol
Kontrol
Pemberian Rokok
(batang)
Perlakuan [1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
Mean Difference
0,79
2,14
4,03
0,005
0,005
0,005
Perlakuan[1]
Perlakuan [2]
Perlakuan [3]
1,35
3,24
0,005
0,005
Perlakuan[2]
Perlakuan[3]
1,89
0,005
secara
keseluruhan,
dengan
meningkatnya
metabolisme
CYP2A6,
juga
mengaktivasi
asap
rokok
prokarsinogen
(4-
bahwa selain ibu yang merokok, bila ayah yang merokok ternyata juga
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok
berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir sebesar 112 gram. (Samuel,
1994).
Pengamatan terhadap adanya kelainan pada fetus dapat dilihat dengan
merendam dalam larutan Bouins dan Alizarin merah. Fetus yang telah direndam
dalam larutan merah alizarin, dihitung jumlah tulang yang membentuk rangka
secara umum. Pada hewan normal ada tujuh tulang servik, dua belas tulang
thorac, enam tulang lumbal, empat tulang sacral dan dua atau tiga tulang caudal.
Semua diamati setelah fetus direndam dalam larutan merah alizarin, yang
menyebabkan fetus menjadi transparan dan tulang bewarna merah tua sehingga
dapat diamati dengan bantuan kaca pembesar. Dari pengamatan yang dilakukan
pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa semua fetus hidup sehat, memiliki
berat badan yang cukup dan tidak ada kelainan, untuk kelompok perlakukan
menunjukkan perbedaan berat badan fetus, dengan bobot yang kecil ternyata
rangka yang ada sangat kecil.
Fetus yang direndam dalam larutan Boins akan keras dan berwarna
kuning, dapat digunakan untuk mengamati bagian luar janin, formaldehid dan
asam asetat yang terdapat dalam larutan bouins akan mengawetkan jaringan
embrio, asam pikrat akan mewarnai fetus sehingga bewarna kuning dan lebih
mudah diamati. Parameter yang diamati adalah jumlah jari kaki dan jari-jari
tangan, ekor, kelopak mata, daun telinga.Dari ketiga kelompok perlakuan yang
dilakukan pada penelitian ini tidak satupun ditemukan kelainan morfologis, baik
pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakukan yang diberikan asap rokok,
semua janin tidak menunjukkan kelainan, semuanya dalam keadaan normal, tidak
terjadi kecacatan pada janin yang telah dilahirkan. Tetapi pemberian asap rokok
pada 2 batang rokok perhari cukup bersifat toxik dimana dari 2 ekor induk tikus
terdapat 2 tapak resopsi dan 2 ekor mati saat laparatomi serta pada pemberian 3
batang rokok perhari dari 2 ekor induk tikus terdapat 3 tapak resopsi dan 2 ekor
mengalami mati saat laparatomi.
Hal yang perlu diperhatikan selama perlakuan hewan adalah keadaan gizi
dan kesehatan induk tikus selama kehamilan, karena cacat bawaan selain
disebabkan faktor genetik juga disebabkan faktor lain seperti lingkungan atau
infeksi tertentu.
Menurut Salokangas et al (2000) mengatakan bahwa Dopamin adalah zat
didalam otak yang terpacu keluar akibat paparan asap. Komponen asap rokok
yang menyebabkan dopamine adalah nikotin.Keadaan normal dopamine berfungsi
sebagai menyebabkan fungsi motorik dan mengatur status emosional. Peningkatan
dopamine akan memicu gerakan agresif, perilaku yang agresif dapat
menyebabkan perilaku liar (buas), bahkan kanibal (Schwartz, 1994).
Sebagaimana laporan dari Mendelian Inheritance In Man (1999) dalam
(Khoury, dkk, 2000), Jumlah gen yang dilaporkan meningkatkan kerentanan
khusus untuk kondisi kelainan kongenital sebanyak 594 gen, diantaranya gen
sitokrome.Berdasarkan pada variasi genetik, kecepatan metabolisme terhadap
senyawa asing yang masuk dalam tubuh berbeda-beda antar individu.Perbedaan
ini bersifat khas tergantung dari aktifitas enzim metabolisme, sehingga
menyebabkan variasi substansial jumlah ketersediaan senyawa tersebut dan atau
metabolitnya di dalam tubuh. Dari studi in vitro maupun in vivo yang pernah
hal
tersebut
dapat
menyebabkan
kerusakan
DNA
atau
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian efek pemberian asap rokok terhadap tikus putih
hamil dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan dalam kenaikan berat badan tikus putih hamil
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1,2,3 batang
rokok perhari.
2. Terjadi penurunan jumlah fetus tikus putih antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan 1,2,3 batang rokok perhari.
3. Terjadi penurunan berat badan fetus tikus putih antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan 1,2,3 batang rokok perhari.
4. Pemberian asap rokok tidak mempengaruhi kecacatan pada fetus
tapi bersifat toxic.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas maka di
sarankan:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek asap rokok
terhadap asupan nutrisi selama hamil.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek asap rokok
terhadap perkembangan fetus yang dilahirkan selama masa laktasi
3. Perlu dilakukan
pengaruh asap rokok terhadap ibu hamil dan fetus yang dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 1997. Skripsi Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat lahir
Rendah ( BBLR ) di Wilayah Kerja Puskesmas. http//www. Skripsi.2010
Aloomis,T, 1994, Toksikologi Dasar, Edisi III, Alih Bahasa oleh Imono A.D,
Penerbit UGM, Yogyakarta
Almahdy, A, 1993, Teratologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang
Almahdy, A. 2004. Uji Aktivitas Teratogenitas Ekstrak Etanol Daun Inggu ( Ruta
graveolens Linn ) pada Mencit Putih, Jurnal sains dan Teknologi Farmasi. 9
(2).
Alwan M, 2009. Pertukaran Darah Ibu dan Janin. http//www.bayi
Amiruddin R,. 2006. Artikel Resiko Asap Rokok dan Obat obatan Terhadap
Kelahiran Prematur di RS ST. Fatimah Makasar.
____________2007. The Role Of Gane Variation Of CYP2AG In Plasental and
Birth Weight : Studi In Pregnant Woment In makasar ( Medika : Journal
Kedokteran Indonesia No 10 thn Ke XXXIII Oktober 2007, ISSN 02160910
Artikel. 2009. Bumil Merokok Anak Hiperaktif. http//www. cpddokter.com.
continuing professional development dokter Indonesia.
Benowitz NL et al, 1999, Etnic Difference In N-Glucoronidation Of Nicotin and
Cotinin. Journal Pharmacol exp 291=1196-1203.
Card JP,Mitchell JA,1979. The Effects Of Nicotine On Implantation Rat. Biology
Of Reproduction.20=532-539
Drastyawan, dkk. 2001. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Saluran Nafas. Jurnal
Persahabatan Ilmiah Kesehatan
Drew, U, 1996, Atlas Bewarna dan Teks Embriologi, alih bahasa oleh Hendra
Laksmana, Penerbit Hipokrates, jakarta.
Farmakope Indonesia. 1995. Badan Pengawas Obat dan Makanan Edisi IV.
Jakarta
Ganong WF 1995. Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Andrianto J. Oswan
(ed). Jakarta : EGC.
Guyton, AC, Hall JE, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC
Halliwell & Gutteridge. 1999. Free Radical, Other Reactive Species and Disease
In Free Radical In Biology Medicine. New York : Oxford University.
Harbinson, R.D, 2001, The Basic Science of Poison in Cassaret and Doulls
Toxicology, Mac Millan Publishing.co.id, New York
Jamal, 2006. Merokok Meningkatkan Resiko Terjadinya Kelahiran BBLR.
http//www/pediatric. Workpress.com
Kakisina P, 2004. Thesis Pengaruh Nikotin terhadap Perkembangan Embrio
Mencit
( Mus Musculus ). http//www. Adln.lib.unair.ac.id
Karen & Thomas, 2006, Principles of Toxicology. 2nd edition. New York.
Kemas AH, 1991. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasinya. Penerbit PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. hlm 49-70.
Khoury, MJ, Burke, W Thompson, 2000, EJ Genetic and Public Health In The
21st Century, Oxford.
Kuroki Y, 1988. Monitoring of Congenital Anomalies. Cong Anom 28 (supp)
Lancet, 1999. CYP2A6 Polimorphism. Nicotin and Environment Nitrosamines.
Manson at al, 1982. Teratology Test Methode For Laboratory Animals, Ravent
Pres. New York.
Marowit Ross Genetic Teen Smoking, Study
http/www.globaltechnology.com/technology.
Find
Canadian
Press.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Novirman Djamarun, MSc selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Andalas
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis yang sangat berguna dalam penyusunan tesis ini.
9. Teristimewa buat kedua orang tua, teman - teman yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa untuk penulis.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun hasil penelitian ini
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Perempuan
Umur
29 tahun
Status
Belum Menikah
Agama
Islam
Kewarganegaraan
Indonesia
Alamat
Pendidikan Formal
Instansi