Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Perangkat Framing
Unit Pengamanan
Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis
Judul
Lead
Bersalah.
Pengamat hukum Erick
Antariksa menganggap jika
penetapan tersangka Dahlan
Latar Informasi
tidak sah.
Erick Antariksa menganggap
jika kuasa hukum Dahlan
cukup membuktikan jika satu
dari tiga syarat penetapan
Kutipan Sumber
Pernyataan/Opini
cacat hukum.
Keseluruhan isi berita
bersumber dari kritik Erick
Penutup
Antariksa.
Erick Antariksa menganggap
jika kritiknya bukan karena ia
penasihat hukum Dahlan
melainkan hanya pendukung
Dahlan yang berprofesi
Struktur Skrip
What
Who
When
Struktur Tematik
Where
Why
Jakarta
Karena unsur kerugian negara
How
tidak terpenuhi.
Tidak disebutkan dalam
artikel.
Paragraf 1: penetapan
tersangka Dahlan Iskan oleh
Kajati DKI menuai kritik
Paragraf 2: pengamat hukum
melihat jika Dahlan tidak
terbukti merugikan negara.
Paragraf 3: penjelasan
mengenai tiga syarat
penetapan tersangka:
merugikan negara,
memperkaya diri sendiri dan
melanggar hukum.
Paragraf 4: jika salah satu
unsur tersebut tidak terpenuhi,
maka penetapan tersangka
tidak sah. Jaksa penuntut
harus membuktikan jika
Dahlan memenuhi ketiga
syarat tersebut agar penetapan
tersangka tidak terbantahkan.
Paragrag 5: sebaliknya,
penasihat hukum cukup
membuktikan jika salah satu
syarat tidak terbukti.
Paragraf 6: PLN sudah
melakukan mekanisme
pertukaran benda dengan uang
sesuai dengan ketentuan.
pendukungnya saja.
Penggunaan tanda kutip
grafik.
Dahlan Iskan.
Penggunaan kata sama
sekali dan tidak pernah
ada yang nampak
mencolok dan berlebihan
sehingga bermaksud
menekankan.
Sintaksis
Judul yang digunakan Analisa merujuk pada inti pembelaan yang dilakukan seorang pengamat
hukum bernama Erick Antariksa. Judul tersebut tendensius mengarahkan pembaca untuk melihat
sudut pandang permasalahan (penetapan Dahlan Iskan sebagai tersangka oleh Kajati DKI
Jakarta) dari sisi pembela. Dimuatnya berita ini pun sudah cukup menjadi bukti jika Analisa
memosisikan diri sebagai pihak pro Dahlan. Pada bagian lead, penulis berita juga dengan rinci
dan jelas memuat isi pembelaan Erick Antariksa yang secara garis besar meyoroti keabsahan tiga
syarat yang digunakan Kajati DKI Jakarta untuk menerapkan UU Tipikor pada Dahlan. Latar
dan kutipan sumber juga melulu merujuk pada pendapat Erick Antariksa yang menentang
penetapan tersangka pada Dahlan Iskan.
Struktur Skrip
Struktur skrip yang berisi unsur 5W+1H terdiri dari what (apa) yang membahas tentang
penetapan tersangka Dahlan Iskan yang dianggap tidak sah oleh pengamat hukum bernama Erick
Antariksa (who). Berita tersebut memuat alasan jika (why) penetapan tersangka itu tidak
memenuhi salah satu unsur yang termuat dalam UU Tipikor yaitu kerugian negara. Sedangkan
where dan when tercatat tanggal 8 Juni 2015 dan di berlatar di Jakarta. Hanya saja tidak
ditemukan unsur how yang melatarbelakangi bagaimana isi berita tersebut terjadi.
Struktur Tematik
Pada bagian struktur tematik, isi berita terdiri dari 7 paragraf. Pada paragraf pertama disebutkan
jika penetapan tersangka Dahlan Iskan oleh Kajati DKI menuai kritik dari seorang pengamat
hukum bernama Erick Antariksa yang melihat jika Dahlan tidak terbukti memenuhi unsur
merugikan negara sesuai dengan ketentuan UU Tipikor (paragraf 2). Pada paragraf 3, berita
tersebut menjelaskan secara rinci tiga syarat penetapan tersangka dalam UU yaitu merugikan
negara, memperkaya diri sendiri dan melanggar hukum. Di bagian paragraf 4 dan 5, pembicara
melakukan pengandaian dengan dua komparasi kondisi. Jika salah satu unsur tersebut tidak
terpenuhi, maka penetapan tersangka tidak sah. Jaksa penuntut harus membuktikan jika Dahlan
memenuhi ketiga syarat tersebut agar penetapan tersangka tidak terbantahkan. Sebaliknya,
penasihat hukum cukup membuktikan jika salah satu syarat tidak terbukti dan Dahlan bisa
dibebaskan. Pada paragraf 6, Erick kemudian menghubungkan analisisnya dengan kondisi di
lapangan mengenai mekanisme pembayaran yang dilakukan PLN. Ia menganggap jika PLN
sudah melakukan mekanisme pertukaran benda dengan uang sesuai dengan ketentuan.
Sedangkan di paragraf 7 yang merupakan closing, Erick menyebut jika dirinya bukan kuasa
hukum Dahlan dan hanya pendukungnya saja. Berita juga memuat jejak karir Erick yang berisi
beberapa kasus besar yang pernah ia tangani yang tampaknya digunakan untuk menguatkan
kredibilitas isi kritik dan pribadi narasumber.
Struktur Retoris
Berita tersebut menggunakan tanda kutip untuk kata hilang yang merujuk pada dakwaan
korupsi yang menimpa Dahlan Iskan. Sepertinya itu bertujuan mengejek dakwaan Kajati DKI
Jakarta yang dianggap pembicara salah bereaksi terhadap mekanisme pengadaan barang di PLN.
Penggunaan kata sama sekali dan tidak pernah ada yang nampak mencolok dan berlebihan
juga digunakan wartawan untuk menekankan ketidakbersalahan Dahlan dan dukungan terhadap
isi pembelaan Erick Antariksa untuk mantan menteri BUMN tersebut.
ANALISIS KOMPAS
Perangkat Framing
Unit Pengamanan
Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis
Judul
Lead
Latar Informasi
listrik.
Dahlan dijadikan saksi untuk
dugaan korupsi pengadaan 16
mobil listrik namun dia tidak
hadir dengan alasan jadwal
Kutipan Sumber
yang mepet.
Jaksa Agung, HM Prasetyo
Prasetyo
ingin
mengetahui
keterangan
Pieter
mengkonfirmasi
ketidakhadiran
Dahlan
dikarenakan
jadwal
Adi
menyebut
jika
pencucian uang.
Wartawan tidak menyisipkan
opini pribadi dan hanya
memuat isi penjelasan dan
informasi dari narasumber
berita.
Penutup
Digunakannya
pernyataan
membuat
pembaca
What
Who
terus berlanjut.
Dahlan tidak hadir dalam
pemeriksaan di Kejagung.
Dahlan Iskan, HM Prasetyo,
Pieter Talaway dan Adi
Struktur Tematik
When
Where
Toegarisman.
11 Juni 2015
Jakarta
Why
How
Paragraf, proposisi, kalimat,
mepet.
Tidak disebutkan.
Paragraf 1:
Pemanggilan
mengenai
pemanggilan Dahlan.
Paragraf
3:
penjelasan
mengenai kasus pengadaan 16
mobil listrik dan peran Dahlan
sebagai saksi penting.
Paragraf 4: Prasetyo ingin
lebih
hati-hati
terburu-buru
dan
tidak
dalam
menetapkan tersangka.
Paragraf 5: klarifikasi kuasa
hukum
mengenai
alasan
DKI
Jakarta
jika
Iskan
dan
akan
pencucian uang.
Penggunaan
kata
grafik.
kembali
yang
harus
masa lalu.
Penggunaan
kata
diperlukan
dalam
kalimat
kesaksian
Dahlan
diperlukan
untuk..
memosisikan
peran
sentral
Dahlan
dalam
dugaan
korupsi
pengadaan
listrik.
Sintaksis
16
mobil
Judul yang digunakan Kompas merujuk pada ketidakhadiran Dahlan Iskan dalam panggilan
Kejaksaan Agung untuk dimintai keterangannya sebagai saksi dugaan penyimpangan dalam
proyek pengadaan 16 mobil listrik. Berita ini sendiri mengutip tiga pendapat dan informasi yang
masing-masing dimiliki oleh Jaksa Agung HM Prasetyo, kuasa hukum Dahlan, Pieter Talaway
dan kepala kejaksaan tinggi DKI Jakarta, Adi Toegarisman. Jika dihubungkan dengan judul
berita, sepertinya pemuatan Adi Toegarisman sebagai narasumber tidaklah tepat karena subjek
merujuk pada objek yang berbeda. Sepertinya wartawan ingin mengingatkan kembali pembaca
mengenai kasus hukum yang menjerat Dahlan Iskan. Apalagi di bagian penutup, berita ini
mengutip pendapat Adi (yang semakin menekan Dahlan) mengenai kemungkinan adanya tindak
pencucian uang dan akan menyusuri aliran dana di balik kasus korupsi gardu PLN yang
menjadikan Dahlan sebagai pesakitan.
Struktur Skrip
Struktur skrip yang berisi unsur 5W+1H terdiri dari what (apa) yang membahas tentang
ketidakhadiran Dahlan dalam pemeriksaan yang dilakukan Kejagung yang menjadikannya
sebagai kasus dugaan penyimpangan dalam pengadaan 16 mobil listrik. Pada bagian who, berita
ini memuat mengenai Dahlan Iskan (ketidakhadiran dan perannya), HM Prasetyo (pendapatnya
mengenai alasan pemanggilan Dahlan), Pieter Talaway (argumennya mengenai ketidakhasdiran
Dahlan) dan Adi Toegarisman (pernyataanya yang menyebut jika kasus yang menjerat Dahlan di
PLN masih akan terus berlanjut). Latar waktu kejadian (when) berlangsung pada 11 Juni 2015
sedangkan latar tempat berita (where) berada Jakarta. Alasan (why) ketidakhadiran Dahlan
mengutip pernyataan kuasa hukum, Pieter Talawayadalah jadwal Dahlan Iskan yang mepet.
Sama seperti berita sebelumnya, sisi how pada berita ini pun tidak dicantumkan.
Struktur Tematik
Identik dengan Analisa, berita Kompas bertanggal 11 Juni ini pun memuat tujuh paragraf. Pada
paragraf 1, dijelaskan soal pemanggilan Dahlan Iskan sebagai saksi dugaan penyimpangan dalam
proyek pengadaan 16 mobil listrik, namun ia tidak hadir. Di paragraf kedua, terdapat penjelasan
Jaksa HM Prasetyo mengenai alasan Kejagung melakukan pemanggilan terhadap Dahlan Iskan.
Sedangkan pada paragraf 3, wartawan menginformasikan duduk perkara kasus pengadaan 16
mobil listrik dan peran Dahlan sebagai saksi penting. Lalu dalam paragraf 4, wartawan mengutip
pendapat Prasetyo yang ingin lebih hati-hati dan tidak terburu-buru dalam menetapkan tersangka
pada kasus tersebut. Paragraf 5 kemudian memuat klarifikasi kuasa hukum Dahlan mengenai
alasan ketidakhadiran Dahlan pada panggilan Kejagung yang terkendala jadwal. Di bagian
paragraf keenamdan di sinilah letak kekhususan isi beritawartawan Kompas melakukan
flashback dengan menyoroti masalah hukum yang sudah menjerat Dahlan: korupsi gardu listrik
PLN. Di bagian penutup, wartawan melanjutkan substansi paragraf keenam yang merupakan
kilas balik kasus yang menjerat Dahlan dengan mengutip pendapat kepala Kajati DKI Jakarta
yang menyebut kalau mereka tidak berhenti pada Dahlan Iskan dan akan bekerjasama dengan
lembaga terkait untuk memeriksa aliran dan dugaan adanya tindak pencucian uang di balik kasus
tersebut.
Struktur Retoris
Penggunaan kata kembali harus pada paragraf pertama sepertinya bertujuan untuk menautkan
isi berita dengan kejadian di masa lalu yang dialami subjek utama berita. Wartawan sepertinya
merujuk pada kasus yang sebelumnya sudah lebih dulu menempatkan Dahlan sebagai tersangka
kasus gardu PLN semasa ia menjadi kepala di perusahaan negara yang mengurusi kelistrikan
tersebut. Penggunaan kata diperlukan dalam kalimat kesaksian Dahlan diperlukan untuk..
pada paragraf 3 memosisikan peran sentral Dahlan dalam dugaan korupsi pengadaan 16 mobil
listrik dan bisa jadi ada tujuan terselip untuk menempatkan Dahlan sebagai pihak yang
kemungkinan ikut ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
KESIMPULAN
Hasil analisis framing menggunakan model Pan dan Kosicky yang dilakukan terhadap satu berita
yang masing-masing dimuat di harian Analisa dan Kompas menunjukkan adanya perbedaan
kontras dalam proses pembingkaian sosok Dahlan Iskan di antara kedua media lokal dan
nasional tersebut. Persamaan yang paling mencolok dari kedua berita tentu saja tidak
ditemukannya komentar atau argumen milik Dahlan yang diucapkan secara langsung. Hal
tersebut disebabkan Dahlan Iskan yang tidak ingin merilis komentar di media massa (bahkan di
grup Jawa Pos yang merupakan media kepunyaanya). Dahlan hanya mau berpendapat dan
melakukan klarifikasi di situs web pribadinya, gardudahlan.com.
Sedangkan perbedaan di antara keduanya terlihat dalam pembingkaian kasus yang menjerat
Dahlan Iskan. Analisa memuat berita mengenai pendapat seorang pengamat hukum bernama
Erick Antariksa yang secara eksplisit melakukan pembelaan terhadap Dahlan Iskan dengan dasar
argumen mengenai tiga syarat penetapan seseorang sebagai tersangka sesuai dengan mekanisme
yang termuat dalam UU Tindak Pidana Korupsi. Ia menyebut jika Dahlan tidak terbukti
melakukan tindakan yang merugikan negara sehingga sesuai dengan ketentuansatu dari tiga
syarat tidak terpenuhimaka status tersangka gugur dengan sendirinya. Isi berita yang melulu
menyoroti kekeliruan status tersangka yang disandang Dahlan membuat isi berita ini memang
secara terang-terangan ditujukan agar pembaca melihat permasalah dari sudut pandang sang
pengamat hukum. Di luar konteks isi pun, pemuatan berita ini menunjukkan jika Analisa
memosisikan diri sebagai pihak yang menentang penetapan tersangka yang dilakukan Kajati DKI
Jakarta terhadap Dahlan.
Lain halnya dengan Kompas. Media raksasa kepunyaan PK Ojong ini memuat berita yang
tampak memiliki objek yang berbeda dengan judul. Seperti yang sudah dianalisis sebelumnya,
judul berita yang dimuat harian Kompas bertanggal 11 Juni tersebut sebenarnya menyinggung
ketidakhadiran Dahlan dalam panggilan yang dilakukan Kejagung. Panggilan tersebut ditujukan
untuk menggali bukti dan fakta dari Dahlan yang berstatus sebagai saksi penting, Kompas
kemudian memuat alasan ketidakhadiran Dahlan dengan mengutip klarifikasi kuasa hukumnya
yang menyebut jika jadwal kliennya tidak mendukung untuk hadir sehingga dilakukan
penjadwalan ulang. Akan tetapi di bagian paragraf 6 dan 7 (dan penggunaan kata tertentu di
paragraf pertama) sepertinya ditujukan wartawan Kompas untuk menautkan kejadian yang ada di
judul dengan kondisi lain yang sudah terjadi sebelumnya yaitu korupsi gardu listrik PLN yang
sudah menjadikan Dahlan Iskan sebagai salah satu tersangka. Jika sebelumnya Analisa tampak
konsisten antara judul dan isi, maka Kompas memuat dua tujuan sekaligus dalam pemberitaanya
tersebut. Pertama, menginformasikan ketidakhadiran Dahlan dalam statusnya sebagai saksi pada
kasus penyimpangan proyek pengadaan 16 mobil listrik. Kedua, berita tersebut juga bertujuan
mengingatkan pembaca terhadap kasus yang menjadikan Dahlan Iskan ditetapkan Kajati DKI
Jakarta sebagai tersangka.
Kedua berita tersebut tampak membingkai Dahlan Iskan dalam kontras yang berbeda; Analisa
membela, Kompas mencela. Hanya saja, satu berita yang dijadikan bahan analisis untuk masingmasing media tentu saja tidak cukup untuk merepresentasikan secara umum tendensi framing
yang dilakukan kedua media tersebut. Diperlukan lebih banyak berita bertema sama untuk
melakukan penyimpulan terhadap posisi pasti sebuah media dalam menyikapi objek wacana
tertentu.